PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setiap orang tentu memerlukan obat-obatan dalam hidupnya, terlebih untuk
bahwa
penyakit-penyakit
ringan
tersebut
terdapat
bakteri
yang
Makassar.Menurut
nakamura,
orang
menggunakan
obat-obatan
jenis
hubungan seks anal reseptif dan hubungan seks anal insertif dari pada hubungan seks
oral reseptif, hubungan seks tanpa kondom, jumlah pasangan seks serta hubungan
seks dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang pengaruh penyalahgunaan obat tramadol dan somdaril
terhadap perilaku seks beresiko pada komunitas gay di Kota Makassar.
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia
beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah
keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban
penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batasbatas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi
merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya sangat
merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda. Bahkan dapat
menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa
yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional. Penyalahgunaan narkoba
di Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus
narkoba meningkat dari sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada
tahun 2004, atau meningkat 28,9% pertahun. Jumlah angka tindak kejahatan narkoba
pun meningkat dari 4.955 pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004.
data baru sampai juni 2005 saja menunjukkan kasus itu meningkat tajam. Sekarang
ini terdapat sekitar 3,2 juta pengguna narkoba di Indonesia, secara Nasional dari total
111.000 tahanan, 30% karena kasus narkoba, perkara narkoba telah menembus batas
gender, kelas ekonomi bahkan usia.2 Maraknya peredaran narkotika di masyarakat
dan besarnya dampak buruk serta kerugian baik kerugian ekonomi maupun kerugian
sosial yang ditimbulkannya membuka kesadaran berbagai kalangan untuk
menggerakkan perang terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya
(narkoba). Di bidang hukum, tahun 1997 pemerintah mengeluarkan 2 (dua) Undang
Undang yang mengatur tentang narkoba, yaitu Undangundang Nomor 5 Tahun 1997
1.2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.3.
Rumusan masalah
Apakah yag dimaksut dengan persepsi?
Apa saja syarat dan factor terjdinya pesepsi?
Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?
Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?
Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
Apakah solusi untuk meminimalisasi penyalahgunaan obat-obatan?
Tujuan penulisan
Makalah ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak hanya angka penggunaan obatobatan yang tinggi, tetapi angka penyalahgunaan obat-obatan juga tinggi. Oleh karena
itu, secara garis besar makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca dapat
lebih memahami dan mengetahui informasi dan wawasan mengenai :
a. Hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan.
b. Hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat-obatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu
juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi
seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain
dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,
meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat
jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu,
perbedaanperbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan
dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri
seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan
pengetahuannya
Efek obat terjadi karena adanya interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau
metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dari tubuh.Obat tidak dapat
menimbulkan fungsi baru dalam jaringan tubuh atau organ, tetapi hanya dapat
menambah atau mempengaruhi fungsi dan proses fisiologi (Batubara, 2008). Untuk
dapat mencapai tempat kerjanya, banyak proses yang harus dilalui obat. Proses itu
terdiri dari 3 fase, yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase
farmakodinamik. Fase farmasetik merupakan fase yang dipengaruhi oleh cara
pembuatan obat, bentuk sediaan obat, dan zat tambahan yang digunakan (Batubara,
2008). Fase selanjutnya yaitu fase farmakokinetik, merupakan proses kerja obat pada
tubuh (Katzung, 2007). Suatu obat selain dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat (zat
aktif), juga dipengaruhi oleh sifat fisiologi tubuh, dan jalur atau rute pemberian obat
(Batubara, 2008). Menurut Katzung (2007), suatu obat harus dapat mencapai tempat
kerja yang diinginkan setelah masuk tubuh dengan jalur yang terbaik. Dalam
beberapa hal, obat dapat langsung diberikan pada tempatnya bekerja, atau obat dapat
diberikan melalui intravena maupun per oral. Fase selanjutnya yaitu fase
farmakodinamik. Proses ini merupakan pengaruh tubuh pada obat (Katzung, 2007).
Fase ini menjelaskan bagaimana obat berinteraksi dengan reseptornya ataupun
pengaruh obat terhadap fisiologi tubuh. Fase farmakodinamik dipengaruhi oleh
struktur kimia obat, jumlah obat yang sampai pada reseptor, dan afinitas obat
terhadap reseptor dan sifat ikatan obat dengan reseptornya (Batubara, 2008).
dikelompokkan
dalam
dua
kategori: penyalahgunaan
zat
dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang
10
berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih
banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil,
memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena
penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan temanteman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan
tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau
mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat
tersebut.
Penyalahgunaan obat itu sendiri adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang
berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih
banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil,
memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena
penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan temanteman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan
tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau
mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat
tersebut. Pada suatu kasus Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari
tahun-tahun dulu dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan
internet tidak hanya untuk membeli DMP dalam bentuk bubuk murni, tapi juga
belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam volume
besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-obatan tersebut
diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet yang
kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat kalkulator
11
yang dapat menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi
badannya.
Meskipun DMP dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30
miligram untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari
360 mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang
mengandung
DMP
dapat
menyebabkan
halusinasi,
hilang
kendali
dari
cemas
serta
dapat
psikologis(diazepam/valium,
menyebabkan
ketergantungan
alprazolam/xanax,
fisik
dan
chlordiazepoxide/librium,
ketergantungan
psikologis,
namun
tidak
menyebabkan
12
13
14
ini juga sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa. Apabila
obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
15
Misoprostol / Cytotec
Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan
radang lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk
menggugurkan kandungan. Cytotecsebetulnya untuk mengobati maag dan
dilarang keras digunakan untuk perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec
sebetulnya mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara kerjanya
dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang tinggi
(yang menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec
mampu melapisi dinding usus yang terluka, yang menjadi penyebab
meningkatnya asam lambung. Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu
kontraksi sel otot polos di mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan
keguguran (pada wanita hamil). Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi
wanita hamil. Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk
melakukan aborsi, maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus
menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi
meninggal dunia.
Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan
kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang
tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan agar si
korban tertidur. Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal
dengan sebutan date rape drugkarena bisa melumpuhkan perempuan selama
penyerangan seksual seperti pemerkosaan. Flunitrazepam memiliki efek
fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat.
Ketika seseorang mengalami intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan
gangguan penilaian dan keterampilan motorik. Obat ini tidak memiliki rasa
16
dan bau serta larut dalam air yang membuatnya sulit dideteksi sehingga
banyak orang tidak menyadarinya ketika ia dicampurkan ke dalam makanan
atau minuman. Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang
mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu
panas atau terlalu dingin serta mual. Secara perlahan ia juga akan mengalami
kesulitan berbicara dan bergerak hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek
ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya
orang yang konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia
berada dalam pengaruh obat. Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol,
maka efeknya terhadap memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih
besar. Dilaporkan kombinasi ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar
selama 8-12 jam setelah dikonsumsi. Efek samping dari penggunaan obat ini
termasuk penurunan tekanan darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan
penglihatan, pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan
pada retensi urine.
17
Jika
terus
menerus
disalahgunakan,
tentunya
akan
menyebabkan
pada
alkoholik
harus
sangat
hati-hati.
Alprazolam
Klordiazepoksid
Diazepam
Flurazepam
Lorazepam
Oksazepam
Temazepam
Triazolam.
Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi
susunan saraf pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.
Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat pilihan
untuk mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk disalahgunakan,
sering terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan
kematian; sehingga jarang digunakan lagi. Obat-obat anti-depresi kadang juga
18
digunakan adalah:
paroksetin, sertralin)
Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
aamitriptilin,amoksapin, klomipramin, imipramin, nortriptilin,
rotriptilin).
Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering disalahgunakan dan
paling banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara
kerjanya memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat
ketidakseimbangan. Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan)
seseorang pun berkurang, sehingga si pemakai relatif tenang. Obat ini dapat
menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam pemakaian jangka panjang.
Jika obat ini disalahgunakan, maka akan menyebabkan kesulitan berkonsentrasi
dan dapat terjadi halusinasi.
Dextromethorpan
Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat
penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak
dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg,
diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah
penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek
samping yang berarti. Sebelum FDA (Food and Drug Administration)
mengganti narcotic codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan
batuk yang dijual bebas sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah
mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat
penemuan bahwa mereka dapat merasa high/mabuk dengan mengkonsumsi
19
20
21
22
5). Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang
tua yang patologis/kacau.
6). Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
23
Kacau bicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, kerusakan lever & ginjal,
AIDS, hepatitis, kematian.
Jika pemakaian dihentikan maka akan dialami kram otot parah, nyeri tulang, diare
berat, demam, hipertensi, insomnia, gelisah, depresi, mual, muntah.
5. Kokain
Bersemangat, gelisah, nafsu makan berkurang, paranoid, lever terganggu, merusak
otot jantung, kerusakan syaraf, impotent, berat badan menyusut, kejang-kejang,
halusinasi, kerusakan ginjal, kerusakan, kematian.
Jika pemakaian dihentikan maka akan dialami depresi sehingga kerap kali muncul
keinginan untuk bunuh diri.
6. Cannabis
Lamban
berpikir, mengurangi
konsentrasi,
meningkatkan
denyut
nadi,
alkohol
sehingga
efeknya
seperti
narkotika.
24
2.6.
Pencegahan Penyalahgunaan obat
2.6.1. Sejarah Program Pencegahan
Program pencegahan dikembangkan oleh individu yang merasa terpanggil
untuk melaksanakan program pencegahan, tanpa latar belakang akademik yang
cukup. Umumnya program terfokus pada pemberian informasi obat misalnya
bagaimana bentuknya, bagaimana cara menggunakannya dan bagaimana mereka
mendapat obat, dan konsekuensi dari penggunaan obat. Salah satu ciri khas dari
program ini adalah menggunakan testimonial, berupa menampilkan eks pengguna
untuk mempresentasikan ceritanya serta menjelaskan kehancuran karena adiksi.
Secara intuisi dan logika, banyak orang berpendapat bahwa penggunaan obat
disebabkan kurangnya rasa percaya diri, sehingga program pencegahan dilakukan
untuk memperbaiki rasa percaya diri. Suatu program intuitif yang dilakukan secara
besar-besaran misalnya proyek DARE (drug abuse resistance education) di Amerika,
dilakukan oleh polisi tanpa seragam di sekolah-sekolah. Setiap tahun DARE
dilakukan terhadap 51/2 juta anak di 50 negara bagian. Dalam pelaksanaan program
ini, banyak gagasan baik yang muncul, namun ternyata bahwa gagasan intuitif saja
tidak cukup dan dapat berakibat timbulnya suatu pola pemikiran yang kaku yang
menghalangi dilakukannya program yang lebih efektif. Berbagai penelitian
melaporkan bahwa program DARE tidak efektif. Perbedaan dampak jangka pendek
25
dan panjang tidak terlihat. Penggunaan obat di sekolah yang melaksanakan DARE
dan yang tidak melaksanakan hampir serupa
2. Pencegahan berdasarkan teori
Program pencegahan ini dibuat berdasarkan riset formal. Berbagai disiplin
melaksanakan program pencegahan menurut teorinya masing-masing. Ahli psikologi
sosial menggunakan teori pembelajaran sosial. Menurut teori ini, perilaku seseorang
tergantung pada harapannya akan suatu hasil bila ia melakukan sesuatu. Faktor
lingkungan sangat berpengaruh karena pengguna obat mempelajarinya melalui
pergaulan sosial. Pencegahan berdasarkan teori ini menekankan perlunya membentuk
kemampuan personal-sosial seseorang untuk melawan tekanan dari lingkungan dan
teman untuk menggunakan obat. Mereka harus belajar norma yang benar, belajar
menolak dan belajar keterampilan sosial. Model sosio-kultural dilakukan berdasarkan
asumsi bahwa perubahan dalam pengetahuan akan menyebabkan perubahan norma
sosial.
Bila seseorang diberi pengetahuan mengenai penyalahgunaan obat, maka ia
akan menghindari penggunaan obat terlarang. Selain kedua teori ini, masih banyak
teori lainnya. Beberapa program yang memperhatikan pengaruh faktor sosial dan
kemampuan menghadapi hidup relatif lebih efektif, misalnya Project SMART, Project
STAR, dan Life Skills Training.
2.6.2. Berbagai Program Pencegahan
Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh
populasi. Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda
pula. Pembagian metode pencegahan adalah,
1. Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga
maupun anak.
2. Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko
tersebut dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
26
27
28
memberikan
penyuluhan
dan
penerangan
tentang
Bahaya
Penyalahgunaan obat
Semua ini dapat dilakukan jika farmasis berpegang teguh untuk menjalankan
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
29
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat secara
patologis
dikelompokkan
dalam
dua
kategori: penyalahgunaan
zat
dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang
berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih
banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil,
memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena
penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan temanteman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan
tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau
mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini adalah :
-
Paracetamol
Misoprostol / Cytotec
Flunitrazepam
Obat anti-cemas
Dextromethorpan
Dexametasone
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-
macam, antara lain: Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup), Ada orang-orang yang
bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman, menyenangkan, Ada orangorang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab kehidupan,
Faktor-faktor Lingkungan, faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang
terganggu, atau keadaan orang tua yang patologis/kacau, Faktor pencetus : Pengaruh
teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
30
masyarakat
dan
instansi
keamanan/kepolisian
secara
bersama
dan
berkesinambungan.
3.2. Saran
Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi
didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang disalahgunakan oleh
banyak remaja saat ini. Untuk itu, sebagai perawat, kita sebaiknya tahu tentang obatobat apa saja yang sering disalahgunakan pada saat ini dan kita sebaiknya mampu
memberikan penyuluhan kedepannya nanti tentang bahaya dari penyalahgunaan
obat-obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
31
Miftah Thoha. 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Rakhmat, Jalaluddin, 1999, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua,
Guru, dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba
di Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta :
Sagung Seto
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suharman, 2005, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Syani,
Abdul, 1995.
PUSTAKA Jaya
32
33