Menurut laporan badan PBB (2017) estimasi jumlah penyalahguna narkoba di dunia
mencapai angka 255 juta, dengan jumlah kematian dari over dosis sebanyak 520 orang per
harinya. Kemudian hasil Survey BNN & UI (2017) menunjukkan bahwa di 34 provinsi di
Indonesia penyalahguna narkoba mencapai angka sebesar 3,3 juta, dengan jumlah kematian
dari over dosis sebesar 30 – 33 orang perharinya. Pada tahun 2019 Kepala
Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisiaris Jenderal Polisi Heru Winarko menyebut,
penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. Di mana ada peningkatan
sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang menggunakan narkotika. Angka tersebut tentunya
menimbulkan kekhawatiran kita mengenai nasib masa depan bangsa kita. Bagaimana tidak?
anak bangsa yang merupakan generasi penerus bangsa telah terjatuh pada jurang kesesatan
yang ada.
Angka kenaikan tersebut meningkat seiring dengan rasa keingintahuan yang tinggi,
keinginan menentang hukum, dan mencoba hal baru yang membawa “kenikmatan” dan
resiko tersendiri. Remaja cenderung belum dapat mengendalikan emosi dan mental yang ada
pada dirinya. Jika seorang remaja memiliki ketahanan emosi dan mental yang tidak stabil,
maka ia dapat lebih mudah terjerumus dalam narkotika. Mengapa rasa ingin tahu remaja
sering kali melampaui nalar mereka? perbuatan mereka tentu saja dilandaskan pada niat. Niat
yang besar akan memberikan motivasi tersendiri bagi dirinya untuk mengambil sebuah
keputusan. Tekanan dan persetujuan teman sebaya tak luput menjadi faktor pentingnya
pemicu timbulnya niat tersebut.
Menurut Cooggans dan Mc Keller (1994) anak yang sudah “berniat” untuk mencoba
(rokok, alkohol, atau narkotika) akan cenderung memilih dan mencari teman sebaya yang
memiliki sikap dan belief system yang sama dengan dia. Biasanya anak ini akan lebih nyaman
untuk bereksperimen dengan narkotika setelah mendapat dukungan teman sebaya yang
mempunyai presepsi dan sikap yang serupa. Hal ini berarti bahwa lingkungan tidak
memaksakan dirinya untuk melakukan perbuatan tersebut, tetapi dilihat dari sebelumnya
bahwa niat yang besarlah yang menjadikan remaja tersebut melakukannya.
Psykotropika merupakan sebuah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ada juga yang
disebut dengan Zat Adiktif yaitu bahan/zat yang bepengaruh psikoaktif di luar Narkotika dan
Psikotropika dan dapat menyebabkan kecanduan.
1. Stimulan
Jenis Narkoba yang memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas tubuh.
Orang akan menjadi gembira dan aktivitas meningkat. Terdapat pada Kokain,
Amfetamin (Type Stimulants Amfetamin), Metamfetaminine (Shabu), dan
MDMA (Ecstasy).
2. Depresan
3. Hallucinogen
Jenis narkoba yang memicu daya hayal/halusinasi, mengakibatkan terror hebat
dan kekacauan indera saperti paranoid/merasa dikejar – kejar. Terdapat pada
Cannabis/Ganja, LSD, Jamur/Mushroom, dan Inhalansia.
1. Psycological
• Emosi tidak terkendali,
• Paranoid,
• Delusi,
• Anxietas/Kecemasan,
• Sulit menbuat keputusan,
• Perubahan Perilaku,
• Depresi, dan
• Schizophrenia
2. Sosial
• Hubungan dengan keluarga, guru, teman serta lingkungannya terganggu,
• Mengganggu ketertiban umum,
• Selalu menghindari kontak dengan orang lain,
• Merasa dikucilkan, dan
• Tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada.
Kesimpulan
Narkoba sangat mudah menyerang di kalangan remaja dan siapa saja. Narkoba dapat
merusak mental dan kesehatan fisik para pengunannya. Narkoba dapat merusak system saraf
dan beberapa organ tubuh kita. Orang yang sudah merasakan kenikmatan menggunakan
narkoba akan terus menggunakan narkoba karena itu akan membuat pengguna merasa
kecanduan. Mereka akan menggunakan berbagai cara untuk bisa mendapatkan narkoba
bahkan samapi ada yang mencuri. Sudah banyak korban dari penggunaan narkoba bahkan
sampai harus kehilangan nyawanya.
Orang tua dapat membantu anak memahami dan memeranginya untuk memberikan
informasi atau gambaran mengenai narkotika. Orang tua juga dapat bertindak sebagai
pengawas untuk menghindari anak dari bahaya narkotika. Ketika ketahanan diri anak tinggi,
maka anak tidak akan terpengaruh dari godaan narkotika sehingga jumlah kasus
penyalahgunaan narkotika dapat ditekan. Tak lupa masa depan bangsa nantinya akan menjadi
lebih baik tanpa adanya ketersangkutan dengan narkotika tersebut.