Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR PENGGUGAH

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA


DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Oleh: Rizali Djaelangkara

Kenapa Penyalahgunaan Narkoba itu harus diberantas dan


ditiadakan di muka bumi

Karena Penyalahgunaan Narkoba merupakan Ancaman yg serius


bagi rusaknya peradaban dan punah mahluk manusia

Penyalahgunaan Narkoba Menjadi Ancaman Internasional dan


dikagetorikan sebagai Extra Ordinary Crime/Serious Crime,
Transnational Crime, Terrorisme Crime (Bio Terrorism)
TINJAUAN GLOBAL
• Saat ini, situasi global perkembangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba menunjukkan kecenderungan yang
semakin mengkhawatirkan.
• Situasi Global Dalam pertemuan Comission on Narcotic and Drug
(CND) ke -58 pada bulan Maret 2015 berkaitan dengan situasi
penyalahgunaan narkoba, United Nations Office On Drugs and
Crime (UNODC) dan World Health Organization (WHO)
memperkirakan 3,5 - 7% penduduk dunia atau sekitar 162 -324 juta
orang paling tidak pernah menggunakan narkoba, sementara
sekitar 16 – 39 juta orang mengalami ketergantungan narkoba. Juga
diperkirakan 12,7 juta orang menggunakan narkoba dengan jarum
suntik, dan sebanyak 1,7 juta orang mengidap HIV.
• Secara global UNODC memperkirakan 183.000 per tahun angka
kematian terkait narkoba. Penerapan harm reduction masih sangat
kurang di banyak negara.
TINJAUAN GLOBAL (Lanjutan)

• Untuk wilayah Eropa penggunaan kokain, heroin,


mariyuana, dan Amphetamine Type Stimulants
(ATS) relatif stabil tetapi terlihat peningkatan
untuk jenis New Psychoactive Subtances (NPS).
Sedangkan wilayah Asia (khususnya Asia
Tenggara) dan Afrika penggunaan ATS meningkat
tajam. Secara global terdapat 354 jenis dan di
masa mendatang akan semakin bertambah
jumlahnya. Beberapa jenis NPS tersebut
diantaranya methilon, krathom, dan Lysergic Acid
Diethylamide (LSD) atau smile, phenethylamines,
serta golongan piperazine.
SEKILAS POTRET PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA
• PRAVELANSI penyalahgunaan narkoba dari 250 juta penduduk di Indonesia mencapai 2,2% atau 4,09
juta. Angka tersebut didapat dari hasil penelitian yang dilakukan Pusat penelitian Ilmu Pengetahun
dan Teknologi bersama Badan Narkotika Nasional (BNN). (BNN 2016 paling tidak menjadi 5,9 Juta)
• Jika melihat Singapura yang jumlah pendudukanya hanya sekitar lima juta, tentu angka penyalahguna
atau pemakai narkoba di Indonesia sangat besar. Dari jumlah prevalensi tersebut, diketahui rentang
usia penyalahguna narkoba ialah usia 10-59 tahun.
• Dari total angka yang ada masyarakat yang telah terlibat penyalahgunaan narkoba Kelompok rentan
penyalahgunaan narkoba adalah pekerja (35%), pelajar/mahasiswa (33%), dan pengangguran (32%)
• Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendapat temuan jumlah pengguna narkoba usia anak
mencapai 14.000 jiwa. Mereka berada di rentang usia 12-21 tahun. Jumlah ini mengagetkan
mengingat data terakhir Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes Universitas Indonesia
menyebutkan, total pengguna narkoba segala usia mencapai 5 juta jiwa. Angka tersebut sebesar 2,8
persen dati total populasi pendudukan Indonesia tahun 2015.
• Menurut Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN (2015) mengungkapkan penyalahgunaan narkoba
terbagi ke dalam tiga jenis, yakni coba pakai, teratur pakai, dan tergantung. Jumlah coba pakai
diketahui sebanyak 1,59 juta sementara yang teratur adalah 1,51 juta. Dan yang tergantung ialah
387.000. Dari total 4,9 juta pelajar, lanjutnya, sebanyak 27,32% merupakan penyalahguna narkoba.
Sedangkan yang sudah bekerja ialah 50,34% dan yang tidak bekerja sebesar 22,34% dari 2,2% total
penyalahguna.
• Menurut Ekodjatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Kesiswaan Dirjen Pendidikan Dasar
mengungkapkan bahwa: “Dari 45 juta siswa SD, SMP, SMA di Indonesia, sekitar 2 jutaan sisa
diantaranya terjangkit narkotika
• Menurut Kepala BNN (2016) paling tidak di Indonesia 30-40 jiwa setiap hari orang di Indonesia
Meninggal akibat Narkoba
• Khusus Sulawesi Tengah, menurut BNNP Sulteng 2016 terdapat 39.810 jiwa atau 1,9 persen dari
jumlah penduduk dewasa pengguna Narkoba
SEKILAS POTRET PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA(lanjutan)

• Situasi di Indonesia Eskalasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di


tingkat global turut mempengaruhi kondisi penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba di Indonesia.

• Ditinjau dari aspek peredaran gelap narkoba, kenaikan angka prevalensi penyalah
guna narkoba sangat dipengaruhi oleh faktor kemudahan penyalah guna dan
pecandu dalam memperoleh narkoba. Indonesia menjadi sasaran peredaran gelap
narkotika dikarenakan Indonesia merupakan great market dan good price. dengan
kebutuhan narkoba tertinggi di kawasan ASEAN (48%) menjadi sebab maraknya
peredaran gelap narkoba (terutama Amphetamine Type Stimulants ATS) dan NPS
(New Psychoactive Subtances ).

• Untuk Indonesia tercatat hingga kini berdasarkan PERATURAN MENTERI


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN
PENGGOLONGAN NARKOTIKA untuk Narkotika Golongan-I, terdapat 114 Jenis (64
jenis awalnya ,menurut UU No.35 Tahun 2009), Narkotika Golongan-II, terdapat 91
Jenis (86 Jenis sebelumnya menurut UU Nomor 35 Tahun 2009), Narkotia
Golongan-III, terdapat 15 Jenis Baru (senelumnya 14 Jenis Menurut UU No.35
Tahun 2009). ()
SEKILAS POTRET PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA (lanjutan)

• Dengan kata lain, narkoba sudah tidak lagi pandang bulu. Ia bisa
masuk ke usia dan lingkungan mana saja, bahkan ke lingkungan
profesor, Rohaniawan, bahkan penegak hukum dan Kepala
daerah/politisi/Pejabat Publik sekali pun.
• Banyaknya masyarakat yang telah terlibat penyalahgunaan narkoba,
maka Presiden RI menetapkan Indonesia dalam kondisi “darurat
narkoba”.
• Salah satu Kebijakan yang ditempuh oleh Pemrintah adalah melalui
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) secara intensif dan ekstensif
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan
negara. Upaya tersebut dilakukan dengan mengedepankan prinsip
keseimbangan antara demand reduction dan supply reduction
berdasarkan prinsip “common and share responsibility”.
Penyebab Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
BEBERAPA CIRI PERKEMBANGAN REMAJA YANG RENTAN TERHADAP GANGGUAN
PENGGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ALKOHOL DAN ZAT ADIKTIF LAIN
• Perasaan galau. Masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa dapat menimbulkan rasa tertekan, tegang, resah, bingung, rasa
tidak aman, sedih dan depresi. Zat adiktif sering dipakai untuk menghilangkan perasaan tersebut. Perasaan demikian dapat
berkurang atau hilang untuk sementara.
• Tekanan kawan (“gang”). Seorang remaja membutuhkan pergaulan dengan teman sebaya dan berharap dapat diterima dalam
kelompoknya. Zat adiktif dapat meningkatkan atau mempermudah interaksi sosial di dalam kelompok tersebut.
• Pemberontakan. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyimpangan perilaku yang bersifat menentang
nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat orang dewasa. Proses perkembangan jiwa remaja yang normal menuntut pemisahan dari
otoritas orang tua dan mengembangkan otoritas dan identitas diri sendiri. Pada saat itu ada dorongan untuk memberontak
atau melawan apa saja yang berbau otoritas orang tua, lebih-lebih jika orang tuanya memang bersifat otoriter. Peraturan dan
tata tertib yang semula dipatuhi, ditinggalkan dan ditentang dengan keras. Pola hidup orang tua ditinggalkan diganti dengan
pola hidup kelompok sebaya. Gangguan penggunaan zat sering dianggap sebagai pola hidup baru para remaja.
• Keingintahuan. Masa remaja, dapat menimbulkan dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, untuk mencoba
hal baru dan dorongan mencari pengalaman hidup baru termasuk mencoba zat adiktif.
• Jiwa petualang. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyaluran dorongan ilmiah untuk melakukan
perbuatan yang mengundang risiko besar (risktaking behaviour).
• Meniru orang dewasa. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai simbol kedewasaan. Para remaja ingin agar
dianggap sudah dewasa, terutama bila orang tua masih selalu menganggap dirinya sebagai anak kecil.
• Obat mujarab. Gangguan penggunaan zat dapat pula terjadi akibat usaha remaja dalam mengatasi kecemasan, ketakutan atau
perasaan bersalah akibat eksplorasi seksualnya. Kadang-kadang zat adiktif dipakai untuk meningkatkan sensasi dalam
hubungan seksualnya, menghilangkan hambatan psikologik, mempermudah timbulnya fantasi, dan meningkatkan empati
dalam hubungan interpersonal.
• Keyakinan yang salah. Keyakinan yang khas dan unik pada remaja berusia 15-16 tahun, bahwa apa yang terjadi pada orang lain
tidak akan terjadi pada dirinya. Ia yakin bahwa zat adiktif dapat merugikan atau membahayakan orang lain tetapi tidak akan
membahayakan dirinya walaupun kenyataan di sekitarnya membuktikan sebaliknya (personal fable).
• Supaya bisa diterima oleh kelompok atau supaya dikatakan “gaul”, tidak katakan ketinggalan mode/zaman.
BEBERAPA PENYEBAB REMAJA TERDORONG MENGGUNAKAN NARKOBA
Menurut Pendapat psikiater Graham Blaine dalam Hari Sasangka (2003) mengemukakan bahwa
remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa penyebab yaitu:

• Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya, dan


mempunyai resiko misalnya ngebut, berkelahi.
• Untuk menentang suatu otoritas terhadap orang tua, guru hukum atau instansi yang ber
wenang.
• Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.
• Untuk menghilangkan kegelisahan dan frustasi, terutama bagi mereka yang memepunyai
kepribadian yang tidak harmonis.
• Untuk mengikuti kemauan kawan dan untuk memupuk solidaritas dengan kawan-kawan.
• Karena didorong rasa ingin tahu dan iseng.

Orang menggunakan narkoba berdasarkan hasil survey BNN/UI 2014, disebabkan oleh :
1. Rasa ingin Tahu
2. Pengaruh dari teman
3. Gaya hidup
4. Tidak tahan dengan tekanan pekerjaan
FAKTOR RENTAN REMAJA TERLIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA
1. Adanya sifat mudah kecewa dan kecenderungan menjadi agresif.
2. Destruktif sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut.
3. Adanya perasaan rendah diri (low self esteem).
4. Sifat tidak dapat menunggu atau bersabar.
5. Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung risiko berbahaya yang berlebihan.
6. Sifat cepat bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak canggung berfungsi dalam kehidupannya sehari-hari.
7. Hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan atau tidak terjadi identifikasi seksual yang memadai. Sifat pemalu,
takut mendekati atau takut didekati lawan jenis, terlibat masturbasi berlebihan atau tidak pernah masturbasi sama sekali, suka menyendiri,
kurang bergaul dengan lawan jenis, pasif, segan atau bahkan menolak dalam persaingan untuk perilaku heteroseksual yang normal.
8. Keterbelakangan mental terutama yang tergolong pada taraf perbatasan. Keadaan ini menimbulkan perasaan cemas, rendah diri, curiga,
malu dan sebagainya.
9. Adanya degradasi mental, akan menyebabkan sangat kurangnya kemampuan untuk mencari jalan keluar dari berbagai persoalan sehingga
menimbulkan frustasi. Zat adiktif seringkali digunakan untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut.
10. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan atau lapangan kegiatan lainnya.
11. Prestasi belajar yang menunjukkan hasil yang cenderung rendah.
12. Kurang berpartisipasi atau kurang dilibatkan dalam kegiatan sosial.
13. Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti cemas, obsesi, apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stres
atau sebaliknya, hiperaktif.
14. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
15. Ada perilaku menyimpang seperti hubungan seksual yang tidak terlindung, putus sekolah di usia dini, perilaku anti sosial di usia dini seperti
tindak kekerasan, agresivitas, sering mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya.
16. Suka tidur pada dini hari atau tidur larut malam (begadang).
17. Kurang suka berolah raga, kesenian dan hobby produktif
18. Cenderung makan berlebihan.
19. Suka melancarkan protes sosial.
20. Memiliki persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang dekat walaupun sering kali kenyataan tidak demikian.
21. Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau pemakai obat secara berlebihan.
22. Sudah mulai merokok pada usia dini.
23. Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius.
STRATEGI DAN UPAYA PENANGGULANGAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA

• Penanganan permasalahan Narkoba secara seimbang antara demand reduction dan supply reduction.
• Ketauladan, Komitmen, para penegak hukum, pimpinan politik, birokrasi, Tokoh masyarakat secara keseluruhan bersih dan Perduli
Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba
• Merubah Paradigma Masyarakat Indonesia dan Aparat Penegak Hukum, Mindset masyarakat terhadap penyalah guna narkoba,
yaitu masyarakat belu,m punya budaya merehabilitasi secara sukarela karena stereotype bahwa keluarga yang kena narkoba
merupakan aib. Masyarakat masih belum berani melapor karena takut ditangkap dan masih berpendapat bahwa pemenjaraan
akan memberikan efek jera, padahal sebaliknya di lapas merupakan tempat meningkatkan kualitas. Secara empiris penegak
hukum masih memiliki budaya pemidanaan lebih menonjol dihadapkan dengan pemidanaan dengan rehabilitasi, padahal
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sudah mengatur rehabilitasi adalah alternatif lain dari hukuman
penjara
• Program Depenalisasi, Kerangka kerja depenalisasi adalah pengguna narkoba/pecandu narkoba adalah perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang (pasal 127 UU Nomor 35 Tahun 2009), namun apabila melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan diri ke
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk mendapatkan perawatan maka dapat lepas dari tuntutan pidana. Apabila yang
bersangkutan kambuh dan tertangkap sebanyak dua kali maka tidak dituntut pidana (pasal 128 UU Nomor 35 Tahun 2009). IPWL
yang dimaksud di sini adalah institusi penerima wajib lapor yang dikelola sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan
Menteri Sosial. Program depenalisasi ini lebih didorongkan kepada masyarakat (mengintensifkan) untuk secara sukarela datang ke
IPWL karena ingin mendapatkan pemulihan dari ketergantungan narkoba melalui program rehabilitasi. Harapannya jika
masyarakat yang memerlukan rehabilitasi, secara sukarela datang ke IPWL maupun dengan cara dipaksa (proses hukum)
diperkirakan akan menurunkan demand atau konsumsi narkoba.
• Mendorong aparat penegak hukum dalam memproses pengguna narkoba lebih berorientasi pada penghukuman rehabilitasi
(maatregel);
• Dekriminalisasi , Dekriminalisasi penyalah guna narkoba merupakan model penghukuman nonkriminal sebagai salah satu
paradigma hukum modern, yang bertujuan menekan suplai narkoba ilegal, dan diharapkan mempercepat penyelesaian masalah
narkoba di Indonesia karena akan mengurangi angka pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba yang ditangkap dan harus
menjalani proses hukum serta diputus hukuman rehabilitasi. Sedangkan kepada pecandu yang merangkap pengedar yang
mendapat putusan hukuman penjara juga diberikan rehabilitasi di lembaga pemasyarakatan (lapas).
STRATEGI DAN UPAYA PENANGGULANGAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA (Lanjutan)

• Kerangka kerja dekriminalisasi (menurut European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction) adalah
pengguna narkoba/pecandu adalah perbuatan yang dilarang oleh undang–undang (pasal 127), namun pilihan
hukumannya tidak dihukum pidana, melainkan irehabilitasi (pasal 103). Persyaratannya telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan aturan pelaksanaannya.
• Mengembangkan Program Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif dan Kolabiratif ragam Pihak dalam
penanggulangan Penyalahguanaan Narkoba.
• Menciptakan Lapangan Pekerjaan/Aktivitas Produktif bagi kalangan generasi muda, termasuk nilai-nilai Social
Enterpreneurship dan Kepekaan, Kepeulian dan tanggungjawab sosial
• Melembagakan Pendidikan Anti Penyalahgunaan Narkoba pada Sekolah/Perguruan Tinggi sebagai Kurikulum
baik secara Intra, Ko dan Ekstra Kurikuler.
• Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama, baik di sekolah maupun di masyarakat.
• Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran keluarga sangat besar terhadap
pembinaan diri seseorang.
• Penanaman sejak dini bahwa narkoba adalah haram.
• Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah narkoba, di rumah oleh ayah-ibu, di sekolah oleh guru dan di
masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum.
• Mencegah penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak yang berwenang
memberikan penyuluhan tentang narkoba, atau mengadakan razia mendadak secara rutin.
• Menciptakan Public Sphere yang dapat menampung potensi dinamis, ekpresi dan realisasi Potensi Remaja untuk
hal-hal produktif dan berinterkasi dalam lingkungan yang pantas dan sehat.
• Mendorong Terbuntuknya Zona, Kawasan secara progresif akumulatif bebas narkoba, baik pada level keluarga,
RT/RT, Desa, kecamatan, Lingkungan Kerja sampai pada Sigi Bebas Narkoba.
• Disamping hal itu perlu pendampingan orang tua dengan memberikan perhatian dan kasih sayang termasuk
kebersamaan yang dibangun di Rumah.
• Khusus Kabupaten Sigi, perlu dibentuk Badan Nasional Narkotika Kabupaten serta Peraturan daerah tentang
Penanggulangan Narkoba dan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Narkoba.
STRATEGI PENANGANAN BAGI KORBAN PENGGUNA AKTIF

Anda mungkin juga menyukai