Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya,
bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada
tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang- kadang dijumpai juga
bunga betina pada satu tandan (hermafrodit). Kelapa sawit bukanlah tanaman
asli dindonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1991. Istilah
kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palm.
Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat
(desa dipulau jawa) sudah ada yang menggunkan nama “sawit” sebelum
kelapa sawit masuk ke indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun
Raya Bogor (Lubis, 2008).

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya, merupakan


senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang
utama adalah trigliserida dan nontrigliserida (Pasaribu, 2004).

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO


Pengolahan kelapa sawit diawali dengan proses pemanenan buah kelapa
sawit. Untuk memperoleh hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik
serta dengan rendemen minyak yang tinggi, pemanenan dilakukan
berdasarkan kriteria panen (tandan matang panen) yaitu dapat dfilihat dari
jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah setidaknya ada 5 buah yang
lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan. Pengangkutan tandan buah
segar (TBS) menuju pabrik dilakukan dengan menggunakan alat transportasi
berupa truck atau traktor. Sebelum masuk kedalam loading ramp, TBS
ditimbang terlebih dahulu (Misnawati dkk, 2014).

4
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut
sehingga memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah
ditimbang kemudian diperiksa atau disortir terlebih dahulu untuk mengetahui
tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya (Misnawati dkk, 2014).

Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada
fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum
sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) minimum.
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut
menggunakan lori menuju tempat perebusan (sterilizer). Dalam tahap ini
terdapat tiga cara perebusan yaitu sistem satu puncak (singel peak).sistim dua
puncak (doubel peak) dan sistem tiga puncak (tripple peak). Adapun proses
perebusan adalah mononaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir
pembekuan free fatty acid dan memudahkan perontokan buah pada threser.

Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari


tandan. Pada proses ini,buah yang telah direbus diangkut dengan hoisting
crane dan dituang kedalam threser melalui hopper yang berfungsi untuk
menampung buah rebus. Setelah itu tandan buah rebus kemudian
dirontokkan dari janjangnya dengan cara membanting buah dalam drum
dengan kecepatan putaran 23-25 rpm (Misnawati dkk, 2014).

Buah yang terpisah akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit
elevator dan dibawa dengan distributing conveyor unruk didistribusikan
keunit-unit Digester. Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk
memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung
silinder yang berdiri tegak yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk
sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor
listrik. Pengadukan dilakukan seaama 30 menit (Misnawati dkk, 2014).

Setelah masa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke


dalam alat penngepresan (screw press). Pengepressan dilakukan untuk

5
memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah pada tekanan 50-60
bar dengan menggunakan air pembilas dengan suhu 90-95°C.

Minyak kasar yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan vibrating


screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing
seperti pasir, serabut dan bahan – bahan lain yang masih mengandung minyak
dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat
saringan dengan luas permukaan 2 m2. Tingkat atas memakai saringan ukuran
20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh (Misnawati
dkk, 2014).

Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil


Tank(COT). Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam tangki
klarifikasi. Prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah
adalah melakukan pemisahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga
campuran minyak kasar akan terpisah dengan air. Pada tahapan ini dihasilkan
2 jenis bahan yaitu crude oil dan slugde. Minyak kasar yang dihasilkan
kemudian ditampung sementara kedalam oil tank. Didalam oil tank juga
terjadi pemanasan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Minyak
kemudian dimurnikan dalam purifier.Didalam purifier dilakukan pemurnian
untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak
berdasarkan perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal.
dengan kecepatan putaran 7500 rpm (Misnawati dkk, 2014).

Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar ( dinding bowl), dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke
vacum dryer. Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka
untuk mengurangi kadar air tersebut minyak dipompakan ke vacum dryer
tersebut (Misnawati dkk, 2014).

Disini minyak disemprot dengan menggunakan nozzel sehingga campuran


minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini mempermudah pemisahan air
dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari

6
air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank (Misnawati
dkk, 2014).

Menurut Basiron (2005) pengolahan buah sawit menjadi CPO dilakukan


dalam beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah segar (TBS), perebusan,
perontkan, pelumatan, ekstraksi minyak dan klarifikasi (Misnawati dkk,
2014).

2.3 Pengolahan Refinery Dan Hasil Samping Pabrik Minyak Goreng


Pemurnian (refinery) adalah proses memurnikan minyak kelapa sawit yang
pada akhirnya akan dihasilkan produk yang memiliki warna yang lebih cerah,
tidak memiliki rasa, dan memiliki stabilitas. Tujuan dari proses pemurnian
(refinery) adalah untuk menghilangkan komponen-komponen yang bersifat
mengganggu di dalam produk minyak dan juga untuk meminimalisir
kerusakan (Gibon, 2007). Rangkaian tahapan dari proses refinery adalah
degumming, bleaching, dan deodorisasi. Beberapa komponen yang harus
dihilanglan selama proses refinery antara lain asam lemak bebas (FFA),
aldehid, keton, dan beberapa komponen volatil (Gibon, 2007).

2.3.1 Jenis Metode Refinery


Prinsip proses pemurnian Refinery minyak adalah dengan
menghilangkan komponen pengotor yang terdapat dalam Crude Palm
Oil (CPO) dengan melalui serangkaian tahapan proses,yaitu
degumming,bleaching dan deodorizing,sehingga menghasilkan
produk Refined bleached Deodorized Oil (RBDPO) yang sesuai
dengan spesifikasinya.Proses refinery dibedakan menjadi 2 metode
utama, yaitu pemurnia kimia dan pemurnian fisik.Perbedaan dari
metode tersebut adalah pada metode penghilangan komponen asam
lemak bebas dalam minyak (Gibon, 2007).

7
Crude Palm Oil Crude Palm Oil

(CPO) (CPO)

Degumming Degumming

Bleaching Netralisasi

Deodorisasi Sentrifugasi

RBDPO Pengeringan

Bleaching

Deodorisasi

NBDPO

Gambar 2.1 Alur Proses Refinery

Pada metode physical refining akan dihasilkan kandungan FFA


dengan kadar lebih tinggi maka diperlukan proses deodorisasi untuk
menghilangkan kandungan FFA dengan cara vakum, mengatur suhu
dan steam. Metode physical refining akan lebih efisien, biaya operasi
yang relatif murah, input capital rendah, dan penanganan limbah

8
mudah. Tahap deodorisasi akan dilakukan ketika sudah melalui tahap
degumming dan bleaching (Gibon, 2007).

Pada metode chemical refining, minyak harus dimurnikan (jernih)


terlebih dahulu dari gum dan asam lemak bebas, yaitu pada tahap
netralisasi dan akan menghasilkan sabun. Pada metode ini, Crude
Palm Oil (CPO) akan dicampur dengan asam fosfat sehingga gum
dapat dipisahkan. Kemudian, minyak akan dipisahkan dari sabun
dengan metode sentrifugasi lalu akan dikeringkan dengan
menggunakan vakum (Gibon, 2007).

2.3.2 Tahapan Proses Refining

Bahan baku yang digunakan yaitu Crude Palm Oil (CPO) harus
melalui tahap pemurnian (refining) terlebih dahulu agar dihasilkan
produk yang dapat diolah pada tahap selanjutnya sehingga pada
akhirnya dapat dihasilkan produk minyak goreng yang berkualitas.
Proses pemurnian (refining) ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk minyak goreng yang memiliki warna jernih
dan memiliki kestabilan yang baik terhadap oksidasi. Jika proses
pemurnian (refining) tidak dilakukan terhadap bahan baku maka
dapat menyebabkan beberapa dampak buruk (Basiron, 2005).

2.3.3 Degumming

Degumming adalah proses pemisahan gum yang terdapat di dalam


Crude Palm Oil (CPO). Pada tahap awal, minyak dicampur dengan
larutan asam fosfat lalu dipanaskan dengan suhu 90-100oC dalam
waktu 15-30 menit (Basiron, 2005). Pemisahan ini dilakukan karena
fosfolipid (gum) dapat mengendap selama penyimpanan sehingga
menyebabkan off-flavor dan menyebabkan terjadinya perubahan
warna pada produk akhir. Hal ini sesuai dengan pernyaataan (Lin &
Koseoglu, 2005).

9
Penambahan asam fosfat dapat memutus ikatan fosfatida dengan cara
memecah kompleks magnesium dan kalsium. Hasilnya, gum yang
bersifat nonhydratable dapat diubah menjadi bersifat hydratable
yang kemudian membentuk kompleks kalsium dan magnesium
(O’Brien, 2004). Berdasarkan Kapoor & Nair (2005) proses
selanjutnya akan mengalami kontak dengan bleaching earth maka
komponen fosfatida akan terserap dan akan terbentuk endapan
lumpur (O’Brien, 2004).

2.3.4 Bleaching
Bleaching adalah proses penghilangan pigmen-pigmen warna yang
terkandung didalam minyak dengan melakukan penambahan materi
bleaching earth.Penghilangan ini didasarkan pada mekanisme
adsorpsi.Pigmen warna yang terkandung di dalam minyak seperti
karotenoid akan diserap oleh bleaching earth.Sementara itu,komponen
lain yang ikut terikat dengan bleaching earth akan dihilangkan
dengan proses pemerangkapan di dalam struktur bleaching earth
(Basiron, 2005).

Bleaching earth merupakan mineral clay yang digunakan untuk


mengurangi intensitas warna produk (menjernihkan).Bleaching earth
biasanya berupa kalsium monmorilonit dan campuran antara kalsium
monmorilonit dengan atapulgit (Taylor, 2005).Tujuan dari
penambahan materi bleaching eart,yaitu untuk menyerap komponen
pengotor,untuk mengurangi kadar produk hasil oksidasi,untuk
menyerap komponen fosfolipid, dan untuk menghilangkan kandungan
asam fosfat yang tersisa (Basiron, 2005).

Bleaching earth biasanya ditambahkan secara langsung sesuai kualitas


Crude Palm Oil (CPO). Dalam proses ini, dibutuhkan pengadukan
secara intensif. Proses bleaching dilakukan dengan menggunakan

10
tekanan vakum sekitar 20-25 mmHg dengan suhu 95-110oC dalam
waktu 30-45 menit (Basiron, 2005).

Materi bleaching earth yang tercampur dengan minyak akan


dihilangkan melalui proses filtrasi. Tahap filtrasi yang dilakukan
dimulai dengan mengalirkan campuran ke suatu filter yang berbentuk
daun (leaf filter), diikuti proses filtrasi akhir menggunakan polishing
filter. Kemudian, Minyak akan dikembalikan ke dalam bleacher
karena masih ada kemungkinan mengandung materi bleaching earth.
Tahap filtrasi ini sangat berpengaruh karena jika tersisa ada sedikit
kandungan spent earth pada produk, maka dapat menyebabkan nilai
peroksida meningkat sehingga kualitas mutu produk akan menurun.
Hal ini dapat disebabkan karena bleaching earth mengandung logam-
logam yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi. Serangkaian proses
yang terjadi ini sesuai dengan pernyataan (Gibon, 2007).

Menurut Basiron (2005) hasil dari proses bleaching akan


menghasilkan minyak yang memiliki warna lebih cerah dan stabil.
Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah suhu, kelembapan, dan
sifat bleaching earth yang ditambahkan atau digunakan dalam proses.
Bleaching earth yang bersifat netral dapat berupa aluminium silikat.
Bleaching earth ini dapat diaktivasi menggunakan penambahan panas
untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya (Basiron, 2005).

2.3.5 Deodorisasi
Pada dasarnya tahapan deodorisasi merupakan proses pelepasan steam
vakum dengan menggunakan suhu tinggi dan bertujuan untuk
menghasilkan minyak yang tidak memiliki rasa dan bau karena
teruapnya asam lemak bebas (FFA) dan komponen volatil berdasarkan
perbedaan titik didih setiap komponennya.Menurut Gibon (2007)
proses deodorisasi ini melibatkan 3 proses yang berbeda,yaitu (1)
destilasi,yaitu pelepasankomponen volatil (FFA, tokoferol,tokotrienol,

11
dan sterol.(2) deodorisasi, yaitu penghilangan komponen yang berbau
dan (3) pemanasan, yaitu terjadinya perusakan pigmen (karatenoid)
karena adanya perlakuan panas tetapi mencegah reaksi isomerisasi dan
polimerisasi.
a. Proses deodorisasi
Proses deodorisasi dimulai ketika sudah melewati proses bleaching.
Dalam tahap ini, minyak akan dipanaskan dengan suhu 240-270oC
dalam suatu heat exchanger dengan menggunakan tekanan vakum
sekitar 2-5 mmHg (Basiron, 2005). Suhu yang digunakan harus
dikontrol, yaitu tidak melebihi 270oC agar tidak terjadi reaksi
termokimia dan isomerasi. Dengan adanya steam, maka asam lemak
bebas di dalam produk bersama komponen lain akan didistilasi.
Tujuan dari penghilangan komponen-komponen tersebut untuk
menghilangkan komponen yang dapat menghasilkan aroma dan rasa
yang tidak enak. Selain itu, karotenoid akan terurai sehingga
menghasilkan minyak yang berwarna cerah. Kemudian, minyak akan
didinginkan pada tahap selanjutnya (Basiron, 2005).

Dari tahap ini dihasilkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). PFAD
akan didinginkan sampai menjadi kondensat. Di dalam PFAD
terkandung sekitar 80-90% asam lemak bebas. PFAD biasanya
digunakan sebagai materi pembuatan sabun, sebagai pakan ternak, dan
sebagai bahan baku untuk oleokimia (Basiron, 2005).

Sistem operasi yang berjalan dalam proses deodorisasi meliputi


pemanasan, deodorisasi, dan pemulihan panas yang dikombinasikan di
suatu wadah. Desain dari deodorizer dapat berbeda-beda tetapi
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menghasilkan kontak antara
fase gas dengan fase minyak. Pompa steam diaplikasikan untuk
meningkatkan efisiensi dari proses deodorisasi (Gibon, 2007).

12
Kondisi deodorisasi yang berbeda memiliki kemungkinan untuk
terjadinya perubahan sifat kimia dan sifat fisik produk. Asam lemak
jenis trans biasanya akan terbentuk pada suhu 280oC setelah melewati
4 jam waktu proses. Di dalam hasil akhir produk, kadar lemak trans
tidak diperbolehkan melebihi batas 0,6%. Metode penghilangan asam
lemak bebas dan gliserida dapat merubah sifat fisik produk
(Gibon,2007).

Selain itu proses penghilangan bau merupakan proses tahap


pemurnian yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa tidak
enak dalam minyak. Prinsip penghilangan bau yaitu penyulingan
minyak dengan uap panas dengan tekanan atmosfer atau keadaan
vakum (Nasution, 2003).

2.4 Asam Lemak Destilate


Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) yang merupakan produk sampingan dari
proses pemurnian minyak sawit kasar yang banyak mengandung banyak asam
lemak bebas (ALB) yaitu sebesar 80%. Secara keseluruhan, proses
pembuatan minyak sawit akan menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5-6%
PFAD dan 0,5-1% CPO parit. CPO dapat dijadikan produksi minyak sawit
padat (RBD stearin) danminyak sawit cair. RBD stearindigunakan untuk
membuat margarin dan shortening. RBD stearin juga digunakan sebagai
bahan baku industri sabun dan detergen, sedangkan PFAD belum banyak
pemanfaatannya (Prihandana 2006).

Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) dihasilkan dari proses


pemurnian fisik (Physical refining). Pada proses pemurnian fisik diperoleh 5
persen DALMS dari berat minyak sawit (Chuah.2009). Selama proses
pemurnian DALMS merupakan by-product pada tahap
deasidifikasideodorisasi yang mengandung beberapa bahan fitokimia
(Gapoor.2000).

13
Tabel 2.1 Komposisi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit

Komponen Kadar (%)* Kadar (%)**


Asam Lemak Bebas 81,70 40
Gliserin 14,40 28,50
Trigliserida 4,10 13,20
Digliserida 7,10 10,50
Monogliserida 2,70 0,30
Sterol 0,37
Stigmasterol 0,01
Kampesterol 0,09
β sitosterol 0,21
Hidrokarbon 1,47 0,50
Squalene 0,76 6,00
Lain-lain 0,71
Tokoferol+Tokotrienol 0,48 1,00
Lain-lain 1,60 1,00
Sumber: *(Pitoyo, 1991), **( Lewis, 2001)

Minyak kelapa sawit mengandung antara 500 sampai 700 ppm karoten dan
merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. CPO berwarna
merah jingga. Minyak kelapa sawit ini diperoleh melalui proses ekstraksi dan
mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning hingga merah
dan berbentuk semi padat pada suhu ruang. Keberadaan air dan serat halus
tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit tidak dapat langsung digunakan
sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 2003).

Sifat fisik kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor atau
rasa, kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain,

14
warna minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat
didalam kelapa sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna.
Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut
dalam minyak kelapa sawit (Pahan, 2006).

Tabel 2.2 Komposisi asam lemak pada minyak sawit *)


Komposisi Berat Jenis Asam
Asam Lemak Rumus Molekul
(%) Lemak
Asam Palmitat C16H32O2 42,9-51 Jenuh
Asam Oleat C18H34O2 32,8-39,8 Tidak Jenuh
Asam linoleat C18H34O2 8,6-11,3 Tidak Jenuh
Asam stearate C18H36O2 4,1-4,9 Jenuh
Asam miristat C14H28O2 0,9-1,5 Jenuh
Sumber : Silitonga (2012)

2.5 Pomade
Pomade berasal dari bahasa prancis yaitu pommade yang artinya salep.
Pomade digunakan sejak tahun 1800-an dan bahan dasar yang digunakan
pada awal produksi adalah lemak beruang. Namun diawal abad ke-20, bahan
dasar pomade mulai digantikan dengan petrolleum jelly, lilin lebah dan lemak
babi. Pomade memiliki 3 jenis yang dibedakan oleh bahan dasarnya.Yang
pertama adalah oil-based pomade. Pomade berbahan dasar minyak ini
menghasilkan rambut yang mengkilap namun membuat rambut menjadi
lengket dan susah dibersihkan. Oil-based pomade digunakan untuk orang
yang memiliki aktivitas tinggi diluar ruangan karena lebih kuat dan tahan
terhadap cuaca dan keringat. Yang kedua adalah water-based pomade.
Pomade berbahan dasar air lebih mudah dibersihkan dan cocok untuk
pengguna pomade yang memiliki rambut bergelombang. Pomade ini cocok
untuk orang yang memiliki aktivitas didalam ruangan dan tidak berkeringat,
karena water based pomade memiliki ketahanan yang kurang baik. Dan yang
terakhir adalah mixed-based pomade. Pomade berbahan dasar campuran

15
antara air dan minyak ini memiliki ketahanan yang baik, tetapi tidak terlalu
memberikan efek yang mengkilap pada rambut (majalahouch.com, 2014).

Kandungan vitamin dan mineral yang tinggi di dalam minyak kelapa sawit
mendorong produsen kosmetik mengembangkan produk-produk yang terbuat
dari bahan ini. Perlu diketahui bahwa minyak dari kelapa sawit ini merupakan
bahan yang mengandung vitamin E berupa tocopherol dan tocotrienol yang
terbilang tinggi. Beberapa contoh produk yang umumnya menggunakan
minyak kelapa sawit sebagai bahan baku ialah cream, lotion, shampo, dan
pomade. (Abidin, 2015)

2.6 Minyak Kemiri


Kemiri (Aleurites moluccana, Wild) atau candle nut adalah salah satu
tanaman industry yang tersebar di daerah tropis dan subtropics. Kemiri
merupakan tanaman asli Hawai dan saat ini banyak tersebar di indinesia,
produki kemiri Indonesia cukup besar mencapai 88.481 ron/tahun, dimana
produksi mengalami peningkatan tiap tahun (Atjung, 1982).

Tanaman kemiri mempunyai bermanfaat bagi kehidupan manusia, karena


hamper, Biji kemiri dapat digunakan sebagai bumbu masak, obat, kosmetik
dan sebagainya. Salah satu cara pemanfaatan biji kemiri adalah dengan
mengekstraksi biji kemiri sehingga dihasilkan minyak. Biji kemiri memiliki
kadar minyak yang tinggi, yaitu sekitar 35%-65% minyak (Ketaren, 1986)

Minyak biji kemiri dapat diambil melalui beberapa cara antara lain dengan
proses referending, pengepresan mekanik dan ekstraksi menggunakan pelarut
( sovent extraction) (ketaren, 1986).

Minyak kemiri merupakan minyak nabati berbentuk cair, karena mengandung


sejumlah asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat, asam linoleat, dan asam
linolenat dengan titik cair yang rendah. Minyak kemiri merupakan minyak
mongering (drying oil) sehingga tidak dapat digunakan sebagai minyak
goreng atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena minyak tersebut jika
kontak dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat terokdisadi dan berbau

16
tengik yang mengakibatkan racun. (Ketaren, 1986). Bentuk fisik dari minyak
kemiri murni berbentuk cair dan memiliki warna bening, sedangkan minyak
kemiri yang tidak murni berwarna lebih pekat. (Pamata, 2008).

Manfaat minyak kemiri memiliki banyak manfaat, antara lain diindustri


kecantikan untuk menuburkan rambut, menghitamkan rambut secara alami,
bahan baku sabun, dan bahan baku berbagai kosmetik.Sedangkan di industry
farmasi, minyak kemiri digunakan sebagai obat kuit, obat pinggang, sakit
kepala, demam, borok, bisul, disentri, dan sariawan. Dan pada industry lain
juga dapat digunakan sebagai bahan dasar cat, pernis, tinta, dan pengawet
kayu ( Ketaren, 1986).

2.7 Surfactant
Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul-molekul yang
mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik (suka
minyak/lemak) pada molekul yang sama (Sheat dan Foster, 1997). Sehingga
dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan yang suka akan air (hidrofilik)
merupakan bagian polar dan molekul yang suka akan minyak/lemak
(lipofilik) merupakan bagian non polar. Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) merupakan rantai alkil yang panjang, sedangkan bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Sheat dan Foster, 1997).

Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar
muka udara-air, minyak-air, dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara,
dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang ditambahkan pada cairan
untuk meningkatkan sifat penyebaran dengan menurunkan tegangan
permukaan cairan. Kemampuan surfaktan dalam menurukan tegangan

17
dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic yaitu
mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus
hidrofobik. Sifat-sifat surfaktan yaitu dapat menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang
terdispensi dan mengontrol jenis formulasinya baik oil in water (o/w) atau
water in oil (w/o). Selain itu surfaktan akan terserap ke dalam permukaan
partikel minyak atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau
menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang terdispensi
(Rieger, 1985).

Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut bagian kepala, dan yang
suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka air).
Surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan
emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan pangan serta
industri produk perawatan diri (Rieger, 1985).

2.8 Urea
Urea secara komersial diproduksi melalui dehidrasi ammonium karbamat
(NH2COONH4) pada tekanan dan suhu tinggi. Amonium karbamat diperoleh
langsung melalui reaksi ammonia dengan karbon dioksida. Kedua reaksi
tersebut biasanya dilakukan secara simultan pada reaktor bertekanan tinggi.
Belakangan ini, urea digunakan secara komersial sebagai suplemen pakan
ternak. Aplikasi penting lainnya adalah pada pembuatan resin, lem, pelarut,
dan beberapa obat. Urea diklasifikan sebagai senyawa tidak beracun.

2.9 Polietilene Glikol


Polietilena merupakan polimer sintetik yang merupakan hasil rekayasa
manusia, polimer umumnya dikelompokkan berdasarkan perilaku mekanik
dan struktur rantai atau molekulnya. Polimer thermoplastik, misalnya
poilietilena, adalah jenis polimer yang memiliki sifat-sifat thermoplastik yang
disebabkan oleh struktur rantainya yang linear (linear), bercabang (branched)
atau sedikit bersambung (crosslinked). Polimer dari jenis ini akan bersifat

18
lunak dan kental (viscous) pada saat dipanaskan dan menjadi keras dan kaku
(rigid) pada saat didinginkan (Saputro, 2012). Struktur poli etilen glikol
dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 2.2 Struktur Poli Etilen Glikol (PEG)

Polietilenglikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Bahan ini terdapat dalam
berbagai macam berat molekul dan yang paling banyak digunakan adalah
polietilenglikol 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, dan 6000.
Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata -rata dari masing-masing
polimernya. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400 dan 600
berupa cairan bening tidak berwarna dan mempunyai berat molekul rata-rata
lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat. Macam – macam kombinasi dari
PEG bisa digabung dengan cara melebur. PEG merupakan polimer larut air,
polimer ini tidak berwarna, tidak berbau dan kekentalannya berbeda-beda
tergantung jumlah n = 2, 3, 4 dan maksimum n berjumlah 180. Polimer
dengan berat molekul rendah (n = 2) disebut dietil glikol dan (n = 4) disebut
tetra etil glikol. Polimer dengan berat molekul yang tinggi biasanya disebut
poli (etilena glikol). Penggunaan PEG dapat dijumpai diberbagai industri.
Area industri yang paling banyak menggunakan PEG adalah farmasi dan
industri tekstil. Contoh berbagai produk yang menggunakan PEG adalah
keramik, metalforming, obat supositoria, krim kosmetik, lotion, deodoran,
minyak pelumas (Norvisari, 2008).

Sifat PEG yang lunak dan rendah racun membuatnya banyak dipergunakan
sebagai dasar obat salep, dan pembawa dari bahan obat. Sifat PEG yang larut
dalam air menyebabkan bahan obat mudah terlepas dan terserap pada kulit
lebih cepat dari minyak yang teremulsi dalam air. Daya larut dalam air
memberi keuntungan lantaran memberi kemudahan pengeluaran

19
formulasinya setelah mencapai tujuan (Safitri, 2010). PEG mempunyai
beberapa keuntungan antara lain secara fisiologi inert, tidak terhidrolisis,
tidak mendukung pertumbuhan jamur, mempunyai beberapa macam molekul
(Astuti, 2008).

2.10 Gliserine
Gliserol atau disebut juga gliserin merupakan senyawa alkohol trihidrasi
dengan rumus bangun CH2OHCHOHCH2OH. Gliserol berwujud cairan
jernih, higrokopis kental dan terasa manis.Gliserol terdapat pada susunan
minyak dan lemka nabati maupun hewani namun jarang ditemukan dalam
bentuk tersendiri. Gliserin menyusun minyak dan lemak setelah bercampur
dengan asam lemak seperti asam stearat, asam oleat, asam palmitat, dan asam
laurat. fisik gliserol terdapat pada gliserol dihasilkan dari pembuatan sabun.
Minyak atau lemak di reaksikan dengan soda kuastik sehingga menghasilkan
garam sabun dan gliserol. Kedua, minyak atau lemak dihidrolisis tampah
penambahan alkali. gliserine merupakan hasil pemisahan asam lemak
(Poedjiadi, 2006).

Gliserine terutama diguanakan dalam industri kosmetik antara lain sebagai


bahan pengatur kekentalan sampo, obat kumur, pasta gigi, dan sebagainya.
Kadar gliserol relative density, refractive index, kadar air, senyawa
terhalogenasi, arsenic dan logam berat adalah paremeter penting yang sering
digunakan untuk menentukan kemurnian produk(Poedjiadi, 2006).

Ini merupakan suatau tes yang sulit karena glisering sangat bersifat
higroskopis, menyerap air dengan cepat disekitarnya. Melekol gliserol
mengandung gugus alkohol primer dan alkohol sekunder yang dapat
mengalami reaksi oksidasi (Poedjiadi, 2006).

Sifat fisik dari gliserin yaitu 1) cairan tidak berwarna, 2) tidak berbau, 3)
cairan kental dengan rasa yang manis, 4) densitas 1,261, 5) titik lebur 18,2oC,
6) titik didih 29oC

20
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak dan minyak adalah
suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis.
Gliserol larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam
industri farmasi dan kosmetik sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan.
Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh
(Poedjiadi, 2006).

21

Anda mungkin juga menyukai