Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Menentukan isotherm adsorpsi menurut freundlich bagi proses
adsorpsi asam asetat pada arang.

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Pengertian Adsorpsi


Adsorpsi adalah penggumpalan molekul-molekul suatu zat pada permukaan
zat lain, sebagai akibat daripada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.
Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis adsorben
2. Jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi
3. Luas permukaan adsorben
4. Konsentrasi zat terlarut
5. Temperatur.
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
persatuan luas adsorben, dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut isoterm adsorpsi ( Day, 2002).
Bayangkan suatu bahan padat dengan permukaan yang bersih dan kering.
Jika permukaan ini dialiri suatu fluida-gas, cairan atau larutan terdapat suatu
kecenderungan di mana molekul-molekul gas, pelarut, atau zat terlarut akan
berinteraksi dengan permukaan zat padat. Jika bahan padat itu dipisahkan dengan
sangat halus atau dengan sangat berpori, atau dengan kata lain, jika permukaannya
sangat luas maka daerah adsorpsi yang terjadi mungkin cukup besar. Sebagai contoh,
jika suatu adsorpsi yang baik seperti yang dibuat secara khusus dimasukkan ke dalam
bejana yang berisi gas penurunan tekanan ketika permukaan arang menarik
permukaan molekul-molekul gas akan dapat diukur dengan mudah serupa halnya,
isoterm adsorpsi asam asetat dari dalam larutan berair ke dalam arang mudah diamati
dengan menitrasi larutan yang telah disetimbangkan tersebut dengan natrium
hidroksida dan penyingkiran pengotor berwarna gelap dan proses peparasi dengan
pengolahan arang selama rekristalisasi merupakan suatu operasi yang lazim (Day,
2002).
1.2.2 Karbon Aktif dan Titrasi Asam Basa
Karbon aktif dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
proses pemanasan pada suhu yang lebih tinggi, orang diartikan sebagai suatu padatan
berpori-pori yang mengandung karbon sebanyak 85-95%. Arang dapat digunakan
sebagai absorben atau media penyerap, daya ditentukan oleh luar permukaan partikel
dan lebih kuat menyerap dengan cara dipanaskan pada suhu tinggi (Basset, 1994).
Titrasi asam-basa disebut juga titrasi alkalimetri dimana suatu konsentrasi
dapat ditentukan dengan metode volemetri melalui teknik titrasi. Tittasi asam-basa
merupakan titrasi yang hanya digunakan untuk larutan asam dan basa. Titrasi asam-
basa memerlukan suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya untuk
menentukan larutan yang akan ditentukan kondentrasinya (Jaka, 2002).
1.2.3 Adsorpsi dan Absorpasi
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari satu
larutan fluida akan terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu (absorben).
Melalui cara ini, kemponen-komponen dari suatu larutan dapat dipisahkan antara satu
sama lain. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
molekul yang terdapat pada permukaan zat padat tersebut (Atkins, 1990).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, pada pristiwa adsorpsi zat yang diserap
masuk kedalam absorben sedangkan pada pristiwa absorpsi, zat yang dapat diserap
hanyalah yang terdapat pada permukaannya. Komponen yang diserap disebut
adsorbat, sedangkan absorben. Pengertian lain adsorpsi adalah pengumpulan zat
terlarut dipermukaan media dan merupakan adhesi yang terjadi pada zat padat atau
cair yang kontak dengan zat-zat lain (Sukardjo, 1990)
1.2.4 Isoterm Freundlich dan Isoterm Adsorpsi
Persamaan Isoterm didasarkan atas terbentuknya lapisan nonlayer dari
molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun, pada adsorpsi
freundlich situs-situs aktif pada adsorben bersifat heterogen. Persamaan freundlich
dapat dituliskan sebagai berikut: (Day, 2002).

Log x/ m = Log K + n Log c ………………….(1)

Isoterm adsorpsi merupakan suatu hubungan antara banyaknya zat yang


teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi pada
temperatur tetap. Pernyataan lain tentang isoterm adsorpsi pada permukaan adsorben
dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Persamaan isoterm
adsorpsi dapat dituliskan dengan persamaan menurut buku (Day, 2002)
x/m= k. C1/n ………………….(2)

1.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Faktor yang mempengaruhi kekuatan intraksi antara adsorbat dengan
adsorben adalah sifat dari adsorben dan adsorbatnya itu sendiri. Umumnya, faktor
yang mempengaruhi adsorpsi kekuatan intraksi antara adsorbat dengan adsorben
hanya tergantung pada kepolaran adsorben dan adsorbatnya. Semakin kuat tingkat
kepolaran adsorbennya, makan semakin kuat untuk terikat (Atkins, 1990).
Faktor-faktor lain juga yang dapat mempengaruhi kekuatan intraksi antara
adsoben dan adsorbatnya adalah berupa sifat keras lemahnya adsorben dan
adsorbatnya, kemampuan suatu katian untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan
dan jari-jari atom. Proses adsorpsi dalam larutan , jumlah zat yang teradsorpsi
bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan
adsorben, konsentrasi zat terlarut dan temperatur (Alberty, 1992)
Asumsi isoterm Languir adalah ketergantungan dan ekuivalen dengan
tempat adsorpsi. Penyimpangandari isoterm ini, sering kali berasal dari kegagalan
asumsi tersebut. Contohnya, entalpi adsorpsi sering menjadi kurang negatif saat teta
bertambah. Ini menunjukkan bahwa tempat yang paling menguntungkan dari segi
energinya akan ditempati lebih dulu. Orang mengusahakan berbagai cara untuk dapat
memperhitungkan variasi ini. Isoterm temkin:

q = C1 ln C2p ……………… (3)

Dengan C1 dan C2 merupakan konstanta, yang sesuai dengan cara pengandaian bahwa
entalpi adsorpsi berubah secara linear terhadap tekanan isoter Freunlich:

q = C1pt/a ……………….(4)

Yang sesuai dengan perubahan logaritmik. Isoterm yang berbeda-beda lebih kurang
sesuai dengan eksperimen, pada jarak tertentu tetapi isoterm itu tetap bersifat empiris
( Atkins, 1990).
Pemasangan kayu tanpa udara akan menghasilkan arang. Dan arang tersebut
serbuk juga halus dibuat dengan cara yang sama tetapi dengan bahan dasar yang
berbeda misalnya tulang-tulang hewan, kulit kelapa, atau gula. Serbuk halus arang
karbon yang diaktifkan melalui persamaan dengan uap untuk membersihakan
permukaannya, menghasilkan arang aktif sebagai bahan penyerap yang sangat baik.
Serbuk halus karbon aktif ini mempunyai luas permukaan yang tinggi yaknin 100-
2000 yang bermanfaat untuk mengusir bau tidak sedap, uap yang berbahaya dalam
udara, dan juga warna dan rasa yang tidak diinginkan dari suatu cairan atau larutan
tertentu. Pabrik-pabrik pengolahan air sering mengalirkan air melalui karbon aktif,
juga pada pabrik pemurnian air minum, buah-buahan, juice, madu, dan volka. Karbon
hitam biasanya dibuat dengan cara dekomposisi termal senyawa dalam hidrokarbon
pada suatu proses pembakaran terbuka ( Sukardjo, 1990).
Kapasitas adsorpsi menggambarkan jumlah maksimum adsorbat yang dapat
diadsorpsi oleh adsorban. Saat ini telah ada beebagai model isoterm adsorpsi yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli misalnya, model isoterm adsorpsi Dubinin
Raduskevich, isoterm adsorpsi Freundlich, isoterm Langmuir, dan BET ( Brunauer,
Emmett, dan Teller). Zat pengaktivan yang berbeda akan menghasilkan arang aktif
dengan sifat-sifat yang dapat berbeda pula. Energi adsorpsi adalah kemampuan untuk
melepas ikatan antara adsorben (arang aktif) dengan adsorbat hampir dengan suatu
kapasitas yang disebut dengan kapasitas adsorpsi ( Sukardjo, 1990).
Model persamaan Freundlich mengasumsikan bahwa terdapat lebih dari
suatu lapisan permukaan (multilayar) dan bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan
energi pengikat pada setiap adsorpsi mengikuti mengikuti isoterm Languir.Proses
isoterm adsorpsi ion logam maksimum sedikit pada proses penyerapan logam Chrom
(IV) dihitung dengan menggunakan persamaan adsorpsi Languir. Proses adsorpsi ion
logam Chrom (IV) memenuhi persamaan isoterm adsorpsi Languir dari Freundlich
( Handayani, 2008).

1.2.6 Analisis Bahan

a. Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut tidak berwarna dengan konstanta dielektrik
yang tinggi. H2O berguna sebagai pelarut dalam beberbagai reaksi kimia. Akudes
memiliki titik didih pada suhu 100°C dan titik lebur 0,0°C (Rivai, 1994).
b. Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan asam lemah berupa cairan dengan bau yang khas.
CH3COOH sebagian besar dihasilkan melalui proses fermentasi. Asam asetat
memiliki titik beku 16,6°C dan titik didih 118°C (Rivai, 1994).
b. Asam Klorida (HCL)
Asam korida merupakan asam yang berbau merangsang dan berbahya. HCL
berupa gas yang tidak berwarna dan dapat menetralkan larutan basa. Asam klorida
memiliki titik leleh -114°C dan titik didih -85°C (Rivai, 1994).
c. Indikator PP (C2H14O4)
Indikator PP merupakan suatu indikator yang umum digunakan dalam tittasi
asam-basa. Indikator PP sangat mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik
lainnya. C2H14O4 tidak memberikan warna di bawah pH= 8 dan memberikan warna
pada pH> 9,6 (Basset, 1994).
d. Karbon Aktif
Karbon aktif umumnya digunakan sebagai media penyerapan zat terlarut.
Karbon aktif baik digunakan sebagai suatu adsorben dalam menghilangkan zat dalam
larutan. Karbon aktif dihasilkan melalui proses pemanasan pada suhu tinggi untuk
bahan yang mengandung kabon aktif (Rivai, 1994).
e. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mudah larut dalam etanol maupun pelarut air. NaOH
memiliki titik lebur 3,8°C dan titik beku 139°C. NaOH 50% pada temperatur tertentu
dapat sebagai media oksida anodik yang tumbuh pada baja (Rivai, 1994).

Anda mungkin juga menyukai