1. Optimasi
Karbon aktif dapat bersumber dari bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-
tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi karbon
aktif yang dapat mengadsorpsi gas dan senyawa- senyawa kimia tertentu yang bersifat
selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan luas permukaan.
3. Karbon Aktif
Dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat berupa serat misalnya kulit
kuaci biji bunga matahari yang sudah tidak mengandung kadar air dengan adanya
pemanasan pada suhu tinggi akan menghasilkan suatu arang yang selanjutnya diaktivasi
menggunakan aktivator tertentu.
4. Sabut Kelapa
Limbah yang berupa serat-serat kasar pada kelapa yang dapat dijadikan karbon apabila
dilakukan proses karbonisasi.
5. Adsorben
Suatu zat padat berpori yang dapat menyerap atau mengadsorpsi komponen-komponen
tertentu dari fasa cair.
6. Peroksida
Suatu senyawa yang dapat dijadikan sebagai indikator penurunan kualitas minyak yang
dapat ditentukan dengan metode iodometri.
7. Minyak Jelantah
Limbah minyak yang didapat setelah proses penggorengan yang mengandung senyawa-
senyawa bersifat karsinogenik karena telah mengalami proses oksidasi dari minyak murni.
1
I. JUDUL : OPTIMASI JENIS DAN KONSENTRASI AKTIVATOR PADA
PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA SEBAGAI ADSORBEN
PEROKSIDA DALAM MINYAK JELANTAH
2
Pada saat uji pendahuluan bahan yang digunakan pada pembuatan karbon aktif yaitu kulit
kuaci dengan aktivator NaCl, karena kulit kuaci yang dihasilkan pada saat karbonisasi sangat
sedikit maka peneliti mengganti bahan yang digunakan pada pembuatan karbon aktif menjadi
sabut kelapa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, telah dilakukan penelitian tentang
“Optimasi Jenis Dan Konsentrasi Aktivator Pada Pembuatan Karbon Aktif Dari Sabut Kelapa
Sebagai Adsorben Peroksida Dalam Minyak Jelantah”.
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pemanfaatan sabut kelapa sebagai karbon aktif untuk menurunkan peroksida dalam
minyak jelantah.
2. Khusus
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada teknisi
laboratorium bahwa karbon aktif dapat dibuat dari sabut kelapa.
3
2. Menambah referensi bagi akademis dan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
4
peroksida melebihi standar baunya terasa tengik, jika dicium tingkat ketengikan minyak
goreng berbanding lurus dengan jumlah kadar peroksida (Wijana,2005).
5
Angka peroksida merupakan indeks jumlah minyak atau lemak yang telah mengalami
oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak
yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang
menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka
peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri (Aisyah, dkk.,2010).
6
Gambar 7.1 Karbon Aktif
(Nurrochmah,2017)
Karbon aktif biasanya dikatakan sebagai arang yang diaktivasi menggunakan aktivator
tertentu sehingga dapat menyerap berbagai jenis zat di dalam cairan maupun gas. Karbon aktif
pun dapat menjernihkan dan menghilangkan bau busuk (Ramdja, dkk.,2008).
Karbon aktif merupakan suatu adsorben yang mempunyai kapasitas adsorpsi yang
sangat besar terhadap suatu anion, kation dan molekul organik maupun anorganik dalam
bentuk larutan ataupun gas (Khairunnisa,2008).
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
7
Jenis : Cocos
Spesies : C. Nucifera L
8
Aktivator adalah zat atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai reagen pengaktif dan
zat ini akan mengaktifkan atom-atom karbon sehingga daya serapnya menjadi lebih baik. Zat
aktivator bersifat mengikat air sehingga air yang terikat kuat pada pori-pori karbon yang tidak
hilang pada saat karbonisasi akan lepas dari permukaan karbon. Zat aktivator tersebut akan
memasuki pori dan membuka permukaan karbon yang tertutup, sehingga luas permukaan
karbon aktif semakin besar dan meningkatkan daya serapnya. Bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pengaktif di antaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl,
Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, NaOH, dan sebagainya. Semua bahan aktif ini umumnya bersifat
sebagai pengikat air. Penelitian ini menggunakan aktivator garam yaitu Natrium Klorida dan
Zink Klorida(Ramdja,2008).
1. Natrium Klorida (NaCl)
Natrium chlorida yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat
osmotik yang tinggi. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut.
Natrium klorida ini mengandung natrium dan klorida yang terdiri atas 40% natrium.
Natrium klorida ini digunakan sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium
klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan.
Natrium klorida adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih.
NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol. Sifat-sifat kimia NaCl
sebagai berikut:
- Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut didalam gliserol, dan amonia.Sangat
sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam asam klorida.
- Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada air.
- Biasanya bersifat higroskopis yang artinya zat yang dapat menyerap air.
- Apabila bereaksi pada perak nitrat akan membentuk endapan perak klorida dan
apabila bereaksi dengan timbal asetat akan membentuk endapan putih timbal klorida.
Penggunaan larutan Natrium Klorida sebagai zat aktivator kimia karena zat aktivator
NaCl mampu berfungsi sebagai zat dehidrat pada karbon aktif yang dihasilkan. Selain
itu, NaCl tidak beracun, harganya sangat terjangkau dibandingkan dengan jenis
aktivator yang lain dan aman terhadap lingkungan sehingga limbah yang dihasilkan
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan menjadi alasan terpenting dalam
penggunaannya sebagai aktivator(Ramadhona, 2011).
9
Na – Cl
NaCl
Arang Na
10
+ HCl
2. Natrium Tiosulfat
Senyawa natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan rumus kimia
Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat merupakan larutan standar sekunder karena tidak stabil
terhadap oksidasi dari udara, asam dan bakteri. Penambahan boraks atau natrium karbonat
12
terhadap larutan natrium tiosulfat dilakukan sebagai pengawet. Iodin akan mengoksidasi
ion tiosulfat menjadi ion tetrationat.
2S2O32- + I2 2I- + S4O62-
(Harjadi,1993)
3. Kalium Iodida
Merupakan garam yang berwarna putih atau kristal kubik atau bubuk kristal putih, rasa
pahit-asin, tidak berbau, mudah diserap diudara lembab, dan mudah larut dalam air(1:0,75),
alkohol (1:12), gliserin (1:2,5) dengan rumus kimia KI.
KI dapat digunakan sebagai pelarut untuk I2 sedangkan pada titrasi iodometri KI
ditambahkan dalam jumlah tertentu sebagai reduktor, dimana I- yang berlebih dititrasi oleh
natrium tiosulfat dengan menggunakan amilum sebagai indikato (Harjadi,1993).
13
VIII. KERANGKA KONSEP
Sabut kelapa
Karbonisasi dengan alat las portable (proses penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan dengan proses
pembakaran suhu tinggi dengan udara terbatas dengan cara membakar sabut kelapa menggunakan alat las portale pada
malam hari)
1% 5% 10% 1% 5% 10%
Pengujian peroksida
14
IX. METODE PENELITIAN
9.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan
percobaan yang bertujuan untuk mengetahui Jenis dan Konsentrasi Aktivator pada
pembuatan karbon aktif untuk penurunan angka peroksida dalam minyak jelantah.
Dari hasil perhitungan rumus Gomez, didapatkan nilai dengan pengulangan sebanyak
3kali.
15
Dengan Penambahan Karbon Aktif
Tanpa
Kulit Kuaci Serabut Kelapa
penambahan
Sampel r Aktivator NaCl Aktivator ZnCl2 Aktivator NaCl Aktivator ZnCl2 karbon aktif
(∑)
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l)
∑A1
1 A1a A1b A1c A1d A1e A1f A1g A1h A1i A1j A1k A1l
Minyak
∑A2
Jelantah 2 A2a A2b A2c A2d A2e A2f A2g A2h A2i A2j A2k A2l
(A)
∑A3
3 A3a A3b A3c A3d A3e A3f A3g A3h A3i A3j A3k A3l
16
9.5. Alat dan Bahan
9.5.1. Alat
1. Alat vortex(pengocok)
2. Batang pengaduk
3. Buret 50,00mL
4. Cawan alumunium
5. Cawan porselain
6. Corong
7. Desikator
8. Filler
9. Furnace
10. Gelas Kimia 250 dan 100mL
11. Gelas ukur 100mL
12. Kaca arloji
13. Kertas saring
14. Kertas timbang
15. Kertas Whatman No.40
16. Klem buret
17. Labu Erlenmeyer 250 dan 100mL
18. Labu ukur 100,0mL
19. Lumpang dan alu
20. Neraca analitik
21. Oven
22. Pemanas(destruktor)
23. Pipet seukuran 10,0mL
24. Pipet tetes
25. Pipet ukur 20mL
26. Spatulla
27. Statif
28. Tangkrus
17
9.5.2. Bahan
1. Amilum
2. Aquadm
3. Asam asetat
4. Asam sulfat pekat
5. Etanol 96%
6. Garam dapur (NaCl)
7. ZnCl2
8. Kalium dikromat p.a
9. Kalium iodida p.a
10. Karbon aktif kulit kuaci
11. Kloroform
12. Natriumtiosulfat.pentahidrat(p.a)
(SNI 06-3730-1995)
18
2. Proses Karbonisasi
Prinsip:
Pembakaran bahan baku dengan udara yang terbatas dengan
temperatur 3000C – 9000C sampai terbentuk karbon secara menyeluruh.
Prosedur:
- Ditimbang secara analitik kurang lebih 50gram kulit kuaci dan serabut
kelapa yang sudah bersih dan kering ke dalam cawan porselain
menggunakan neraca analitik.
- Dibakar menggunakan gas torch dengan suhu 9000C, pemanasan
dilakukan sampai terbentuk karbon secara merata.
- Didingingkan di dalam desikator selama 15 menit setelah terbentuk
karbon secara sempurna.
- Ditimbang cawan yang mengandung karbon menggunakan neraca
analitik.
- Dicatat hasil dan dihitung nilai rendemen karbon yang terbentuk.
- Kemudian karbon aktif hasil karbonisasi disaring menggunakan
saringan ukuran 100mesh.
Perhitungan:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 = × 100
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑢𝑎𝑐𝑖
(SNI 06-3730-1995)
3. Proses Aktivasi
Prinsip:
Dengan menambahkan suatu aktivator dengan jumlah tertentu, proses
ini akan membuka pori-pori karbon dengan metode aktivasi kimia
menggunakan larutan garam dapur berbagai konsentrasi.
Prosedur:
- Ditimbang 25gram karbon dari kulit kuaci dan serabut kelapa
menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia
250mL yang berbeda dan telah diberi label.
- Ditambahkan 100mL larutan NaCl dan ZnCl2 konsentrasi 1%, 5% dan
10% terhadap gelas kimia yang berbeda dan mengandung karbon
dari kulit kuaci serta serabut kelapa.
19
- Didiamkan selama 1jam, dikocok selama 15menit untuk mengaktivasi
karbon.
- Disaring menggunakan kertas Whatman No.40
- Residu(Karbon) dicuci menggunakan air panas(Aquadm) sampai pH 7
- Setelah bersih, karbon dikeringkan di dalam oven selama 1jam 1050C.
Perhitungan:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑠𝑖
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑠𝑖
(SNI 06-3730-1995)
20
Prosedur:
c. Ditimbang 1gram karbon aktif dari masing-masing variasi karbon
menggunakan neraca analitik ke dalam cawan porselain yang telah
diberi label dan telah di ketahui beratnya.
d. Dipanaskan di dalam furnace secara perlahan. Setelah semua karbon
hilang, suhu diperbesar menjadi 8000C selama 2jam.
e. Bila semua karbon telah menjadi abu sempurna, didinginkan di dalam
desikator selama 15menit.
f. Ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya.
Perhitungan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(SNI 06-3730-1995)
21
2. Penentuan Normalitas Natrium tiosulfat
Prinsip:
Sejumlah tertentu larutan K2Cr2O7 yang telah diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan KI berlebih, I2 yang
berlebih(dibebaskan) dititrasi oleh larutan tiosulfat dengan indikator
amilum sampai terjadi titik akhir dari warna biru menjadi tidak berwarna.
Dimana pada TE, ekivalen I2 sebanding dengan ekivalen tiosulfat.
Reaksi:
Cr2O72- + 14H+ + 6I- 2Cr3+ + 7H2O + 3I2
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
(Pergiwati,2011)
Prosedur:
- Ditimbang 0,0980gram kalium dikromat secara analitik dimasukkan
ke dalam labu ukur 100mL.
- Dilarutkan dengan aquadm, keringkan lalu tandabataskan .
- Dipipet 10,0mL larutan ke dalam Erlenmeyer 250mL bertutup asah,
tambahkan 1mL KI jenuh dan 10mL H2SO4 4N dengan cepat lalu
tutup dan kocok.
- Dititrasi dengan larutan baku Natrium tiosulfat 0,02N sampai warna
kuning jerami dan tambahkan 1mL amilum kemudian titrasi
diteruskan sampai warna biru tepat hilang.
- Dilakukan titrasi secara duplo dengan selisih tidak lebih dari 0,02mL.
- Dihitung kenormalan larutan Natrium thiosulfat tersebut.
22
Reaksi:
R-OOH + 2KI + H2O R-OH + I2 + KOH
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
(Pratiwi,2013)
Prosedur:
- Ditimbang sebanyak 5gram karbon aktif dan dicampurkan dengan
50mL minyak jelantah. Kemudian kocok dengan alat pengocok
selama 15menit.
- Disaring menggunakan kertas saring biasa.
- Ditimbang 5gram filtrat minyak secara analitik langsung ke dalam
erlenmeyer.
- Ditambahkan 30mL campuran pelarut (Alkohol 95%, Asam asetat dan
Kloroform), goyangkan erlenmeyer sampai semua minyak melarut.
- Ditambahkan 1,0mL larutan KI jenuh, biarkan beberapa saat ditempat
gelap sambil sesekali digoyang.
- Ditambahkan 50mL aquadm kemudian dititrasi dengan larutan
Na.thiosulfat 0,02N sampai berwarna kuning jerami, tambahkan 1mL
indikator amilum hingga terjadi warna biru titrasi dilanjutkan kembali
sampai warna biru tepat hilang.
- Dilakukan penetapan blanko dengan aquadm sebagai pengganti
contoh dan dilakukan penetapan angka peroksida tanpa penambahan
karbon aktif, catat hasil pengamatan.
Perhitungan :
(𝑎 − 𝑏)𝑥8𝑥100𝑥𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Dimana:
a =Volume titrasi thio untuk sampel (mL)
b = Volume titrasi blanko (mL) 8= BE oksigen(mg/mek)
(Rustiana,2015)
23
4. Perhitungan Efisiensi Karbon Aktif terhadap Penurunan Angka Peroksida
(𝑎 − 𝑏)
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖(𝑞) = × 100%
𝑎
Dimana:
q= efisiensi penurunan
a= konsentrasi peroksida sebelum ditambahkan karbon aktif
(mgO2/100g)
b= konsentrasi peroksida setelah ditambahkan karbon aktif (mgO2/100g)
(SNI 06-3730-1995)
g. Rancangan biaya
Adapun rancangan biaya yang diperlukan ini sebagai berikut :
1. Kuaci Rp. 200.000
2. Reagen penelitian Rp. 950.000
3. Sewa tempat dan alat Rp. 400.000
4. Lain-lain RP. 300.000 +
Jumlah Rp. 1.850.000
h. Jadwal kegiatan
24
Daftar Pustaka
Winarno, F.G.(2002).Kimia Pangan dan Gizai, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 95,107.
Lokmanto, B.A.(2010).Evaluasi Bilangan Peroksida dan Titik Asap Minyak Goreng. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
(http://anggibithoilmupangan.blog.com/2010/05/evaluasi-bilangan-peroksida-dan-titik.html) [2
April 2017]
Ketaren, S.(2005). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI-
Press. 174,69,113.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.(2003). Syarat Mutu dan Uji Arang Aktif SII
No. 0258-88. Palembang: Balai Perindustrian dan Perdagangan.
Aisyah, S.,dkk.(2010). “Penurunan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA) Pada
Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas Oleh Kacang Polong Buah Kelor (Moringa olifera,
Lamk) Dengan Aktivasi NaCl”. ALCHEMY. 2(1),53-103.
25
Shofa.(2012). “Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu dengan Aktivasi
Kalium Hidroksida. Fakultas Teknik Kimia Universitas Indonesia Depok.Skripsi.
Burhanuddin.(2001). Forum Pasar Garam Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Khopkar, S. M.. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Penerbit Universitas
Indonesia. Hal. 216-217.
Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI-06-3730-1995: Karbon Aktif Teknis. Jakarta
(ID): Badan Standardisasi Nasional.
Prastiwi A.D.(2014). “Penggunaan ZnCl2 sebagai Aktivator Karbon Aktif dari limbah
padat agar dan aplikasinya sebagai adsorben pada limbah cair industri tahu.Fakultas I Perikanan
dan Ilmu Kelautan.IPB.Skipsi.
26
Data Uji Pendahuluan
Perhitungan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
[K2Cr2O7] = 𝐵𝐸 × 𝐿
0,0984 𝑔
= 𝑔
49 × 0,1𝐿
𝑒𝑘
= 0,0209 N
2. Penentuan Angka Peroksida dalam Minyak Jelantah
Berat
Angka Peroksida Minyak Volume Titrasi Kadar Peroksida Efisiensi
Tanpa Karbon 5,0452 g 5,52 mL 15,48 mgO2/100g -
Karbon Aktivator 1% 5,0259 g 3,07 mL 7,38 mgO2/100g 52,33%
5% 5,0412 g 2,27 mL 4,71 mgO2/100g 69,57%
10% 5,0950 g 2,40 mL 5,09 mgO2/100g 67,12%
27
Perhitungan :
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Tanpa Karbon = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(5,52−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0452 𝑔
= 15,48 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [1%] = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(3,07−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0259 𝑔
= 7,38 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [5%] = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,27−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0412 𝑔
= 4,71 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [10%] = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,40 −0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0950 𝑔
= 5,09 mgO2/100g
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (1%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−7,38)
= × 100%
15,48
= 52,33%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (5%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−4,71)
= × 100%
15,48
= 69,57%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (10%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−5,09)
= × 100%
15,48
= 67,12%
28
Proses Dehidrasi Proses Karbonisasi Setelah karbonisasi
29