Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran.

2. Mempelajari pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap campuran.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Hukum Raoult

Dalam larutan ideal, semua mengikuti kompenen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti
hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum Raoult adalah: tekanan
uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang
terkandung dalam larutan tersebut. Secara matematis ditulis sebagai :

(1)
P larutan= X terlarut . P pelarut
Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia diantara komponen-
komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tidak ideal. Tetapi
hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan tidak ideal encer. Perbedaan ini bersumber pada
kenyataan molekul-molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini menyebabkan
lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut
dalam larutan tidak ideal encer mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult (Atkins,1997).

Hukum Raoult telah diuji kebenarannya dengan membandingkan harga P hasil


eksperimen dengan P hasil hitungan berdasarkan rumus di atas. Antara hasil eksperimen
dengan hasil hitungan terdapat perbedaan yang kecil karena kesalahan dalam pengamatan
(Atkins,1997).

1.2.2 Larutan Ideal

Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul komponennya
sama dengan gaya tarik menarik anatara molekul dari masing-masing komponennya. Jadi,
bila larutan zat A dan B bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B, sama dengan
gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Bila dua cairan bercampur, maka
ruang diatasnya berisi uap kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing
komponen di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni, karena
permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap
berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing (Sukardjo,1990).

Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Sebenarnya
tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan kondisinya
benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya:

1. hexana dan heptana

2. benzena dan methylbenzena

3. propan-1-ol dan propan-2-ol

Dalam campuran dua larutan yang dapat menguap, hukum Raoult juga dapat digunakan
(Clark ,2007).

Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan
energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan
diri untuk kemudian menjadi uap. Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak
molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu. Pada suhu tertentu, sebagian dari
molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari
permukaan larutan (Clark, 2007).

Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan dari dua
macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah. Apabila komposisi
tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga akan berubah. Oleh
karena itu, campuran yang disebut larutan ideal biasanya adalah campuran dua jenis zat yang
memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van der Waals yang
sama. Namun besar molekul keduanya tidak persis sama sehingga walaupun campuran ini
mendekati campuran ideal, tetap saja bukan merupakan campuran ideal. Campuran ideal dari
dua larutan akan mempunyai energi entalpi sebesar nol. Jadi, apabila suhu campuran naik
atau turun pada saat keduanya dicampur berarti campuran tersebut bukan campuran ideal
(Clark, 2007).
Menurut hukum Raoult tekanan uap Parsial A berlaku:

.....(2)
PA X A .P 0 A
Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku :

PB X B .P 0 B .....(3)

Ket :

PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni )

PoB = tekanan uap B

XA = mol A/ jumlah mol A dan B

XB = mol B/ jumlah mol A dan B

XA dan XB disebut fraksi mol.

Jumlah tekanan uap (P) menurut hukum Dalton adalah:


....(4)
P = PA + PB

1.2.3 Penyimpangan Hukum Raoult

Penyimpangan Hukum Raoult terjadi karena perbedaan interakasi antara partikel


sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A- B lebih besar
dari A-A atau B-B maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah tekanan
uap kedua kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal, ini disebut dengan penyimpangan
negatif (Clark, 2007).

Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada daya tarik A-A
dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan
mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan
dapat berkomposisi tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut
atau sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999).

Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi
daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan
uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut
menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungannya untuk
lari ke fase uap. Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.
Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat
terlarut tidak saling tertarik satu sama lain. Contoh penyimpangan positif terjadi pada
campuran etanol dan nhekasana (Oxtoby, 2001).

Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini berarti
bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri dari
permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada suhu yang sama, sebuah larutan lain
mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan
tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri.

Ada dua cara untuk melihat hal ini, yaitu

Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari
permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan
demikian, tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan semua
daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya
lebih rendah.
Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, tidak perlu
menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan

tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila tekanan uapnya rendah, harus meningkatkan
tekanan uapnya setinggi-tingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.

Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang
titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama. Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah (Hiskia, 1996).

4
1.2.4 Larutan Non Elektrolit

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut
homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran
heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase
yang terpisah (Dogra, 1990).

Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair. Lazimnya adalah satu komponen (penyusun)
larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut
medium pelarut atau solvent. Zat yang terlarut disebut solute . dalam hal-hal yag meragukan,
zat yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut. Contoh zat terlarut dalam suatu
campuran 50 : 50 dari etil alkohol dan air (Dogra, 1990).

Fasa cair mempunyai beberapa sifat fisika diantaranya : titik didih, berat jenis, titik beku,
tekanan uap, dan tekanan osmosis. Suatu zat yang dapat larut, jika ditambahkan pada pelarut
maka akan mengakibatkan berubahnya sifat fisika dari pelarut murni. Sifat koligatif larutan
dimaksud sebagai sifat-sifat fisika larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat
terlarut dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut (Oxtoby, 2001).

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak
menimbulkan gelembung gas. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak
terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat menghantarkan
arus listrik (Oxtoby, 2001).

1.2.5 Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit

5
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion
(Oxtoby, 2001).

Sifat koligatif larutan non elektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit.
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan hantaran tinggi
diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan dengan konsentrasi yang
berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena volume larutan dengan
konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda. Karena itu, untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar.
Dalam hal ini hantaran dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut
(Oxtoby, 2001).

1.2.6 Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap
jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang (Sulaiman, 1990).
6
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat Alat yang digunakan

1. Alat Refluks

2. Termometer

3. Mantel Pemanas

4. Pecahan porselen (pengganti batu didih).

5. Standar Besi

6. Gelas Ukur 10 ml

7. Corong

2.2 Bahan Bahan yang digunakan

1. Etil Asetat

2. Aseton

2.3 Prosedur Percobaan

1. Alat refluks dipasang, yang terdiri dari labu leher dua 250 ml dan sebuah pendingin yang
di pasang terbalik. Hal yang perlu di perhatikan dalam merangkai alat refluks :

a. Termometer tercelup di tengah-tengah cairan, namun jangan sampai menyentuh


dinding gelas labu refluks. Jangan lupa tambahkan batu didih.

b. Setiap kali memasukkan kedua cairan, sumber panas harus dimatikan, mengingat
cairan organik yang digunakan mudah terbakar.
2. Dituangkan 10 ml etil asetat dalam labu refluks dengan corong melalui lubang pemasukan
cairan. Dipanaskan hingga mendidih dan catat suhunya.

3. Stop kontak listrik di cabut, ditunggu larutan hingga agak dingin selanjutnya dituangkan 2
ml aseton ke labu. Dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih dan dicatat suhu didihnya.

4. Demikian seterusnya diulangi setiap kali penambahan 2 ml aseton sampai jumlah aseton
yang di tambah mecapai 10 ml, setiap kali sesudah di tambah, campuran dipanaskan dan di
catat suhunya.

5. Dituangkan campuran ke wadah kosong yang tertutup rapat dan aman.

6. Labu refluks dikeringkan dengan jalan diangin-anginkan.

7. Setelah kering, dituangkan 10 ml aseton ke labu refluks. Dipanaskan dengan hati-hati dan
dicatat suhunya.

8.Mantel pemanas dimatikan, larutan ditunggu agak dingin kemudian ditambahkan 2 ml etil
asetat, dipanaskan perlahan-lahan dan dicatat suhu didihnya. Demikian seterusnya hingga
jumlah etil asetat yang ditambahkan 10 ml. Setiap kali di tambah etil asetat dicatat suhu
didihnya.
8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan

Pada percobaan larutan non elektrolit hukum Raoult, bahan yang digunakan adalah etil asetat
dan aseton. Dalam percobaan ini, hal yang akan diamati adalah pengaruh penambahan aseton
terhadap titik didih larutan etil asetat dan pengaruh penambahan etil asetat terhadap titik didih
aseton. Berikut Tabel penambahan etil asetat, aseton serta titik didih dan fraksi mol nya.
Tabel 3.1 Data Pengamatan Komposisi Etil Asetat Terhadap Titik Didih

Etil Asetat Aseton Titik Didih Fraksi mol

(ml) (ml) (C)

10 0 74 1

10 2 69 0,7891

10 4 66 0,6517

10 6 63 0,5550
10 8 61 0,4833

10 10 58 0,4280

0 10 55 0

2 10 59 0,1302

4 10 61 0,2304

6 10 63 0,3099

8 10 66 0,3745

10 10 68 0,4280

Dari hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan fraksi mol penambahan etil asetat dan aseton
seperti pada tabel diatas. Etil asetat merupakan senyawa dengan rumus kimia C4H8O2, tidak
berwarna, mudah terbakar dan memiliki aroma yang khas. Etil asetat adalah cairan yang
mudah menguap dan memiliki titik didih pada suhu 77,1C. Aseton dengan rumus kimia
CH3COCH3 adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar
dengan titik didih 56C.
9
Pada percobaan hukum Raoult ini dilakukan dua prosedur percobaan. Prosedur yang pertama
yaitu etil asetat berperan sebagai pelarut dan aseton berperan sebagai zat terlarut.
Penambahan volume aseton yang semakin besar menyebabkan fraksi mol etil asetat didalam
campuran semakin berkurang. Berkurangnya fraksi mol etil asetat dalam campuran
menyebabkan terjadinya penurunan titik didih campuran. Prosedur yang kedua, aseton
berperan sebagai pelarut dan etil asetat sebagai zat terlarut. Penambahan volume etil asetat
yang semakin besar menyebabkan fraksi mol etil asetat semakin besar dan menyebabkan
terjadinya kenaikan titik didih campuran. Hal ini disebabkan karena zat terlarut yang
ditambahkan mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan akan
berkurang. Berkurangnya kecepatan penguapan menyebabkan molekul yang berada didalam
larutan akan sulit untuk melepaskan diri dari permukaan larutan sehingga titik didih dari
larutan tersebut akan semakin tinggi.

Gambar 3.1 Grafik Titik Didih Sebagai Fungsi Fraksi Mol

Dari grafik diatas dapat dilihat perbandingan antara titik didih larutan dengan fraksi mol dari
kedua prosedur percobaan. Pada percobaan pertama, fraksi mol turun dengan penurunan titik
didih larutan, sedangkan pada percobaan kedua, naiknya fraksi mol diikuti dengan keinaikan
titik didih. Dari grafik dapat
10
disimpulkan bahwa terjadi penyimpangan positif. Penyimpangan positif terjadi apabila
tekanan uap larutannya lebih besar dari tekanan uap larutan ideal, dimana tekanan uap larutan
dipengaruhi oleh titik didih larutan tersebut.

Pada prosedur percobaan yang pertama, titik didih etil asetat yang didapat adalah 74C.
Perbedaan titik didih yang didapat dengan titik didih referensi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya penguapan pada saat proses pemanasan dan saat penambahan
larutan. Penguapan tersebut dapat menurunkan fraksi mol yang seharusnya. Pada percobaan
ini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah aseton yang ditambahkan maka
semakin rendah titik didih campuran yang sebanding dengan fraksi mol zat tersebut.

Pada prosedur percobaan kedua, titik didih aseton yang didapat adalah 55C, titik didih yang
didapat hampir mendekati titik didih referensi. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak jumlah etil asetat yang ditambahkan, maka semakin tinggi titik didih
campuran tersebut. Kenaikan titik didih menandakan terjadinya kenaikan fraksi mol zat.

.
11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Titik didih suatu larutan dipengaruhi oleh fraksi mol, dimana titik didih berbanding lurus
dengan fraksi mol.

Semakin banyak jumlah aseton yang ditambahkan pada 10 ml etil asetat titik didih larutan
semakin menurun.

Semakin banyak jumlah etil asetat yang ditambahkan pada10 ml aseton titik didih larutan
semakin meningkat.

Tekanan uap campuran dipengaruhi oleh gaya antar molekul, dimana tekanan uap campuran
berbanding terbalik dengan gaya antar molekulnya.

4.2. Saran

Diharapkan pada praktikan selanjutnya saat pemanasan campuran harus selalu diawasi jangan
sampai campuran habis menguap.
Sebelum memasukan bahan kedalam labu didih, pastikan zat yang berada di dalam labu didih
dasar bulat dingin terlebih dahulu.
12
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika II. Edisi IV. Jakarta: Erlangga.

Clark, Jim. 2007. Hukum Raoult. http://www.chem-is-try.org. Diakses Tanggal 13 november


2017

Dogra, S. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB Press.
Bandung.
13

Anda mungkin juga menyukai