Anda di halaman 1dari 22

Praktikum Kimia Material

Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

PENGGUNAAN CLAY SEBAGAI BAHAN PEMUCAT MINYAK SAWIT

I. TUJUAN
Mempelajari kemampuan mineral clay dalam proses pemucatan minyak
sawit dan analisis dar iminyak yang telah dipucatkan.
II. TEORI
Menurut ahli mineralogi, mineral clay adalah mineral silikat berlapis
(pilosilikat) atau mineral lain yang bersifat liat (plasticity) dan mengalami
pengerasan saat dipanaskan atau dalam keadaan kering. Mineral clay pada
dasarnya tersusun dari alumina silikat dengan logam lain berupa SiO2, Al2O3,
Fe2O3, CaO dan MgO. Struktur dari mineral clay terdiri dari octahedral dari
alumunium dan magnesium yang berkombinasi dengan silika tetrahedral
yang tersusun secara renik.
Kemampuan clay sebagai adsorban sangat ditentukan oleh jenisnya
terutama kandungan SiO2 dan Al2O3. Mineral clay berbentuk padatan berpori
dengan rongga berukuran molekuler mempunyai struktur yang sedemikian
rupa dapat digunakan sebagai adsorban.
Hoffman menyatakan bahwa mineral clay bila dikontakkan dengan asam
organic akan terjadi penghilangkan macam-macam mineral dan
memperbesar pori. Bila mineral clay dididihkan dengan asam sulfat atau
asam klorida, maka akan terbentuk permukaan clay yang aktif dimana pada
mulanya tertutup olehgaram-garam mineral.
Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan nontrigliserida.
Komponen utama trigliserida terdiri dari gliserol yang berikatan dengan
asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil
dari C pada asam laurat C11H23COOH bersifat mudah larut dalam air meskipun
pada suhu 100oC. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap
dengan adanya uap air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit
mudah menguap. Asam berbobot molekul rendah (asam lemak tak jenuh)
lebih mudah terlarut dalam etil alkohol dibandingkan asam lemak berbobot

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

molekul tinggi (asam lemak jenuh). Berikut ini adalah table karakteristik dan
komposisi minyak sawit :

Range
Keterangan nilai
49,2-
Karakteristik Angkaiod 58,9
Angka penyabunan 200-205
Asam lemak jenuh Miristat 0,5-6
(% berat) Palmitat 32-45
Stearat 2-7
Asam lemak tak jenuh Hexadecenoat 0,8-1,8
(% berat) Oleat 38-52
Linoleat 5-11

Senyawa non trigliserida antara lain: monogliserida, digliserida,


fosfatida, karbohidrat, turunan karbohidrat, protein dan bahan-bahan
berlendir atau getah serta zat-zat berwarna yang memberikan warna serta
rasa dan bau yang tidak diinginkan. Dalam proses pemurnian dengan
penambahan alkali (proses penyabunan) beberapa senyawa non trigliserida
ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa seperti karoten, xantofil,
tokoferol, sterol dan fosfatida. Minyak sawit terdiri dari 0,2-1% berat bahan
tak tersabunkan, termasuk zat warna karoten 0,05-0.2%, tokoferol 0,003-
0,11% dan sisanya sterol, fosfolipid dan alkohol.
Zat warna dalam minyak dibagi menjadi duagolongan :
1. Zat warna alamiah
Zat warna ini antara lain adalah karoten, xantofil, klorofil dan antosianin.
Karoten merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang menyebabkan warna
merah jingga, oranye atau kuning dan bersifat larut pada minyak.
Karoten bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan suasana asam, jika
minyak dialiri uap panas maka warnanya akan hilang. Karoten dapat
dipucatkan dengan proses oksidasi.
2. Zat warna hasil oksidasi dandegradasi
a. Warna gelap

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya warna gelap


antara lain :
- Tekanan dan suhu pemanasan yang terlalu tinggi pada waktu
pengepresan dengan cara hidrolik, sehingga sebagian minyak
teroksidasi.
- Bahan pelarut untuk ekstraksi. Misal :campuran pelarut petroleum-
benzen menghasilkan warna lebih cerah dibandingkan dengan pelarut
benzol, heksan dan lain-lain.
- Logam Fe, Cu dan Mn menimbulkan warna gelap.
- Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan, terutama oksidasi tokoferol
(antioksidan) menghasilkan warna kecoklatan.
b. Warna coklat
Warna ini biasanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan busuk
atau memar.Selain itu dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat
dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul
protein akibat aktivitas enzim.
Pemucatan minyak adalah proses pemurnian untukmenghilangkan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Proses ini dapat dilakukan
dengancara :
1. Adsorpsi
Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari
bleaching earth dan karbonaktif. Zat warna, suspense koloid dan hasil
degradasi minyak seperti peroksida akan diserap pada permukaan
adsorben.
2. Pemanasan
Pemucatan dilakukan dalam ruangan vakum pada suhu tinggi. Sebelum
pemanasan, sebaiknya minyak dibebaskan dari ion logam besi, sabun
dan hasil oksidasi seperti peroksida. Namun cara ini kurang efektif
terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil.
3. Reduksi

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

Bahan kimia yang dapat mereduksi warna terdiri dari garam bisulfit atau
natrium hidrosulfit. Pemucatan minyak dengan cara ini tidak efektif
karena jika minyak terkena udara maka warna akant imbul kembali.
4. Oksidasi
Oksidasi terhadap zat warna mengakibatkan asam lemak tak jenuh
memiliki kecenderungan untuk membentuk peroksida karena proses ini.
Bahan yang dapat digunakan sebagai pemucat adalah persenyawaan
peroksida dikromat, ozon, klorin, klorin oksida dan udara.
Berbagai jenis minyak akan mengalami perubahan bau dan rasa sebelum
terjadi proses ketengikan seiring dengan berjalannya waktu. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan ketengikan adalah :
1. Ketonik
Ketengikan ini timbul akibat jamur dengan adanya sedikit oksigen dan
air yang membebaskan asam lemak jenuh rantai pendek, yang kemudian
akan teroksidasi membentuk karbon non metal keton dan alcohol
alifatik.
2. Hidrolisa
Ketengikan ini disebabkan hidrolisa trigliserida dengan adanya uap air
dan enzim sehingga membebaskan FFA (free fatty acids). FFA ini (kaprat,
laurat, mistirat) menyebabkan bau tidak enak. Berikut merupakan reaksi
minyak laurat dengan menjadi asam laurat dengan enzim lipase :

Minyak laurat + H2O → digliserida + asam laurat

3. Oksidasi
Oksidasi lemak dimulai dengan pembentukan produk intermediet
termasuk peroksida dan hidroperoksida. Setiap satu ikatan asam lemak
tak jenuh dapat mengadsorpsi dua atom oksigen sehingga terbentuk
senyawa peroksida yang labil.
Salah satu cara untuk mengetahui karakteristik dari minyak melalui tes
angka penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat Dan Fungsinya
No. Alat Fungsi
1. Lumpang dan alu Tempat mengahaluskan clay
2. Erlenmeyer Tempat wadah larutan
3. Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
4. Neraca analitis Untuk menimbang zat
5. Pipet tetes Untuk mengambil larutan
6. Penyaring vakum Untuk mempercepat penyaringan tanah
liat

3.1.2 Bahan Dan Fungsinya


No. Bahan Fungsi
1. Mineral clay Sebagai adsorben
2. Alkohol netral 95% Sebagai pelarut
3. Indikator fenolftalein Sebagai indikator
4. HCl 0,5 N Sebagai pentiter
5. Minyak sawit Sebagai sampel
6. KOH 0,1 N Sebagai pentiter
7 KOH 0,5 N alkoholik Sebagai penyabunan minyak

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

III.2 Cara Kerja


1. Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Tidak Diaktivasi
Sampel tanah liat dikeringkan, dihaluskan. Kemudian ditimbang 5 gram,
dimasukkan ke dalam kolom. Minyak sawit dilewatkan kedalam kolom
sebanyak 30 mL. Minyak dari kolom disaring dengan penyaring vakum.
Ditampung dalam erlenmeyer.
2. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas
5 gram minyak yang telah dipucatkan ditambahkan 25 mL alkohol
netral 95%, dipanaskan dalam penangas air sambil diaduk dan ditutup
dengan pendingin tegak. Setelah dingin ditambahkan indikator
fenolftalein, dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah
jambu yang tidak hilang lagi dengan pengocokan.
3. Penentuan Angka Penyabunan
2 gram minyak yang telah dipucatkan ditambahkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N, dimasukkan dalam erlenmeyer, ditutup dengan
pendingin tegak. Minyak dididihkan sampai tersabunkan sempurna,
ditandai dengan tidak adanya butir-butir minyak didalam larutan.
Setelah dingin ditambahkan indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl
0,5 N sampai hilangnya warna merah jambu. Titrasi juga dilakukan
untuk blanko.
4. Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Diaktivasi
10 gram mineral clay yang telah dihaluskan ditambah dengan
campuran H2SO4 : HCl sebanyak 5 mL: 5 mL. Dibiarkan hingga clay
menjadi kering setelah itu dicuci dengan akuades dan dikeringkan.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

3.3 Skema Kerja


1. Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Tidak Diaktivasi

Sampel tanah liat

- dikeringkan, dihaluskan

5 gram tanah liat

- dimasukkan ke dalam kolom


- dilewatkan 30 mL minyak sawit
- disaring dengan penyaring vakum
- ditampung dalam erlenmeyer

Minyak yang telah


dipucatkan

2. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas

5 gram minyak yang


telah dipucatkan

- ditambahkan 25 mL alkohol netral 95%


- dipanaskan pada penangas air
- diaduk dan ditutup dengan pendingin tegak
- didinginkan

Campuran dingin

- ditambahkan indikator fenolftalein


- dititrasi dengan KOH 0,1 N

Hasil

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

3. A. Penentuan Angka Penyabunan

2 gram minyak yang


telah dipucatkan

- ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N alkoholik


- dididihkan sampai tersabunkan sempurna
- diaduk dan ditutup dengan pedingin tegak
- didinginkan
Campuran dingin

- ditambahkan indikator fenolftalein


- dititrasi dengan HCl 0,5 N

Hasil

B. Titrasi blanko

25 mL KOH 0,5 N alkoholik

- ditambah indikator fenolftalein


- dititrasi dengan HCl 0,5 N

Hasil

4. Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Diaktivasi

10 gram clay halus

- ditambah H2SO4 : HCl sebanyak 5 mL: 5 mL


- dicuci dengan akuades
- dikeringkan

Clay yang telah


diaktifasi

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

3.4 Skema Alat

1
7

8
2

3
4

Keterangan
1. Kolom
2. Minyak
3. Tanah liat
4. Kapas
5. Sambungan ke vakum
6. Erlenmeyer
7. Klem
8. Standar

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

IV. DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Data
1. Angka asam lemak bebas
Massa minyak = 5 gram
N KOH = 0,1 N
Volume KOH = 0,4 mL
2. Angka penyabunan
Massa minyak = 2 gram
V HCl blanko = 21,1 mL
V HCl sampel = 11 mL
N HCl = 0,5 N
Mr KOH = 56,1 g/mol

4.2 Perhitungan
1. Angka asam lemak bebas
g
( V . N ) KOH x 0,2052 x 100 %
= mol
massa minyak
g
0,4 mL x 0,1 N x 0,2052 x 100 %
= mol
5 gram
= 0,16416 %

2. Angka penyabunan
g
( V blanko−V sampel ) x N HCl x 56,1
= mol
massa minyak
g
( 21mL−11 mL ) x 0,5 N x 56,1 x
= mol
2 gram
= 141,65

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Pengamatan Setiap Langkah Kerja
5.1.1 Perlakukan Terhadap Mineral Clay Yang Tidak Diaktivasi

NO Cara Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisa

1 Perlakuan terhadap mineral Minyak mengalami Clay dikeringkan dan dihaluskan


yang tidak diaktifasi. perubahan warna menjadi tujuannya untuk memperluas

Sampel tanah liat dikeringan agak lebih pucat daerah permukaan sehingga

dan dihaluskan . ditimbang diabandingkan didapatkan hasil yang maksimal

sebanyak 3 gram. Kolom sebelumnya. untuk pemucatan minyak. Minyak

dibersihkan dan diberi kapas yang didapakan mengalami

lalu clay diamsukkan dan perubahan warna karena zat

ditambahkan minyak sebanyak warna minyak diserap oleh clay.

30 ml. Minyak ditampung


didalam erlenmeyer yang
nantinya akan ditentukan angka
asam lemak dan angka
penyabunannya.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

B Perlakuan terhadap clay yang Warna clay setelah Clay diaktifasi tujuannya yaitu
diaktifasi diaktifasi berubah. untuk memperbesar pori yang

Clay yang telah dihaluskan ada pada clay, dimana ion H+ dari

ditimbang sebanyak 10 gram H2SO4 dan HCl akan

dan ditambahkan H2SO4 dan HCl menggantikan ion-ion yang ada

pekat dengan perbandingan pada clay sepertiSiO3, Al2O3,

(1:1) hingga sampel caly Fe2O3, CaO dan MgO sehingga

mengering dan dicuci dengan pori-pori yang awalnya kecil, ion-

air bebas mineral da ion dari clay akan digantikan oleh

dikeringkan. ion H+ sehingga pori pada clay


lebih besar.

C Penentuan angka asam lemak Larutan berubah menjadi Minyak ditambahkan alkohol
bebas pink lembayung setelah 95% bertujuan untuk melarutkan

5 gram minyak ditambahkan 25 dititrasi. minyak dan dilakukan

ml alkohol 95% dipanaskan pemanasan untuk mempercepat

selama 10 menit didalam reaksi pelarutan minyak

penangas air menggunakan digunakan pendingin tegak agar

pendingin tegak . Setelah itu pelarut tidak menguap.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

minyak dititrasi dengan KOH Dilakukan titrasi agar diperoleh


0,1 N yang sebelumnya berapa banyak volume KOH yang
ditambahkan indikator pp. dibuthkan untuk mentralkan
asam lemak yang ada pada
minyak sehingga didapatkan
kandungan asam lemak bebas
dalam minyak tersebut.

D Penentuan angka penyabunan Larutan minyak berubah Minyak ditambahkan KOH

2 gram minyak ditambakan menjadi berwarna bening alkoholik agar minyak larut dan

dengan 25 ml KOH 0,5 N setelah dititrasi. dilakukan pemanasan untuk

alkoholik, dimasukkan ke dalam mempercepat reaksi. Dan

erlenmeyer lalu diapnaskan dilakukan titrasi dengan HCl

dalam penangas air dengan tujuannya untuk menghitung

menggunakan pendingin tegak. volume HCl yang dibutuhkan

Selanjutnya nanti dititrasi untuk menetralkan sabun yang

menggunakan HCl 0,5 N ang terdapat dalam minyak sehingga

sebelumnya ditambahkan pp. nanti dapat diperoleh angka


penyabunannya.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

5.2 Pengamatan Sifat Fisik Rendemen Hasil Akhir


No Produk (rumus dan struktur) Foto Analisa sifat fisik Analisa rendemen
1 Penentuan angka asam bebas Asam lemak bebas Angka asam lemak bebas
lemak bersifat asam, tidak larut yang diperoleh sebesar
dalam air, larut dalam 0,164 %. Kualitas minyak
alkohol 95 % saat ka semakin baik jika
dipanaskan anka asam lemak
bebasnya kecil dari 5 %.

2 Penentuan angka penyabunan Setelah di lakukan titrasi Angka penyabunan yang


dengan HCl 0,5 N larutan dipoleh sebesar 141,65.
warna merah muda Nilai ini mendekati nilai
berubah menjadi tidak pada standar SNI yaitu
bewarna 105-205.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

5.2 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan mengenai penentuan kemampuan mineral clay
sebagai bahan pemucat minyak. Dimana clay merupakan suatu zat yang
digunakan sebagai pengadsorpsi β-karoten yang ada pada minyak.
Pemucatan ini bertujuan untuk memurnikan minyak sawit.
Setelah dilakukan pemucatan dengan mineral clay (tanah liat), kemudian
dilakukan analisis terhadap minyak sawit tersebut. Dimana analisis yang
dilakukan yaitu penentuan asam lemak bebas dan angka penyabunan. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk menentukan kualitas dari minyak sawit yang
telah dipucatkan.
Pada penentuan asam lemak bebas yaitu mengetahui jumlah asam lemak
yang terdapat pada minyak sawit. Dari praktikum yang telah dilakukan
didapatkan kadar asam lemak bebas sebesar 0,164 %. Jumlah ini kecil
dibandingkan dengan angka asam lemak bebas standar SNI yaitu 0,05-5 %.
Hal ini menunjukkan bahwa minyak yang telah dipucatkan dengan mineral
clay yang tidak diaktivasi memiliki mutu yang baik, karena angka asam lemak
bebasnya rendah.
Sedangkan pada penentuan angka penyabunan, yaitu dengan
menentukan jumlah minyak yang tersabunkan. Apabila angka penyabunan
semakin besar maka mutu dari minyak tersebut juga semakin baik. Dari
praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai angka penyabunan
sebesar 141,65. Nilai ini mendekati nilai pada standar SNI yaitu 105-205 dan
berarti minyak yang telah dipucatkan dengan clay yang tidak diaktivasi
memiliki mutu yang baik. Prinsip percobaan ini adalah adsorpsi minyak oleh
clay yang tidak diaktifasi dan titrasi asam basa untuk menentukan kualitas
minyak.
Clay yang diaktifkan berguna untuk meningkatkan kemampuan clay
untuk mengadsorpsi minyak. Clay diaktifasi dengan H 2SO4 dan HCl pekat agar
mineral-mineral dalam clay larut dan digantikan oleh H + dari asam, molekul
H+ ini kecil sehingga pori-pori clay menjadi lebih besar. Selanjutnya sampel
clay yang telah diaktifasi dicuci dengan akuades untuk menghilangkann sisa
sulfat dan klorida.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dari percobaan ini adalah adsorpsi dan titrasi
2. Angka penyabunan yang didapatkan adalah 141,65% dan angka asam
lemak bebas adalah 0,164 %.
3. Clay dapat digunakan dapam proses pemucatan minyak sawit, karena
clay mampu menyerap zat warna dari minyak.
4. Pada saat aktifasi clay terjadi peristiwa kation exchange.
5. Pada penentuan angka penyabunan dimana semakin kecil angka
penyabunan maka kualitas minyak semakin bagus. Digunakan HCl
sebagai pentiter tujuannya yaitu untuk menghitung berapa banyak HCl
yang dibutuhkan untuk menetralkan sabun yang terdapat dalam
minyak.
6. Pada penentuan angka asam lemak bebas dimana semakin tinggi angka
asam emak bebas maka kualitas minyak kurang bagus. Begitupun juga
untuk pengguanaan KOH dimana seberapa banyak KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak pada minyak.

6.2 Saran
Agar praktikum selanjutnya berjalan lancar disarankan agar :
1. Teliti dalam melakukan titrasi, jangan sampai melewati titik akhir.
2. Hati-hati dalam melakukan pemanasan.
3. Sebaiknya gunakan clay yang halus agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal.
4. Selalu gunakan safety

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

DAFTAR PUSTAKA

Budhi Karjono, Kusno. Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan


Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi. Jurnal
Teknik Kimia Vol.1, No.2, April 2007.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan.


Jakarta : UI Press.

Manullang, Monang dan Sacra, Fiametta. Pemanfaatan Abu Sekam Padi


Sebagai Pemucat Minyak Kelapa, Minyak Wijen Dan Minyak
Kelapa Sawit. Bul. Tek. Dan Industri Pangan Vol. VI No.1 Tahun
1995.

Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Available at


www.library.usu.ac.id.

Tan, K.H. 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah.Yogyakarta : UGM.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

Lampiran I. TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

1. Proses yang terjadi pada pemucatan minyak :


a. Pemucatan dengan panas.
Kelemahannya pada suhu kurang dari 240°C minyak cenderung
teroksidasi.
b. Pemucat dengan tanah pemucat.
Jika menggunakan tanah pemucat menyebabkan kehilangan minyak ±
30 % dari bahan yang digunakan.
2. Senyawa penyusun clay selain oksida Al adalah :
a. Fe2O3
b. CaO
c. MgO
3. Yang akan terjadi jika clay diaktifkan terlebih dahulu adalah :
Mineral clay akan mengaktifkan permukaannya, memperbesar pori-pori
dan akan menghilangkan mineral-mineral yang terkandung dalam clay.
5. Alasan digunakan panjang gelombang 269 nm dan 444 nm untuk
pengukuran serapan nya adalah Karena pada panjang gelombang tersebut
clay sangat aktif digunakan untuk adsorbsi.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

Lampiran II. ANALISIS ARTIKEL ILMIAH


a. Judul
“Synthesis and performance analysis of oil palm ash (OPA ) based
adsorbent as a palm oil bleaching material”
“Sintesis dan analisis performa dari abu minyak palm (OPA )
berdasarkan adsorben pada pemutihan material inyak palm.”
b. Tujuan
1. Untuk menganalisis dari abu abu minyak palm (OPA ) berdasarkan
adsorben pada pemutihan material inyak palm.
2. Mempelajari prose bleaching, decolouri serta membersihkan minyak dari
pengotor.
c. Metode
Adsorbsi dan filtrasi
d. Cara kerja
1. Dibuat abu(sebagai adsorben) dari Kirana Palm Refinery dengan variasi
ukuran yaitu ≤ 75 µm , 212-300 µm, dan 300-425 µm. Variasi ukuran ini
dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran abu terhadap proses
pemutihan.
2. Crude palm oil (CPO) dimasukkan ke dalam gelas beaker sebanyak 150
ml dan dipanaskan sampai suhu 65Oc sambil dilakukan pengadukan.
3. Kemudian ditambahkan adsorben kedalam inyak dan dipanaskan lagi
hingga suhu mencapai 150 o C dan distirer (kecepatan stirer
divariasikan 200 rpm dan 800 rpm) selama 1 jam.
4. Setelah proses pemutihan dilakukan adsorbent dipisahkan dari minyak
CPO dengan metode filtrasi menggunakan bunchner funnel.
5. Diperoleh spent adsorben disimpan untuk proses selanjutnya.
6. Komposisi kimia dari minyak palm dikarakterisasi menggunakan x-ray,
fluoresensi dan spektrofotometri.
e. Skema Kerja

Abu Kirana Palm Refinery

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

- Dibuat abu(sebagai adsorben) dari Kirana


Palm Refinery dengan variasi ukuran yaitu ≤
75 µm , 212-300 µm, dan 300-425 µm.
Minyak CPO

- Dimasukkan ke dalam gelas beaker sebanyak


150 ml dan dipanaskan sampai suhu 65Oc
sambil dilakukan pengadukan.
- Kemudian ditambahkan adsorben kedalam
inyak dan dipanaskan lagi hingga suhu
mencapai 150 o C dan distirer (kecepatan
stirer divariasikan 200 rpm dan 800 rpm)
selama 1 jam.
- Setelah proses pemutihan dilakukan
adsorbent dipisahkan dari minyak CPO
dengan metode filtrasi menggunakan
bunchner funnel.
- Diperoleh spent adsorben disimpan untuk
proses selanjutnya.
- Komposisi kimia dari minyak palm
dikarakterisasi menggunakan x-ray,
fluoresensi dan spektrofotometri.

Hasil

f. Hasil dan pembahasan


Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa OPA dapat digunakan untuk
proses pemucatan minyak. Variasi ukuran dari OPA dapat
mempengaruhi proses pemucatan minyak CPO. Dari variasi volume dari
OPA yang paling bagus untuk pemucatan adalah dengan ukuran 300 µm
sedangkan untuk variasi stirer yaitu paling efektif pada kecepatan 800
rpm. Penggunaan OPA sebagai adsorbent sangat bagus karena biayanya
murah dan mudah didapatkan. Untuk selanjutnya diharapkan akan

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit
Praktikum Kimia Material
Semester Genap
Tahun Ajaran 2016/2017

dilanjutkan dengan proses pengolahan secara extensive sehingga OPA


dapat digunakan semaksimal mungkin untuk prose pemucatan minyak
CPO.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat


Minyak Sawit

Anda mungkin juga menyukai