Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan tanaman kelapa
terbesar didunia dimana luas lahannya sebesar 3,82 juta hektar dengan memproduksi
15,9 milyar butir atau setara dengan 3,2 ton kopra. Meskipun memiliki luas area yang
sangat besar, akan tetapi produktivitas kelapa sangat rendah dibandingkan india dan
srilangka karena pemanfaatannya tidak dikembangkan, sehingga perlu pengambangan
lebih lanjut terkait pemanfaatan kelapa khususnya virgin coconut oil (VCO).
Minyak kelapa atau virgine coconut oil (VCO) adalah minyak nabati yang
memiliki banyak kandungan yang dapat dimanfaatkan, dimana sebagian besar terdiri
dari asam lemak jenuh yaitu sekitar 90% dari komposisi totalnya. Salah satu
kandungannya ialah asam laurat sebesar 41-51%. Dimana kandungan tersebut
berpotensi sebagai surfaktan. Oleh karena itu,untuk mmeningkatkan produktivitas
tanaman kelaapa serta mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
surfaktan petrokimia di Indonesia yaitu dengan memanfaatkan minyak kelapa menjadi
surfaktan yang ramah lingkungan.
Surfaktan merupakan bahan pembasahan yang menurunkan tegangan
permukaan suatu cairan, menurunkan tegangan antarmuka antara dua cairan dan
memungkinkan penyebaran lebih mudah. Surfaktan ialah senyawa organic yang
bersifat amfipatik karena mengandung gugus hidrofobik (ekor) dan gugus hidrofilik
(kepala,sehingga dapat larut dalam senyawa polar (pelarut organik). Kebutuhan akan
produk yang berbahan dasar surfaktan juga terus bertambah seiring dengan
pertumbuhan penduduk diindonesia. Selama ini produk surfaktan yang digunakan
umumnya berbahan dasar petroleum (surfaktan petrikimia), dimana bahan dasar
tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui serta mencemari
lingkungan sehingga sulit untuk terurai oleh mikroorganisme. Salah satu surfaktan
yang ramah lingkungan yaitu surfaktan metil ester sulfonate.
Metil Ester Sulfonat (MES) merupakan salah satu jenis surfaktan yang
dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada produk-produk pembersih dan pencuci.
Pemanfaatan MES pada beberapa produk adalah karena MES memperlihatkan
karakteristik disperse yang baik,sifat detergensi yang baik terutama pada air dengan
tingkat kesadahan yang tinggi (hard water), pada konsentrasi MES yang lebih rendah
daya detergensinya sama dengan petroleum sufonat, toleransi yang lebih baik
terhadap keberadaan kalsium dan kandungan garam (disalt) lebih rendah. Senyawa
alkil ester ternyata dapat diaplikasikan sebagai bahan baku pembuatan surfaktan non
ionik, emulsifying, plastifying agents, emollient dan masih banyak lagi (Schuchard, et
al.,1998). Metil ester dapat dibuat baik melalui reaksi transesterifikasi trigliserida
minyak/lemak maupun esterifikasi asam lemak (Choo et al., 1990; Goh and
Choo,1992; Lotero,et al.,2006). Reaksi transesterifikasi adalah reaksi antara minyak
(trigliserida) dan alcohol (Darnoko dan Cheryan,2000). Reaksi transesteriifikasi
antara minyak kelapa sawit dan methanol dengan dibantu katalis akan membentuk
methyl ester.
Surfaktan yang umum dipakai adalah surfaktan yang disintesis dari petroleum
sulfonate. Kelemahan penggunaan ini yaitu tidak tahan terhadap kadar slinitas yang
tinggi, cenderung mencemari lingkungan karena sifatnya yang sulit didegradasi,
harganya mahal,dan masih harus di impor (Sheat,Brian,and Arthur,2002). Pada
penelitian ini dilakukan pembuatan dengan bahan baku yang lebih murah dan ramah
lingkungan. Ketersediaan bahan baku yang dapat diperbaharui. Pembuatan surfaktan
berbahan baku metil ester masih harus ditingkatan,salah satunya adalah minyak nabati
kelapa. Oleh karena itu,pada penelitian ini akan digunakan MES dari VCO untuk
membuat surfaktan.
Pada penelitian sebelumnya, pembuatan metil ester sulfonate dari minyak
kelapa menggunakan agen pensulfonasi natrium bisulfit dengan katalisator Al 2O3
dengan rasio mol metil ester 1;0,7 diperoleh konversi sebesar 41,6% dengan tegangan
permukaan 1,012 dyne/cm. Selanjutnya, sintesis surfaktan dari minyak kelapa sawit
menggunakan agen pensulfonasi alpha-sodium etil ester (α-SEE) dengan waktu 30
menit pada suhu 60oC diperoleh tegangan permukaan sebesar 1,17x10-2 mN/m.
penggunaan natrium metabisulfit sebagai agen pensulfonasi telah dilakukan dengan
menggunakan bahan baku palm oli metil ester (POME) dengan katalis CaO dengan
penurunan tegangan permukaan sebesar 31,8-33 dyne/cm. penelitian dengan
pembuatan surfaktan menggunakan bahan baku minyak sawit dan natrium bisulfit
sebagai agen pensulfonasi dengan katalis H2SO4 didapatkan penurunan tegangan
permukaan sebesar 35,7-38,97 dyne/Cm.

1.2 Rumusan Masalah


Surfaktan umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan gas alam yang
merupakan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui, sulit diurai dan dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Sehingga dikembangkan proses pembuatan
surfaktan yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku yang dapat
diperbaharui seperti minyak kelapa. Minyak kelapa dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan surfaktan anionic maupun kationik melalui proses transesterifikasi
menghasilkan metil ester dengan pensulfonasi asam sulfat untuk memperoleh
surfaktan yang ramah lingkungan. Pada proses sulfonasi akan dilihat bagaimana
pengaruh lamanya waktu reaksi sulfonasi, berat katalis CaO, rasio mol antara metil
ester dengan asam sulfat terhadap surfaktan metil ester sulfonate yang dihasilkan.
Selain itu juga bagaimana karakteristik surfaktan yang dihasilkan dari minyak kelapa.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio mol, suhu,serta persentase katalis dan
lama reaksi sulfonasi dengan menggunakan reaktan H2SO4 terhadap MES
yang dihasilkan.
2. Mengetahui karakteristik surfaktan metil ester sulfonate yang dihasilkan
pada kondisi optimum.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang ramah lingkungan
pengganti surfaktan berbasis petroleum.
2. Meningkatkan nilai ekonomi VCO dengan melakukan reaksi sulfonasi ME
dengan H2SO4 sebagai agen pensulfonasi.
3. Dengan teknologi ini diharapkan VCO yang banyak dihasilkan di indinesia
dapat dimanfaatkan secara optimal.
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah,yang dengan ruang
lingkup sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan dengan skala laboratorium
2. Bahan baku yang digunakan adalah VCO
3. Dalam penelitian ini akan digunakan metode sulfonasi dengan H2SO4
sebagai agen pensulfonasi dan pemurnian dengan methanol.
4. Penelitian ini juga memvariasikan suhu reaksi dengan konsentrasi H2SO4

Anda mungkin juga menyukai