TIJUAUAN PUSTAKA
1. Reagen pada reaksi kimia organik, sebagai sumber gugus formil dan ion
hidrogen
2. Cleaning / disinfection, sebagai bahan produk pembersih komersial dan
disinfektan tong kayu untuk membuat anggur atau bir.
3. Membersihkan logam asam (industri electroplating)
4. Desulfurisasi flue gas, digunakan dalam proses desulfurisasi SHU
(Saarberg-HoelterUmwelttlechnik)
5. Sebagai bahan baku dalam industri farmasi f. Sebagai bahan aditif pada
pengeboran minyak Asam format (nama sistematis: asam metanoat)
adalah asam karboksilat yang paling sederhana
2.4 Biomassa
Biomassa adalah keseluruhan makhluk hidup (hidup atau mati), misalnya
tumbuh tumbuhan, binatang, mikroorganisme, dan bahan organik (termasuk
sampah organik). Unsur utama dari biomassa adalah bermacam-macam zat kimia
(molekul) yang sebagian mengandung atom karbon. Bila kita membakar
biomassa, karbon tersebut dilepaskan ke udara dalam bentuk karbon dioksida
(CO2). Energi biomassa merupakan energi tertua yang telah digunakan sejak
peradaban manusia dimulai, sampai saat inipun energi biomassa masih memegang
peranan penting khususnya di daerah pedesaan (Daryanto, 2007).
Salah satu bahan bakar biomassa yang paling penting adalah kayu. Kayu
dapat dikumpulkan dari hutan dan hanya menebang pohon sesuai ukuran yang
dibutuhkan untuk dijadikan bahan bakar. Tapi kayu sering kali terlalu berharga
untuk dibakar, banyak industri memanfaatkannya sebagai bahan untuk kontruksi.
Banyak dari hasil limbah pertanian yang ahirnya dijadikan bahan bakar, seperti
misalnya jerami, biji-bijian, sekam padi, coklat, kopi, bagas tebu. Penggunaan
limbah biomassa untuk dijadikan bahan bakar secara tidak langsung membantu
menyelesaikan permasalahan lingkungan. Lahan-lahan kosong mulai ditanami
tumbuhan yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Setiap jenis
biomassa memiliki sifat tertentu yang menentukan kinerjanya sebagai bahan bakar
dalam proses pembakaran baik dengan menggunakan prisip gasifikasi. Sifat yang
paling penting yang berkaitan dengan konversi termal biomassa adalah kadar air,
kadar abu, kadar zat terbang, komposisi unsur, nilai kalor, kerapatan jenis (Quakk
et al., 1999).
Untuk mendapatkan sifat fisik dan kimia yang lebih baik dan memperluas
aplikasinya, selulosa dibuat dalam berbagai turunannya diantaranya turunan ester
dan eter. Ester selulosa banyak digunakan sebagai serat dan plastik, sedangkan
eter selulosa sebagai pengikat dan bahan tambahan untuk mortir khusus atau
kimia khusus untuk bangunan dan konstruksi juga stabilisator viskositas pada cat,
makanan, produk farmasetik, dan lain-lain. Selulosa juga merupakan bahan dasar
dalam pembuatan kertas. Seratnya mempunyai kekuatan dan durabilitas yang
tinggi. Jika dibasahi dengan air, menunjukkan pengembangan ketika jenuh dan
juga higroskopis. Bahkan dalam keadaan basah, serat selulosa alami tidak
kehilangan kekuatannya (Zugenmaier, 2008).
2.5.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah polimer polisakarida heterogen tersusun dari unit D-
glukosa, D-manosa, L-arabiosa dan D-xilosa. Hemiselulosa pada kayu berkisar
antara 20-30%. Dilihat dari strukturnya, selulosa dan hemiselulosa mempunyai
potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penjerap karena gugus OH yang
terikat dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat Adanya gugus OH, pada
selulosa dan hemiselulosa lebih kuat menjerap zat yang bersifat polar dari pada
zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang terjadi antara gugus –OH yang
terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif (kation)
merupakan mekanisme petukaran ion sebagai berikut (Padil, 2010).
Gambar 2.3 Struktur Hemiselulosa (
2.5.3 Lignin
Lignin merupakan senyawa aromatik dan material amorf yang terbentuk
dalam dinding sel dan middle lamela (lamela tengah) dalam kayu. Sebagai suatu
polimer kompleks, lignin memiliki berat molekul tinggi yang terbentuk selama
kondensasi dari unit-unit struktural yang mempunyai beberapa tipe yang sama.
Unit-unit struktural tersebut adalah fenilpropana (C6C3) yang tersubstitusi pada
dua atau tiga posisi dalam cincin benzenanya (Browning 1967).
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga yang berikatan
secara kovalen dengan selulosa dan hemiselulosa. Struktur molekul lignin sangat
berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik
yang tersusun atas unit-unit fenil propana. Selama perkembangan sel, lignin
dimasukkan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel, menembus diantara
fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel. p-hidroksinamil alkohol p-koumaril
alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol merupakan senyawa induk
(prekursor) primer seperti pada Gambar 1 dan prekursor tersebut merupakan unit
pembentuk lignin (Fengel dan Wegener, 1995).
Menurut Kirk dan Othmer (1952), lignin terdiri dari 61-65% karbon, 5,0-
6,1% hidrogen dan oksigen dengan panas pembakarannya sebesar 11.300 Btu/lb
(6.280 kal/gram). Secara fisis lignin berwujud amorf (tidak berbentuk), berwarna
kuning cerah dengan bobot jenis berkisar antara 1,3 – 1,4 bergantung pada sumber
ligninnya dan indeks refraksi sebesar 1,6.
Gambar 2. Struktur Lignin (
Lignin bersifat tidak larut dalam air, larutan asam dan larutan hidrokarbon.
Dikarenakan lignin tidak larut dalam asam sulfat 72%, maka sifat ini sering
digunakan untuk uji kuantitatif lignin. Lignin tidak dapat mencair, tetapi akan
melunak dan kemudian menjadi hangus bila dipanaskan. Lignin yang
diperdagangkan larut dalam alkali encer dan dalam beberapa senyawa organik.
Lignin umumnya tidak larut dalam pelarut sederhana, namun lignin alkali dan
lignin sulfonat larut dalam air, alkali encer, larutan garam dan buffer. Faktor-
faktor yang mempengaruhi bobot molekul lignin, yaitu keragaman prosedur
isolasi, degradasi makromolekul selama isolasi, efek kondensasi terutama pada
kondisi asam. Bobot molekul rata-rata lignin kraft dan lignin sulfonat berkisar
2000-1000.000. Pada suasana asam lignin cenderung melakukan kondensasi.
Peristiwa ini menyebabkan bobot molekul lignin bertambah, dan dalam keadaan
yang sangat asam, lignin terkondensasi ini akan mengendap (Achmadi,1990).
2.6 Fraksionasi Biomassa
Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi
komponen utama penyusunnya, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Komponen tersebut dapat dikonversi menjadi berbagai produk seperti pulp,
perekat, bahan kimia dan bahan peledak (Dapia et al., 2002; Zhang et al., 2010).
Metode fraksionasi biomassa lebih efektif dan ekonomis dibandingkan konversi
termal dan biologi. Konversi termal membutuhkan energi yang lebih besar untuk
mengkonversi biomassa menjadi produk yang bernilai ekonomis, sedangkan
konversi biologi membutuhkan waktu yang lebih lama (Lee et al., 2014).
2.7 Proses Organosolv
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan
menggunakan bahan kimia organik seperti metanol, etanol, aseton, asam asetat,
asam formiat dan lain-lain. Proses ini telah terbukti sangat efisien dalam
pemanfaatan sumber daya hutan dan tidak merugikan lingkungan dibandingkan
dengan proses sulfit dan kraft yang memberikan masalah bagi lingkungan yaitu
bau yang disebabkan oleh senyawa belerang. Oleh karena itu, permasalahan yang
dihadapi oleh industri pulp dan kertas dapat diatasi oleh proses organosolv. Selain
itu proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu
rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan
dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi (Zhang et al.,2008).
Pembuatan pulp dengan organosolv (berdasarkan pemanfaatan pelarut
organik sebagai media delignifikasi) dapat digunakan sebagai teknologi
pemurnian biomassa, karena produk yang dihasilkan terdiri dari selulosa serta
liquor yang terdiri dari hemiselulosa dan lignin yang bebas dari belerang. Asam
hidrolisis dapat digunakan untuk menghidrolisis hemiselulosa menjadi monomer
pembentuk hemiselulosa (Isroi, 2012).
Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah
berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu
proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses
acetocell (menggunakan asam asetat), dan proses organocell (menggunakan
metanol) (Zhang et al.,2008).