Anda di halaman 1dari 35

Pra Desain Pabrik Olein Premium dan

Reguler dari Crude Palm Oil (CPO)


Oleh:
Najlaa Ariibah Meutia Aphrodita Luthfania Eka Putri
NRP 02211640000129 NRP 02211640000168

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Ir Mahfud, DEA.


NIP. 196108021986011001
Tinjauan Pasar Produk
Minyak Kelapa Sawit
Perkembangan industri terutama pada sektor pangan semakin meningkat
dengan faktor utamanya adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia.

Salah satunya yaitu industri minyak kelapa sawit. Menurut


prosesnya kelapa sawit dapat diperoleh menjadi dua jenis minyak
kasar, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Kernel Palm Oil
(PKO).

CPO umum digunakan sebagai bahan baku untuk membuat minyak goreng.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan
akan minyak goreng semakin tinggi.
Crude Palm Oil (CPO)
• Indonesia merupakan negara produsen CPO terbesar di dunia
dengan peningkatan produksi rata-rata 11,48% per tahun.
• CPO dari Indonesia terbanyak diekspor ke China, Uni Eropa,
India, Afrika dan Pakistan.
• Nilai ekspor CPO Indonesia cenderung fluktuatif dari tahun ke
tahun. Sehingga dibuat kebijakan hilirisasi industri minyak
sawit agar Indonesia tidak bergantung pada pasar CPO dunia.
• turunan dari CPO yang dikelompokkan menjadi tiga jalur
hilirisasi yaitu oleofood complex, oleokimia complex dan
biofuel complex.
• Produk pangan yang merupakan hasil produk hilir oleofood
complex diantaranya adalah minyak goreng, margarin,
creamer, cocoa butter/specialty-fat, shortening, dan lain-lain.
Produk Pengolahan CPO
• Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng juga
menghasilkan beberapa hasil samping antara lain
stearin dan Palm Fatty Acid Destillation (PFAD).

• Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan


margarin dan shortening, sedangkan PFAD dapat
diolah lebih lanjut menjadi sabun dan shortening.

• Dihasilkannya produk samping ini merupakan salah


satu daya tarik dari industri minyak goreng dari CPO.
Minyak Goreng
• Minyak goreng yang diproduksi di pasaran terdiri dari 2
kualitas minyak goreng yang berbeda.
• Minyak goreng sawit reguler & minyak goreng sawit
berkualitas premium.
• Perbedaan kualitas minyak goreng sawit didasarkan oleh
komponen asam lemak penyusunannya (golongan asam lemak
jenuh dan tidak jenuh).
• Semakin banyak asam lemak tidak jenuh, maka wujud minyak
berupa cairan.
• Jika asam lemak jenuh, semakin tinggi nilainya maka wujud
minyak adalah padat.
• Dengan adanya 2 macam produk minyak goreng maka pabrik
ini memproduksi 2 produk minyak goreng.
Seleksi - Penyulingan

Proses
- Fraksinasi
1 Proses 2 Proses Fraksinasi
penyulingan
• Penyulingan minyak mentah (refinery) • Proses fraksinasi bertujuan untuk
dilakukan untuk menghilangkan semua memisahkan minyak dan trigliserida
senyawa glyceridic dan non-glyceridic yang terkandung di dalamnya menjadi
yang memengaruhi rasa, warna, dua komponen atau lebih berdasarkan
stabilitas dan keamanan dari minyak. titik lebur dan kelarutannya.

• Sehingga, proses refinery diharapkan • Proses ini akan menghasilkan low-


dapat menurunkan kadar Free Fatty melting liquid phase (olein) dan high-
Acid (FFA), menjernihkan warna, dan melting solid phase (stearin).
menghilangkan bau.
Proses Penyulingan
Physical Refining
• Proses physical refining terdiri dari beberapa tahapan yaitu degumming,
bleaching & filtration, dan deodorization. Ciri khas dari proses ini adalah proses
menghilangkan asam, menghilangkan bau, dan dekomposisi kartenoid dapat
dilakukan dalam satu tahapan proses dalam deodorizer. Crude palm oil (CPO)
sebagai bahan diolah menjadi produk berupa Refined Bleached Deodorized (RBD)
palm oil dan produk samping Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).

Chemical Refining
• Proses pemurnian secara kimia (chemical refining) adalah proses pemurnian CPO
dengan jalan reaksi kimia, yaitu mereaksikan NaOH dengan asam lemak bebas
yang berada dalam CPO. Proses ini disebut juga dengan caustic refining. Chemical
refining terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu degumming & neutralization,
bleaching & filtration, dan deodorization. Reaksi antara NaOH dengan FFA
membentuk produk samping berupa sodium soap.
Perbandingan Proses Penyulingan

Parameter Physical Refining Chemical Refining


• Asam fosfat
· Asam Fosfat
Bahan Tambahan • Bleaching earth
· Bleaching Earth • Caustic soda (NaOH)
• Degumming
• Degumming
• Netralisasi
• Bleaching
Tahapan Proses • Bleaching
• Filtrasi
• Filtrasi
• Deodorisasi
• Deodorisasi
• Soap
• PFAD
Produk Hasil Samping • Spent Earth
• Spent Earth
• Palm Acid Oil

Nilai Yield Lebih tinggi (tidak ada sabun) Lebih rendah (terbentuk sabun)

Biaya Lebih ekonomis Lebih mahal


Seleksi Proses
Penyulingan
Proses penyulingan dalam pembuatan minyak
goreng kelapa sawit dari CPO yang terpilih
adalah physical refining. Dipilih physical
refining karena proses ini lebih
menguntungkan dibandingkan chemical
refining, dimana:
• Yield lebih tinggi
• Biaya lebih murah
• Proses lebih singkat dan ramah lingkungan
Proses Fraksinasi
Dry Fractionation

• Terdiri dari dua tahap, yaitu kristalisasi yang bertujuan untuk membentuk kristal stearin dengan
dilakukan pengadukan dan pendinginan. Tahap kedua adalah filtrasi dimana kristal stearin
dipisahkan dari minyak sehingga didapatkan produk olein.

Detergent Fractionation

• Pada metode ini digunakan detergent sebagai wetting agent untuk meningkatkan hasil
pemisahan kristal dari fasa liquid. Wetting agent yang digunakan pada umumnya adalah lauryl
sulfate dan dikombinasikan dengan magnesium sulfate sebagai elektrolitnya. Pemisahan fasa
cair dan dan sisa minyak cair ini menggunakan sentrifugal.

Solvent Fractionation

• Minyak dilarutkan dengan solvent organik seperti aseton dan heksan dengan kadar yang telah
ditentukan dan didinginkan. Dari proses ini dihasilkan miscella yang mengandung sebagian
kristal minyak dan solvent yang kemudian disaring dalam kondisi vakuum di dalam drum filter.
Olein miscella dan stearin miscella kemudian didistilasi terpisah untuk menghilangkan solvent
dan me-recover fraksi.
Perbandingan Proses Fraksinasi

Parameter Dry Fractionation Detergent Fractionation Solvent Fractionation

· Lauryl sulfate · Heksan


Bahan Tambahan -
· Magnesium sulfate · Aseton

· Kristalisasi (pendinginan dan · Kristalisasi (Penambahan


· Kristalisasi (pendinginan
penambahan larutan) solvent)
Tahapan Proses chilled water)
· Pencucian · Filtrasi (drum filter)
· Filtrasi (filter press)
· Pengeringan · Distilasi

Nilai Yield 75% 80% 80%

Biaya Lebih ekonomis Lebih mahal Lebih mahal


Seleksi Proses
Fraksinasi
Dipilih proses dry fractionation sebagai proses
fraksinasi dalam pembuatan minyak goreng
kelapa sawit dari CPO. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa proses dry fractionation
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
metode proses lainnya, yaitu:
• Biaya lebih ekonomis
• Tidak ada penambahan zat kimia dalam
prosesnya
• Proses lebih sederhana dan ramah
lingkungan
Data Dasar Perancangan
Ketersediaan Bahan Baku
• Grafik Perkembangan Produktivitas CPO Tahun
• Grafik Nilai Sediaan Sawit Tahun 2015-2019
2015-2019
5000

4500

4000

3500
1.000 ton

3000

2500

2000

1500

1000
2015 2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019

Tahun
Komponen Nilai
Kualitas Bahan
Trigliserida (TGA) 90,70%
Baku
Digliserida (DGA) 4,83%
Spesifikasi CPO yang
digunakan dapat dilihat pada Monogliserida (MGA) 0,20%
tabel disamping (Shahidi, Free Fatty Acid (FFA) 4,00%
2005).
Phosphatida 0,07%
Karoten 0,03%
Tocopherol 0,07%
Impurities 0,10%
Total 100%
Bahan baku penunjang yang digunakan dalam proses pembuatan
Bahan Baku Penunjang minyak goreng sawit ini adalah bleaching earth dan asam fosfat.

• Spesifikasi bleaching earth: • Spesifikasi asam fosfat:


Parameter Nilai
Komponen Komposisi (%)
Kadar P2O5 minim. 50%
SiO2 55-80 Impuritis:
1. SO3 maks. 4%
Al2O3 5-20 maks. 0,7%
1. CaO
Fe2O3 2-10 1. MgO maks. 1,7%
1. Fe2O3 maks. 0,6%
MgO 0-8 1. Al2O3 maks. 1,3%
1. Chlor maks. 0,04%
CaO 0-5
Flour maks. 1%
Na2O 0-2 Suspended solid 1%
Warna Coklat hingga hitam keruh
K2O 0-2 Bentuk Cair
(Ittehad Chemicals Ltd., 2011) (SNI 06-2575-1992)
Bahan penunjang lainnya adalah emulsifier fase minyak (EFM) dan
Bahan Baku Penunjang emulsifier fase cair (EFC) yang digunakan pada proses pembuatan
margarin.

• Komposisi EFM: • Komposisi EFC:


Komponen Komposisi (%) Komponen Komposisi (%)
Lesitin 0,4
β-karoten 0,3 Garam 0,4
Vitamin A 0,05 TBHQ (di-t-butyl hydroquinone) 0,2
Vitamin D 0,005
Natrium benzoat 0,1
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan
Kualitas Produk Standar Nasional Indonesia (SNI), produksi minyak goreng sawit harus
memenuhi syarat mutu SNI 7709:2019 sebagai berikut:

Kriteria Satuan Persyaratan


Keadaan:
Bau - Normal
Rasa - Normal
Warna Merah/Kuning maks. 5/50
Kadar air dan bahan menguap (b/b) % maks. 0,1
Asam lemak bebas % maks. 0,3
Bilangan peroksida mek O2/kg 10 maks
Vitamin A IU/kg minim. 45
Minyak pelikan Negatif
Cemaran logam:
Kadmium (Cd) maks. 0,2
Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,1
Timah (Sn) maks. 40/250
Merkuri (Hg)
maks. 0,05
Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 0,1
Tahun Kapasitas (Ton) % pertumbuhan
2014 1.937.483 0,048
2015 2.326.807 0,201
Konsumsi Minyak
Goreng Sawit di 2016 2.451.842 0,054
Indonesia 2017 2.254.736 -0,080
2018 2.330.285 0,034
Rata-Rata 0,051
Konsumsi minyak goreng pada tahun 2025: F = Fo(1+i) n
=2.330.285(1+0,051)5
=2.991.692,062
Tahun Kapasitas (Ton) % Pertumbuhan
2014 27.780.000 -0,010
Produksi Minyak 2015 29.280.000 0,054
Goreng Sawit di 2016 31.070.000 0,061
Indonesia 2017 31.490.000 0,014
2018 34.940.000 0,110
Rata-rata 0,046

Produksi minyak goreng pada tahun 2025: F = Fo(1+i) n


=34.940.000(1+0,046)5
=43.689.507,17
Tahun Kapasitas (Ton) % Pertumbuhan
2014 23.969.700 0,101
2015 27.670.800 0,154
Ekspor Minyak
Goreng Sawit di 2016 24.066.500 -0,130
Indonesia 2017 28.770.300 0,195
2018 29.302.400 0,018
Rata-Rata 0,068

Ekspor minyak goreng pada tahun 2025: F = Fo(1+i) n


=29.302.400(1+0,068)5
=40.681.099,86
Tahun Kapasitas (Ton) % Pertumbuhan
2014 299 -0,995
Impor Minyak 2015 7.572 24,324
Goreng Sawit di 2016 2.658 -0,649
Indonesia 2017 2.518 -0,053
2018 806 -0,680
Rata-Rata 4,389

Impor minyak goreng pada tahun 2025: F = Fo(1+i) n


=806(1+4,389)5
=3.664.981,189
Maka dapat diketahui prediksi kebutuhan minyak Kapasitas Produksi
Pelaku Usaha
goreng sawit yang belum terpenuhi pada tahun 2025 (Ton/thn)
adalah:
Wilmar Group (5 Perusahaan) 2.819.400
Kebutuhan = (Produksi + Impor) - (Konsumsi + Ekspor)
Musim Mas (6 Perusahaan) 2.109.000
= (43.689.507,17 + 3.664.981,189) -
(2.991.692,062 + 40.681.099,86) Permata Hijau Group (3 Perusahaan) 932.000

= 3.681.696,44 ton. PT Smart 713.027

Maka berdasarkan kapasitas produksi yang ada Salim Group 654.900


sekarang dan prediksi kebutuhan minyak goreng pada
PT Bina Karya Prima 370.000
tahun 2025, ditentukan kapasitas pabrik minyak goreng
sawit yang akan dibangun adalah sebesar 370.000 ton, PT Tunas Baru Lampung (Sungai Budi Group) 355.940
dengan produksi minyak goreng berkualitas regular
BEST Group 341.500
sebanyak 200.000 ton dan minyak goreng berkualitas
premium sebanyak 170.000 ton. PT Pacific Palmindo Industri 310.800

Dihasilkan juga produk margarin dari hasil pengolahan PT Asian Agro Agung Jaya (RGM Group) 307.396
produk samping stearin sebesar 21.000 ton.
Lokasi Pabrik
Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara

Ketersediaan Bahan Baku


Provinsi Sumatera Utara termasuk merupakan
produsen minyak sawit yang tertinggi di Indonesia,
Provinsi Sumatera Utara menghasilkan 5-6 juta ton
CPO setiap tahunnya.

Pasar
Pemasaran produk MGS ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk Transportasi
tujuan ekspor
Lokasi pabrik ini dekat dengan Jalan Lintas
Sumatera;
Iklim Transportasi kapal laut  pelabuhan Tanjung
Temperatur udara (24-34ºC); Curah hujan (223 Balai
mm); Kecepatan angin (18 km/jam)
Lokasi Pabrik
Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara

Sumber Daya Manusia


Berdasarkan latar belakang Pendidikan, di Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara terdapat total 85 SD, SMP, SMA/K, dan 1 Perguruan
tinggi yaitu Universitas. Sehingga dari Kabupaten Asahan, Sumatera
Utara memiliki SDM yang cukup.

Sumber Air Energi Tersedia


Lokasi Pemilihan lokasi pabrik ini dekat dengan Di Teluk Dalam, Kabupaten Asahan, Provinsi
sumber air yakni Sungai Asahan Sumatera Utara tersedia fasilitas yang lengkap
meliputi aliran listrik dari PLN.
Uraian Proses Terpilih
Diagram Balok Uraian Proses Terpilih
•Tahap Persiapan Bahan Baku:
• Degumming
• Bleaching
• Filtrasi untuk memisahkan spent earth dari RBPO
•Tahap Pemurnian:
• Deaerisasi
• Deodorizing
• Pendinginan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
•Tahap Pemisahan:
• Kristalisasi
• Pemisahan
•Tahap Emulsifikasi:
• Emulsifikasi
• Pendinginan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai