Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM I

REFENERY DAN PENGOLAHAN TURUNAN MINYAK SAWIT

Kelompok : 2
Kelas : 4A
Firdha Nazwa A.U ( 1802301007 )
Rachmat Ade Palupi ( 1802301047 )
Suyamdi ( 1802301025 )
Yekka Ayu Aghnia F. ( 1802301055 )

AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada
saat ini menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan Indonesia baik
sebagai sumber pendapat,sebagai sumber devisa Negara,penyedia lapangan
kerja maupun sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi serta sebagai
pendorong tumbuh dan berkembangnya industry hilir berbasis minyak
kelapa sawit oleh karena itu agar kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara
maksimal, mka perlu dilakukan proses pengolahan kepala sawit mulai dari
tandan buah segar (TBS) hingga menghasilkan CPO.
CPO (crude palm oil) merupakan minyak kasar yang diperoleh
dengan cara ekstraksi daging buah sawit dan biasanya masih mengandung
kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. Pengotor yang dikenal
dengan sebutan gum atau getah ini terdiri dari fosfatida, protein,
hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat dan resin), asam lemak bebas
(FFA), tokoferol, pigmen dan senyawa lainnya. Adanya pengotor pada
minyak akan menurunkan kualitas dan mempengaruhi penampilan fisik,
rasa, bau dan waktu simpan dari minyak, sehingga harus dihilangkan.
Perlakuan yang dilakukan yaitu meliputi penghilangan gum (degumming).
Degumming (pemisahan gum) merupakan suatu proses pemisahan
getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air
dan resin. Kotoran-kotoran yang tersuspensi tersebut sukar dipisahkan bila
berada dalam kondisi anhidrat, sehingga dapat diendapkan dengan cara
hidrasi. Hidrasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap, penambahan air,
atau dengan penambahan larutan asam lemah. Untuk lebih mengetahui
proses ini, maka dilakukanlah praktikum agar dapat mempraktekkan serta
menganalisis kualitas CPO yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Mempraktekkan proses degumming CPO pada proses Refenery dan
menganalisis kualitas hasil degumming.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CPO (Crude Palm Oil)


CPO (Crude Palm Oil) pada umumnya dalam pengolahan bahan
baku berupa CPO (Crude Palm Oil) menjadi minyak goreng kelapa sawit.
Ditentukan dengan berbagai proses pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
kelapa sawit sampai menjadi minyak goreng pada Pabrik Pengolahan
Minyak Goreng (PPMG) dan adalah pabrik yang memproduksi minyak
goreng dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil). CPO (crude palm oil)
merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara ekstraksi daging buah
sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut
dalam minyak. Pengotor yang dikenal dengan sebutan gum atau getah ini
terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat dan
resin), asam lemak bebas (FFA),tokoferol, pigmen dan senyawa lainnya.
Adanya pengotor pada minyak akan menurunkan kualitas dan
mempengaruhi penampilan fisik, rasa, bau dan waktu simpan dari minyak,
sehingga harus dihilangkan melalui proses pemisahan secara fisika maupun
secara kimia. Beberapa parameter yang biasa digunakan untuk menentukan
standar mutu CPO adalah kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Parameter
lain yang juga perlu diperhatikan adalah titik cair dan kandungan gliserida,
refining loss, plastisitas, spreadability, kejernihan, kandungan logam berat,
dan saponification value. Mutu CPO yang baik adalah kadar air kurang dari
0,1%, kadar kotoran kurang dari 0,013%, kandungan asam lemak bebas
kurang dari 2,7%, bilangan peroksida di bawah 2, tidak berwarna merah atau
hijau dan kandungan logam berat serendah mungkin. (Zufarov dkk., 2008)
2.2 Asam Fosfat pada CPO
Proses pemurnian minyak nabati pada umumnya terdiri dari 4 tahap,
yaitu: a) proses pemisahan gum (degumming), b) proses pemisahan asam
lemak bebas (netralisasi) dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga terbentuk sabun, c) proses
pemucatan (bleaching) yang merupakan proses penghilangan komponen
warna coklat seperti karotenoid & tokoferol, dan d) proses penghilangan bau
(deodorisasi) yang merupakan proses penghilangan asam lemak bebas dan
komponen penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton dan senyawa
hasil oksidasi lemak lainnya (Copeland dan Maurice, 2005)
Proses degumming dibedakan menjadi water degumming, dry
degumming, enzymatic degumming,membrane degumming, dan acid
degumming (Dijkstra dan Opstal, 1987; Zufarov dkk., 2008). Menurut
Dijkstra dan Van Opstal (1990) asam yang biasa digunakan adalah asam
fosfat. Proses degumming dilakukan dengan memanaskan minyak pada
suhu 70-80 oC setelah ditambahkan asam fosfat (H3PO4) 0.3-0.4 persen
(b/b) dengan konsentrasi 20-60 persen (b/b).
Acid degumming CPO dengan asam fosfat. Acid degumming CPO
dengan asam fosfat dimaksudkan untuk memisahkan fosfatida yang
merupakan sumber rasa dan warna yang tidak diinginkan (Madya dan Azis,
2006). Senyawa fosfatida dalam minyak terdiri dari dua macam yaitu
fosfatida hydratable dan fosfatida non hydratable. Fosfatida hydratable
mudah dipisahkan dengan penambahan air pada suhu rendah sekitar
400C.Penambahan air ini mengakibatkan fosfolipid akan kehilangan sifat
lipofiliknya dan berubah sifat menjadi lipofobik sehingga mudah dipisahkan
dari minyak (Dijkstra dan Opstal, 1987). Fosfatida non hydratable harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi fosfatida hydratable dengan
penambahan larutan asam dan dilanjutkan dengan proses netralisasi. Asam
yang biasa digunakan pada proses degumming adalah asam fosfat dan asam
sitrat (Thiagarajan dan Tang, 1991). Mekanisme proses acid degumming
CPO dapat didekati dengan teori antar fase dua film (Levenspiel, 1986),.
Perpindahan massa dari fase cair 1 (fase minyak) ke fase cair II (fase asam
forfat) berlangsung jika terjadi kontak antara kedua fase tersebut, misal
didalam tangki berpengaduk (Sediawan dan Prasetyo, 1997). Dari
pendekatan proses acid degumming tersebut, proses diawali dengan
perpindahan massa gum yang terikat pada minyak ke interface (lapisan
antara fase minyak dan fase asam fosfat). Proses selanjutnya adalah
perpindahan massa dari interface ke asam fosfat dan di fase asam fosfat ini
terjadi reaksi antara gum dan asam fosfat.
2.3 Degumming
Degumming (pemisahan gum) merupakan suatu proses pemisahan
getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat,
air dan resin. Kotoran-kotoran yang tersuspensi tersebut sukar dipisahkan
bila berada dalam kondisi anhidrat, sehingga dapat diendapkan dengan
cara hidrasi. Hidrasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap,
penambahan air, atau dengan penambahan larutan asam lemah.
Pada proses pemisahan, setelah uap panas dialirkan ke dalam
minyak kemudian disentrifugasi sehingga bagian lendir terpisah. Pada
waktu proses sentrifugasi berlangsung, ke dalam minyak ditambahkan
natrium klorida atau bahan kimia lain yang dapat menyerap air. Suhu
minyak pada waktu proses sentrifugasi berada antara 32 oC dan 50 oC.
Proses degumming perlu dilakukan sebelum proses netralisasi,
sebab sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas
dengan alkali pada proses netralisasi akan menyerap gum (getah dan
lendir) sehingga menghambat proses pemisahan sabun dari minyak,
disamping itu netralisasi minyak yang masih mengandung gum akan
menambah partikel emulsi dalam minyak sehingga mengurangi rendemen
trigliserida (Ketaren 2005). Biasanya proses ini dilakukan dengan cara
dehidrasi gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah
terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemusingan
(sentrifusi). Komponen-komponen fosfatida membentuk lendir (gum)
pada CPO dan tidak dikehendaki karena trigliserida yang akan terhidrasi
sehingga menimbulkan emulsi pada saat pengolahannya, mempersulit
adsorbsi tanah pemucat. Fosfatida yang terlarut dalam minyak dapat
dipisahkan dengan menyalurkan uap air panas ke dalam minyak sehingga
terpisah dari minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat
dipisahkan dengan penambahan Asam Phospat (H3PO4).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum
antara lain adalah pemisahan gum dengan cara pemanasan, dengan
penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl), pemisahan gum dengan
NaOH, pemisahan gum dengan cara hidrasi dan pemisahan gum dengan
pereaksi khusus seperti asam fosfat, natrium chlorida (NaCl) dan Natrium
Phospat (Na3PO4). Proses degumming dengan menggunakan asam
anorganik adalah proses lazim dilakukan, pengaruh yang ditimbulkan oleh
asam adalah terbentuknya gumpalan sehingga mempermudah
pengendapan kotoran. Pemberian Asam fosfat sebagai degumming agent
karena dapat menurunkan bilangan peroksida minyak yang telah
dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi semakin
tinggi kadar asam fosfat yang digunakan maka bilangan peroksida dari
minyak yang telah dipucatkan akan semakin meningkat. Proses
degumming menggunakan NaOH, maka partikel yang terbentuk akan
menyerap lendir dan sebagian pigmen. Kelemahan proses ini adalah
terbentukknya emulsi sabun sehingga kehilangan minyak netral akan
bertambah besar.
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 10 Februari 2020
bertempat di Laboratorium Bioproses Teknologi Industri Pertanian
Politeknik Negeri Tanah Laut

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain gelas beaker, batang pengaduk,
tabung erlenmeyer, gelas ukur, biuret, neraca analitik, termometer,
hotplatedan cawan petri
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu CPO, alkohol, NaOH, aquadest,
indikator PP dan asam fosfat

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Menghitung kadar FFA
1. Ditimbang CPO sebanyak 5 gram kemudian ditambahkan
alkohol sebanyak 50 ml
2. Didididhkan diatas hotplate, setelah iitu didinginkan
3. Ditambahkan sebanyak 2 ml indikator PP
4. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah
jambu dan tidak hilang
3.3.2 Metode phosporic acid degumming
1. Ditimbang sebanyak 200 gram CPO
2. Ditambahkan asam fosfat ( H3PO4 ) 85% sebanyak
3. Dipanaskan pada suhu 1000C selama 15 menit
4. Ditambahkan aquadest sebanyak 5% dari 200 gram kemudian
dipanaskan pada suhu 600C selama 15 menit
5. Disentrifugasi 6000 rpm selama 15 menit kemudian amati
perubahan dan analisis FFA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
Berikut adalah tabel hasil pengamatan terhadap CPO sebelum dan
sesudah proses degumming
Sebelum degumming Sesudah degumming
Kelompok
%FFA Warna Tekstur Endapan %FFA Warna Tekstur Endapan
Merah Sedikit
1 2,048 % Ada 2,048 % Merah Cair Tidak ada
bata kental
Merah Sedikit
2 1,79 % Tidak ada 1,5 % Merah Cair Tidak ada
bata kental
Merah
3 1,53 % Kental Ada 1,26 % Merah Cair Tidak ada
bata
Merah
4 1,53 % Kental Ada 1,52 % Merah Kental Tidak ada
bata
Merah
5 2,52 % Kental Ada 1,53 % Merah Cair Tidak ada
bata

4. 2 Pembahasan
CPO (crude palm oil) merupakan minyak kasar yang diperoleh
dengan cara ekstraksi daging buah sawit dan biasanya masih mengandung
kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. Mutu minyak kelapa sawit
yang baik, umumnya mempunyai:
1. Kadar air < 0,1%
2. Kadar kotoran < 0,01%
3. Kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin yaitu < 2%
4. Bilangan peroksida < 2
5. Bebas dari warna merah & kuning, tidak berwarna hijau, harus
berwarna pucat dan jernih
6. Kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari
ion logam.
proses degumming untuk menghilangkan zat-zat yang tidak
diinginkan dalam minyak mentah, seperti getah atau lendir yang terdiri dari
protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam
lemak bebas dalam minyak. degumming juga berperan dalam menurunkan
kandungan fosfatida dan beberapa logam. Proses degumming dimulai
dengan mengitung kadar asam lemak bebas terlebih dahulu sebagai
pembanding. Kemudian menimbang sampel berupa CPO sebanyak kurang
lebih 200 gram. Setelah itu ditambahkan asam fosfat alasannya karena layak
untuk makanan dan dapat mengikat logam berat, selain itu berfungsi sebagai
pengikat getah dan sebagai senyawa pengkelat. Dosis asam fosfat yang
digunakan adalah 0,05 – 0,2 % dari minyak kelapa sawit dengan konsentrasi
85%. Jika dosis terlalu tinggi, kandungan senyawa fosfat dalam minyak juga
tinggi sehingga tidak bisa dihilangkan saat proses bleaching. Setelah
ditambahkan asam fosfat, kemudian panaskan pada suhu 1000C selama 15
menit, tambahkan aquadest 5% dari berat sampel dan panaskan selama 15
menit pada suhu 600C. selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 6000
rpm selama 15 menit dan lakukan pengamatan.
Berdasarkan dari hasil pengamatan, kadar FFA setelah proses
degumming mengalami penurunan. Ini sesuai dengan tujuan dilakukannya
proses degumming yaitu hanya mengurangi kadar asam lemak bebas (%
FFA ) tanpa menghilangkan kandungannya di dalam minyak. Tingginya
kadar FFA akan mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar FFA maka mutu akan semakin rendah. Karena mutu CPO yang baik
adalah kandungan FFA yang kurang dari 2%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Proses degumming dimulai dengan mengitung kadar asam lemak
bebas terlebih dahulu sebagai pembanding. Kemudian menimbang CPO
sebanyak 200 gram. Setelah itu ditambahkan asam fosfat alasannya karena
layak untuk makanan dan dapat mengikat logam berat, selain itu berfungsi
sebagai pengikat getah dan sebagai senyawa pengkelat. Dosis asam fosfat
yang digunakan adalah 0,05 – 0,2 % dari minyak kelapa sawit dengan
konsentrasi 85%. Jika dosis terlalu tinggi, kandungan senyawa fosfat dalam
minyak juga tinggi sehingga tidak bisa dihilangkan saat proses bleaching.
Setelah ditambahkan asam fosfat, kemudian panaskan pada suhu 1000C
selama 15 menit, tambahkan aquadest 5% dari berat sampel dan panaskan
selama 15 menit pada suhu 600C. selanjutnya disentrifugasi dengan
kecepatan 6000 rpm selama 15 menit. kadar FFA setelah proses degumming
mengalami penurunan. Ini sesuai dengan tujuan dilakukannya proses
degumming yaitu hanya mengurangi kadar asam lemak bebas (% FFA )
tanpa menghilangkan kandungannya di dalam minyak. Tingginya kadar
FFA akan mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar
FFA maka mutu akan semakin rendah. Karena mutu CPO yang baik adalah
kandungan FFA yang kurang dari 2%.

5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini, banyak waktu menunggunya
maka dari itu disarankan agar dalam melakukan praktikum dilakukan
dengan sabar serta teliti. Kesalahan dalam melakukan prosedur kan
berdampak pada hasil akhirnya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Zufarov, O., Sekretar, S. and Schmidt,S., (2008), Degumming of Rapeseed and


Sunflower Oil, Acta Chimica Slovaca, Slovak University of Technology, 1,
pp. 321-328.

Copeland, D. and Maurice, B.W., (2005), Vegetable Oil Refining, U.S. Patent
6844458.

Madya, M.N.A. and Aziz, M.M.K, (2006), Process Design in Degumming and
Bleaching of Palm Oil, Centre of Lipids Engineering and Applied Research
(CLEAR), Universiti Teknologi Malaysia, Vote No.74198.

Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia (UI-
Press).Jakarta.
LAMPIRAN

Kolom perhitugan kadar FFA


Rumus :
𝑴𝒍 𝑵𝒂𝑶𝑯 . 𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 . 𝑩𝑴 𝒑𝒂𝒍𝒎𝒊𝒕𝒂𝒕 . 𝟏𝟎𝟎
%FFA = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 . 𝟏𝟎𝟎𝟎

Kelompok % FFA sebelum degumming % FFA sesudah degumming

4 . 0,1 . 256 .100 4 . 0,1 . 256 .100


1 = 2,048 % = 2,048 %
5 . 1000 5 . 1000
3,5 . 0,1 . 256 .100 3 . 0,1 . 256 .100
2 = 1,79 % = 1,5 %
5,01 . 1000 5,12 . 1000

3 . 0,1 . 256 .100 2,5 . 0,1 . 256 .100


3 = 1,53 % = 1,26 %
5,03 . 1000 5,08 . 1000
3 . 0,1 . 256 .100 3 . 0,1 . 256 .100
4 = 1,53 % = 1,52 %
5,02 . 1000 5,06 . 1000

5 . 0,1 . 256 .100 3 . 0,1 . 256 .100


5 = 2,57% = 1,53 %
5,07 . 1000 5,02 . 1000

Anda mungkin juga menyukai