Anda di halaman 1dari 15

SINTESIS DAN KARAKTERISTIK PARTIKEL NANO Fe3O4 YANG BERASAL DARI

PASIR BESI DAN Fe3O4 BAHAN KOMERSIAL (ALDRICH)


Lia Kurnia Sholihah, NRP 1106 100 010

Dosen Pembimbing: Dr. Darminto, M.Sc & Malik Anjelh Baqiya, M.Si

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Diterima: 30 Juli 2010, Surabaya

Abstrak

Fe3O4 berhasil dibuat dengan menggunakan metode kopresipitasi. Karakterisasi serbuk dengan
menggunakan difraksi sinar-X dan dan software Maud menghasilkan ukuran kristal sebesar 5,51,3
nanometer. Karakterisasi dengan menggunakan VSM diperoleh nilai medan saturasi MS untuk ferit Fe3O4
dari pasir besi yang telah disintesis, Aldrich yang belum disintesis dan Aldrich yang telah disintesis
berturut-turut sebesar 46,3 emu/gram, 100,4 emu/gram, 54,6 emu/gram dan medan koersifitas (HC)
masing-masing sebesar 1,69x10-2 Tesla, 2,94x10-2 Tesla, 2,00x10-4 Tesla.

Kata kunci : Kopresipitasi, Nano Fe3O4, XRD, VSM,

metode sintesis kimia antara lain : kopresipitasi,


sintesis hidrotermal, metode prekursor sitrat,
PENDAHULUAN metode keramik-gelas (glass ceramic) dan
1.1 Latar Belakang proses sol-gel (Costaa,A. C. F. M, 2003).
Pasir besi (Fe3O4) berukuran nano Dalam penelitian ini dikembangkan
memiliki sifat ferimagnetik memiliki peluang metode sederhana dalam fabrikasi partikel nano
aplikasi yang luas. pengaplikasian pasir besi Fe3O4 yang berasal dari Aldrich dengan metode
(Fe3O4) yang berukuran partikel nano kopresipitasi, dengan menggunakan pasangan
merupakan alternative yang diperlukan untuk asam dan basa, yaitu HCl sebagai pelarut dan
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di NH4OH sebagai pengendapnya dengan harapan
bidang elektronik yang dalam perkembangan akan menghasilkan partikel nano Fe3O4. Metode
dan kebutuhannya kian meningkat. Fe3O4 ini dilakukan pada suhu 70oC dengan peralatan
berukuran nano memiliki aplikasi pada bidang yang sederhana.
industri seperti; keramik, katalis, energy storage,
magnetic data storage, ferofluida, maupun
dalam diagnosis medis.

Metode kimia basah pada pembuatan 1.2 Perumusan Masalah


partikel nano Fe3O4 merupakan cara alternative Adapun permasalahan yang dihadapi
sejak diketahuinya kekurangan dari metode dalam penelitian ini sebagai berikut :
keramik konvensional. Sintesis kimia basah dari 1. Bagaimana mensintesis partikel nano
tingginya reaktivitas serbuk ternyata merupakan dengan ukuran kristal 100 nm berbahan
cara sangat efektif untuk menurunkan dasar Fe3O4 dari pabrik (Aldrich) dengan
temperature sintering dari ferit. Macam-macam metode kopresipitasi.
2. Bagaimana membandingkan komposisi Manfaat dari penelitian ini adalah
fasa, morfologi dan sifat kemagnetan Fe O menumbuh kembangkan penguasaan dalam
3 4
dari pabrik (Aldrich) dan bahan alam yang bidang nanomaterial terutama dalam proses
dihasilkan dari proses sintesis. sintesa dan mekanisme partikel nano. Dengan
keberhasilan membuat bahan partikel nano yang
memiliki ukuran butir 100 nm berbahan dasar
1.3 Batasan masalah
Fe3O4, distribusi ukuran yang merata dan sifat
Batasan masalah dalam penelitian ini
kemagnetan akan memberi peluang yang lebih
adalah ditekankan pada kajian komposisi fasa, besar pada pengaplikasian teknologi dan segi
morfologi dan sifat kemagnetan nano Fe3O4 ilmiah.
yang berasal dari Aldrich. Pada penelitian ini
digunakan metode kopresipitasi dan analisa 2. TINJAUAN PUSTAKA
kadar fasa dengan menggunakan X-Ray 2.1 Pasir Besi
Diffraction (XRD) dan sifat kemagnetan dengan
menggunakan VSM. Pasir merupakan bahan alam yang
tersedia sangat melimpah di Indonesia. Pasir
1.4 Tujuan Penelitian biasa dimanfaatkan untuk bahan bangunan
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini sebagai campuran semen dalam pembuatan
adalah : tembok sebagai pelapis batu bata. Pasir besi
pada umumnya mempunyai komposisi utama
1. Memperoleh partikel nano Fe3O4 dengan
besi oksida (Fe2O3 dan Fe2O3), silikon oksida
ukuran butir 100 nm berbahan dasar
(SiO2), serta senyawa-senyawa lain dengan
Fe3O4 yang berasal dari pabrik (Aldrich)
kadar yang lebih rendah. Komposisi kandungan
2. Membandingkan komposisi fasa dan sifat
pasir dapat diketahui setelah dilakukan
kemagnetan Fe O dari bahan pabrik
3 4 pengujian, misalnya dengan menggunakan XRD
(Aldrich) dan alam yang dihasilkan dari (X-Ray Difraction) atau XRF (X-Ray
proses sintesis. Flouresence), sehingga dapat digunakan dalam
penelitian ini. Hal ini dapat menambah nilai jual
1.5 Sistematika Penulisan pasir, misalnya dengan memperkecil ukuran
Sistematika penulisan ini terdiri dari partikelnya menjadi partikel nano.
lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang Pasir besi umumnya ditambang di areal
akan membahas latar belakang, tujuan sungai/dasar sungai atau tambang pasir (quarry)
di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja
penelitian, perumusan masalah, batasan masalah,
pegunungan di Indonesia yang banyak
sistematika penulisan, dan manfaat penelitian. mengandung pasir besi. Transportasi di
Bab II membahas tentang tinjauan pustaka yang pegunungan juga sulit, karena medannya yang
terkait dengan bahan pasir besi, struktur spinel, terjal dan berliku-liku. Hal ini yang
magnetit, Fe2O3, partikel nano Fe3O4, metode menyebabkan penambang pasir besi lebih
kopresipitasi, dan bahan komposit. Bab III memilih di areal sungai dari pada di
memaparkan metode percobaan yang berisi pegunungan, karena lebih mudah dijangkau
(Anwar, 2007)
preparasi bahan dan peralatan serta langkah
percobaan yang dilakukan. Bab IV menampilkan Sifat oksida besi
hasil percobaan dan pembahasan. Dan Bab V
sebagai penutup yang merupakan kesimpulan Besi (II) oksida (FeO) atau oksida besi juga
dan saran yang didapat dari hasil penelitian. dikenal sebagai wustite dalam bentuk
mineral. Bubuk oksida hitam ini dapat
1.6 Manfaat penelitian menyebabkan ledakan seperti mudah
terbakar.
Besi (III) oksida (Fe2O3) atau oksida besi
juga dikenal sebagai bijih besi (bentuk alfa)
atau maghemite (bentuk gamma) dalam
bentuk mineral. Sebagai bahan kimia
industri ini umumnya disebut rouge.
Setelah dimurnikan, besi oksida digunakan
sebagai lapisan dalam media audio dan
komputer. Dalam lingkungan yang kering
atau alkali, besi oksida itu dapat
menyebabkan pengvasifan dan
menghambat karat, namun juga merupakan
komponen utama karat. Gambar 2.2. struktur spinel Fe3O4
Besi (II, III) oksida (Fe3O4) atau besi oksida
Krista magnetik Fe3O4 dengan struktur
besi juga dikenal sebagai magnetite atau
spinel dapat dilihat dari Gambar 2.2 . Struktur
magnet dalam bentuk mineral (RM Cornell,
tetrahedral: ion Fe dikelilingi oleh empat
2003).
oksigen . Struktur oktahedral: ion Fe dikelilingi
oleh enam ion Oksigen (Moskowitz,1991).
2.2 Bahan Ferimagnetik
Material ferimagnetik atau biasa disebut
Dalam senyawa ionik, seperti oksida, ferit adalah bahan magnetik yang mempunyai
bentuk-bentuk lebih kompleks magnetik terjadi sifat khas yaitu keras, rapuh, tahan terhadap
sebagai akibat dari struktur kristal. Bahan yang panas dan zat kimia, mempunyai tahanan jenis
sangat bersifat magnetic disebut Ferimagnetik listrik yang tinggi, sehingga banyak digunakan
Gambar 2.1 menunjukkan representasi dalam bidang elektronika. Ferit dapat
sederhana spin magnetik dalam oksida termagnetisasi secara spontan pada temperature
ferimagnetik. Currie dan bersifat paramagnetic untuk
temperatur di atas temperature Currie
(Chrismant, J. Rhicard, 1988)

Dalam fasa ferimagnetik terbentuk


domain magnetik dan terjadi hysteresis. Ferit
merupakan bagian terpenting dari ferimagnetik.
Ferit adalah gabungan ion-ion dan memiliki
kemampuan magnetic berasal dari magnetic ion
yang disebut kation. Berdasarkan struktur
kristalnya, ferit digolongkan menjadi 2
kelompok:
Gambar 2.1. spin magnetik bahan ferimagnetik
1. Kubik
Struktur magnetik terdiri dari dua
Ferit yang mempunyai rumusan
magnetik sublatis (disebut A dan B) yang
umum MO.Fe2O3, dengan M adalah ion
dipisahkan oleh oksigen. pertukaran Interaksi
logam divalent seperti Mg, Mn, Fe, Ni,
dimediasi oleh anion oksigen. Ketika ini terjadi,
Zn, Co dan Cu. Ferit-ferit ini memiliki
interaksi tersebut disebut interaksi tidak
struktur spinel dan sering disebut
langsung atau superexchange.
ferrospinel karena struktur kristalnya
(Moskowitz,1991)
berhubungan erat pada spinel MgO.Al2O3,
dengan struktur komplek dan umumnya
magnetik lunak (soft magnetic).

2. Heksagonal
Magnetit mempunyai rumus
kimia Fe3O4 dan mempunyai struktur
spinel dengan sel unit kubik yang terdiri
dari 32 ion oksigen, di mana celah-
celahnya ditempati oleh ion Fe2+ dan Fe3+.
Delapan ion Fe3+ dalam tiap sel berada
paa bagian tetrahedral (A), karena
berlokasi di tengan sebuah tetrahedron
yang keempat sudutnya ditempati ion
oksigen (Gambar 2.3a). sisanya delapan
ion Fe3+ dan delapan ion Fe2+ berada pada
bagian oktahedral (B), karena ion-ion
oksigen disekitarnya menempati sudut-
sudut sebuah oktahedron (Gambar 2.3b)
yang sudut-sudutnya ditempati oleh enam
atom oksigen (Hook, J, R & Hall, H, E,
1991). Tiap-tiap unit sel berisi sejumlah
ion, di mana secara kompleks sulit
dibayangkan. Satu sel terbagi menjadi 8
oktan (kubus spinel), masing-masing
berukuran a/2 (Gambar 2.3c), empat oktan
yang berarsir memiliki ukuran isi yang
sama, begitu pula dengan cara yang sama,
tetrahedral di oktan terarsir dan octahedral
di oktan tidak terarsir (Cullity, B. D.
1972). Bentuk heksagonal dari Fe3O4
dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. struktur heksagonal Fe3O4


(Lemire.C, 2004). (a).
gambar sisi samping dan
atas Fe3O4(1 1 1). (b)
gambar STM Fe3O4(1 1 1)
dari film (size 300 300
nm2) dengan ukuran
atomik sebesar 3 3 nm2.

2.3 Partikel Nano Fe3O4

Partikel nano magnetik memiliki sifat


fisis dan kimia yang bervariasi dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang. Salah satu
partikel magnetik tersebut yang dapat dijadikan
Gambar 2.3 struktur kubik ferit (cullity, B. D. berukuran nanometer adalah besi oksida seperti
1972), (a) posisi ion logam dalam Fe3O4 (magnetit). Lao et al., 2004, meneliti
kristal tetrahedral (A), (b) posisi bahwa partikel nano ini dapat dimanfaatkan
ion logam dalam octahedral (B), sebagai material untuk kegunaan sistem
(c) gabungan tetrahedral dan
pengangkutan obat-obatan (Drug Delivery
octahedral, (d) kubik magnet.
System = DDS), Magnetic Resonance Imaging
(MRI), dan terapi kanker. Agar dapat Untuk sintesis partikel nano Fe3O4
diaplikasikan dalam bebagai bidang tersebut, dengan metode kopresipitasi, perbandingan/rasio
sangatlah penting untuk mempertimbangkan antara ion ferrous (Fe2+) dan ion ferric (Fe3+)
ukuran partikel, sifat magnetik, dan sifat dalam medium basa (alkali) sangat
permukaan dari partikel nano itu sendiri. mempengaruhi hasil akhir sintesis. Efeknya
meliputi rentang diameter ukuran partikel dan
sifat magnetik yang dihasilkan. Telah dilaporkan
bahwa valensi garam logam yang digunakan
dalam sintesis memegang peranan penting dalam
menentukan ukuran partikel. Dalam hal ini,
ukuran partikel nano Fe3O4 dengan variasi
prosentase molar ion ferrous terhadap jumlah
total ion besinya dalam rentang 9 nm sampai
40 nm (Iida et al., 2007).
(a)
Pada penelitian yang lain diungkapkan
bahwa pH awal dan suhu larutan garam besi
selama proses kopresipitasi sangat
mempengaruhi pembentukan magnetit. Ukuran
partikel rata-rata yang diperoleh dengan pH awal
larutan 0,7; 1,5; 3; 4,7 berturut-turut adalah 6,4;
7,6; 9,9; dan 9,9 nm. Penentuan ukuran partikel
ini penting karena disesuaikan dengan
(b) aplikasinya nanti. Misalnya, untuk mengontrol
target seperti protein, gen, dan sel, diperlukan
Gambar 2.5 (a) Serbuk Fe3O4, (b) Struktur Fe3O4 partikel berukuran diameter berturut-turut 5-50
nm, 2 nm dan panjang 10-100 nm
Dalam beberapa tahun belakangan ini, (Gnanaprakash et al., 2007)
para peneliti dapat mensintesis partikel nano
Fe3O4 dengan metode-metode yang berbeda. Proses magnetisasi bahan ferimagnetik
Seperti metode sol gel yang dikembangkan oleh salah satunya dapat menggunakan medan dari
Xu et al., 2007. Lain lagi dengan dilakukan oleh luar (external). Gambar 2.4 mengilustrasikan
proses magnetisasi sebagai akibat peningkatan
Iida et al., 2007 yang memilih mensintesis
medan luar. Dimulai dari daerah asal,
partikel nano Fe3O4 dengan metode hidrolisis magnetisasi M meningkat secara lambat pada
terkontrol sedangkan Hong et al., 2007 memilih permulaan, tetapi menjadi labih cepat seiring
metode kopresipitasi dalam air. Di antara sekian dengan meningkatnya medan, dan bahkan M
metode sintesis tersebut, metode kopresipitasi menjadi jenuh (saturasi) pada titik A.
yang paling sederhana karena prosedurnya lebih
mudah dilakukan dan memerlukan suhu reaksi
yang rendah (< 100 oC). Metode kopresipitasi
merupakan proses kimia yang membawa suatu
zat terlarut ke bawah sehingga terbentuk
endapan yang dikehendaki. Teknik ini sering
dipakai untuk memisahkan analit dari
pengotornya.
kopresipitasi ini adalah untuk mempelajari sifat
magnetik dalam struktur domain tunggal, tetapi
studi actual pada sintesis partikel nano magnetik
difokuskan pada potensi aplikasi dan
peningkatan kualitas dari nano partikel
(misalnya mengenai monodispersi dan
kristalinitasnya).
Keserbagunaan dan kesederhanaan
metode kopresipitasi menjadikan metode ini
menjadi salah satu teknik yang lebih disukai
untuk membuat partikel nano. Prosedur yang
sama juga digunakan untuk sintesis tipe ferit
yang lain, seperti MnFe2O4 dan CoFe2O4,
dengan mengubah prekusor yang digunakan.
Partikel nano yang dihasilkan dari metode
kopresipitasi biasanya polidispersif, tetapi
Gambar 2.6 Kurva Histeresis bahan biasanya berbentuk siferis.
ferromagnetik Studi sistematis pada kopresipitasi untuk
pembuatan partikel nano tidak terdokumentasi
Jika sekarang medan dikurangi, kurva dengan baik. Kebanyakan studi mengenai
baru tidak kembali ke kurva asal OA, tetapi metode kopresipitasi dan Fe3O4 partikel nano
melalui garis AD seperti yang ditunjukkan (ukuran kurang dari 20 nm) hanya difokuskan
dalam Gambar 2.4. Bahkan bilamana medan pada satu variabel atau dideskripsikan satu
dikurangi sampai nol, magnetisasi M diketahui kondisi proses yang menghasilkan partikel
sebagai magnetisasi remanent. Untuk dengan sifat-sifat tertentu (Liong, 2005).
menghilangkan magnetisasi ini diperlukan Dalam pembuatan ferit, cara-cara dan
medan negative -Hc , medan H berubah secara kondisi yang digunakan akan mempengaruhi
periodic, sehingga bentuk kurvanya menjadi sifat-sifat produk akhir yang diperoleh. Dalam
penuh seperti dalam Gambar 2.4 di atas. metode basah garam-garam yang diperlukan
Hysteresis ini menyatakan hilangnya energy sebagai bahan dasar dilarutkan bersama-sama
dalam sistem. Hilangnya energy ini sebanding dalam pelarut, misalnya asam. Larutan yang
dengan luas loop. (Darminto, 2002) sudah diaduk sampai homogeny perlu
ditambahkan larutan pengendap sedemikian rupa
Pada kurva histeresis ada yang disebut sehingga endapan yang didapat mempunyai
remanensi (Hr). remanensi adalah medan homogenitas yang tinggi (Arisandi, 2007).
kebalikan, bila diterapkan dan kemudian Senyawa-senyawa karbonat dapat
dihapus, akan mengurangi remanensi saturasi ke digunakan sebagai bahan pengendap. Biasanya
nol. Nilai Histeresis suatu bahan tergantung pada digunakan pengendap NaOH hanya kerugiannya
ukuran butir, domain, stres, dan suhu. kation-kation Na dapat diabsorbsi oleh endapan
hidroksida, sedangkan untuk pencucian untuk
2.4 Metode Kopresipitasi
membebaskan endapan dari kation-kation ini
Dalam penelitian ini, pembuatan sangat sulit dilakukan. Pengotoran seperti ini
Fe O berukuran nanometer menggunakan yang akan menurunkan mutu ferit yang dibuat.
3 4
Penggunaan NH4OH yang mengotori endapan
metode kopresipitasi. Metode ini pertama kali dapat dihilangkan dengan jalan memanaskan
dipublikasikan pada tahun 1925 oleh Welo dan endapan pada suhu yang tinggi (Arisandi, 2007).
Baudish, yang meneliti tentang transformasi fasa Beberapa informasi yang dapat
besi oksida dengan temperatur, akan tetapi yang dikumpulkan dari survey tentang berbagai
paling banyak diambil oleh para peneliti macam kondisi proses yang digunakan untuk
kontemporer adalah metode yang dikembangkan mengontrol ukuran partikel Fe3O4 ditunjukkan
oleh massart. Tujuan awal penggunaan metode pada Tabel 2.1. garam besi yang paling banyak
digunakan adalah FeCl2 dan FeCl3, dan agen pengeringan, furnace sebagai alat pemanas dan
presipitat pada umumnya adalah NaOH atau pengaduk magnetik (hot plate dan magnetik
NH4OH, tetapi ada juga yang menggunakan stirrer). Untuk karakterisasi fasa dipakai
tetrametil ammonium hidroksida (TMAOH). difraktometer sinar-X (XRD), TEM untuk
Temperature reaksi yang digunakan berkisar mengamati morfologi ukuran parikelnya dan
antara suhu ruang sampai 100oC dengan VSM untuk memperoleh kurva magnetisasi
diameter partikel nano yang dihasilkan berkisar suatu bahan.
antara 2 nm sampai 51 nm (Liong, 2005).
3.1.2 Bahan

Sumber Sumber Presipitan Suhu Ukuran Bahan utama yang digunakan dalam
Fe2+ Fe3+ partikel sintesa Fe3O4 adalah pasir besi dari Aldrich,
(diameter) Larutan HCl 12,07 M dan NH4OH 6,49 M
FeCl2 FeCl3 NaOH Suhu 6 nm & 12
kamar nm dipakai dalam sintesa dengan metode
& kopresipitasi. Aquades digunakan sebagai bahan
80oC pencuci dalam proses kopresipitasi
FeCl2 FeCl3 NH4OH Suhu 12 nm
kamar 3.2 Prosedur Kerja
FeCl2 FeCl3 NH4OH 80oC 3-15 nm
FeCl2 FeCl3 NaOH Tidak 8,5 nm 3.2.1 Sintesis Partikel Nano Fe3O4 dari Pasir
tertuli
s
Besi Alam
FeCl2 NaOH 88oC 7 nm
FeSO4 FeCl3 NH4OH Tidak 7,5 nm Partikel nano Fe3O4disintesis dengan
tertuli metode kopresipitasi. Pasir besi yang telah
s diekstrak diuji dengan XRD kemudian
Tidak Tidak NaOH 80oC 5,5 nm & dilarutkan dalam HCl 12,07 M sebanyak 35 ml
tertulis tertulis 12,5 nm pada suhu ~ 70 C dan diaduk sekitar 30 menit
FeCl2 FeCl3 NH4OH Suhu 3-11 nm
kamar dalam magnetic stirrer. Adapun persamaan
FeCl2 FeCl3 NH4OH 30- 8,4-51 nm reaksinya sebagai berikut:
90oC
FeSO4 FeCl3 NaOH dipana 11,8 nm 3Fe3O4 (s) + 8HCl(l) 2FeCl3 (l) +
skan FeCl2 (l) + 3Fe2O3(s) + 3H2O(l)+ H2(g )
FeCl2 FeCl3 NaOH 70oC Not listed
FeCl2 NaOH 25oC 2-12,5 nm (3.1)
NH4OH dan
N(CH3)4OH 45oC Setelah larutan terbentuk, dilakukan
Tabel 2.1 hasil-hasil sintesis Fe3O4 penyaringan dengan menggunakan kertas saring.
dengan metode kopresipitasi (Liong, 2005). NH4OH ditambahkan dalam larutan ini sambil di
aduk dengan pengaduk magnetik dan dipanaskan
dengan magnetik stirrer pada suhu ~ 70 C
selama 30 menit. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
3. METODOLOGI PENELITIAN
2FeCl3 (l) + FeCl2 (l) + H2O(l ) +
3.1 Peralatan dan Bahan 8NH4OH(l) Fe3O4(s)+ 8NH4Cl(l) +
5H2O(l) (3.2)
3.1.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam Hasil reaksi yang dihasilkan kemudian


eksperimen ini antara lain adalah gelas beker, dicuci berulang-ulang dengan aquades sampai
gelas ukur, pipet, timbangan digital, ayakan, bersih dari pengotornya kemudian disaring. Cara
corong kecil, tissue, thermometer, kertas saring, pencucian adalah dengan menempatkan hasil
magnet permanent, oven untuk untuk reaksi pada gelas ukuran besar kemudian diberi
aquades sebanyak yang bisa ditampung gelas itu.
Magnet permanen ditempatkan dibawah gelas Partikel mikro Fe3O4 disintesis dengan
dengan tujuan bisa menarik Fe3O4 supaya metode kopresipitasi yang sebelumnya telah
mengendap lebih cepat dibandingkan Fe2O3. Bila diuji dengan XRD kemudian dilarutkan dalam
sudah terjadi endapan didasar gelas air di dalam HCl pada suhu ~ 70 C dan diaduk sekitar 30
gelas dibuang dengan penuangan yang hati-hati menit dalam magnetic stirrer. Adapun
agar endapan kental yang berwarna hitam ( persamaan reaksinya sebagai berikut:
Fe3O4) tidak ikut terbuang. Kemudian bahan
material hasil endapan ini dikeringkan di dalam Fe3O4 (s) + 8HCl(l) 2FeCl3 (l) + FeCl2 (l) +
oven pada suhu 70 C sekitar 2 jam. 4H2O(l )

Bahan Dasar ( Pasir besi alam ) Setelah larutan terbentuk, NH4OH


ditambahkan dalam larutan ini sambil di aduk
dengan pengaduk magnetik dan dipanaskan
Pasir Besi dengan magnetik stirrer pada suhu ~ 70 C
selama 30 menit. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
Uji XRD
2FeCl3 (l) + FeCl2 (l) + 4H2O(l ) + 8NH4OH(l)
Fe3O4(s) + 8NH4Cl(l) + 8H2O(l)
diaduk dengan
Pelarutan
magnetikstirer pada Hasil reaksi yang dihasilkan kemudian
dengan HCl
70 C
dicuci berulang-ulang dengan aquades sampai
bersih dari pengotornya kemudian disaring. Cara
Larutan pencucian adalah dengan menempatkan hasil
reaksi pada gelas ukuran besar kemudian diberi
Disaring dengan kertas
saring, diambil
aquades sebanyak yang bisa ditampung gelas itu.
larutannya
Magnet permanen ditempatkan dibawah gelas
dengan tujuan bisa menarik Fe3O4 supaya
Larutan Hasil mengendap lebih cepat dibandingkan Fe2O3. Bila
sudah terjadi endapan didasar gelas air di dalam
Penambahan Larutan diaduk dengan gelas dibuang dengan penuangan yang hati-hati
dengan NH4OH pengaduk magnetik agar endapan kental yang berwarna hitam
pada 70 C (Fe3O4) tidak ikut terbuang. Kemudian bahan
hasil endapan ini dikeringkan di dalam oven
Endapan Hasil
pada suhu 70C sekitar 2 jam.
Reaksi
Dioven pada suhu Dicuci berulang
70 C , 2 jam ulang dengan
aquades

Serbuk Fe3O4

Karakterisasi XRD, TEM dan

Gambar 3.1. Skema kerja penelitian partikel


nano Fe3O4 dari pasir besi alam

3.2.2 Sintesis Partikel Nano Fe3O4 dari


Pabrik (Aldrich)
3.3 Metode Analisis Data
Bahan Dasar (Pasir besi
Aldrich) 3.3.1 Karakterisasi XRD

Karakterisasi dilakukan untuk


Uji XRD mendapatkan pola difraksi sinar-X (XRD). Hasil
pengukuran XRD dilakukan untuk menghitung
Pelarutan Larutan diaduk dengan distribusi fasa dan kandungan fasa dari sampel
dengan HCl pengaduk magnetik yang dihasilkan. Proses identifikasi fasa
pada suhu 70 C didasarkan pada pencocokan data atau dengan
kata lain menggunakan metode searchmatch.
Larutan Hasil
Reaksi 3.3.2 Karakterisasi dengan VSM
Disaring dengan kertas Uji menggunakan VSM dilakukan untuk
saring & diambil memperoleh kurva magnetisasi suatu bahan
larutannya sebagai fungsi suhu maupun sebagai fungsi
Larutan Hasil medan luar sehingga dapat ditentukan fasa
penyaringan magnetik bahan, suhu transisi magnetik dan
Penambahan konstanta anisotropik bahan.
dengan NH4OH Larutan diaduk dengan
pengaduk magnetik pada
70 C
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Endapan Hasil
Reaksi 4.1 Analisa Data Difraksi Sinar X

Bubuk pasir yang mengandung besi


Dikeringkan di oven pada Dicuci berulang diekstrak menggunakan besi permanen untuk
suhu 70 C, 2 jam ulang dengan diambil biji Fe3O4 nya kemudian di uji dengan
aquades XRD untuk mengetahui fasa apa saja yang
terkandung.
Serbuk Fe3O4 Pengujian menggunakan XRD ini juga
dilakukan pada Fe3O4 yang berasal dari Aldric,
baik sebelum disintesis maupun sesudah
disintesis.
Karakterisasi XRD, TEM dan VSM
Lebarnya puncak dari masing-masing
grafik sampel (gambar 4.1) menunjukkan
banyaknya sinar-X yang terhambur pada bidang
Gambar 3.2. skema kerja penelitian partikel dhkl yang sama. Sehingga semakin tinggi puncak
nano Fe3O4 dari pasir besi pabrik (Aldrich)
difraksi maka semakin banyak sinar-X yang
terhambur pada bidang dhkl yang sama. Lebar
dan tinggi grafik XRD mengidentifikasikan
ukuran partikel dari suatu sampel. Hal ini
terlihat dari XRD pada bahan Fe3O4 dari pasir
besi yang belum disintesis mengalami pelebaran
grafik setelah disintesiss. Begitu pula pada
Fe3O4 yang berasal dari Aldric yang belum data dilakukan dengan langkah mencari dan
disintesis memiliki FWHM yang lebih besar dari mencocokkan (search-mach) secara manual.
pada yang telah disintesis. Dengan demikian Sehingga dapat diketahui kandungan fasa yang
bahan yang telah disintesis dengan metode ada di dalamnya selanjutnya dilakukan analisa
kopresipitasi memiliki sifat lebih nanokristalin kuantitatif untuk menentukan prosentase Fraksi
dari pada yang belum disintesis. Volume Fe3O4 pada pasir besi dengan
menggunakan metode hanawalt

Gambar 4.1. pola dirfaksi sinar x dari serbuk Fe3O4 sebelum disintesis dan
Dari perhitungan yang dilakukan
didapatkan bahwa prosentase Fraksi Volume
dari Fe3O4 adalah sebesar 64.15%. Sedangkan
sesudah, Fe3O4 dari Aldrich sebelum dan sesudah pada serbuk Fe3O4 yang berasal dari Aldric
tidak dilakukan perhitungan untuk menentukan
prosentase Fraksi Volumenya karena sudah
mendapat lisensi mengandung 100% Fe3O4 .

Pasir besi yang telah memiliki fasa


Fe3O4 dilarutkan dalam larutan HCl
menghasilkan senyawa-senyawa menurut reaksi
berikut:

3Fe3O4(s) + 8HCl(l) 2FeCl3(l) + FeCl2(l) +


3Fe2O3(s) + 3H2O(l) + H2(g)
(4.1)

Dari hasil larutan hasil reaksi tersebut,


terdapat ion-ion Fe2+ dan Fe3+ sekaligus yang
menjadi dasar dari sintesis Fe3O4. Pembentukan
partikel nano dengan cara kopresipitasi dari
larutan ini dilakukan melalui pengendapan
dengan larutan basa NH4OH dengan reaksi
sebagai berikut:

2FeCl3(l) + FeCl2(l) + H2O(l) + 8NH4OH(l)


Berdasarkan hasil pola difraksi sinar X
Fe3O4(s) + 8NH4Cl(l) + 5H2O(l)
pada gambar4.1 kemudian dilakukan analisa
(4.2)
secara kualitatif yaitu dengan identifikasi fasa
yang didasarkan pada pencocokan data posisi- Endapan (presipitat) berwarna hitam
posisi puncak difraksi yang terukur dengan basis akan terbentuk dengan segera saat larutan hasil
data (database). Fasa-fasa yang telah reaksi pertama dicampur dengan larutan basa.
dikompilasi yaitu dalam bentuk CD PDF Reaksi pembentukan yang cepat ini yang
(Powder Difraction File). Setelah itu pencarian menjadi penyebab partikel Fe3O4 berukuran
posisi puncak dan pencocokan pada fasa basis nano.
Pengujian XRD digunakan sebagai Hasil XRD dan searchmach ini
karakterisasi pertama yang dilakukan untuk memperlihatkan bahwa terdapat fasa Fe3O4 dan
mengetahui fasa apa yang terkandung dalam tidak ditemukan fasa lain. Data yang cocok pada
sampel serbuk hasil sintesis dengan metode saat searhmarch adalah JCPDS dari Fe3O4 (#19-
kopresipitasi. Hasil XRD ini memperlihatkan 0629) sama dengan hasil data yang digunakan
bahwa terdapat fasa Fe3O4 dan tidak ditemukan pada Fe3O4 dari pasir besi.
fasa lain. Data yang cocok pada saat searhmarch
adalah JCPDS dari Fe3O4 (#19-0629). Pada saat sintesis bahan Fe3O4 yang
berasal dari pasir besi maupun Aldrich,
Semua puncak pola difraksi untuk penambahan HCl dan NH4OH keduanya tidak
sampel tersebut teridentifikasi sebagai fasa sesuai dengan perhitungan stoikiometri. Pada
Fe3O4 berstruktur kubik dengan konstanta kisi a saat sintesis Fe3O4 dari Aldric, pada reaksi yang
= 8,356 , yang mendekati dengan data ICSD pertama, penambahan HCl yang seharusnya 8,58
No. 82237 (a = 8,3873 ). ml ditambah hingga menjadi 10 ml. Pada saat
pencampuran dengan 8,58 ml HCl, Fe3O4 belum
Metode kopresipitai tersebut juga larut seluruhnya, sehingga perlu ditambah
dilakukan pada serbuk Fe3O4 dari Aldrich dengan HCl lagi hingga 10 ml. Sedangkan pada
disintesis dengan metode kopresipitasi. Serbuk reaksi yang kedua penambahan NH4OH yang
Fe3O4 dilarutkan dalam HCl dengan magnetic seharusnya 16 ml ditambah hingga menjadi 20
stirrer. Adapun persamaan reaksinya sebagai ml, penambahan ini dilakukan karena larutan
berikut: hasil reaksi yang pertama belum mengendap
seluruhnya apabila ditambah dengan 16 ml.
Fe3O4 (s) + 8HCl(l) 2FeCl3 (l) + FeCl2 (l) +
4H2O(l ) (4.3) Fe3O4 dari Aldrich yang disintesis sebesar 3
gram sedangkan yang dihasilkan adalah 2,867
Pada sintesis Fe3O4 ini tidak terbentuk gram, sehingga massa yang hilang sebesar 0,133
Fe2O3(s) seperti pada saat penyintesisan Fe3O4 gram. Kehilangan massa ini seharusnya tidak
dan pasir besi alam. Sehingg zat yang terbentuk terjadi apabila lingkungan saat percobaan sesuai
adalah FeCl3 (l) dan FeCl2(l) dan air. dengan STP, serta saat pencucian terdapat
partikel Fe3O4 yang ikut hilang bersama dengan
Setelah larutan terbentuk, NH4OH air dikarenakan ukurannya yang sangat kecil
ditambahkan dalam larutan ini sambil di aduk hingga sulit sekali untuk diendapkan.
dengan pengaduk magnetik dan dipanaskan
dengan magnetik stirrer pada suhu ~ 60 C Data hasil XRD juga digunakan untuk
selama 30 menit. Adapun persamaan reaksinya menentukan ukuran kristal masing-masing
sebagai berikut: sampel dengan menggunakan software Maud.
Hasil pengolahan Fe3O4 dari pasir besi alam
2FeCl3 (l) + FeCl2 (l) + 4H2O(l ) + 8NH4OH(l) setelah disintesis ukuran kristalnya 10,9 0,3
Fe3O4(s) + 8NH4Cl(l) + 8H2O(l) nanometer yang sebelumnya berukuran 384,2
(4.4) 0,2 nm. Sedangkan hasil olah data dengan Maud
untuk sampel Fe3O4 yang berasal dari Aldrich
Fe3O4 yang diperoleh dari hasil akhir
memiliki ukuran kristal sebesar 77,2 1,28
tersebut berupa solid atau padatan yang
nanometer dan setelah disintesis dengan metode
kemudian akan diuji untuk mengetahui fasa
kopresipitasi ukuran kristalnya menjadi 5,5 0,1
yang terkandung di dalamnya dengan
nanometer.
menggunakan XRD.
Tabel 4.1 Data yang diperoleh dari refine keseragaman partikel dengan frekuensi
Software Maud terbanyak 0,05. Sedangkan Nilai varian
menunjukkan jangkauan keseragaman ukuran
Bahan Parameter Ukuran dari sampel. Pada sampel Fe3O4 yang telah
kisi rata-rata Varian
disintesis dari Aldrich memiliki varian 1,2 0,1
(nm)
(antara 1,1~1,3) lebih kecil dari pada sampel
Pasir 0,8394x10- 384,2
4 1,551,2 yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
besi 0,2
Pasir Fe3O4 memiliki keseragaman ukuran yang tinggi
8,3773x10- 10,9 (monodispersif) dibanding dengan sampel yang
besi 4 1,9 0,3
3,5
sintesis lain. Pada Fe3O4 dari pasir besi yang telah
Aldrich 8,3912x10- 77,2 2,8 disintesis juga memiliki varian yang kecil pula
4
1,3 0,015 1,9 0,3 (antara 1,6~2,2), sehingga Fe3O4 yang
Aldrich 8,3837x10- dari pasir besi ini juga monodispersif.
sintesis 4 5,5 0,1 1,2 0,1
Sedangkan Fe3O4 dari Aldrich yang belum
disintesis memiliki ukuran yang tidak seragam,
terlihat dari grafiknya yang memiliki jangkauan
dari 10 nm sampai dengan 85 nm dan masing-
masing ukuran memiliki frekuensi yang besar.
Hal tersebut menandakan bahwa dalam sampel
Aldrich yang belum disintesis ukuran kristalnya
tidak seragam atau polidispersif. Apabila semua
ukuran kristal itu dirata-rata akan menghasilkan
nilai sesuai dengan yang ada pada perhitungan
dengan software Maud yaitu sebesar 77,2 1,3
(antara 75,9~78,5) .

4.2 Analisa Data Hasil Uji Menggunakan


VSM

Sifat kemagnetan dari serbuk ferit yang


Gambar 4.2. Grafik distribusi ukuran kristal telah disintesis, dapat diketahui dengan
Fe3O4 . menggunakan alat VSM (Vibrating sample
magnetometer) di BATAN dan didapatkan kurva
Distribusi ukuran masing-
histeresis masing-masing bahan (Gambar 4.3 )
masing partikel didapat dari hasil refinement
yang menghasilkan besaran medan magnetisasi
dengan menggunakan Maud. Berdasarkan pada
remanen Mr, yaitu magnetisasi yang tersisa
grafik 4.2 di atas pada sampel Aldric yang telah
ketika medan luar H ditiadakan dan medan
disintesis (warna biru) memiliki keseragaman
koersivitas Hc, yaitu besarnya medan yang
ukuran lebh besar dari pada pasir besi yang telah
dibutuhkan sama dengan nol (medan
disintesis. Ukuran partikel rata-rata Fe3O4 yang
demagnetisasi).
telah disintesis sebsesar 5,53811,2521 dengan
frekuensi 0,3. Hal ini menunjukkan bahwa Fe3O4 Berdasarkan Gambar 4.3 dan Tabel 4.2
yang telah disintesis dari Aldrich memiliki sifat menunjukkan bahwa nilai MS dan HC untuk ferit
lebih monodispersif dari pada Fe3O4 yang telah Fe3O4 yang berukuran kristal paling besar
disintesis dari pasir besi, karena Fe3O4 yang (Aldrich mikro) memiliki nilai yang paling
disintesis dari pasir besi hanya memilki
tinggi dibanding dengan Aldric nano maupun besi yang telah disintesis terukur Ms yang lebih
yang berasal dari pasir besi. Perbedaan ukuran kecil dari pada Fe3O4 dari Aldrich yang telah
kristal inilah yang menyebabkan berbedanya disintesis yang memiliki kemurnian tinggi.
nilai MS dan HC. Hal ini disebabkan karena
semakin besar ukuran kristal, semakin banyak Luasnya loop kurva histeresis suatu
jumlah domain dalam kristal maka bahan bahan dapat menunjukkan besarnya energi
menjadi sulit termagnetisasi. Menyearahkan termagnetisasinya, sehingga dari kurva histeresis
sedikit domain lebih mudah dari pada tersebut diketahui bahwa energi untuk
menyearahkanbanyak domain. Sehingga magnetisasi bahan Aldrich yang belum disintesis
semakin kecil ukuran kristal maka akan semakin membutuhkan energi yang paling besar
kecil nilai MS dan HC. dibanding dengan yang lain. Hal ini dikarenakan
ukuran kristal pada Aldrich yang belum
Namun dalam pengukuran VSM disintesis lebih besar dari pada bahan Aldrich
tersebut nilai MS dan HC pada bahan Aldric nano yang telah disintesis dan yang berasal dari pasir
lebih besar dari pada pasir besi. Ketaksesuaian besi (Tabel 4.1). Ukuran kristal yang besar
hasil pengujian tersebut disebabkan karena menyebabkan semakin banyaknya domain. Hal
dalam pembuatan sampel, sulit untuk ini disebabkan karena menyearahkan banyak
mendapatkan nilai perbandingan molar yang domain membutuhkan energi yang lebih besar
sesuai dengan perhitungan dalam keadaan STP, dibandingkan apabila menyerahkan sedikit
baik dalam penimbangan serbuk awal maupun domain.
ketika mencampur HCl dan NH4OH. Hal ini
berpengaruh pada kontrol pH. Pada kedua bahan
yang disintesis kontrol pH tidak dilakukan. %'+ "*! ' *"*
Besarnya pH berpengaruh terhadap ukuran
partikel, dimana apabila pada saat sintesis pH
yang dihasilkan sangat asam maka ukuran butir
%& '

yang dihasilkan akan lebih kecil, pH dari


masing-masing sampel sebaiknya dikontrol
dengan teliti. Namun lamanya waktu
!"#$

mensintesis harus sangat diperhatikan karena


apabila kondisi sampelnya sangat asam ketika
ditambah dengan HCl maka apabila terlalu lama
akan menyebabkan teroksidasi dan bahan yang
dihasilkan tidak lagi Fe3O4.

Pada kurva histerisis (gambar 4.3) " ()$ ! *(


terjadi Perbedaan nilai Momen magnetisasi
maksimum anatara bahan Aldrich yang telah
Gambar 4.3 Kurva histeresis sampel Fe3O4 dari
disintesis dengan pasir besi yang telah dsintesis.
pasir besi, Aldrich (Aldrich mikro) dan
Hal ini dikarenakan pada bahan pasir besi yang
yang telah disintesis (Aldrich nano)
telah disintesis memiliki banyak impuritas yang
dimungkinkan masih tertinggal di dalamnya dan Tabel 4.2. Besar medan saturasi Ms dan medan
mensibtitusi ion Fe dalam Fe3O4 seperti Si, Ti, koersivitas Hc dari beberapa serbuk
dan Vanadium dimana impuritas itu memiliki ferit
nilai Ms yang lebih kecil sehingga pada pasir
No Sampel MS(emu/gr) HC(tesla)
Pasir besi ukuran nano
1 46,3 1,69 10-2 adanya kecermatan dalam proses
1. x Perlu
(10,9 3,4 nanometer)
Fe3O4 Aldrich (77,2 sintesis untuk memperoleh hasil yang lebih
-2
2 100,4 2,94 10
baik.
12,8 nanometer)
Fe3O4 Aldrich ukuran 2. Sampel yang hendak diuji sebaiknya
disimpan dalam wadah yang benar-benar
nano (5,51,3 -4
3 54,6 kedap
2,00 10 udara dan langsung diuji setelah
nanometer) disintesis (tidak menunggu waktu yang
lama).
3. Perlu mengetahui perbandingan ukuran
partikel dengan ukuran kristalnya.
Bahan Fe3O4 yang telah dihasilkan dari
Fe3O4 Aldrich dan pasir besi keduanya memiliki
ukuran partikel rata-rata yang tidak terlalu besar ,
perbedaannya, yaitu sama-sama dibawah 10 nm
dan nilai momen magnetik maksimum yang Anwar, Muhammad. (2007). Sintesis dan
tidak jauh berbeda, perbedaan momen magnetik Karakterisasi Ferofluida Berbahan
maksimumnya sebesar 1,67 x 10-2. Sehingga kita Dasar Pasir Besi Peg-400 Sebagai
dapat memperhitungkan nilai ekonomis dari Media Template. Tugas Akhir,
masing-masing bahan untuk menghasilkan Institut Teknologi Sepuluh
Fe3O4 yang sama. Fe3O4 dalam ukuran nano dari Nopember: Surabaya
pasir besi dan dari Aldrich sama baiknya dilihat
dari sifat fisisnya (ukuran partikel dan sifat Arisandi, Dhesi Mia (2007). Pengaruh
kemagnetannya), namun pasir besi memiliki Pemanasan dan Jenis Surfaktan
Pada Sifat Megnetik Ferofluida
nilai ekonomis yang lebih tinggi karena jauh
Berbahan Dasar Pasir Besi. Tugas
lebih murah dari pada Fe3O4 dari Aldrich. Hal Akhir, Institut Teknologi Sepuluh
ini akan sangat menguntungkan bagi para Nopember: Surabaya
peneliti di masa kini dan yang akan datang.
Chrismant, J. Rhicard (1988). Fundamental of
5. KESIMPULAN DAN SARAN
solid state physics. John Willey &
Sons, Canada, hal: 369-371
5.1 KESIMPULAN

Costaa,A. C. F. M, dkk. (2003). Synthesis,


1. Ukuran kristal Fe3O4 yang dihasilkan dari Microstructure and Magnetic
sinteseis Fe3O4 Aldrich adalah 5,5 1,3 Properties Of Ni-Zn Ferrites.
nanometer dan dari pasir alam sebesar 10,9 Journal of Magenetism and
3,5. Dari hasil analisis sifat magnet Magnetic Materials 256: 174-182
diperoleh nilai medan saturasi MS untuk ferit
Fe3O4 dari pasir besi, Aldrich yang belum Cornell, RM, dkk (2003). The Iron Oxides:
disintesis dan Aldrich yang telah disintesis
Structure, Properties, Reactions,
berturut-turut sebesar 46,3 emu/gram, 100,4 Occurrences and Uses. Wiley
emu/gram, 54,6 emu/gram dan medan VCH.
koersifitas, HC sebesar 1,69x 10-2 Tesla, http://en.wikipedia.org/wiki/Iron_o
2,94x10-2 Tesla, 2,00x10-2 Tesla. xide

5.1 SARAN
Cullity, B. D.(1972). Introduction to magnetic
materials. Addison-Wesley Series
in metalurgi and materials,
University of Noter Dame.

Darminto,dkk (2002). Fisika Zat Padat II.


Institut Teknologi Sepuluh
Nopember: Surabaya

Hook, J, R & Hall, H, E, 1991. Solid state


physics. 2nd edition, John Willey &
Sons: England/Chichester, hal: 241

Lemire, C. dkk (2004). The surface structure


of Fe3O4(1 1 1) films as studied by
CO adsorption.
www.sciencedirect.com, Volume
572, Issue 1, hal 103-114

Liong, Sylvia (2005). A Multifunctional


Approach to Development,
Fabrication, and Characterizations
of Fe O Composite. Disertasi,
3 4
Gorgia Institut of Technologi.
http://smartech.gatech.edu/bitstrea
m/1853/7640/1/liong_silvia_20051
2_phd.pdf

Moskowitz, Bruce M. (1991). Classes of


Magnetic Materials.
http://www.irm.umn.edu/hg2m/hg2
m_b/hg2m_b.html

Anda mungkin juga menyukai