A. IDENTIFIKASI NARKOBA
Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) saat ini
semakin marak terjadi. Penyalahgunaan ini akhirnya menimbulkan
ketergantungan. Ketergantungan dapat menyebabkan masalah serius dalam hal
ekonomi, sosial, mental, kriminalitas dan penyakit fisik. Penyalahgunaan NAPZA
terjadi seperti fenomena gunung es dimana terdapat peningkatan prevalensi
namun hanya sedikit yang terlihat. Hal ini disebabkan karena peredaran gelap
yang tidak bisa dicegah sehingga mendapatkan zat tersebut menjadi mudah. Data
penyalahgunaan narkoba yang dilaporkan oleh United Nations Office on Drugs
and Crime (UNODC) tahun 2014 menyebutkan bahwa tahun 2012 di dunia
diperkirakan ada 162 sampai 324 juta orang. Penyalahgunaan tertinggi narkoba di
kawasan Asia yaitu sebesar 1,2 persen(United Nations Office on Drugs and
Crime, 2014). Diperkirakan terdapat 900 ton opium dan 375 ton heroin yang
keluar dari Afganistan setiap tahunnya.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, jumlah
kasus narkoba yang terkait hukum pada tahun 2013 sebanyak 35.436 orang. Dari
jumlah tersebut sebanyak 21.119 orang merupakan pengguna golongan narkotika
dengan jumlah 1.695 orang memakai heroin. Usia terbanyak adalah 26 sampai 40
tahun. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data yang disajikan oleh BNN
mengenai jumlah kasus narkoba tahun 2011 sebanyak 29.526 kasus dengan
pemakaian heroin sebanyak 689 kasus (Badan Narkotika Nasional, 2014).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), bahwa identifikasi narkoba
dapat di lakukan sebagai berikut :
3
4
5
1. Anamnesa
1. Auto anamnesa (pengakuan jujur dari pasien)
2. Alo anamnesa (dari keluarga yang dapat dipercaya)
2. Pemeriksaan fisik
Intoxikasi akut:
1. Penurunan kesadaran
2. Ganguan otonom, bradikardi, hipotermia, hipotensi, sianosis, pin point
pupil
3. Depresi pernafasan
4. Edema paru
5. Kejang (jarang)
6. Mata, sklera dapat ikterik akibat komplikasi pemakaian opiat secara IV
7. Bicara menjadi kaku, dismetri
Gejala abstinensia: Gelisah, insomnia, berkeringat, sering menguap,
pupil dilatasi, takikardi, kram perut. Baik pada intoksikasi maupun
abstinensia, pada kulit ditemukan bekas suntikan (hiperpigmentasi) di
sepanjang pembuluh vena lengan
Ditemukannya benda-benda yang berhubungan dengan penggunaan obat
seperti jarum suntik, pipa, aluminium foil, bubuk heroin dan lain-lain
disekitar penderita
3. Pemeriksaan laboratorium
1. Urine (drug screening)
Untuk mengetahui zat yang dipakai oleh penderita. Urine harus
diperoleh tidak lebih dari 24 jam setelah pemakaian zat terakhir.
Metode pemeriksaan antara lain dengan cara paper chromatography,
Thin Layer Chromatography, Enzym Immunoassay.
2. Rambut
Cara ini dinilai lebih mantap dibandingkan tes urin untuk memastikan
seseorang pecandu narkoba atau tidak. Ada beberapa kelebihan dari
analisis rambut bila dibandingkan dengan tes urin. Salah satunya
6
DAFTAR PUSTAKA