Anda di halaman 1dari 24

Pertemuan ke-12

TEKNOLOGI INDUSTRI HILIR


ANEKA TANAMAN
Dosen : Budi Mulyara
RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil )
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah CPO
yang telah mengalami proses degummming, bleaching
(pemucatan), dan penghilangan asam lemak bebas dan bau
(deodorizing)
CPO
Kandungan Utama CPO

Kandungan utama yang terdapat pada CPO adalah minyak yang


terdiri dari ikatan trigliserida, digliserida, dan monoglieserida,
Free Fatty Acid (2-5%), H2O atau moisture, impurities, logam
berat, β karoten (400-600 ppm), fosfor (10-20 ppm), aldehid,
keton, klorofil, antioksidan, dan gum/getah.
Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit
Kandungan mikronutrien

Mikronutrien Kandungan
• α-caroten 235 ppm
• β-caroten 377 ppm
• Vitamin E 810 ppm
• Likopen 8.74 ppm
• Lutein Trace
• Sterol -
• β-sitosterol 370 ppm
• Kampasterol 151 ppm
• Stigmasterol 66 ppm
• Kolesterol 18 ppm
• Ubuquinone 10 (UQ 10) 18-25 ppm
Proses Refinery

• Mengolah CPO menjadi RBDPO


• Tujuan refinery adalah untuk menghilangkan pengotor yang larut
maupun tidak larut pada CPO seperti :
- Serat
- Air
- Komponen-komponen tak larut minyak
- Asam lemak bebas atau Free Fatty Acid (FFA)
- Fosfolipid
- Logam berat
- Produk oksidasi, dan
- Komponen-komponen penyebab bau
Proses Refinery

Proses refinery terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :


• Physical refining
• Chemical refining.

Metode physical refining cenderung lebih efektif dalam hal


biaya, lebih efisien, dan lebih sederhana dibandingkan
dengan chemical refining.
Physical refining
CPO

Phosphoric
Degumming Acid

Bleaching
Spent Clay Bleaching Clay
Filtration

Palm Fatty
Steam volatile Deodorization Acid Distillate

RBDPO
Chemical refining
CPO

Degumming Phosphoric Acid

Neutralization KOH

Centrifuge Soap, gum, dirt

Dryer

Clay Bleaching Filtration Bleaching clay

Steam Deodorization Volatile odor

NBDPO
• Perbedaan proses physical dan chemical
refining terletak pada proses menghilangan
komponen FFA yang terdapat di dalam minyak
Degumming
• Proses degumming adalah proses untuk menghilangkan
kotoran pada minyak, yaitu zat-zat terlarut atau zat-zat yang
bersifat koloid seperti gum dan serat-serat pengotor yang
terdapat dalam CPO
• Pada dasarny gum merupakan senyawa organik berupa
phospolipid atau phospotida
Fosfolipid adalah sejenis molekul lipid yang
merupakan komponen utama membran sel.
Setiap fosfolipid terdiri dari dua asam lemak,
satu gugus fosfat, dan satu molekul gliserol
• Saat ini pada pabrik-pabrik minyak goreng telah
banyak menggunakan asam untuk proses
degumming yaitu asam fosfat (H3PO4) dan asam
sitrat.
• Asam fosfat berguna untuk memisahkan fosfatida
yang merupakan sumber rasa dan warna yang
tidak diinginkan
• Fosfatida dalam minyak terbagi menjadi fosfatida
hydratable dan fosfatida non hydratable.
• Fosfatida hydratable mudah dipisahkan dengan
penambahan air pada suhu 40 oC. Penambahan air
mengakibatkan perubahan sifat fosfolipid yang
awalnya lipofilik menjadi lipofobik sehingga mudah
dipisahkan dari minyak.
Penambahan air juga berfungsi memisahkan kotoran
yang tidak larut minyak seperti lendir, getah, serat,
dan partikel kecil.
• Fosfatida non hydratable terlebih dahulu harus
dikonversi menjadi fosfatida hydratable dengan
penambahan larutan asam dan dilanjutkan dengan
proses netralisasi
• Proses degumming dapat dilakukan dengan 2 cara :
penambahan air (degumming air) dan penambahan asam
(degumming asam)
• Proses degumming asam berlangsung dengan cara
memanaskan minyak hingga mencapai suhu 80 oC dan
menambahkan asam fosfat (konsentrasi 0,045%) 0,04%
dari volume CPO
• Penggunaan konsentrasi asam fosfat yang semakin tinggi
dapat mengurangi kandungan gum sisa pada minyak karena
asam fosfat bereaksi dengan gum dan terpisah dari minyak.
• H3PO4 juga berfungsi sebagai reagen untuk mengendapkan
gum hydratable dan mengendapkan logam-logam dengan
membentuk garam
Netralisasi (Deasidifikasi)
• Netralisasi merupakan proses pemurnian yang bertujuan
untuk menetralkan asam lemak bebas dan mengurangi gum
yang masih tertinggal.
• Netralisasi dilakukan dengan cara mereaksikan asam lemak
bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun.
• Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna
dan kotoran seperti fosfatida dan protein dengan cara
membentuk emulsi. Sabun atau emulsi ini dapat dipisahkan
dari minyak dengan cara sentrifuge
• Netralisasi yang paling sering dilakukan adalah dengan
penambahan alkali yang pada umumnya adalah NaOH
• Proses netralisasi dilakukan dengan menyabunkan asam
lemak bebas dengan larutan NaOH dalam air diikuti dengan
pencucian. Jumlah larutan NaOH yang digunakan sebesar 5-10
persen dari berat minyak
• Reaksi penyabunan dilakukan pada suhu 60-65 oC, dan dapat
juga digunakan suhu yang lebih tinggi hingga 98 oC.

• Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari


minyak dengan cara sentrifugasi.
• Netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan
sejumlah kecil trigliserida.

• Kelebihan penambahan basa akan menyabunkan trigliserida


dan mereduksi minyak netral yang dihasilkan
• Selain itu suhu yang tepat dan waktu kontak yang cukup juga
merupakan hal yang penting
Netralisasi menggunakan Na2CO3 (Natrium Karbonat)
• Na2CO3 merupakan senyawa alkali
• Keuntungan menggunakan alkali natrium karbonat (Na2CO3)
adalah trigliserida tidak ikut tersabunkan
• Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena
sabun yang terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan
karena gas CO2 yang dibebaskan dari karbonat akan
menimbulkan busa dalam minyak
• Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium
karbonat dilakukan di bawah suhu 50 0C, sehingga seluruh
asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat
akan membentuk sabun dan asam karbonat.
• Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun
yang terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas
permukaan minyak.
• Gas tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap
panas atau dengan cara menurunkan tekanan udara di atas
permukaan minyak dengan pompa vakum
Mekanisme Netralisasi Dengan Natrium Karbonat

Minyak yang akan dinetralkan dipanaskan pada suhu 35-40 oC dengan tekanan
lebih rendah dari atmosfir.

Selanjutnya ditambahkan larutan natrium karbonat, kemudian diaduk selama 10-


15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm.

Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum


diperkecil selama 20-30 menit.

Dengan cara tersebut gas CO2 yang terbentuk akan menguap dan asam lemak
bebas yang tinggal dalam minyak kurang lebih sebesar 0,05 persen.

Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam, misalnya


natrium sulfat atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas. Setelah
dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan.
Bersambung...

Anda mungkin juga menyukai