Anda di halaman 1dari 11

Abdul Rosid

Aliyah Eka Maharani


Evi Wulandari
Muhammad Ibnu Khafif






SMKN 1 GUNUNG PUTRI
BOGOR
2014 - 2015


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk
Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pengolahan
Minyak Bumi Menjadi Bensin dengan Katalis Y-Zeolit.
Dalam makalah ini dijelaskan bagaimana mengolah minyak mentah menjadi produk yang
berharga khususnya bensin. Bensin merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari
hari. Minyak mentah mengandung berbagai senyawa hidrokarbon dengan berbagai sifat fisiknya.
Untuk memperoleh materi-materi yang berkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan, perlu
dilakukan tahapan pengolahan.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.


Gunung putri, September 2014

Penyusun




PENDAHULUAN
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri
alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil
dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini
didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,
dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat
pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga
menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal
dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak
bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan
manusia.
Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan
bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai
lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul
yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk rantai. Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah,
maka akan dihasilkan CO
2
, H
2
O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi
dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon; atom-atom karbon
dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai
yang panjangnya yang berbeda-beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan
memiliki sifat yang berbeda pula. CH
4
(metana) merupakan molekul paling ringan;
bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin berat. Empat molekul
pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam temperatur dan tekanan
kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-masing -107, -67,-43 dan -18
derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas
berwujud padat.
Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya, sehingga
pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di
pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.




Diagram Alir Pengolahan Minyak Mentah Menjadi Bensin




Minyak bumi diperoleh dengan jalan pengeboran daerah antiklinal baik di darat maupun
di lepas pantai. Pengeboran kadang-kadang mencapai kedalaman 3 km atau lebih. Minyak
mentah lalu ditampung di kapal tanker atau disalurkan ke kilang minyak.
1. Desalting
Minyak mentah (crude oil), selain mengandung kotoran juga mengandung zat-zat mineral
yang larut dalam air. Proses penghilangan kotoran disebut desalting atau penghilangan garam.
Desalting dilakukan dengan cara mencampur minyak mentah dengan air sehingga mineral-
mineral akan terlarut dalam air. Untuk meghilangkan senyawa-senyawa nonhidrokarbon, ke
dalam minyak mentah ditambah dengan asam dan basa.
Proses desalting dilakukan untuk mencegah korosi pipa-pipa minyak dan mencegah
tersumbatnya lubang-lubang di menara fraksinasi. Setelah minyak mentah mengalami proses
desalting, selanjutnya minyak mentah dialirkan ke tangki pemanas untuk menguapkan minyak
mentah dan kemudian uap minyak mentah dialirkan dalam menara fraksinasi (menara distilasi).
2. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-
pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari
fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang
rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas,
namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk
di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang
kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida,
SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk
menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi,
adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak
bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental. Desulfurisasi merupakan proses
yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat
2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :
1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta
2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam
bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon
asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari
dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi
atau pencucian/pelucutan.
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu bio-
desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak bumi
dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida
menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur
jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini
adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-desulfurisasi
umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk
penggunaan mikroorganisme dari jenis lain. Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya
kebutuhan untuk menyingkirkan kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang
terlalu sedikit jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan
menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi juga
digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.

3. Destilasi fraksinasi
Minyak mentah yang sudah melalui proses desalting lalu di alirkan ke dalam menara
destilasi fraksinasi dan di pisahkan menurut perbedaan titik didih sesuai dengan fraksi
fraksinya.
4. Cracking
Cracking adalah memecah molekul minyak dengan rantai yang lebih panjang seperti
Solar dan minyak tanah menjadi molekul dengan rantai carbon yang lebih pendek seperti bensin
dan gas alam. Dalam proses pembentukan bensin menggunakan metode hydrocracking.


Reaksi hydrocracking berlangsung dengan mekanisme bi-functional. Mekanisme bi-
functional membutuhkan dua tipe sisi katalis yang berbeda guna mengkatalisis tahapan reaksi
yang terpisah dalam suatu rangkaian reaksi. Dua fungsi yang dimaksud adalah fungsi asam yang
mengkatalisis reaksi cracking dan isomerisasi serta fungsi logam yang mengkatalisis reaksi
pembentukan olefin dan hidrogenasi. Katalis yang digunakan disini adalah Y-zeolite dengan
nama HTY. Katalis jenis ini kemudian dikembangkan dengan nama S-753. Zeolit dengan ukuran
rongga tertentu digunakan pula sebagai katalis untuk mengubah alkohol menjadi hidrokarbon
sehingga alkohol dapat digunakan sebagai bensin. Zeolit di alam banyak ditemukan di India,
Siprus, Jerman dan Amerika Serikat. Bagian Primary dari Zeolit adalah TO4 dimana T adalah Si
atau Al.

Kelebihan katalis tipe ini adalah:
Pembentukan coke yang rendah
Stabilitas yang baik
Siklus regenerasi lebih lama
Membutuhkan temperatur yang lebih rendah untuk mencapai tingkat konversi yang
diinginkan

Kekurangan katalis Y-zeolite ada pada selektivitasnya. Katalis ini memiliki tingkat
konversi yang tinggi terhadap gasoline dan gas, serta konversi yang rendah terhadap produk
kerosine dan gasoil.

Reaksi cracking membutuhkan panas sedangkan reaksi hidrogenasi menghasilkan panas.
Secara keseluruhan, reaksi hydrocracking menghasilkan panas. Sebagaimana pada reaksi
treating, reaksi hydrocracking juga merupakan fungsi dari konsumsi hidrogen, artinya semakin
banyak konsumsi hidrogen, maka akan semakin eksotermis reaksi yang terjadi.

Konsumsi hidrogen pada reaksi hydrocracking secara umum (termasuk pre-treating)
adalah 1200 - 2400 SCFB/wt% dengan perubahan sebesar 200 420 Nm
3
/m
3
tiap %wt
perubahan kapasitas umpan. Panas yang dihasilkan dari reaksi antara 50 100 Btu/SCF H
2
atau
jika dinyatakan dalam kenaikan temperatur adalah sebesar 0,065
o
F/SCF hidrogen yang
dikonsumsi (0,006
o
C/Nm
3
/m
3
H
2
).

Secara umum, reaksi hydrocracking dimulai dengan pembentukan olefin atau siklo-olefin
pada sisi logam katalis. Selanjutnya sisi asam akan menambahkan proton pada olefin atau siklo-
olefin tersebut untuk menghasilkan ion carbonium. Ion carbonium tersebut akan terrengkah
menjadi ion carbonium yang lebih kecil dan senyawa olefin yang lebih kecil. Produk tersebut
merupakan produk utama hydrocracking. Proses terminasi pada reaksi hydrocracking terjadi
dengan reaksi penjenuhan senyawa olefin pada sisi logam katalisator. Berikut ini adalah tahapan
reaksi pada rangkaian reaksi hydrocracking terhadap suatu senyawa n-parafin.

5. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik
(rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua
jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh
karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan
katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin
menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis
molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :

6. Menaikan Bilangan Oktan
Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa
diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin
(dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian
dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara
dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika
campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi),
maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan
mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.
Nama oktan berasal dari oktana (C
8
), karena dari seluruh molekul penyusun bensin,
oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil
tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada heptana, misalnya, yang
dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.
Beberapa angka oktan untuk bahan bakar:
87 Bensin standar di Amerika Serikat
88 Bensin tanpa timbal Premium
91 Bensin standar di Eropa, Pertamax
92 Bensin standar di Taiwan
[1]

91 Pertamax
[2]

95 Pertamax Plus
Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Menambahkan
tetraethyl lead (TEL, Pb(C
2
H
5
)
4
) pada bensin akan meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut,
sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan aman untuk mesin dengan menambahkan timbal
ini. Untuk mengubah Pb dari bentuk padat menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL
dibutuhkan etilen bromida (C
2
H
5
Br). Celakanya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer dan
membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah
dilarang untuk dipakai sebagai bahan campuran bensin.
Bahan lain yang dapat dicampurkan untuk menambahkan bilangan oktan adalah MTBE
(methyl tertiary butyl ether, C
5
H
11
O), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE murni
berbilangan setara oktan 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat
menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi
pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO. Belakangan diketahui bahwa
MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah
bercampur dengan air, sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin
(misalnya di pompa bensin) MTBE masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-
sumber air minum lainnya.
Etanol yang berbilangan oktan 123 juga digunakan sebagai campuran. Etanol lebih
unggul dari TEL dan MTBE karena tidak mencemari udara dengan timbal. Selain itu, etanol
mudah diperoleh dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku untuk pembuatannya
cukup melimpah. Etanol semakin sering dipergunakan sebagai komponen bahan bakar setelah
harga minyak bumi semakin meningkat.

PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Oktan
http://refiners-notes.blogspot.com/2013/06/hydrocracking-catalysts.html
http://bayu-outsiders.blogspot.com/2012/08/proses-pengolahan-minyak-bumi.html

Anda mungkin juga menyukai