TINJAUAN PUSTAKA
4
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut
sehingga memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah
ditimbang kemudian diperiksa atau disortir terlebih dahulu untuk mengetahui
tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya (Misnawati dkk, 2014).
Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada
fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum
sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) minimum.
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut
menggunakan lori menuju tempat perebusan (sterilizer). Dalam tahap ini
terdapat tiga cara perebusan yaitu sistem satu puncak (singel peak).sistim dua
puncak (doubel peak) dan sistem tiga puncak (tripple peak). Adapun proses
perebusan adalah mononaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir
pembekuan free fatty acid dan memudahkan perontokan buah pada threser.
Buah yang terpisah akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit
elevator dan dibawa dengan distributing conveyor unruk didistribusikan
keunit-unit Digester. Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk
memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung
silinder yang berdiri tegak yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk
sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor
listrik. Pengadukan dilakukan seaama 30 menit (Misnawati dkk, 2014).
5
memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah pada tekanan 50-60
bar dengan menggunakan air pembilas dengan suhu 90-95°C.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar ( dinding bowl), dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke
vacum dryer. Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka
untuk mengurangi kadar air tersebut minyak dipompakan ke vacum dryer
tersebut (Misnawati dkk, 2014).
6
air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank (Misnawati
dkk, 2014).
7
Crude Palm Oil Crude Palm Oil
(CPO) (CPO)
Degumming Degumming
Bleaching Netralisasi
Deodorisasi Sentrifugasi
RBDPO Pengeringan
Bleaching
Deodorisasi
NBDPO
8
mudah. Tahap deodorisasi akan dilakukan ketika sudah melalui tahap
degumming dan bleaching (Gibon, 2007).
Bahan baku yang digunakan yaitu Crude Palm Oil (CPO) harus
melalui tahap pemurnian (refining) terlebih dahulu agar dihasilkan
produk yang dapat diolah pada tahap selanjutnya sehingga pada
akhirnya dapat dihasilkan produk minyak goreng yang berkualitas.
Proses pemurnian (refining) ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk minyak goreng yang memiliki warna jernih
dan memiliki kestabilan yang baik terhadap oksidasi. Jika proses
pemurnian (refining) tidak dilakukan terhadap bahan baku maka
dapat menyebabkan beberapa dampak buruk (Basiron, 2005).
2.3.3 Degumming
9
Penambahan asam fosfat dapat memutus ikatan fosfatida dengan cara
memecah kompleks magnesium dan kalsium. Hasilnya, gum yang
bersifat nonhydratable dapat diubah menjadi bersifat hydratable
yang kemudian membentuk kompleks kalsium dan magnesium
(O’Brien, 2004). Berdasarkan Kapoor & Nair (2005) proses
selanjutnya akan mengalami kontak dengan bleaching earth maka
komponen fosfatida akan terserap dan akan terbentuk endapan
lumpur (O’Brien, 2004).
2.3.4 Bleaching
Bleaching adalah proses penghilangan pigmen-pigmen warna yang
terkandung didalam minyak dengan melakukan penambahan materi
bleaching earth.Penghilangan ini didasarkan pada mekanisme
adsorpsi.Pigmen warna yang terkandung di dalam minyak seperti
karotenoid akan diserap oleh bleaching earth.Sementara itu,komponen
lain yang ikut terikat dengan bleaching earth akan dihilangkan
dengan proses pemerangkapan di dalam struktur bleaching earth
(Basiron, 2005).
10
tekanan vakum sekitar 20-25 mmHg dengan suhu 95-110oC dalam
waktu 30-45 menit (Basiron, 2005).
2.3.5 Deodorisasi
Pada dasarnya tahapan deodorisasi merupakan proses pelepasan steam
vakum dengan menggunakan suhu tinggi dan bertujuan untuk
menghasilkan minyak yang tidak memiliki rasa dan bau karena
teruapnya asam lemak bebas (FFA) dan komponen volatil berdasarkan
perbedaan titik didih setiap komponennya.Menurut Gibon (2007)
proses deodorisasi ini melibatkan 3 proses yang berbeda,yaitu (1)
destilasi,yaitu pelepasankomponen volatil (FFA, tokoferol,tokotrienol,
11
dan sterol.(2) deodorisasi, yaitu penghilangan komponen yang berbau
dan (3) pemanasan, yaitu terjadinya perusakan pigmen (karatenoid)
karena adanya perlakuan panas tetapi mencegah reaksi isomerisasi dan
polimerisasi.
a. Proses deodorisasi
Proses deodorisasi dimulai ketika sudah melewati proses bleaching.
Dalam tahap ini, minyak akan dipanaskan dengan suhu 240-270oC
dalam suatu heat exchanger dengan menggunakan tekanan vakum
sekitar 2-5 mmHg (Basiron, 2005). Suhu yang digunakan harus
dikontrol, yaitu tidak melebihi 270oC agar tidak terjadi reaksi
termokimia dan isomerasi. Dengan adanya steam, maka asam lemak
bebas di dalam produk bersama komponen lain akan didistilasi.
Tujuan dari penghilangan komponen-komponen tersebut untuk
menghilangkan komponen yang dapat menghasilkan aroma dan rasa
yang tidak enak. Selain itu, karotenoid akan terurai sehingga
menghasilkan minyak yang berwarna cerah. Kemudian, minyak akan
didinginkan pada tahap selanjutnya (Basiron, 2005).
Dari tahap ini dihasilkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). PFAD
akan didinginkan sampai menjadi kondensat. Di dalam PFAD
terkandung sekitar 80-90% asam lemak bebas. PFAD biasanya
digunakan sebagai materi pembuatan sabun, sebagai pakan ternak, dan
sebagai bahan baku untuk oleokimia (Basiron, 2005).
12
Kondisi deodorisasi yang berbeda memiliki kemungkinan untuk
terjadinya perubahan sifat kimia dan sifat fisik produk. Asam lemak
jenis trans biasanya akan terbentuk pada suhu 280oC setelah melewati
4 jam waktu proses. Di dalam hasil akhir produk, kadar lemak trans
tidak diperbolehkan melebihi batas 0,6%. Metode penghilangan asam
lemak bebas dan gliserida dapat merubah sifat fisik produk
(Gibon,2007).
13
Tabel 2.1 Komposisi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung antara 500 sampai 700 ppm karoten dan
merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. CPO berwarna
merah jingga. Minyak kelapa sawit ini diperoleh melalui proses ekstraksi dan
mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning hingga merah
dan berbentuk semi padat pada suhu ruang. Keberadaan air dan serat halus
tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit tidak dapat langsung digunakan
sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 2003).
Sifat fisik kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor atau
rasa, kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain,
14
warna minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat
didalam kelapa sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna.
Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut
dalam minyak kelapa sawit (Pahan, 2006).
2.5 Pomade
Pomade berasal dari bahasa prancis yaitu pommade yang artinya salep.
Pomade digunakan sejak tahun 1800-an dan bahan dasar yang digunakan
pada awal produksi adalah lemak beruang. Namun diawal abad ke-20, bahan
dasar pomade mulai digantikan dengan petrolleum jelly, lilin lebah dan lemak
babi. Pomade memiliki 3 jenis yang dibedakan oleh bahan dasarnya.Yang
pertama adalah oil-based pomade. Pomade berbahan dasar minyak ini
menghasilkan rambut yang mengkilap namun membuat rambut menjadi
lengket dan susah dibersihkan. Oil-based pomade digunakan untuk orang
yang memiliki aktivitas tinggi diluar ruangan karena lebih kuat dan tahan
terhadap cuaca dan keringat. Yang kedua adalah water-based pomade.
Pomade berbahan dasar air lebih mudah dibersihkan dan cocok untuk
pengguna pomade yang memiliki rambut bergelombang. Pomade ini cocok
untuk orang yang memiliki aktivitas didalam ruangan dan tidak berkeringat,
karena water based pomade memiliki ketahanan yang kurang baik. Dan yang
terakhir adalah mixed-based pomade. Pomade berbahan dasar campuran
15
antara air dan minyak ini memiliki ketahanan yang baik, tetapi tidak terlalu
memberikan efek yang mengkilap pada rambut (majalahouch.com, 2014).
Kandungan vitamin dan mineral yang tinggi di dalam minyak kelapa sawit
mendorong produsen kosmetik mengembangkan produk-produk yang terbuat
dari bahan ini. Perlu diketahui bahwa minyak dari kelapa sawit ini merupakan
bahan yang mengandung vitamin E berupa tocopherol dan tocotrienol yang
terbilang tinggi. Beberapa contoh produk yang umumnya menggunakan
minyak kelapa sawit sebagai bahan baku ialah cream, lotion, shampo, dan
pomade. (Abidin, 2015)
Minyak biji kemiri dapat diambil melalui beberapa cara antara lain dengan
proses referending, pengepresan mekanik dan ekstraksi menggunakan pelarut
( sovent extraction) (ketaren, 1986).
16
tengik yang mengakibatkan racun. (Ketaren, 1986). Bentuk fisik dari minyak
kemiri murni berbentuk cair dan memiliki warna bening, sedangkan minyak
kemiri yang tidak murni berwarna lebih pekat. (Pamata, 2008).
2.7 Surfactant
Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul-molekul yang
mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik (suka
minyak/lemak) pada molekul yang sama (Sheat dan Foster, 1997). Sehingga
dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan yang suka akan air (hidrofilik)
merupakan bagian polar dan molekul yang suka akan minyak/lemak
(lipofilik) merupakan bagian non polar. Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) merupakan rantai alkil yang panjang, sedangkan bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Sheat dan Foster, 1997).
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar
muka udara-air, minyak-air, dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara,
dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang ditambahkan pada cairan
untuk meningkatkan sifat penyebaran dengan menurunkan tegangan
permukaan cairan. Kemampuan surfaktan dalam menurukan tegangan
17
dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic yaitu
mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus
hidrofobik. Sifat-sifat surfaktan yaitu dapat menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang
terdispensi dan mengontrol jenis formulasinya baik oil in water (o/w) atau
water in oil (w/o). Selain itu surfaktan akan terserap ke dalam permukaan
partikel minyak atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau
menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang terdispensi
(Rieger, 1985).
Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut bagian kepala, dan yang
suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka air).
Surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan
emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan pangan serta
industri produk perawatan diri (Rieger, 1985).
2.8 Urea
Urea secara komersial diproduksi melalui dehidrasi ammonium karbamat
(NH2COONH4) pada tekanan dan suhu tinggi. Amonium karbamat diperoleh
langsung melalui reaksi ammonia dengan karbon dioksida. Kedua reaksi
tersebut biasanya dilakukan secara simultan pada reaktor bertekanan tinggi.
Belakangan ini, urea digunakan secara komersial sebagai suplemen pakan
ternak. Aplikasi penting lainnya adalah pada pembuatan resin, lem, pelarut,
dan beberapa obat. Urea diklasifikan sebagai senyawa tidak beracun.
18
lunak dan kental (viscous) pada saat dipanaskan dan menjadi keras dan kaku
(rigid) pada saat didinginkan (Saputro, 2012). Struktur poli etilen glikol
dapat dilihat pada gambar 6.
Polietilenglikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Bahan ini terdapat dalam
berbagai macam berat molekul dan yang paling banyak digunakan adalah
polietilenglikol 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, dan 6000.
Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata -rata dari masing-masing
polimernya. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400 dan 600
berupa cairan bening tidak berwarna dan mempunyai berat molekul rata-rata
lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat. Macam – macam kombinasi dari
PEG bisa digabung dengan cara melebur. PEG merupakan polimer larut air,
polimer ini tidak berwarna, tidak berbau dan kekentalannya berbeda-beda
tergantung jumlah n = 2, 3, 4 dan maksimum n berjumlah 180. Polimer
dengan berat molekul rendah (n = 2) disebut dietil glikol dan (n = 4) disebut
tetra etil glikol. Polimer dengan berat molekul yang tinggi biasanya disebut
poli (etilena glikol). Penggunaan PEG dapat dijumpai diberbagai industri.
Area industri yang paling banyak menggunakan PEG adalah farmasi dan
industri tekstil. Contoh berbagai produk yang menggunakan PEG adalah
keramik, metalforming, obat supositoria, krim kosmetik, lotion, deodoran,
minyak pelumas (Norvisari, 2008).
Sifat PEG yang lunak dan rendah racun membuatnya banyak dipergunakan
sebagai dasar obat salep, dan pembawa dari bahan obat. Sifat PEG yang larut
dalam air menyebabkan bahan obat mudah terlepas dan terserap pada kulit
lebih cepat dari minyak yang teremulsi dalam air. Daya larut dalam air
memberi keuntungan lantaran memberi kemudahan pengeluaran
19
formulasinya setelah mencapai tujuan (Safitri, 2010). PEG mempunyai
beberapa keuntungan antara lain secara fisiologi inert, tidak terhidrolisis,
tidak mendukung pertumbuhan jamur, mempunyai beberapa macam molekul
(Astuti, 2008).
2.10 Gliserine
Gliserol atau disebut juga gliserin merupakan senyawa alkohol trihidrasi
dengan rumus bangun CH2OHCHOHCH2OH. Gliserol berwujud cairan
jernih, higrokopis kental dan terasa manis.Gliserol terdapat pada susunan
minyak dan lemka nabati maupun hewani namun jarang ditemukan dalam
bentuk tersendiri. Gliserin menyusun minyak dan lemak setelah bercampur
dengan asam lemak seperti asam stearat, asam oleat, asam palmitat, dan asam
laurat. fisik gliserol terdapat pada gliserol dihasilkan dari pembuatan sabun.
Minyak atau lemak di reaksikan dengan soda kuastik sehingga menghasilkan
garam sabun dan gliserol. Kedua, minyak atau lemak dihidrolisis tampah
penambahan alkali. gliserine merupakan hasil pemisahan asam lemak
(Poedjiadi, 2006).
Ini merupakan suatau tes yang sulit karena glisering sangat bersifat
higroskopis, menyerap air dengan cepat disekitarnya. Melekol gliserol
mengandung gugus alkohol primer dan alkohol sekunder yang dapat
mengalami reaksi oksidasi (Poedjiadi, 2006).
Sifat fisik dari gliserin yaitu 1) cairan tidak berwarna, 2) tidak berbau, 3)
cairan kental dengan rasa yang manis, 4) densitas 1,261, 5) titik lebur 18,2oC,
6) titik didih 29oC
20
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak dan minyak adalah
suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis.
Gliserol larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam
industri farmasi dan kosmetik sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan.
Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh
(Poedjiadi, 2006).
21