Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISASI DAN OPTIMASI KATALIS CaO/Fe2O3 PADA

SINTESIS BIODIESEL BERBAHAN DASAR ASAM PALMITAT


DARI KELAPA (Cocos nucifera L.) MELALUI PROSES
TRANSESTERIFIKASI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kimia


Program Studi S1 Kimia Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

OLEH :

MUH. AJIB MAJID


NIM : 60500120057

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan masyarakat

terkait energi berbanding lurus sehingga pemakaian energi yang berasal dari fosil

tidak dapat diperbaharui lagi. Dampak peningkatan penggunaan energi yang

berasal dari fosil mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Hal ini disebabkan,

energi tak terbarukan dapat menghasilkan emisi. Energi tak terbarukan termasuk

salah satu sumber energi yang dihasilkan oleh alam dengan jangka waktu yang

sangat lama, sehingga hal ini mendorong penelitian terkait energi alternatif yang

dapat menggantikan penggunaan energi fosil. Energi terbarukan termasuk salah

satu alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan peran dari energi fosil,

terdapat beberapa kelebihan energi terbarukan yang mana energi ini ramah

lingkungan, emisi gas buang yang relatif lebih bersih, tidak beracun, bebas dari

belerang, aplikasinya sederhana, beraroma wangi dan diproduksi dari bahan bahan

alam yang selalu tersedia (Budiyanto, dkk., 2018: 59).


Energi terbarukan tersusun dari tiga wujud energi terbarukan yang terdiri

dari biodiesel, biosolid dan biogas. Pemanfaatan bahan bakar dari energi fosil di

Indonesia sampai saat ini masih digunakan yang mana ini didasarkan dari

penggunaan batu bara yang masih dimanfaatkan sehingga pemanfaatan energi

hijau belum dimanfaatkan. Penggunaan energi ini apabila masih dilanjutkan akan

menyebabkan pemanasan global (global warming) sehingga lingkungan akan

semakin sulit untuk menghasilkan oksigen karena dipengaruhi karbon oksida yang

terlepas akan terperangkap dalam atmosfer dan berakibat terjadinya perubahan

iklim. Pemanfaatan energi terbarukan termasuk salah satu cara agar mengurangi

terjadinya pemanasan global dan meningkatkan kesehatan pada seluruh makhluk


hidup. Salah satu contoh energi terbarukan untuk mengurangi dampak pemanasan

global disebut dengan energi biodiesel. Biodiesel dapat diproduksi dari asam

lemak yang berasal dari tanaman, contohnya kelapa (Heryani, dkk., 2021: 250).

Kelapa termasuk salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan biodiesel. Kelapa memiliki komponen yang terdiri dari

sabut 33%, tempurung 15%, air kelapa 22%, dan daging buah 30%. Ampas kelapa

termasuk salah satu limbah padat yang masih mengandung minyak sekitar

12,2-15,9% akan tetapi belum dimanfaatkan secara komersial, dan terdapat

beberapa peneliti yang telah menyatakan bahwa kelapa termasuk salah satu

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai energi terbarukan berupa biodiesel, hal

ini disebabkan karena kelapa memiliki asam lemak jenuh yang lumayan tinggi.

Asam lemak jenuh yang terdapat pada kelapa sangat spesifik yang berada dalam

bentuk asam lemak rantai medium (ALRM) dengan kandungan 61,93% dan asam

laurat 48,24%. Asam lemak rantai medium yang terdapat pada kelapa memiliki

peran sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Karouw, dkk., 2019: 86).

Kelapa tidak hanya memiliki kandungan asam lemak tetapi pada air kelapa

terdapat juga kandungan vitamin, mineral kalium dan kalsium, serta asam amino

yang sangat berperan bagi pertumbuhan tubuh. Pengolahan ampas kelapa

termasuk salah satu yang belum maksimal karena biasanya digunakan sebagai

campuran pakan ternak atau didiamkan layaknya limbah seperti biasanya hingga

dalam kondisi berjamur maupun membusuk. Pemanfaatan ampas kelapa untuk

membuat biodiesel termasuk salah satu metode yang dapat meningkatkan daya

guna dari ampas kelapa. Proses sintesis kelapa untuk membuat biodiesel

dilakukan dengan melalui tahapan transesterifikasi (Kholishah, dkk., 2021: 45).

Transesterifikasi termasuk salah satu metode yang memiliki keunggulan

dibandingkan metode lain dalam pembuatan biodiesel. Proses transesterifikasi ini

berguna untuk mereaksikan trigliserida dengan alkohol yang dibantu dengan


penggunaan katalis sehingga akan menghasilkan biodiesel dan gliserol. Metode

transesterifikasi membutuhkan penambahan katalis sehingga jumlah produk yang

dihasilkan akan semakin meningkat. Proses pembuatan biodiesel akan lebih baik

apabila menggunakan katalis heterogen yang mana lebih ramah lingkungan

dibandingkan menggunakan katalis homogen. Katalis homogen memiliki fasa

yang sama dengan reaktan dan produk sehingga mengakibatkan proses pemisahan

lumayan susah sehingga lingkungan akan menjadi tercemar walaupun katalisator

memiliki sifat aktivitas yang sangat tinggi. Pembuatan biodiesel dengan

menggunakan katalis heterogen yang dapat didapatkan dari pemanfaatan limbah

cangkang telur, hal ini karena cangkang telur memiliki kandungan CaCO3 yang

dapat disintesis dengan menggunakan metode kalsinasi agar dapat menghasilkan

CaO (Pratigto, dkk., 2019: 58).

Katalis heterogen memiliki keuntungan apabila dimanfaatkan dalam

rangka mendukung upaya green technology dengan biaya rendah. Hal ini

dipengaruhi oleh katalis heterogen yang dapat digunakan kembali hingga

beberapa kali, mudah dipisahkan dari campuran reaksinya, lebih stabil, ramah

lingkungan, dan memiliki tingkatan toksit yang rendah. Katalis heterogen

memiliki syarat syarat agar dapat digunakan sebagai katalis dalam proses

campuran reaksi yang mana katalis ini harus bersifat stabil, dapat mengkatalisis

reaksi transesterifikasi maupun esterifikasi, dapat aktif dalam suhu rendah,

memiliki selektivitas yang tinggi, tidak membutuhkan proses pencucian produk

dan tidak terjadi deaktivasi dengan keberadaan air dalam suatu campuran. Katalis

heterogen yang jenis jenisnya telah digunakan dalam reaksi konversi minyak

menjadi biodiesel terdiri dari SrO, TiO2-, CaO (Roschat, dkk., 2016: 347).

Katalis basa memiliki tingkatan aktivitas katalisator lebih tinggi dan harga

relatif lebih murah dibandingkan katalis asam. Kalsium oksida (CaO) termasuk

salah satu jenis katalis heterogen yang terbaik digunakan untuk membantu proses
transesterifikasi karena memiliki sifat kebasaan yang tinggi. Katalis CaO

termasuk jenis katalis heterogen dengan memiliki aktivitas katalitik yang baik,

kelarutan yang kecil dalam metanol, lebih ekonomis, penggunaan lebih mudah

karena tidak memerlukan pencucian air yang banyak sehingga baik digunakan

dalam pembuatan biodiesel. Katalis heterogen yang biasanya digunakan dalam

proses transesterifikasi berupa oksida logam golongan alkali (Li, Na, K, Rb, Cs)

dan golongan alkali tanah (Mg, Ca, Sr, Ba) dalam bentuk oksida seperti CaO.

Katalis heterogen seperti CaO-MgO memiliki banyak keuntungan yang mana

aktivitasnya cukup tinggi, kondisi reaksi rendah, masa hidup katalis panjang,

mudah dipisahkan dan dapat digunakan kembali, serta harga relatif murah. Katalis

heterogen digunakan karena harganya murah, mudah didapat, dan tidak terlalu

beracun (Santoso, dkk., 2021: 2).

Penggunaan katalis heterogen CaO telah banyak digunakan untuk

membantu proses sintesis dengan melalui reaksi transesterifkasi lemak dari

tumbuhan untuk menghasilkan sebuah biodiesel. Penelitian yang telah dilakukan

oleh Santoso, dkk., (2021: 1), menggunakan katalis heterogen CaO-MgO dengan

tujuan untuk mensintesis alkil ester yang terdapat pada kelapa sawit melaui proses

transesterifikasi. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi komponen

senyawa yang telah disintesis disebut dengan GCMS, hasil yang didapatkan

dengan menggunakan katalis CaO-MgO diperoleh nilai rendemen sebesar

85,72%, massa jenis 0,86 g/mL, viskositas 3,23 cSt, indeks bias 1,44819 dan nilai

metil palmitat yang termasuk salah satu komponen utama dari hasil sintesis

sebesar 40,637%. Pembuatan biodiesel secara umumnya menggunakan katalis

homogen dan melalui proses transesterfikasi dengan suhu yang tinggi, akan tetapi

penggunaan katalis homogen membutuhkan energi yang cukup besar untuk

mencapai keberhasilan dari proses sintesis. Penelitian yang dilakukan oleh

Prastyo, dkk., (2021: 54), menggunakan katalis heterogen BaO/CaO dengan


tujuan untuk mengetahui asam lemak yang terdapat dari ampas tahu dapat

digunakan sebagai sampel yang akan disintesis dengan menggunakan katalis

heterogen dan mengetahui pengaruh dari peningkatan waktu reaksi melalui proses

transesterifkasi menggunakan metode elektrokatalitik. Hasil yang didapatkan

membentuk 3 lapisan dari bawah ke atas yang terdiri dari katalis, gliserol dan

biodiesel. Katalis yang digunakan mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan

sintesis asam palmitat dari kelapa (Coconus nucifera L.) dengan bantuan dari

katalis heterogen CaO/Fe2O3. Hasil sintesis yang nantinya akan diperoleh akan

dikarakterisasi dengan menggunakan alat instrumen SEM, FTIR, dan UV-Vis.

Asam palmitat hasil sintesis nantinya ingin digunakan sebagai proses pembuatan

biodiesel apabila katalis yang digunakan memiliki potensi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi katalis pada sintesis asam palmitat dari kelapa

(Coconus nucifera L.)?

2. Bagaimana kondisi optimum asam palmitat dari kelapa (Coconus nucifera

L.) setelah melalui proses transesterifikasi?

3. Bagaimana karakteristik asam palmitat hasil sintetis?

C. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui potensi katalis pada sintesis asam palmitat dari kelapa

(Coconus nucifera L.).

2. Mengetahui kondisi optimum asam palmitat dari kelapa (Coconus nucifera

L.) setelah melalui proses transesterifikasi.

3. Mengetahui karakteristik asam palmitat hasil sintesis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Katalis

B. Kalsium Oksida

C. Kelapa (Coconus nucifera L.)

D. Hematit

E. Reaksi Transesterifikasi

F. Karakterisasi
Membahas tentang penelitian yang berhubungan.

Masukkan integrasi ayat di salah satu poin

Anda mungkin juga menyukai