Anda di halaman 1dari 29

Proposal

Penelitian
Biodiesel (Ester Monoalkil) merupakan cairan terbarukan yang memiliki rantai asam lemak. Biodiesel diperoleh
dari proses transesterifikasi. Contohnya seperti minyak nabati yang mengandung trigleserida lemak. Pada umumnya,
Biodiesel diproduksi menggunakan katalis NaOH dan KOH. Biasanya biodiesel diproduksi menggunakan bahan dasar
homogen. Pemanfaatan katalis Heterogen telah menarik banyak peneliti sebagai subjek penelitian. Karena katalis
heterogeny lebih mudah dipisahkan dari campuran reaksi dengan metode penyaringan, mudah diregenerasi, dan
memiliki karakter yang tidak terlalu korosif. Katalis heterogen merupakan metode yang ekonomis dan ramah
lingkungan(Quevedo, 2024).
Kemurnian bahan baku dan katalis merupakan factor paling penting dalam pembuatan biodiesel. Kedua factor ini
sangat menentukan kualitas hasil biodiesel. Bahan baku harus dipisah terlebih dahulu. Yakni minyak dari air sebelum
memasuki proses transesterifikasi. Karena ini akan mengakibatkan berkurangnya asam lemak bebas (Quevedo, 2024).
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati berupa alkil ester dari asam lemak (fatty acid
methyl ester/FAME) dengan bahan dasar minyak nabati atau lemak hewani yang diolah melalui
proses esterifikasi/transesterifikasi. Adapun bahan baku pengolahan biodiesel ini dapat terbuat
dari bahan biomassa edible dan non-edible. Namun, konversi edible oil menjadi biodiesel
memberikan dampak tidak baik khususnya dalam skala besar karena dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pada pasokan pangan. Selain itu, jika pengolahan biodiesel dari non-edible
oil masih menimbulkan permasalahan karena membutuhkan lahan dan pasokan air yang besar
untuk tetap membudidayakannya. Oleh karena itu, penggunaan food waste berpotensi menjadi
salah satu alternatif bahan baku pengolahan biodiesel karena kandungannya yang masih dapat
digunakan serta kesediaannya melimpah (Silva., 2022)
1.2 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini diberikan variasi pada suhu reaksi


selama proses transesterifikasi. Pemilihan katalis CaO2 dan
Fe2O3 juga menentukan hasil katalis yang berbeda dalam
proses transesterifikasi. Proses tranesterifikasi ini juga dikenal
sebagai proses yang ramah lingkungan dan ekonomis..

Proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah


dapat mengurangi dampak buruk terhadap kerusakan
lingkungan. Karena biodiesel merupakan salah satu jenis bahan
bakar yang diproduksi dengan menggunakan minyak nabati
(tumbuhan) atau lemak hewani melalui proses transesterifikasi
atau esterifikasi dengan bantuan katalis.
Biodiesel mempunyai keunggulan lebih besar dibandingkan
baham bakar diesel lainnya. Yaitu bahan bakar biodiesel dapat
diperbaharui, ramah lingkungan, aman dalam penyimpanan, dan
transportasi karena tidak mengandung racun serta dapat
mempermaju perokonomian di suatu negara serta menciptakan
lapangan kerja yang luas.

Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini juga


bertujuan untuk menurunkan nilai asam lemak bebas pada
minyak jelantah. Karena jika nilai angka asam lemak bebas
terlalu tinggi, maka akan mempersulit pemisahan gliserol dari
biodiesel sehingga produksi biodiesel akan sedikit (Hadrah,
2018).
Penilitain ini bertujuan untuk mengamati pengaruh suhu reaksi
transesterifikasi pada biodiesel dengan katalis CaO/Fe 2O3.
Katalis CaO diperoleh dari cangkang telur ayam yang sudah
dihaluskan. Sedangkan Katalis Fe2O3 diperoleh dari pasir besi
yang sudah dipisahkan antara pasir yang mengandung logam
dan non-logam

Minyak jelantah (waste cooking oil) dipanaskan pada


suhu tertentu terlebih dahulu. Setelah itu, dititrasi dengan
menggunakan larutan NaOH. Kemudian, hasil biodiesel diamati
dan dicatat kadar yield biodieselnya.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengamati hasil yield biodiesel berdasarkan
penggunaan katalis CaO dan Fe2O3
2. Mengkaji pengaruh suhu reaksi
Bab 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Biodiesel

Enerrgi selalu dinyatakan sebagai sumber terbarukan


untuk perkembangan ekonomi di berbagai negara dan energi
fosil diantaranya gas natural, arang, dan minyak jarak (Wang,
2023).

Produksi biodiesel dipengaruhi oleh laju reasi selama


proses transesterifikasi. Durasi waktu dipengaruhi oleh kualitas
dari minya dan tipe katalis itu sendiri, minyak dengan asam
lemak bebas. Laju reaksi minyak dengan asam lemak bebas
yang banyak lebih Panjang disbanding laju reaksi minyak
dengan asam lemak yang sediit (Kurniawan dan
Nurhayati,2020).
2.2 Waste Cooking Oil

Waste Cooking Oil, Dimana 2:3 lebih murah daripada


harga minyak sayur. Sekita 18 juta tons WCO diproduksi
terutama dari restoran, makanan industry diseluruh dunia. Waste
Cooking Oil atau biasanya sering disebut minyak jelantah
merupakan hasil gorengan berupa pemanasan yang digunakan
Masyarakat pada umumnya dalam jumlah yang besar. Panasnya
minyak mencapai lebih dari 180 C.

Semakin tinggi suhu pemanasan minyak, maka terjadilah


perubahan komposisi fisik dan kimia, serta sifat organoleptiknya
yang mempengaruhi makanan yang dimasak dan kualitas
minyak (Sierra dan Pajardo, 2011).
2.3 Katalis

Katalis merupakan suatu substansi yang digunakan


untuk mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan energi
aktivasi dari suatu reaksi. Katalis beguna untuk meningkatkan
laju reaksi, pengarah suatu reaksi, dan menghasilkan produk
samping yang minimum (selektif).

Katalis dapat menyebabkan reaksi berlangsung lebih cepat


pada temperature yang rendah. Katalis juga dapat digunakan
untuk mencapai laju reaksi dengan cara menurunkan nilai energi
aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum yang
dibutuhkan terjadinya reaksi kimia (Maulana,2021).
2.4 Cangkang Telur dan Pasir Besi
2.4.1 Cangkang Telur

Cangkang telur mengandung unsur kalsium karbonat,


kalium, dan fosfor. Unsur tersebut biasanya digunakan untuk
pupuk tanaman. Cangkang telur mengandung 97 % kalsium
karbonat, 3 % fosfor, dan 3% magnesium, natrium, kalium,
seng, mangan, besi, dan tembaga (Meduwu, 2023).
2.4.2 Pasir Besi

Pasir besi adalah partikel yang mengandung besi yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses
penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air permukaan yang kemudian tertransportasi dan diendapkan sepanjang pantai.
Gelombang laut dengan energy tertentu memilah dan mengakumulasi endapan tersebut menjadi pasir besi yang bernilai
ekonomis. Mineral ringan dan mineral berat yang mengandung besi diendapkan dalam bentuk gumuk-gumuk pasir sepanjang
dataran pantai, antara lain di sepanjang pantai Barat Sumatera, pantai Selatan Jawa dan Bali, pantai-pantai Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan pantai Utara Papua. Endapan ini mengandung mineral utama seperti magnetit (Fe3O4/FeO.Fe2O3),
hematit (Fe2O3) dan Ilmenit (FeTiO3/FeO.TiO2) serta mineral ikutan pirhotit (FenSn), pirit (FeS2), markasit (FeS2), kalkopirit.
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan untuk industri semen. Selain itu manfaa
dan kegunaan pasir besi adalah bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan tinta laser, bahan utama pita kaset
pewarna serta campuran (filter) untuk cat, bahan dasar untuk industri magnet permanen (Fadhilah, 2023).
2.5 Esterifikasi dan Transesterifikasi

Esterifikasi umumnya dilakukan dengan pemanasan


secara konvensionall menggunakan katalis, methanol, dan jenis
alcohol lainnya sebagai pereaksi. Reaksi esterifikasi dilakukan
pada suhu 60 C selama 2 jam dan dilakukan pengadukan secara
terus menerus untuk mempercepat reaksi dan agar atalis bisa
bereaksi dengan reaktan.

Transesterifikasi bertujuan untuk mengeliminasi


trigleserida yang dihasilkan pada minyak yang sudah
dipanaskan serta menurunkan viskositas pada minyak. Katalis
basah dipilih dengan suhu reaksi rendah disbanding
menggunakan katalis asam karena dapat mempercepat reaksi.
(Suleman, dkk., 2019).
2.6 Analisis Gas Chromatography Mass-Spectrometry

Metode Gas Chromatography Mass-Spectometry


(GC-MS) merupakan metode memisahkan sampel dengan
metode kromatografi gas. Metode GC-MS memiliki sensitivitas
tinggi sehingga dapat memisahkan senyawa yang sudah Bersatu
dan mampu menganalisan berbagai senyawa dengan konsentrat
rendah

SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan


industry (Candraningrat, dkk. , 2021).
2.7 Analisis Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive
X-Ray (SEM-EDX)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah


mikroskop electron yang bertujuan untuk mengamati objek-
objek dengan berukuran kecil. SEM memiliki perbesaran 10 –
3.000.000 kali, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar 1
– 10 nm. (Farikhin, 2016).
2.8 Penelitian Terdahulu

Terkait tujuan percobaan guna mengetahui


pengaruh suhu reaksi. Tunjukkan hasil penelitan yield biodiesel
yang diakibatkan dari beberapa suhu reaksi. Yakni 55 C, 60 C,
65 C, 70 C, dan 75 C.. Pada penelitian transesterfikasi dilakukan
pada waktu-waktu tertentu. Setelah itu, yield biodiesel
dihasilkan secara berturut-turut.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Diagram Alir Penelitian
3.1.2 Penetapan Variabel Percobaan
a. Variable Tetap
•Berat CaO
•Katalis H2SO4
•Waste Cooking Oil banding Methanol
•Proses Esterifikasi
•Proses Transesterifikasi
b. Variable Bebas
•Suhu reaksi = 55°C, 60°C, 65°C, 70°C, 75°C
3.1.3 Rancangan Percobaan
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan

Percobaan Suhu Reaksi Yield biodiesel


Transesterifikasi
1 55
2 60
3 65
4 70
5 75
3.2 Bahan dan Alat yang digunakan
3.2.1 Bahan yang digunakan
1. Waste Cooking Oil (WCO)
2. Cangkang telur ayam
3 Pasir besi alam
4. H2SO4
5. Methanol
6. HCL
7. NaOH
8. Indikator PP
9. Aquadest
10 PEG 4000
11. NH4OH
12. Ethanol
3.2.2 Alat yang digunakan
1. Grinder
2. Furnace
3. Magnetic stirrer
4. Ayakan 100 mesh
5. Timbangan digital
6. Pompa vakum
7. Stopwatch
8. Kertas saring whatman
9. Corong pemisah
10. Cawan porselin
3.3 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1. Rangkaian alat transesterifikasi


Keterangan gambar:
•Pemanas
•Magnetic Stirrer
•Pendingin balik
•Statif
•Colokan kabel
Termometer
3.4 Prosedur
3.4.1 Pembuatan katalis CaO/Fe2O3
a. Pembuatan Katalis CaO dari Cangkang Telur Ayam

Untuk meminimalisirkan impuritas, percikan cangkang telur dibilas dengan air destilasi
beberapa kali. Cangkang telur dibersihkan dan dikerinkan di oven sebesar 100 °C selama 24
jam. Setelah itu, gunakan 0,08-mm sieve wire, sisa-sisa cangkang telur ditumbuk halus
sehingga menjadi bubuk dan disaring. Akhirnya, bubuk cangkang telur dihaluskan (Ali
dkk.,2021)

b. Sintesis Fe2O3 dari Pasir Besi

Pemisahan pasir besi dapat dilakukan dengan metode magnetis. Namun ada beberapa
mineral yang tidak bisa dipisahkan. (Sparavigna, 2023). Pemisahan mineral magnetic dari
sumbernya juga dikenal sebagai ekstrasi mineral magnertik pasir besi

Ekstrasi menggunakan magnet ditujukan untuk memisahkan pasir yang mengandung Fe


dan pasir yang tidak mengandung Fe dipisahkan menggunakan magnet lemah (Yuwanda,
dkk. 2022).
3.4.2 Pembuatan Biodiesel

Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dilakukan melalui


dua tahap proses yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.
Minyak jelantah dipanaskan sampai suhu 100C untuk
menghilangkan kadar airnya. Minyak diaduk agar
menghilangkan penguapan air. Setelah air menguap, selanjutnya
panaskan sampai suhu 130C.

Kemudian titrasi untuk menentukan banyaknya katalis


NaOH dengan menyiapkan 1 gram NaOH yang sudah terlarut di
dalam air. Teteskan larutan tersebut ke dalam larutan minyak
jelatan selama 10 detik dan amatilah perubahan warnanya.

Pisahkan minyak biodiesel (metil ester) dengan gliserin


dengan cara alirkan gliserin dari bawah reactor, sehingga
biodiesel dapat dipisahkan ketika ditempatkan di wadah lain.
Hasil biodiesel tercampur dengan zat lain sehingga
membentuk sabun. Biodiesel dicuci menggunakan air suling
untuk menghilangkan sabun dan zat-zat lain.
Hasil biodiesel yang sudah murni harus dicek Kembali
kualitasnya agar dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
seperti penggunaan bahan bakar diesel (Hadrah, 2018).
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
•Jadwal Pelaksanaan
•Rancangan penelitian ini akan dilakukan dengan estimasi waktu 2 bulan di Laboratorium Proses Kimia
Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rancangan kegiatan penelitian

Bulan 1 Bulan 2
Bentuk
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Tinjauan
Pustaka
Penyiapan
Bahan dan Alat
Pelaksanaan
Penelitian
Analisis Hasil
Pembuatan
Laporan Akhir
Seminar Hasil
Penelitian
Daftar Pustaka

Candraningrat, I., D., A., A., D., Santika, A., A., G., J., Dharmayanti,
I., A., M., S., dan Prayascita, P., W. (2021). Review Kemampuan
Metode Gc-Ms Dalam Identifikasiflunitrazepam Terkait Dengan
Aspek Forensik Dan Klinik. Jurnal Kimia (Journal Of Chemistry)
15 (1), JANUARI 2021. DOI:
https://doi.org/10.24843/JCHEM.2021.v15.i01.p03

Fadhillah. (2023). Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Serta Potensi Pasir
Besi Di Wilayah Barat Pantai Sumatera Barat. Program Studi
Pendidikan Profesi Insinyur Sekolah Pascasarjana . Universitas
Andalas.
Komposit Polyester Dengan Filler Karbon Aktif Dan
Karbon Non Aktif. Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hadrah, H. dan Kasman, M. (2018). Analisis Minyak Jelantah


Sebagai Bahan Bakar Biodiesel dengan Proses
Transesterifikasi. Jurnal Daur Lingkungan 1(1):16.
DOI:10.33087/daurling.v1i1.4

Kurniawan, E., Nurhayati. (2019). Transesterfication Process of


Waste Cooking Oil Catalyzed by Na/CaO Derived from
Blood Clam (Anadara Granosa) Shells. February 2020,
Volume 1, Issue 1, 1-6. journal.uii.ac.id/eksakta

M. G. Arenas-Quevedo 1 , M. E. Manríquez 1 , J. A. Wang 1,* ,


O. Elizalde-Solís 1 , J. González-García 2 , A. Zúñiga-
Moreno 1 and L. F. Chen. (2024). ZnO–Doped CaO Binary
Core–Shell Catalysts for Biodiesel Production via Mexican
Palm Oil Transesterification. Inorganics 2024, 12, 51.
Castor bean and jatropha oils. Biofuels Bioproducts and
Biorefining.
https://www.researchgate.net/publication/359942485

Sierra, F. dan Fajardo, G. (2011). Biodiesel Production from


Waste Cooking Oil. Feedstocks and Processing
Technologies, Dr. Margarita Stoytcheva (Ed.), ISBN: 978-
953-307-713-0, InTech, Available from:
http://www.intechopen.com/books/biodiesel-feedstocks-an
dprocessing-technologies/biodiesel-production-from-waste
-cooking-oil

Suleman, N., Abas, dan Paputungan, M. (2019). Esterifikasi dan


Transesterifikasi Stearin Sawit untuk Pembuatan Biodiesel.
Volume 17, No. 1, Juni 2019.
https://doi.org/10.37031/jt.v17i1.54

Sparavigna A. C. (2023). Raman Spectroscopy of the Iron


Oxides in the Form of Minerals, Particles and

Anda mungkin juga menyukai