PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
TEOVANI ROMANOVA PUTRI
D1121151014
Disetujui oleh:
Rinjani Ratih Rakasiwi, S.T., M.T Wivina Diah Ivontianti, S.Si., M.T
NIP. 19900401 201504 2 002 NIP. 19890728 201903 2 020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya ,
penulis dpat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini yang berjudul
”Pembuatan Metil Ester Dari Minyak Kelapa Dengan Bantuan Katalis Kalsium
Oksida (CaO) Dari Cangkang Kearng Ale-ale (Meretix-meretix); Kajian Waktu
Reaksi dan Perbandingan Rasio Mol Minyak:Metanol”. Selama penulisan
proposal ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada :
1. Dr.rer. nat. Ir. RM. Rustamaji, M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Tanjugpura
2. Dr. H. Usman A. Gani, S.T., M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
3. Syahrul Khairi, S.Si., M.Eng. selaku dosen pembimbing I tugas akhir
penelitian yang senantiasa memberikan pencerahan dalam pengerjaan
maupun penyusunan proposal penelitian ini.
4. Sri Rezeki, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing II tugas akhir penelitian
yang senantiasa memberikan pencerahan dalam pengerjaan maupun
penyusunan proposal penelitian ini.
5. Seluruh dosen di Jurusan Teknik Kimia, terimakasih atas ilmu yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
7. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis selama menyelesaikan penulisan proposal
penelitian ini.
Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan untuk menyempurnakan proposal ini. Saya berharap proposal
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
RANGKUMAN
Penelitian ini berjudul Pembuatan Metil Ester dari Minyak Kealapa dengan Bantuan Katalis
Kalsium Oksida (CaO) dari Cangkang Ale-ale (Meretix-meretix); Kajian Waktu Reaksi dan
Perbandingan Mol Minyak:Metanol pada Proses Transesterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh waktu reaksi dan perbandingan mol minyak:metanol pada yield biodiesel
serta mengetahui potensi cangkang kerang ale-ale (Meretix-meretix) terkalsinasi sebagai katalis
heterogen dalam reaksi pembuatan biodiesel dilihat dari yield biodiesel yang dihasilkan. CaO yang
digunakan berasal dari cangkang kerang ale-ale terkalsinasi kemudian diaplikasikan dalam
pembuatan biodiesel melalui reaksi transesterifikasi dengan menggunakan sumber trigliserida
berupa minyak kelapa. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini yaitu variasi waktu
reaksi (1, 2, 3, dan 4 jam), dan perbandingan mol minyak:metanol (1:6; 1:9; 1:12; dan 1:15).
Selain itu, pada penelitian ini digunakan variabel tetap yaitu temperatur reaksi (60°C), konsentrasi
katalis (9% dari berat minyak), dan kecepatan pengadukan (200 rpm). Biodiesel dengan yield
tertinggi dianalisis dengan menggunakan GC-MS.
Kata Kunci : Reaksi Transesterifikasi, Katalis, Biodiesel dan CaO
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan energi semakin meningkat dan
tidak bisa dihindari dari kehidupan masyarakat. Peningkatan ini terus terjadi
seiring dengan meningkatnya populasi manusia, aktivitas industri, dan kemajuan
teknologi transportasi. Salah satu energi yang kita gunakan berasal dari bahan
bakar fosil. Cadangan minyak bumi dari fosil ini diperkirakan akan habis dalam
kurun waktu 10-15 tahun lagi, hal ini terjadi karena bahan bakar jenis fosil yang
digunakan merupakan bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui, dan waktu untuk
proses pembentukannya sangat lama.
Salah satu cara mengatasi masalah kelangkaan energi ini ialah dengan
mengembangkan sumber daya alternatif. Selain karena menipisnya cadangan
bahan bakar fosil, penggunaan bahan bakar berbasis fosil ini juga dapat
menyebabkan masalah lingkungan diantaranya ialah menurunnya kualitas udara
karena pencemaran dari pembakaran bahan bakar fosil, dan menyebabkan
kenaikan suhu bumi (global warming). Oleh karena itu diperlukan sumber energi
alternatif yang bisa diperbaharui dan ramah lingkungan.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah energi ialah biodiesel.Biodiesel
merupakan bahan bakar yang berasal dari minyak tumbuhan atau dari lemak
hewani. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar mmpunyai bberapa
keuntungan yaitu, ketersediaannya yang melimpah sehingga dapat diperbaharui,
dan mampu mengurangi emisi karbon dioksida dan emisi rumah kaca karena
memiliki karakter pembakaran bersih.
Biodiesel dapat dibuat dari minyak tumbuhan dan minyak hewani. Salah
satu bahan baku yang bisa digunakan dalam pembuatan biodiesel ialah minyak
kelapa. Pemilihan minyak kelapa sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
dikarenakan ketersediaannya yang melimpah (menurut data dari Kementrian
Perkebunan luas perkebunan kelapa diIndonesia tahun 2019 sebesar 3.500.726
ha), serta bisa langsung dilakukan proses transesterifikasi sehingga bisa
mengurangi energi dan biaya dalam proses pembuatannya.
Biodiesel dapat dibuat dengan cara mengubah trigliserida yang terkandung
dalam bahan baku menjadi metil etil dan gliserol melalui proses transesterifikasi.
Reaksi transesterifikasi biasanya berjalan dengan lambat sehingga diperlukan
katalis untuk membantu proses ini agar berjalan lebih cepat. Salah satu jenis
katalis yang bisa digunakan dalam proses transeterifikasi ialah katalis basa
heterogen. Katalis basa heterogen memiliki beberapa keuntungan jika
dibandingkan dengan jenis katalis lain, diantaranya lebih mudah dipisahkan, tidak
korosif, dan bisa digunakan kembali.
Katalis basa heterogen bisa dibuat dangan mengkalsinasi CaCO 3 menjadi
CaO. CaCO 3bisa ditemukan pada cangkang kerang-kerangan, kulit telur, dan
tulang-tulangan. Penggunaan CaO dari alam ini mempunyai keuntungan yaitu
ketersediaannya yang melimpah dialam, serta dapat mengurangi limbah yang
dihasilkan oleh bahan baku tersebut.
Reaksi transesterifikasi sendiri dipengaruhi oleh : temperatur reaksi, waktu
reaksi, perbandingan rasio mol minyak:alkohol, berat katalis, dan jenis katalis.
Dari uraian ditas maka pada penelitian ini akan dikaji tentang pembuatan metil
ester dari minyak kelapa dengan bantuan katalis CaO dari cangkang kerang ale-ale
dengan variasi pada waktu reaksi dan perbandingan mol minyak:metanol pada
reaksi transesterifikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Biodiesel
Penelitian tentang pembuatan biodiesel berbahan baku campuran minyak
kelapa dan minyak jelantah telah dilakukan oleh Elma dkk (2016). Dalam
penelitian ini minyak kelapa dan minyak jelantah dicampurkan dengan
perbandingan 100:0; 75:25; 50:50; 25:75; dan 0:100 berdasarkan %-v/v dari 250
ml. Dalam proses transesterifikasi dilakukan variasi metanol sebanyak 20, 21, 25,
dan 19 ml, yang akan dicampurkan dengan 0,9% katalis basa KOH (Kalium
Hidroksida). Dari hasil penelitian diperoleh sampel terbaik pada perbandingan
50:50 antara minyak kelapa dan minyak jelantah, selama 60 menit untuk proses
esterifikasi dan 70 menit untuk proses transesterifikasi. Adapun hasil analisis
biodieselnya yaitu : nilai gliserol total sebesar 0,23%; angka asam sebesar 0,211;
angka penyabunan 198,11; ester content 98,163%; dan water content sebesar 0,56
hal ini menunjukan bahwa biodiesel yang dihasilkan sudah memenuhi standar EN
14214 (European Commite for Standarization).
Prayanto dkk (2016) telah melakukan penelitian pembuatan biodiesel
menggunakan gelombang mikro (microwave). Penelitian ini bertujuan untuk
membuat biodiesel berbahan baku minyak kelapa dengan menggunakan radiasi
microwave. Proses transesterifikasi dilakukan mencampurkan metanol dan
minyak kelapa dengan rasio massa sebesar 1:9. Kemudian dilakukan variasi pada
laju umpan sebanyak 0,73; 1,25; dan 1,72 ml/s, variasi konsentrasi NaOH sebesar
0,25; 0,5; dan 1%, serta variasi pada daya microwave sebesar 100, 264, 400, 600,
dan 800 Watt. Dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum pada konsentrasi
NaOH sebesar 1%, daya 800 Watt, laju umpan 0,73 ml/s. Adapun yield tertinggi
biodiesel yang diperoleh sebesar 89,55%, dengan densitas sebesar 0,876 gram/
3
cm , dan viskositas sebesar 3,087 cSt hal ini menunjukkan bahwa biodiesel yang
dihasilkan sudah memenuhi standar.
Adhani dkk (2016) juga telah melakukan penelitian tentang pembuatan
biodiesel dari minyak goreng bekas. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu adsorpsi (untuk menurunkan asam lemak bebas minyak goreng bekas) lalu
dilanjutkan dengan proses transesterifikasi. Pada proses adsorpsi 350 gram
minyak goreng bekas dicampurkan dengan 12% H-zeolit untuk membantu proses
adsorpsi, pada proses ini dilakukan variasi pada waktu adsorpsi (30, 45, 60, 75,
dan 90 menit), konsentrasi adsorben (6%, 9%, 12%, 15%, dan 18%), ukuran
partikel H-Zeolit (2 mm; 0,2 mm; dan 0,63 mm), dan temperatur adsorpsi (30, 50,
70, 90, dan 110°C). Sedangkan pada proses transesterifikasi padatan KOH 0,46
gram dilarutkan pada 12,5 ml metanol lalu dicampurkan pada 50 ml minyak
goreng bekas hasil proses sebelumnya yang dipanaskan pada temperatur 60°C
dengan waktu reaksi selama 60 menit. Dari penelitian ini diperoleh kondisi
optimum pada waktu 90 menit (pada proses adsorpsi), konsentrasi H-Zeolit 12%,
temperatur 90°C, dan ukuran partikel 0,22 mm yang menurunkan kadar FFA dari
3,2% menjadi 1,1%. Biodiesel yang diperoleh sudah sesuai dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia) 04-7182-2006 dengan nilai kadar air 0,02%, massa jenis
857,60 kg/m^3, bilangan asam 0,29 mg-KOH/g, bilangan iod 15,71, bilangan
penyabunan 168,02, dan indeks setana 75,62,
Muhammad dkk (2014) juga telah melakukan penelitian tentang
pembuatan biodiesel berbahan baku minyak nyamplung dengan menggunakan
bantuan pemanasan dari gelombang mikro. Penelitian ini bertujuan untuk
mensintesis biodiesel dari minyak nyamplung dengan proses transesterifikasi
dengan bantuan microwave, dan untuk melihat pengaruh variasi daya, jumlah
katalis, dan rasio mol minyak:metanol pada biodiesel yang dihasilkan. Penelitian
ini dilakukan dengan dua tahap yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi
setelah sebelumnya dilakukan proses degumming (proses untuk penghilangan
impuritis bahan baku seperti getah dll). Proses selanjutnya ialah proses esterifikasi
yang bertujuan untuk mengubah FFA (free fatty acid) menjadi metil ester. Setelah
kadar FFA minyak nyamplung menjadi < 2% dilakukan proses transesterifikasi
untuk mengubah trigliserida yang berada dalam bahan baku menjadi metil ester
dan gliserol. Dalam proses transesterifikasi ini dilakukan variasi kadar katalis CaO
(2, 3, 4, 5, dan 6%), rasio mol minyak metanol (1:9 dan 1:12), dan daya
microwave (100, 264, dan 400 watt). Dari penelitian diketahui bahwa minyak
nyamplung dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan
daya optimal untuk proses esterifikasi pada 100 watt, katalis sebesar 4%, serta
rasio mol minyak:metanol pada rasio 1:9.
Penelitian tentang pembuatan biodiesel berbahan baku minyak kelapa
dengan bantuan gelombang ultrasonik juga telah dilakukan oleh Putri dkk (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan gelombang
ultrasonik dalam pembuatan biodiesel berbahan baku minyak kelapa. Penelitian
ini dilakukan pada suhu 60°C, dengan bantuan gelombang ultrasonik pada
frekuensi 42 kHz, daya 32 watt, dan 220 volt, dengan perbandingan
minyak:metanol sebesar 1:5, katalis NaOH sebanyak 1%, dan lama reaksi
transesterifikasi selama 60 menit. Dari penelitian ini diketahui bahwa gelombang
ultrasonik dapat meningkatkan konversi reaksi dan mempercepat laju reaksi,
konversi yang dihasilkan sebesar 85,66%, empat kali lipat lebih besar jika
dibandingkan dengan konversi pada proses konvensional (20,15%). Penggunaan
gelombang utrasonik dapat membantu mempercepat terjadinya proses
transesterifikasi minyak kelapa dan metanol karena pengaruh kavitasi dan termal
yang dihasilkan gelombang elektronik dapat memberikan energi yang besar
kepada molekul-molekul pereaksi untuk mengatasi energi aktifasi reaksi sehingga
kecepatan reaksi meningkat. Peningkatan laju reaksi ini akan menghasilkan
konversi pembentukan metil ester yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih
pendek jika dibanding dengan proses tanpa bantuan gelombang ultrasonik.
Kavitasi sendiri ialah salah satu efek dimana jika gelombang ultrasonik
dipancarkan pada cairan, maka tekanan pada cairan tersebut akan bertambah jika
amplitudo positif, dan akan berkurang jika amplitudonya negatif.
Aziz dkk (2011) telah melakukan penelitian tentang pembuatan biodiesel
dari minyak goreng bekas dengan dua cara yaitu melalui proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Pada tahap esterifikasi kadar asam lemak yang semula kadarnya
2,5% turun menjadi 1,1%. Sedangkan dalam proses transesterifikasi diperoleh
yield biodiesel sebesar 88%. Biodiesel yang dihasilkan sudah sesuai dengan SNI
dengan viskositas 3,2 cSt, densitas 0,85 g/ml, kadar air 0,002%, angka setana 51,
titik nyala 176°C, dan titik tuang 9°C.
Penelitian tentang pembuatan biodiesel berbahan baku minyak goreng
bekas melalui dua tahap (esterifikasi dan transesterifikasi) juga telah dilakukan
oleh Silalahi dkk (2011). Pada penelitian ini proses esterifikasi dilakukan dengan
bantuan katalis H 2 SO 4 dan proses transestifikasi dengan bantuan katalis KOH.
Pada proses esterifikasi dilakukan beberapa variasi yaitu pada variasi mol
minyak:metanol (1:5,3; 1:6,3; 1:7,3; 1:8,3; dan 1:9,3), variasi suhu (60, 70, dan
80°C), dan variasi katalis (0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%), dari proses ini diperoleh
hasil yang optimum pada suhu reaksi 60°C, perbandingan mol minyak metanol
sebesar 1:9,3. Sedangkan pada proses transesterifikasi dilakukan variasi mol
minyak:metanol (1:5,3; 1:6,3; 1:7,3; dan 1:8,3) dan variasi waktu (90 dan 120
menit). Dari proses ini diperoleh waktu optimum pada waktu 90 menit dan
perbandingan mol minyak:metanol pada perbandingan 1:7,3; dengan yield
biodiesel tertinggi sebesar 95,21%.
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
diproduksi dengan reaksi esterifikasi atau transesterifikasi minyak tumbuhan atau
atau lemak hewan dengan alkohol rantai pendek, misalnya metanol (Prayanto dkk,
2016). Biodiesel juga dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan daan
emisi gas buang yang relatif lebih bersih jika dibanding bahan bakar konvensional
(Areta dkk, 2008). Biodiesel mempunyai sifat fisis yang sama dengan solar
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan
bermesin diesel. Menurut Putri dkk (2012) penggunaan biodiesel sebagai bahan
bakar mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
- Dapat diperoleh dari bahan pertanian sehingga dapat diperbaharui.
- Ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur sehingga tidak ada
emisi SOX.
- Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung
racun.
- Tidak mudah terbakar karena biodiesel sendiri mempunyai titik bakar
yang relatif tinggi.
Menurut Aziz dkk (2011) biodiesel termasuk bahan bakar yang ramah
lingkungan karena tidak mengandung bahan yang berbahaya seperti Pb, bersifat
biodegradable, emisi buangnya lebih rendah jika dibanding emisi dari bahan
bakar diesel. Biodiesel sendiri memiliki efek pelumasan yang tinggi sehigga dapat
memperpanjang umur mesin dan memiliki angka setana yang tinggi (>50).
Biodiesel dapat dibuat melalui proses esterifikasi-transesterifikasi atau
hanya dengan proses transeserifikasi. Proses esterifikasi-transesterifkasi dilakukan
jika bahan baku yang digunakan mengandung kadar FFA yang tinggi (lebih dari
2%), namun jika kadar FFA bahan baku yang digunakan kurang dari 2%
pembuatan biodiesel dapat langsung dilakukan dengan proses transsterifikasi
(Haryanto, 2002). Beberapa sumber nabati yang bisa dijadikan bahan baku dalam
pembuatan biodiesel dapat dilihat dalam tabel berikut (Prayanto dkk, 2016).
Tabel 3.1 Sumber bahan baku nabati biodiesel
Kelompok Sumber Minyak
Minyak tumbuhan Kelapa, jagung, biji kapas, canola,
olive, kacang, safflower, wijen, kedelai,
dan bunga matahari.
Minyak kacang-kacangan Almond, cashew, hazelnut, macadamia,
pecan, pistachio, dan walnut.
Beberapa minyak masak Amaranth, apricot, argan, articoke,
alpukat, babassu, biji anggur, hmp, biji
kapok, biji lemon, dan mustard.
Minyak lainnya Alga, jatropha, nyamplung, jojoba, biji
karet, radish, dan dedak padi.
3. Hipotesis
Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka dan dasar teori maka dalam
penelitian ini dapat diambil beberapa hipotesis sebagai berikut :
- Jika cangkang kerang darah setelah dikalsinasi mengandung CaO, maka
seharusnya cangkang kerang ale-ale dapat menghasilkan CaO juga.
- Jika waktu reaksi mempengaruhi yield biodiesel yang dihasilkan, maka
seharusnya dapat ditentukan waktu optimum untuk proses transesterifikasi.
- Jika perbandingan rasio mol minyak:metanol mempengaruhi yield
biodiesel yang dihasilkan, maka seharusnya dapat ditentukan rasio mol
minyak:metanol pada proses transesterifikasi.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN