1. Karbon Aktif
Karbon aktif dapat bersumber dari bahan baku yang berasal dari hewan,
tumbuh- tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat
dibuat menjadi karbon aktif yang dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-
senyawa kimia tertentu yang bersifat selektif, tergantung pada besar atau
volume poripori dan luas permukaan.
4. Aktivator
Bahan yang digunakan untuk mengaktivasi atau membuka pori-pori pada
suatu karbon sehingga menyebabkan luas permukaan pada karbon tersebut
lebih besar serta mampu mengadsorpsi suatu kation, anion dan molekul
organik ataupun anorganik.
5. Garam Dapur(NaCl)
Sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin pada makanan, tersedia
secara umum yaitu Natrium Klorida(NaCl) yang dihasilkan dari air laut.
6. Angka Peroksida
Banyaknya mg peroksida (mgO2) dalam 100gram minyak. Bilangan
peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada
minyak atau lemak yang dapat ditentukan dengan metode iodometri.
7. Minyak Jelantah
Limbah minyak yang didapat setelah proses penggorengan yang
mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik karena telah mengalami
proses oksidasi dari minyak murni.
1
I. JUDUL : SINTESIS KARBON AKTIF DARI KULIT KUACI
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DENGAN AKTIVATOR
GARAM DAPUR (NaCl) UNTUK MENURUNKAN ANGKA PEROKSIDA
DALAM MINYAK JELANTAH
2
Karbon aktif merupakan suatu adsorben yang mempunyai kapasitas adsorpsi
yang sangat besar terhadap suatu anion, kation dan molekul organik maupun
anorganik dalam bentuk larutan ataupun gas. Karbon aktif dapat disintesis dari
bahan-bahan yang berasal dari hewan, tumbuh- tumbuhan, limbah ataupun mineral
yang mengandung karbon yang dapat dibuat menjadi karbon aktif. Setelah itu
diproses melalui tiga tahap yaitu dehidrasi, karbonisasi dan
aktivasi(Khairunnisa,2008).
Pada penelitian sebelumnya, pengolahan minyak goreng bekas telah banyak
dilakukan yaitu oleh Wulyoadi, dkk., (2004) dengan menggunakan membran. Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa minyak goreng hasil pemurnian mengalami
penurunan angka peroksida, namun belum memenuhi persyaratan SNI. Penelitian
yang sama dilakukan oleh Utari, dkk., (2013) dengan menggunakan karbon aktif
untuk menurunkan angka peroksida dalam minyak. Hasilnya menunjukkan bahwa
penurunan angka peroksida sangat efektif. Sedangkan menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rasdiansyah, dkk., (2014) sintesis karbon aktif dari ampas bubuk
kopi menggunakan aktivator ZnCl2 dengan variasi konsentrasi aktivator, suhu
karbonisasi dan rasio antara berat karbon aktif dengan aktivator. Hasilnya
menunjukkan bahwa variasi pada pembuatan karbon aktif tersebut sangat
berpengaruh terhadap daya serap iod meskipun tidak begitu signifikan. Oleh karena
itu peneliti melakukan sintesis karbon aktif dari Kulit Kuaci Bunga Matahari
dengan aktivator Garam Dapur(NaCl) agar dapat dilakukan oleh masyarakat yang
awam.
Manfaat dari penelitian ini yaitu selain memanfaatkan kulit kuaci sebagai
bahan untuk pembuatan karbon aktif yang dapat digunakan sebagai adsorben angka
peroksida dalam minyak jelantah juga dapat diaplikasikan langsung oleh
masyarakat.
Kulit kuaci bunga matahari merupakan limbah dari tanaman bunga matahari
yang berupa kulit dari kuaci bunga matahari. Selain dagingnya yang bermanfaat
bagi kesehatan, kulit dari kuaci bunga matahari juga dapat digunakan sebagai
pembuatan karbon aktif melalui tahap dehidrasi menggunakan oven pada suhu
1050C kemudian dilakukan aktivasi dengan larutan garam dapur (NaCl) pada
berbagai konsentrasi dan waktu aktivasi yaitu 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% selama
1jam dan 24jam untuk memperoleh konsentrasi aktivator dan waktu aktivasi yang
optimum, karena konsentrasi aktivator dan waktu aktivasi sangat berpengaruh pada
proses pembuatan karbon aktif.
Telah dilakukan uji pendahuluan sintesis karbon aktif dari kulit kuaci bunga
matahari menggunakan konsentrasi aktivator 1%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% selama
3
1jam dengan hasil sebagai berikut; efisiensi karbon aktif terhadap penurunan angka
peroksida dalam minyak jelantah pada konsentrasi aktivator 1% yaitu 52,33% ,
2,5% yaitu 54,91% , 5% yaitu 69,57% , 7,5% yaitu 63,31% dan 10% yaitu 67,12%.
Untuk mendapatkan hasil yang memenuhi syarat pada penurunan angka
peroksida dalam minyak jelantah menggunakan karbon aktif dari kulit kuaci bunga
matahari perlu dilakukan penelitian optimasi konsentrasi aktivator pada karbon
aktif.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, akan dilakukan penelitian
tentang “Sintesis Karbon Aktif Dari Kulit Kuaci Bunga Matahari (Helianthus
annuus) Dengan Aktivator Garam Dapur(NaCl) Untuk Menurunkan Angka
Peroksida Dalam Minyak Jelantah”
4
3. Untuk mengetahui berapakah Waktu Aktivasi Optimum yang baik digunakan
untuk mengaktivasi Karbon Aktif dari Kulit Kuaci Bunga Matahari
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang pemanfaatan Kulit Kuaci Bunga Matahari sebagai
Karbon Aktif dengan Aktivator Garam Dapur(NaCl) untuk menurunkan
Angka Peroksida dalam Minyak Jelantah.
2. Khusus
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada teknisi laboratorium bahwa Karbon Aktif dapat disintesis dari
Kulit Kuaci Bunga Matahari dengan Aktivator Garam Dapur(NaCl).
2. Menambah referensi bagi akademis dan sebagai bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
5
berbagai jenis zat di dalam cairan maupun gas. Karbon aktif pun dapat
menjernihkan dan menghilangkan bau busuk (Ramdja, dkk.,2008)
6
Proses Pembuatan Karbon Aktif Secara garis besar, ada 3 tahap pembuatan
karbon aktif, yaitu:
1. Proses Dehidrasi
Proses penghilangan air pada bahan baku. Bahan baku dipanaskan sampai
temperatur 170°C.
2. Proses Karbonisasi
Proses pembakaran bahan baku dengan menggunakan udara terbatas dengan
temperatur udara antara 3000C sampai 9000C sesuai dengan kekerasan bahan baku
yang digunakan. Proses ini menyebabkan terjadinya penguraian senyawa organik
yang menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap asam asetat, tar, dan
hidrokarbon. Material padat yang tertinggal setelah proses karbonisasi adalah
karbon dalam bentuk arang dengan permukaan spesifik yang sempit.
3. Proses Aktivasi Proses aktivasi dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Proses Aktivasi Fisika
Pada proses aktifasi fisika, biasanya karbon dipanaskan didalam furnace
pada temperatur 800900°C. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk
diaktifasi jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk
menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan
uap.
b. Proses Aktivasi Kimia
Proses aktivasi kimia merujuk pada pelibatan bahan-bahan kimia atau
reagen pengaktif. Menurut Kirk and Othmer (1940), bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pengaktif diantaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl, MgCl2,
HNO3, HCl, Ca3(PO4)3, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya. Hessler (1951) dan
Smith (1992) menyatakan bahwa unsur-unsur mineral aktivator masuk
diantara plat heksagon dari kristalit dan memisahkan permukaan yang mula-
mula tertutup. Dengan demikian, saat pemanasan dilakukan, senyawa
kontaminan yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini
7
menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar dan meningkatkan
daya serap karbon aktif (Ramdja, dkk.,2008).
7.2. Adsorpsi
7.2.1. Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada
permukaan adsorben.
8
molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben
secara kimia dan fisika (Ramdja, dkk.,2008)
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu
film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan
absorpsi, dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk
suatu larutan. Dalam adsorbsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben,
dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben merupakan suatu media
penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon (Harjadi,1993).
Menurut Webber (1972) adsorpsi dibatasi terutama oleh proses film
diffusion atau pore diffusion, tergantung besarnya pergolakan dalam sistem.
Jika pergolakan yang terjadi relatif kecil maka lapisan film yang
mengelilingi partikel akan tebal sehingga adsorpsi berlangsung lambat.
Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka kecepatan difusi film akan
meningkat (Shofa,2012).
Menurut Reynold (1982) adsorpsi adalah reaksi eksoterm. Maka dari itu
tingkat adsorpsi umumnya meningkat seiring dengan menurunnya suhu.
Waktu kontak merupakan hal yang menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya
adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu
kontaknya dengan karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama
memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang
teradsorpsi berlangsung lebih baik (Shofa,2012).
9
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel
dan jumlah dari adsorben.
2. Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar). Peningkatan
berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi.
Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah
diadsorbsi dibandingkan rantai yang lurus.
3. Struktur molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan
penyisihan sedangkan Nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin
banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
5. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih
terbuka pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben
sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
6. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
10
7.3. Kuaci / biji bunga
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili compositae.
Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin. Di
Indonesia, bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada mulanya tanaman
bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya semakin luas.
Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagai
bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak nabati yang
dibutuhkan dalam isdustri minyak (Atjung, 1981)
Biji bunga matahari atau yang kita sering sebut sebagai kuaci merupakan
salah satu camilan yang menyehatkan. Ia memiliki teskstur yang lembut dan
sangat kaya akan nutrisi. Selain itu, camilan ini juga banyak kita jumpai dipasar-
pasar tradisional dengan harga yang terjangkau tentunya.
Tanaman ini adalah tanaman asli Amerika Tengah dan saat ini banyak sekali
negara-negara yang menjadi produsen dari tanaman ini seperti negara Rusia, Cina,
Amerika Serikat dan Argentina. Biji bunga matahari memiliki panjang sekitar
6mm sampai 10mm dan memiliki bentuk kerucut dengan permukaan halus. Warna
bagian luarnya hitam mantel dengan biji tunggal yang berwarna abu-abu putih.
Setiap kepala bunga matahari dapat berisi ratusan biji yang mengandung minyak
nabati.
11
Manfaat biji bunga matahari:
1. Anti inflamasi
Banyak mengandung vitamin E yaitu antioksidan yang larut dalam lemak
tubuh untuk menetralkan radikal bebas yang dapat merusak struktur lemak
seperti membran sel, sel-sel otak dan kolesterol dan memiliki efek anti-
inflamasi yang signifikan sehingga mengurangi gejala asma.
2. Mencegah penyakit kardiovaskular
3. Menurunkan kolesterol
4. Dapat menenangkan saraf, otot dan pembuluh darah
Kandungan magnesium dalam biji bunga matahari memiliki peran untuk
mengimbangi kalsium sehingga dapat membantu dalam mengatur saraf dan
otot bekerja normal.
5. Meningkatkan proses detoksifikasi dan pencegah kanker
Kandungan selenium dalam biji bunga matahari merupakan mineral yang
sangat penting bagi kesehatan tubuh untuk menghambat poliferasi sel kanker.
6. Menurunan kadar gula dalam darah
Banyak mengandung senyawa polifenol seperti asam chlorogenic, quinic
dan caffeic yang berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat membantu
menghilangkan molekul oksidan berbahaya dari tubuh, asam klorogenat dapat
membantu menurunkan kadar gula darah dengan membatasi pemecahan
glikogen dalam hati.
7. Bermanfaat untuk perkembangan janin
Mengandung asam folat yang sangat penting untuk sintesis DNA serta
dapat mencegah cacat saraf ada janin.
12
Chlorida(>80%). Garam mempunyai sifat atau karakteristik higroskopis yang
berarti mudah menyerap air, tingkat kepadatan sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada
suhu 80,10C (Burhanuddin,2001).
Garam dapur(NaCl) digunakan untuk keperluan masak dan biasanya
diperkaya dengan unsur iodin. Padatan berwarna putih, berasa asin, tidak
higroskopis, tetapi bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan
higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan
baku pembuatan logam Na dan NaOH, sebagai zat pengawet dan dapat digunakan
juga sebagai aktivator atau pengaktif.
13
adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada
tahap awal reaksi oksidasi lemak/minyak (Aisyah, dkk.,2010)
Angka peroksida yang tinggi mengindikasikan minyak atau lemak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan berarti
selalu menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida
rendah bisa disebabkan oleh laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain
(Ketaren,2005).
Kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain.
Oksidasi minyak atau lemak oleh oksigen terjadi secara spontan dan jika
dibiarkan kontak dengan udara.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa olefin yang menghasilkan radikal bebas. Keberadaan
cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut.
Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi yang dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain
sehingga menghasilkan peroksida dan radikal bebas baru. Angka Peroksida
dapat ditentukan dengan metode titrasi Iodometri (Winarno,2002).
14
mengakibatkan kebutuhan vitamin E meningkat lebih besar sedangkan
vitamin E sendiri sangat dibutuhkan untuk menangkal radikal bebas yang
ada dalam tubuh.
(Ketaren,2005)
15
minyak goreng dengan kadar peroksida yang sesuai standar masih berwarna
kuning sampai coklat muda.
Warna gelap pada minyak goreng disebabkan oleh proses oksidasi terhadap
tokoferol (vitamin E).Minyak goreng dengan kadar peroksida yang sudah melebihi
standar memiliki endapan yang relatif tebal, keruh, berbuih sehingga membuat
minyak goreng lebih kental dari pada minyak goreng yang kadar peroksidanya
masih sesuai standar. Standar mutu menurut SNI menyebutkan kriteria minyak
goreng yang baik digunakan adalah yang berwarna muda dan jernih serta baunya
normal dan tidak tengik. Bau minyak goreng yang memilki kadar peroksida
melebihi standar baunya terasa tengik, jika dicium tingkat ketengikan minyak
goreng berbanding lurus dengan jumlah kadar peroksida(Wijana,2005).
Tabel SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI SATUAN SYARAT
Keadaan bau, warna dan rasa - Normal
Air % b/b Maks. 0.30
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat) % b/b Maks. 0.30
Bahan Makanan Tambahan Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
Cemaran Logam :
- Besi (Fe) mg/Kg Maks. 1.5
- Tembaga (Cu) mg/Kg Maks. 0.1
- Raksa (Hg) mg/Kg Maks. 0.1
- Timbal (Pb) mg/Kg Maks. 40.0
- Timah (Sn) mg/Kg Maks. 0.005
- Seng (Zn) mg/Kg Maks. 40.0/250.0)*
Arsen (As) % b/b Maks. 0.1
Angka Peroksida % mg O2/g Maks. 1
Catatan *Dalam kemasan kaleng
Sumber: Standar Nasional Indonesi
16
Pemurnian minyak agar diperoleh mutu minyak yang baik, minyak dan
lemak kasar harus dimurnikan dari bahan-bahan atau kotoran yang terdapat di
dalamnya. Oleh karena itu dapat dilakukan teknik pengendapan, netralisasi,
pemucatan dan penghilangan bau menggunakan karbon aktif (Winarno,2002).
17
Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada analisa dengan metode titrasi :
a. Reaksi berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang
jelas. Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan peniter, tidak ada yang
tersisa.
b. Reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna
yang terjadi pada titik akhir.
c. Ada indikator yang sesuai.
d. Ada larutan baku.
(Pergiwati,2010)
18
7.10. Kalium Iodida
Merupakan garam yang berwarna putih atau kristal kubik atau bubuk kristal
putih, rasa pahit-asin, tidak berbau, mudah diserap diudara lembab, dan mudah
larut dalam air(1:0,75), alkohol (1:12), gliserin (1:2,5) dengan rumus kimia KI.
KI dapat digunakan sebagai pelarut untuk I2 sedangkan pada titrasi iodometri
KI ditambahkan dalam jumlah tertentu sebagai reduktor, dimana I- yang berlebih
dititrasi oleh natrium tiosulfat dengan menggunakan amilum sebagai indikato
(Harjadi,1993).
19
VIII. KERANGKA KONSEP
Pada penelitian sebelumnya Pembuatan karbon aktif dari ampas bubuk kopi dengan
aktivator ZnCl2 untuk diuji daya serap terhadap iod dan karbon aktif untuk menurunkan
angka peroksida serta asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Maka akan dilakukan
sintesis karbon aktif dari kulit kuaci bunga matahari dengan aktivator garam dapur.
Karbon aktif yang disintesis dari kulit kuaci bunga matahari dapat digunakan untuk menurunkan angka
peroksida dalam minyak yang diukur dengan metode titrasi
Referensi Eksperimen
Pembuatan Karbon aktif p.a melalui Pembuatan karbon aktif dari kulit kuaci
tahap dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi bunga matahari dilakukan proses
dengan NaOH, HCl, KOH, ZnCl2 dll. pencucian, dehidrasi suhu 1050C 1 jam,
karbonisasi 5000C dan aktivasi dengan
garam dapur
1jam 24jam 1jam 24jam 1jam 24jam 1jam 24jam 1jam 24jam
20
IX. METODE PENELITIAN
minyak jelantah tanpa penambahan karbon aktif dengan minyak jelantah yang
ditambahkan karbon aktif dengan variasi konsentrasi 1%, 2,5%, 5%, 7,5% dan
25% selama 1jam dan 24jam. Setelah data diperoleh, data akan diolah secara
(pengulangan).
21
Jika diketahui t= 6 , maka :
11(r-1) ≥ 20
11r– 11 ≥ 20
r ≥ 31/11
r≥ 2,8 atau 3
9.4.1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Analis
Bakti Asih Bandung.
22
9.4.2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2017.
9.5. Alat dan Bahan
9.5.1. Alat
1. Alat vortex(pengocok)
2. Batang pengaduk
15. Kertas Whatman No.40
3. Buret 50,00mL
16. Klem buret
4. Cawan alumunium
17. Labu Erlenmeyer 250 dan
5. Cawan porselain
100mL
6. Corong
18. Labu ukur 100,0mL
7. Desikator
19. Lumpang dan alu
8. Filler
20. Neraca analitik
9. Furnace
21. Oven
10. Gelas Kimia 250 dan
22. Pemanas(destruktor)
100mL
23. Pipet seukuran 10,0mL
11. Gelas ukur 100mL
24. Pipet tetes
12. Kaca arloji
25. Pipet ukur 20mL
13. Kertas saring
26. Spatulla
14. Kertas timbang
27. Statif
28. Tang krus
23
9.5.2. Bahan
1. Proses Dehidrasi
Prinsip:
Dengan pemanasan pada suhu 1050C kadar air pada bahan baku
akan menguap.
Prosedur:
mengalir.
24
2. Proses Karbonisasi
Prinsip:
menyeluruh.
Prosedur:
merata
neraca analitik.
terbentuk.
25
3. Proses Aktivasi
Prinsip:
Prosedur:
5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% terhadap 5 gelas kimia yang
mengandung karbon.
1050C.
4. Perhitungan Rendemen
Perhitungan:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 = × 100
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑢𝑎𝑐𝑖
26
9.6.2. Uji Kadar Air pada Karbon Aktif
Prinsip:
Dengan pemanasan pada suhu 1050C kadar air pada bahan baku
akan menguap.
Prosedur:
Lakukan sampai didapat bobot yang tetap atau tidak lebih dari
0,0002g.
Perhitungan:
𝑎−𝑏
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
𝑎
Prinsip:
27
Prosedur:
Perhitungan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
28
Ditimbang 0,5gram amilum ke dalam gelas kimia 100mL,
Prinsip:
indikator amilum sampai terjadi titik akhir dari warna biru menjadi
ekivalen tiosulfat.
Reaksi:
Prosedur:
29
- Dipipet 10,0mL larutan ke dalam Erlenmeyer 250mL bertutup
0,02mL.
minyak
amilum, dimana pada titik akhir terjadi perubahan dari warna biru
Reaksi:
30
Prosedur:
dalam erlenmeyer.
Perhitungan :
(𝑎 − 𝑏)𝑥8𝑥100𝑥𝑁𝑇ℎ𝑖𝑜
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Dimana:
31
4. Perhitungan Efisiensi Karbon Aktif terhadap Penurunan Angka
Peroksida
(𝑎 − 𝑏)
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖(𝑞) = × 100%
𝑎
Dimana:
q= efisiensi penurunan
a= konsentrasi peroksida sebelum ditambahkan karbon aktif
(mgO2/100g)
b= konsentrasi peroksida setelah ditambahkan karbon aktif
(mgO2/100g)
32
9.8. Jadwal kegiatan
33
Daftar Pustaka
Bilangan Peroksida dan Penjernihan Warna Pada Minyak Goreng Bekas”. Skripsi
dari Minyak Goreng Bekas. Skipsi FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.
34
Ketaren, S.(2005). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
dalam Air. Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Arang Aktif SII No. 0258-88. Palembang: Balai Perindustrian dan Perdagangan.
Yusaguna. Jakarta.
(FFA) Pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas Oleh Kacang Polong Buah
103.
Indonesia.
35
Shofa.(2012). “Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu dengan
Depok.Skripsi.
Pustaka Utama.
36
Data Uji Pendahuluan
Perhitungan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
[K2Cr2O7] = 𝐵𝐸 × 𝐿
0,0984 𝑔
= 𝑔
49 × 0,1𝐿
𝑒𝑘
= 0,0201 ek/L (N)
37
Perhitungan :
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Tanpa Karbon = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(5,52−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0452 𝑔
= 15,48 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [1%] =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(3,07−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0259 𝑔
= 7,38 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [2,5%]= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,95 −0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0311 𝑔
= 6,98 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [5%] = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,27−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0412 𝑔
= 4,71 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [7,5%]= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,55−0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0021 𝑔
= 5,68 mgO2/100g
(𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×8×𝑁𝑡𝑖𝑜×100
% Peroksida Karbon [10%] = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(2,40 −0,85)×8×0,0209𝑁×100
= 5,0950 𝑔
= 5,09 mgO2/100g
38
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (1%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−7,38)
= × 100%
15,48
= 52,33%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (2,5%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−6,98)
= × 100%
15,48
= 54,91%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (5%) = 𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
× 100%
(15,48−4,71)
= × 100%
15,48
= 69,57%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (7,5%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−5,68)
= × 100%
15,48
= 63,31%
(𝐶 𝑠𝑏𝑙𝑚+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)−(𝐶 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎+𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛)
Efisiensi Karbon Aktif (10%) = × 100%
𝐶 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
(15,48−5,09)
= × 100%
15,48
= 67,12%
39
Proses Dehidrasi Proses Karbonisasi Setelah karbonisasi
40