PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan percobaan fraksionasi biomassa adalah sebagai berikut:
1. menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa,
2. menghitung necara massa pada sistem fraksionasi biomassa,
1
3. menghitung yield sistem fraksionasi biomassa,
4. menghitung persentase recovery lignin komponen-komponen utama biomassa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air
merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat
yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di
dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini
sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).
3
Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Air Minum
SBM
Parameter
No Unit (Kadar Keterangan
Wajib
Maksimum)
Parameter
PMK
yang tidak
942/Menkes/Per/IV/2010
langsung
tentang Persyaratan
berhubungan
Kualitas Air Minum
dengan
WHO (2011)
kesehatan
1 Bau Tidak berbau
2 Rasa Tidak berasa
o
3 Suhu C Suhu udara ± 3
4 Warna TCU 15 True Color Unit
Total
5 dissolved mg/l 500
solid
6 Kekeruhan NTU 5 Nephelometric Turbidity Unit
Sumber :(Peraturan Mentri Kesehatan, 2016)
4
Tabel 2.2 Standar Baku Mutu Air untuk Keperluan Hygiene dan Sanitasi
No Parameter Wajib Unit SBM (Kadar Maksimum)
1 Bau Tidak berbau
2 Rasa Tidak berasa
o
3 Suhu C Suhu udara ± 3
4 Warna TCU 50
5 Total Dissolved Solid mg/l 1000
6 Kekeruhan NTU 25
Sumber :(Peraturan Mentri Kesehatan, 2016)
5
asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut sebesar3%.
Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
6
1. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin dapat terjadi.
3. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan tersuspensi
yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
4. Solid (Zat Padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi
sinar matahari kedalam air.
5. Bau dan Rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti
alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi
anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
7
2. DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa
dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas
air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase
saturasi.
3. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme
untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di
dalam air buangan secara biologi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Zat Organik + Mikroorganisme + O2 → CO2 + Mikroorganisme + Sisa
Material Organik.
4. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahanorganik secara kimia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai beikut :
Zat Organik + O2 → CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaiannya
dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri
adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahandisebabkan
oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
6. Senyawa Kimia Beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan
racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (±0,05
mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya
rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat
oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia
(Wahono, 2007).
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
9
5. Periksa TS, TSS dan TDS sampel air yang keluar dari bak sedimentasi.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Air baku yang digunakan pada percobaan ini adalah air dari kolam unri
yang berada disamping venue panjat tebing universitas riau, Pada percobaan ini
dihitung nilai Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), dan
Total Solid (TS) dari air baku (inlet) dan air hasil sedimentasi (outlet). Total
suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah
liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk
kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan
visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai
TSS (Hanum, 2002). Total Dissolved Solid atau padatan yang terlarut (TDS)
adalah ukuran zat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam serta kation
dan anion yang terlarut dalam air. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut
dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per liter (mg/L)
(Effendi, 2003). Total Solid merupakan jumlah dari TSS dan TDS. Total solid
merupakan banyaknya partikel padatan baik yang terlarut dalam air, maupun yang
tidak terlarut dalam air (Hanum, 2002).
11
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung TDS dan TSS
dari sampel air kolam venue panjat tebing UR. TDS dapat diukur menggunakan
alat TDS meter, sedangkan TSS diukur menggunakan metode gravimetri. Padatan
yang terperangkap pada proses penyaringan air outlet dipanaskan dengan oven
kemudian ditimbang sampai nilai hasil penimbangan konstan. Massa tersebut
dikurangkan dengan massa kertas saring yang digunakan. Berdasarkan hasil
pengukuran, didapatkan TDS dari sampel air kolam venue panjat tebing UR
adalah sebesar 0,00955 gram dan TSS nya sebesar 0,20 gram.
Air baku dimasukkan kebak sedimentasi kemudian ditambahkan tawas
yang bertujuan untuk menjernihkan air dan mengikat partikel-partikel air hingga
menggumpal dan mengendap. Kemudian air yang ditambahkan tawas diaduk
selama untuk mencampurkan tawas dengan air baku. Kemudian sampel air yang
telah ditambahkan tawas diukur TDS dan TSS nya, sehingga dari hasil
pengukuran, didapatkan TDS nya sebesar 0,00935 dan TSS nya sebesar 0,13
gram. Pada percobaan selanjutnya air dialirkan kedalam bak sedimentasi
menggunakan 9 plate dan waktu detensi selama 2 jam 3,5 jam dan 5 jam
kemudian dihitung TSS dan TDSnya. Pada 2, 3,5 jam dan 5 jam TSS 0,10, 0, 0.
Sedangkan nilai TDS 0,00925, 0,0089, 0,00065.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Waktu Detensi Terhadap TSS TDS dan TS
12
Pada grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu detensi maka nilai
TSS, TDS dan TS mengalami penurunan, Waktu detensi merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk mengendapnya partikel padatan, sehingga semakin lama waktu
detensinya maka semakin banyak partikel padat yang akan mengendap sehingga
proses pengolahan air tersebut berjalan cukup efektif.
100
80
Efisiensi TDS (%)
20
0
0 2 3.5 5
Gambar 4.2 Diagram Hubungan Antara Waktu Detensi Terhadap Efisiensi TSS
TDS dan TS
13
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Efisiensi pengendapan pada proses pengolahan air dengan jumlah plate 9
pada waktu detensi 2 jam, 3,5 jam dan 5 jam berturut turut 47,86%,
95,753% dan 99,69
2. Semakin lama waktu detensi nilai TSS, TDS dan TS nya semakin menurun
5.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam menghitung TSS sampai konstan,
karena akan mempengaruhi hasil yang didapat.
2. Sebelum dan sesudah memakai TDS meter, harus dicuci terlebih dahulu
menggunakan akuades.
14
DAFTAR PUSTAKA
15