Anda di halaman 1dari 11

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

MENGGUNAKAN LEMPUNG TERMODIFIKASI


DENGAN RASIO Si/Al = 15
Leonardo Conradus Foor
20160511034002
Di bimbing oleh:
Dr. Ilham Salim, M.Si., & Drs. Supeno, M.Sc., Ph.D
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Cenderawasih Papua
Jl. Kambolker Perumnas III, Yabansai, Heram, Kota Jayapura
Leonardofooor11@gmail.com

Abstrak
Biodiesel dari minyak jelantah telah disintesis dengan menggunakan metode transesterifikasi dan katalis lempung
termodifikasi dengan rasio molar (Si/Al) = 15, dimana lempung ini merupakan lempung dari Merauke yang telah mengalami
proses dealuminasi, fusion dan kalsinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lempung termodifikasi (LT)
dan pengaruh LT terhadap hasil biodiesel dari campuran minyak jelantah dan metanol pada suhu (60 oC, 65oC dan 70oC) serta
(suhu 65oC dan tetrahidrofuran (THF)). LT dikarakterisasi dengan menggunakan spektroskopi infra-merah Fourier transform
(FTIR) dan kromatografi gas - spektroskopi masa (GC-MS), sedangkan biodiesel dikarakterisasi dengan GC-MS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari LT mengandung Si (silika) = 34.77% dan Al (aluminium) = 5,67%. Mineral
yang terkandung dalam LT adalah gismondine, mordenite, sodalite dan quartz. Proses transesterifikasi dari minyak jelantah dan
metanol pada temperatur (60oC, 65oC dan 70ºC) serta (temperatur 65ºC dan THF) menghasilkan metil ester (biodiesel) berturut
– turut sebesar 67,74 %, 86,19%, 52,08% dan 93,71%. Senyawa dominan dari hasil transesterifikasi minyak jelantah adalah
metil ester asam 10-undekanoat (C12H22O2) sebesar 66,35%. Jadi perpaduan LT Merauke dan THF merupakan salah satu cara
yang sangat potensial dalam pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar diesel.
Kata Kunci: biodiesel, minyak jelantah, lempung termodifikasi, transesterifikasi.

mengakibatkan tingginya kebutuhan terhadap bahan


1. Pendahuluan bakar minyak (BBM), termasuk solar ( Yuliani, dkk,
2012). Kemajuan teknologi meningkatkan konsumsi
Salah satu kebutuhan terpenting dalam bahan bakar fosil sehingga bisa mengakibatkan
kehidupan manusia adalah energi. Minyak bumi cadangan minyak bumi semakin sedikit karena bahan
merupakan sumber energi yang paling banyak bakar fosil bukan merupakan energi yang terbarukan.
dimanfaatkan di sektor industri, pertanian, Untuk itu, perlu dilakukan upaya mencari dan
transportasi dan beberapa sektor lainnya. Peningkatan mengembangkan sumber energi alternatif yang
aktivitas di bidang industri, transportasi, dan Pusat terbarukan untuk memenuhi kebutuhan solar di
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Indonesia Indonesia.

1
Minyak nabati merupakan bahan bakar cair yang sangat tinggi (Sahars, 2011). Yuliani, dkk (2012)
alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi, menambahkan bahwa penggunaan lempung sebagai
karena jumlahnya yang melimpah dan terbarukan katalis disebabkan oleh keistimewaan struktur
(renewable). Akan tetapi viskositas atau kekentalan lempung, yaitu ukuran porinya yang besar serta
minyak nabati perlu diturunkan agar tidak kemampuannya untuk menyerap anion atau kation.
menghambat proses injeksi dan proses pembakaran Sintesis biodiesel menggunakan katalis lempung yang
yang tidak sempurna. Salah satu reaksi yang dapat diaktivasi dengan KOH menggunakan metoda
menurunkan viskositas minyak nabati adalah reaksi impregnasi dapat menghasilkan biodiesel tertinggi
transesterifikasi yang menghasilkan metil ester. Metil (90,70±2,47%) pada kondisi katalis KOH/bentonit
ester inilah yang kemudian disebut biodiesel (Retno, 1:4, waktu reaksi 3 jam, rasio metanol 6 dan suhu
2008). reaksi 60ºC (Soetaredjo et. al., 2011).
Minyak jelantah merupakan salah satu limbah
rumah tangga, penjual gorengan dan industri rumah 2. Metode Penelitian
tangga yang berbahaya karena mengandung bahan
karsinogenik yang akan mencemari lingkungan 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
apabila terbuang dan akan mengganggu kesehatan Penelitian dilakukan pada bulan Desember
apabila dikonsumsi. Jumlah minyak jelantah akan 2019 – Mei 2020 di laboratorium Kimia, Jurusan
terus bertambah dengan peningkatan produksi dan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
penggunaan minyak goreng. Setiap tahun minyak Alam Universitas Cenderawasih, Waena Jayapura
jelantah meningkat antara 12 sampai 28% (Erry,
2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk 2.2 Alat dan Bahan
mengurangi dampak buruk minyak jelantah adalah
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini
mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel dengan
adalah labu leher tiga, satu set alat refluks,
bantuan katalis (Setiawati, 2012).
termometer, mortar dan alu, timbangan analitik,
Katalis homogen seperti NaOH dan H2SO4 ayakan mesh 100, oven, desikator, corong, statif dan
merupakan katalis yang umum digunakan dalam klem, hot plate, magnet stirrer, mantel pemanas dan
sintesis biodiesel. Katalis homogen memiliki peralatan gelas lainnya. Bahan baku yang digunakan
kelemahan karena dapat bereaksi dengan asam lemak yaitu lempung asal Merauke dan minyak jelantah
bebas yang menyebabkan sulitnya pemisahan dan yang berasal dari total limbah rumah tangga sekitaran
pembentukan biodiesel. Oleh karena itu, katalis RT 004/RW 007, Perumnas III, Perumnas II, Waena.
heterogen dianggap lebih efektif dan efisien dalam Bahan kimia yang digunakan adalah HCl 8 M,
pembuatan biodiesel karena disamping harganya yang aquades, metanol, tetrahydrofuran (THF),
murah, mudah diperoleh dan dapat digunakan secara setiltrimetilamonium bromida (CTAB), NaOH, batu
alternatif (Komintarachat dan Chuepeng, 2009; didih, dan kertas saring.
Roschat dkk., 2016; Sirimsomboonchai dkk., 2015).
Lempung merupakan salah satu katalis heterogen
yang dapat digunakan dalam sintesis biodiesel. 2.3 Prosedur Kerja
Selama ini lempung tidak banyak 1. Modifikasi Lempung
dimanfaatkan padahal potensi di Indonsia sangat Lempung digiling dan diayak (100 mesh).
melimpah yaitu 150 juta ton (Is Fatimah, 2013). Lempung seberat 300 g dirusak(dealuminasi)
Kegunaan lempung antara lain untuk penjernihan
minyak, sebagai katalis, bahan pembuatan keramik, menggunakan 500 mL HCl 8 M pada 100oC dan
material bangunan hingga mengolah limbah logam campuran direfluks selama 6 jam. Lempung disaring
berat. Lempung menyimpan potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan sebagai katalis heterogen dan dicuci menggunakan aquades deionisasi sampai
karena kemudahan untuk dimanipulasi (modifikasi), kondisi netral, dikeringkan dalam oven pada 120oC
harganya yang relatif murah dan tingkat kegunaanya
selama 3 jam. Lempung dilebur dengan pelet NaOH

2
(NaOH / lempung ratio = 0,8), kemudian dikalsinasi Setelah reaksi, campuran didinginkan
kemudian dipisahkan antara fraksi padat (katalis) dan
pada 500 oC selama 5 jam.
fraksi cair dalam bentuk metil ester dan gliserol.
Selanjutnya sintesis zeolit alam dengan rasio Campuran Metil ester dan gliserol dimasukkan ke
Si/Al = 15 dilakukan dengan mencampurkan lempung dalam corong pisah dan dibiarkan selama 34 jam.
hasil fusion sebanyak 10 gram, SiO2 sebanyak 10,7 Kemudian metil ester dipisahkan dan ditimbang.
gram, CTAB sebanyak 1 gram dan aquades, Metil ester atau biodiesel dianalisis menggunakan
selanjutnya pH diatur = 11. Campuran kemudian GC-MS. Koversi biodiesel dapat dihitung dengan
rumus berikut:
diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 48
Produk cair sebagai konversi metil ester (%)=
jam pada suhu kamar. Setelah diaduk, Kemudian 𝑊2 (𝑔)
dimasukkan dalam reaktor hidrotermal dan 𝑋 100%.........……..(3.1)
𝑊1 (𝑔)
dimasukkan dalam oven untuk reaksi pembentukan Dimana, W1 adalah berat minyak jelantah sebelum
zeolit secara hidrotermal pada suhu 140 ºC selama 48 transesterifikasi (g)
jam. Selanjutnya dipisahkan dengan cairannya serta W2 adalah berat metil ester yang diperoleh (g)
dikeringkan lagi pada suhu 120ºC selama 4 jam, dan
dikalsinasi pada suhu 500 ºC selama 3 jam.
3. Hasil dan Pembahasan
Selanjutnya dianalisis dengan XRD dan FTIR.
3.1 Karakterisasi Lempung Termodifikasi
dengan Rasio Si/Al = 15
2. Adsorpsi Minyak Jelantah
Pada penelitian ini, lempung digunakan
Minyak jelantah diadsorpsi dengan lempung
sebagai katalis untuk sintesis biodiesel dari minyak
termodifikasi. Adsorpsi dilakukan dengan
jelantah. Lempung digiling dan diayak (100 mesh).
perbandingan minyak jelantah terhadap lempung
Hal ini dilakukan untuk memperbesar luas permukaan
termodifikasi yaitu 100 g : 5 g. Adsorpsi dilakukan
sehingga mempercepat proses pengaktifan lempung
dengan cara sebanyak 100 g minyak jelantah setelah
menggunakan metode pengasaman. Pengaktifan
disaring dengan kertas saring dimasukkan ke dalam
dengan asam merupakan salah satu cara alternatif
erlenmeyer dan dicampur dengan 5 g lempung
untuk meningkatkan sifat keasaman lempung yang
termodifikasi kemudian diaduk selama 6 jam
dengan sendirinya akan meningkatkan aktifitas
menggunakan stirer magnetik, selanjutnya dipisahkan
katalitiknya. Asam yang digunakan dalam penelitian
antara lempung dan minyak.
ini adalah asam klorida (HCl) 8 M. Proses reaksi
antara lempung dengan asam klorida menyebabkan
3. Prosedur Transesterifikasi atau Sintesis
terlepasnya ion aluminium, magnesium dan besi dari
Biodiesel
lapisan oktahedral, ion aluminium pada lapisan
Sebelum proses transesterifikasi, minyak tetrahedral, dan menghilangkan pengotor-pengotor
jelantah diadsorpsi terlebih dahulu dengan zeolit
yang dapat menghambat proses katalitik. Hasil di
alam. Kemudian, reaksi transesterifikasi dilakukan
faktogram dari lempung Merauke dapat dilihat pada
dalam 250 mL labu leher tiga yang terhubung ke
gambar 3.1.
refluk kondensor dan dilengkapi dengan termometer.
Selanjutnya masukkan metanol sebanyak 20 g dan
lempung termodifikasi seberat 1,5 g dicampur dan
dipanaskan sampai temperatur 50oC sambil diaduk
Intensitas (a.u)

menggunakan pengaduk magnet, setelah mencapai


temperatur ini, kemudian dimasukkan minyak
jelantah hasil adsorpsi sebanyak 30 g sambil diaduk,
temperaturnya diatur menjadi 60oC selama 6 jam.
Reaksi dilakukan pada tekanan atmosferik dengan
variasi temperatur transesterifikasi 65ºC, 70oC dan 2 Theta (2Ɵ)
temperatur 65oC dengan penambahan Gambar 3.1 Difaktogram Lempung dari Merauke
Tetrahydrofuran (THF) sebanyak 10 gram. sebelum dimodifikasi (Salim, 2019)

3
Data dari gambar 3.1 menunjukkan bahwa
jenis mineral yang dominan pada lempung Merauke
adalah Quartz (SiO2) (salim, 2019). Lempung
didealuminasi dengan menggunakan HCl pekat
kemudian dileburkan dengan pelet NaOH agar
mendapatkan bahan baku bebas silika dan alumina
untuk mensintesis lempung termodifikasi. Kemudian
dilakukan perlakuan fusion terhadap lempung
dealuminasi dengan mencampurkan NaOH dan
lempung hasil dealuminasi dengan perbandingan 0,8
(100 : 80). Selanjutnya kandungan Si dan Al
ditentukan dengan menggunakan XRF dan diperoleh
kandungan Si=34.77% dan Al=5,67% (lihat pada
lampiran 03). Gambar 3.3 Difaktogram Lempung Termodifikasi
Lempung termodifikasi dilakukan dengan Hasil difaktogram, menunjukkan bahwa
mencampurkan lempung hasil fusion sebanyak 10 lempung termodifikasi memiliki puncak kristal yang
gram, 10,7 gram SiO2, 1 gram CTAB dan aquades lebih tajam dan tinggi dari pada lempung sebelum
hingga pH = 11. Selanjutnya diaduk menggunakan modifikasi. Puncak tertinggi adalah pada 2Ɵ = 26,65,
pengaduk magnet pada temperatur kamar selama 48 d = 3,34. Berdasarkan hasil difaktogrm pada sudut 2Ɵ
jam. Kemudian dimasukkan ke dalam reaktor adalah 20,87, d = 4,26 (kuarsa); 26,65, d = 3,34
hidrotermal dan dimasukkan dalam oven untuk reaksi (gismondine); 27,38, d = 3,25 (mordenite); 27,96, d =
pembentukan secara hidrotermal pada temperatur = 3,19 (mordenite); 31,69, d = 2,82 (sodalite); 45,41,
140ºC selama 48 jam. Setelah itu dipisahkan dengan d = 1,99 (mordenite); 45,56, d = 1,99 (mordenite);
cairannya serta dikeringkan lagi pada temperatur 50,14, d = 1,81 (mordenite). Lempung termodifikasi
120ºC selama 4 jam dan dikalsinasi pada suhu 500ºC
mengandung mineral gismondine yang merupakan
selama 3 jam. Kalsinasi bertujuan untuk
mineral yang dominan, diikuti oleh mordenite,
menghilangkan kandungan air, senyawa organik atau
sodalite, dan quartz.
gas lain yang mempunyai ikatan kimia dengan
mineral dalam lempung. Lempung termodifikasi
berwarna putih keabuan (gambar 3.2 (a)) sedangkan Tabel 3.1 Hasil Difaktogram XRD dari Lempung
lempung sebelum termodifikasi berwarna kuning Termodifikasi
kecoklatan (gambar 3.2 (b)).
Puncak Sudut d Jenis
2θ Mineral
1 20.87 4.26 Kuarsa
2 26.65 3.34 Gismondine
(a) (b) 3 27.38 3.25 Mordenite
Gambar 3.2 (a) Lempung Sebelum Termodifikasi
(b) Lempung Setelah Termodifikasi 4 27.96 3.19 Mordenite
Lempung hasil modifikasi selanjutnya
dianalisis menggunakan Difraksi Sinar-X (XRD)
5 31.69 2.82 Sodalite
untuk mengetahui ciri utama kristal, parameter kisi 6 45.41 1.99 Mordenite
dan struktur.
7 45.56 1.99 Mordenite
8 50.14 1.81 Mordenite

4
Selanjutnya gugus fungsi dari lempung
termodifikasi dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer Infra Merah (FTIR). FTIR
merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
mendeteksi gugus fungsi, mengidentifikasi senyawa

% Transmittance
dan menganalisis campuran sampel tanpa merusak
sampel. Berikut merupakan gambar Spektra FTIR
lempung Merauke sebelum modifikasi.
100 K2 LEMPUNG
2160,88

90
1635,44

80
3382,99

70
%Transmittance

60
547,82

50 Wavenumbers (cm-1)
691,97

Gambar 3.5 Spektra FTIR Lempung Termodifikasi


776,19

40

30
Pada spektra FTIR terlihat adanya serapan
cukup kuat dan melebar pada daerah 3448,72 cm-1
20
yang menunjukkan adanya gugus hidroksil (OH) yaitu
980,10

10
pada ikatan Si-OH (silano). Pada daerah 1080,14 cm-
1
0 terlihat adanya serapan pita yang melebar dengan
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 intensitas yang kuat, menunjukkan adanya gugus Si-
Wavenumbers (cm-1)
O dalam tetrahedral SiO4 yang terkandung di lempung
Gambar. 3.4 Spektra FTIR Lempung Merauke termodifikasi. Pada daerah serapan 1635,64 cm-1
Sebelum Modifikasi menunjukkan adanya gugus O-H yaitu pada vibrasi
Dari gambar 3.4 terlihat adanya serapan pada molekul air yang teradsorbsi, sedangkan pada daerah
daerah 980,10 cm-1 yang menunjukkan gugus Si-O 462,92 cm-1 merupakan bagian yang memiliki
dan Al-O yang terkandung dalam lempung Merauke. frekuensi tinggi dari daerah rentangan simetri ikatan
Menurut Nyquist dan Kagel (1997) menjelaskan T-O serta menunjukkan daerah vibrasi tekuk
bahwa daerah 950 – 1250 cm-1 untuk daerah serapan (bending) dari vibrasi ikatan T-O (T=Si dan Al).
T-O (dimana T = Si atau Al) yang melibatkan gerakan Adanya vibrasi tekuk mengindikasikan sampel
utama dengan atom oksigen. Serapan pada daerah lempung termodifikasi mengandung ikatan Si-O, Al-
3382,99 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH yaitu O, dan Si-OH.
pada iktan Si-OH. Pada daerah serapan 1635,44 cm-1
menunjukkan adanya gugus O-H dan pada daerah 3.2 Transesterifikasi Minyak Jelantah
547,82 cm-1 menunjukkan bending vibration Si-O. Pada umumnya minyak jelantah akan
mengalami perubahan warna yang lebih gelap dari
warna minyak goreng. Perubahan warna yang lebih
gelap ini disebabkan oleh pemanasan dan penggunaan
secara berulang sehingga mengubah komposisi
kimiawinya dan ditandai dengan terjadinya proses
oksidasi, polimerisasi, hidrolisis dan karamelisasi.
Minyak jelantah memiliki kandungan asam lemak
bebas yang tinggi akibat proses oksidasi dan hidrolisis
dapat mempengaruhi hasil biodiesel. Oleh Sebab itu
untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah
dilakukan adsorpsi dengan LT. Asam lemak bebas
akan diserap oleh LT sehingga proses transesterifikasi
berlangsung secara maksimal.

5
Hasil adsorpsi yang obtimal dilakukan denga Reaksi transesterifikasi membutuhkan 3 mol alkohol
rasio berat minyak jelantah : LT = 100 g: 5 g setiap mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol
(berdasarkan penelitian oleh Salim, dkk, 2018). asam ester dan 1 mol gliserol (lihat gambar 3.6). Rasio
Selanjutnya minyak jelantah teradsorpsi molar yang lebih tinggi menghasilkan konversi ester
ditransesterifikasi dengan memvariasikan temperatur yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat
60, 65 dan 70ºC. serta diaduk dengan pengaduk (Agung, 2019). Menurut Darnoko & Cheryan (2000),
magnet. reaksi transesterifikasi berlangsung dalam tiga tahap.
Pengadukan dalam proses transesterifikasi ini Pertama, trigliserida (TG) dihidrolisis menjadi
bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi. digliserida (DG), selanjutnya digliserida dihidrolisis
Dengan meningkatnya kecepatan pengadukan maka menjadi monogliserida (MG) yang akhirnya
pergerakan molekul akan meningkat dan membentuk alkil ester dan gliserol (lihat gambar 3.7).
menyebabkan terjadinya tumbukan. Ketika reaksi Katalis diperlukan untuk menurunkan energi aktivasi
berlangsung, pengadukan akan menyebabkan difusi yang tinggi dari reaksi transesterifikasi dan juga untuk
antara minyak sampai terbentuk metil ester, dimana mempercepat reaksi.
semakin banyak metil ester yang terbentuk
menyebabkan pengadukan semakin kecil. Pada
prinsipnya transesterifikasi adalah mengeluarkan
gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak
bebasnya dengan alkohol (metanol) menjadi metil Gambar 3.7 Tiga Tahap Reaksi Transesterifikasi
ester. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang
bersifat reversible. Metanol, etanol, propanol dan Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam
butanol banyak digunakan dalam reaksi ini (Freedman waktu 6 jam menggunakan alat refluks yang
et al. 1984). Akan tetapi metanol lebih sering dilengkapi dengan termometer dan pengaduk
digunakan karena harganya lebih murah magnetik yang berfungsi untuk mengaduk campuran.
dibandingkan dengan alkohol jenis lainnya dan dapat Setelah reaksi, campuran reaksi didiamkan kemudian
bereaksi cepat dengan trigliserida. Selain itu, secara disaring sehingga tersisa campuran metil ester dan
fisika-kimia metanol bersifat polar dan memiliki gliserol. Setelah itu dipisahkan fasa atas yang
rantai paling pendek. merupakan metil ester/biodiesel dengan fasa bawah
Proses transesterifikasi dilakukan pada labu yang merupakan gliserol. Proses pemisahan dilakukan
leher tiga 250 mL dengan variasi temperatur 60, 65 pada corong pisah.
dan 70ºC serta temperatur 65ºC dengan penambahan Menurut Herry Santoso (2013), ada beberapa faktor
THF. Sebanyak 30 g minyak jelantah hasil adsorpsi yang mempengaruhi jalannya proses reaksi
direaksikan dengan metanol sebanyak 20 gram dan transesterifikasi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
ditambahkan 1,5 g lempung termodifikasi yang internal yang berasal dari kandungan dalam bahan
berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat baku/minyak yaitu kandungan air dan juga asam
proses reaksi. Konsentrasi katalis yang digunakan lemak bebas. Sedangkan faktor eksternal adalah rasio
adalah 0,5 – 4%. Reaksi tranesterifikasi digambarkan minyak dengan metanol, temperatur, kecepatan
sebagai berikut ( Isalmi, dkk, 2011): pengadukan, katalis dan waktu reaksi.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hasil dari
reaksi tansesterifikasi ini adalah berupa metil ester
dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan memiliki
warna yang lebih terang, agak jernih dan encer. Hal
ini dikarenakan hasil reaksi dengan pelarut organik
tertentu, dalam hal ini adalah metanol. Sedangkan
gliserol yang dihasilkan berwarna coklat gelap dan
lebih kental dibandingkan dengan metil ester.
Perbandingan warna minyak jelantah, minyak
Gambar 3.6 Reaksi Pembentukan Metil Ester jelantah teradsorpsi, biodiesel, dan gliserol dapat di
lihat pada gambar 3.8

6
terbanyak berada pada temperatur 65ºC dengan
konversi sebesar 86,19% atau 25,8892 gram.
Sementara itu, pada temperatur 60ºC menghasilkan
konversi biodiesel sebesar 67,74% atau 20,3340 gram
dan hasil konversi biodiesel yang paling sedikit yaitu
pada temperatur 70ºC dengan hasil konversi sebesar
(a) (b) (c) (d) 52,08% atau 15,6437 gram. Berikut adalah gambar
grafik hubungan temperatur terhadap rendemen
Gambar 4.8 Perbandingan Warna (a) Minyak biodiesel.
Jelantah, (b) Minyak Jelantah Teradsorpsi, (c) 100
Biodiesel, (d) Gliserol
3.3. Pengaruh Temperatur terhadap Rendemen 80

Rendemen %
Biodiesel 60
Temperatur merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas biodiesel yang 40
dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak
20
jelantah. Pada umumnya semakin tinggi temperatur,
maka semakin banyak jumlah minyak jelantah yang
0
terkonversi menjadi biodiesel, dengan kata lain
55 60 65 70 75
temperatur tinggi akan mempercepat laju reaksi. Akan
tetapi pengaruh temperatur terhadap kelarutan zat Temperatur
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya
seperti pada minyak jelantah dan metanol. Gambar 3.9 Grafik Hubungan Temperatur terhadap
Penelitian ini menggunakan variasi temperatur Rendemen Biodiesel
60, 65, dan 70ºC. Hal ini dilakukan untuk mengetahui Berdasarkan gambar grafik tersebut, dapat
pengaruh temperatur terhadap reaksi transesterifikasi dilihat bahwa rendemen biodiesel yang dihasilkan
pada minyak jelantah dalam proses pembuatan meningkat dari temperatur 60ºC ke 65ºC. Sedangkan
biodiesel dan juga untuk mendapatkan temperatur pada temperatur 70ºC rendemen biodiesel yang
optimal yang menghasilkan biodiesel dengan jumlah dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini terjadi
terbanyak. karena pada temperatur yang lebih tinggi di atas titik
Dudung (2019), menjelaskan temperatur yang didih metanol (64,7ºC) akan menyebabkan metanol
tinggi dapat mempengaruhi laju reaksi karena menguap terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan
meningkatnya energi kinetik selama proses reaksi. trigliserida sehingga hasil yang diperoleh menjadi
Peningkatan temperatur memberikan energi pada tidak maksimal. Pada temperatur 65ºC lebih
molekul untuk bergerak lebih cepat, sehingga lebih mendekati titik didih metanol sehingga akan lebih
mudah untuk memecahkan ikatan karbon dalam banyak metanol yang bereaksi dengan trigliserida
trigliserida dengan bantuan metanol dan lempung. maka akan menghasilkan metil ester atau biodiesel
yang lebih banyak pula. Isalmi, dkk (2011)
Tabel 3.2 Sintesis Biodiesel menjelaskan bahwa proses transesterifikasi akan
berlangsung lebih cepat dan optimal bila temperatur
dinaikkan mendekati titik didih metanol (64,7ºC).
Faktor lain yang juga berhubungan dengan temperatur
yang dapat mempengaruhi proses reaksi
transesterifikasi adalah kondensor yang kurang dingin
mengakibatkan kondensasi metanol yang menguap
saat proses transesterifikasi tidak sempurna.
Berdasarkan tabel 3.2, sintesis biodiesel Pada temperatur 65ºC dengan penambahan 10
tersebut, terlihat bahwa hasil konversi biodiesel gram THF, konversi biodiesel adalah sangat besar

7
yaitu 93,71% atau 28,1574 gram. Hasil ini lebih Tabel 3.3 Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah
banyak dari temperatur 65ºC (tanpa THF). Hal ini pada Temperatur 60ºC
disebabkan karena THF akan meningkatkan kelarutan
trigliserida dalam metanol sehingga reaksi
berlangsung secara cepat. Meskipun demikian
recovery metanol untuk terpisah dengan THF akan
lebih susah karena selisih titik didih metanol (64,7ºC)
dan THF (66ºC) tidak cukup besar.

Gambar 4.10 Hasil Biodiesel pada temperatur 65ºC


dengan Penambahan THF
Metil ester yang dominan adalah metil ester
3.4 Analisis GC-MS asam heksadekanoat (C17H34O2) yang kandungannya
34,65% ; Metil ester Asam 10-Oktadekanoat
Hasil biodiesel yang sudah diperoleh (C19H36O2) yang kandungannya 23,43% ; Metil Ester
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Asam 9,12-Heksadekanoat (C19H34O2) yang
Kromatograsi Gas – Spektrofotometer Massa (GC- kandungannya 13,87%.
MS) untuk mengetahui kandungan dan komposisi zat
secara pasti dari biodiesel yang dihasilkan. GC-MS Tabel 3.4 Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah
merupakan gabungan metode analisa antara GC dan untuk pada Temperatur 65ºC
MS. Gas chromathography (GC) adalah metode
pemisahan yang digunakan untuk menganalisa
senyawa yang mudah menguap. Mass spectrometer
(MS) adalah instrument metode analisis yang dipakai
untuk identifikasi dan penentuan struktur dari
komponen sampel (McNaird an Bonelli, 1998).
Data yang dihasilkan berbentuk kromatogram
GC-MS yang terdiri dari jumlah peak (puncak) yang
menunjukkan jumlah komponen yang terdapat dalam
sampel dan luas peak yang menunjukkan konsentrasi
komponen (Dudung, 2019).

Metil ester yang dominan adalah metil ester


asam 10-undekanoat (C12H22O2) yang kandungannya
66,35% ; metil ester asam 10-oktadekanoat

8
(C19H36O2) dengan kandungannya 11,93% ; dan metil Metil ester yang dominan adalah metil ester
ester asam heksadekanoat (C19H34O2) yang asam heksadekanoat (C17H34O2) dengan
kandungannya 4,86% kandungannya sebesar 44,97% ; metil ester asam 10-
oktadekanoat (C19H36O2) dengan kandungannya
Tabel 3.5 Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah sebesar 33,16% ; dan metil ester asam 9,12-
pada Temperatur 70ºC heksadekadionat (C19H34O2) dengan kandungannya
sebesar 14,67%.
Berdasarkan kromatogram hasil
transesterifikasi minyak jelantah pada temperatur
60ºC, 65ºC, 70ºC dan transesterifikasi minyak
jelantah dengan penambahan THF pada temperatur
65ºC, masing-masing katalis menghasilkan metil ester
yang hampir sama. Metil ester yang dominan dari
semua perlakuan adalah metil ester asam 10-
Undekanoat dengan kandungannya sebesar 66,35%
dan waktu retensi = 44,884.
Penambahan THF pada temperatur 65ºC
menghasilkan jumlah metil ester meningkat. Hal
tersebut disebabkan karena THF dapat meningkatkan
kelarutan trigliserida dalam metanol sehingga metil
ester yang dihasilkan lebih banyak.

4. Kesimpulan
1. Karakteristik lempung termodifikasi untuk
Metil ester yang dominan adalah metil ester kandungan silika (Si) dan alumina (Al)
asam heksadekanoat (C17H34O2) dengan diperoleh Si = 34,77% dan Al =5,67%, lempung
kandungannya sebesar 44,65% ; metil ester asam 10- termodifikasi diidentifikasi mengandung Si-O
oktadekanoat (C19H36O2) dengan kandungannya dan Al-O. Mineral yang terkandung dalam
sebesar 39,87% ; dan metil ester asam 9,12- lempung termodifikasi adalah gismondine,
oktadekadinoat (C19H34O2) dengan kandungannya mordenite, sodalite dan quartz. Lempung
sebesar 7,13%. termodifikasi rasio Si/Al = 15 dapat
meningkatkan berlangsungnya proses
Tabel 3.6 Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah transesterifikasi dalam sintesis biodiesel dari
dengan Penambahan THF pada Temperatur 65ºC minyak jelantah.
2. Temperatur optimal untuk menghasilkan
rendemen biodiesel dari proses transesterifikasi
minyak jelantah adalah 65ºC dengan hasil
rendemen sebanyak 86,20%, dimana pada
temperatur ini bila ditambahkan THF sebanyak
10 gram, maka hasil rendemen dapat meningkat
sebesar 93,71%.
3. Senyawa dominan dari sintesis biodiesel dari
minyak jelantah dalam penelitian ini adalah
metil ester asam 10-Undekanoat (C12H22O2)
dengan kandungannya sebesar 66,35%
4. Rendemen biodiesel yang diperoleh dengan
variasi temperatur 60, 65 dan 70ºC masing-
masing sebesar 67,74 %, 86,19%, dan 52,08%.
Sedangkan pada temperatur 65ºC dengan

9
penambahan THF diperoleh hasil rendemen Erna, W. I. H., Auxilia, F. W. P., Putri, H., Mardiah.
sebesar 93,71%. 2016. Proses Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Ampas Tebu Untuk
Pembuatan Sabun Padat. Jurnal Integrasi
5. Daftar Pustaka Proses Vol. 6, No. 2 (Desember 2016) 57 –
63.
Abdullah., Savitri. A., Irwan. A. 2017. Pengaruh
Temperatur Dan Waktu Reaksi Pada Erry, I. R., 2016. Pemanfaatan Minyak Jelantah
Karakteristik Biodiesel Hasil Sebagai Biodiesel: Kajian Temperatur dan
Transesterifikasi Minyak Sawit Dengan Waktu Reaksi Transesterifikasi. Jurnal Ilmu-
Sistem Pelarut Petroleum Benzin. Jurnal ilmu Teknik-Sistem, Vol. 12 No. 3.
Sains dan Terapan Kimia, Vol. 11, No. 1 Giwangkara, S.E.G., 2006, Aplikasi Logika Syaraf
(Januari 2017), 37-44 Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari Minyak Bumi
Agung, C. 2019. Sintesis Biodiesel dari Minyak Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah
Jelantah Menggunakan Katalis Heterogen - Transformasi Fourier (FT-IR), Sekolah
dari Lempung Termodifikasi. Skripsi. Tinggi Energi dan Mineral, Cepu - Jawa
Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih, Tengah
Jayapura Grim, R. E. 1959. Bentonites, Geology, Mineralogy,
Ambarita, Mery Tambaria Damanik. 2004. Studi Properties, and Uses. Amsterdam, Oxford,
Tentang Transesterifikasi Minyak Goreng New York: Elsevier Scientific Publishing
Bekas (Rasio Molar Substrat, Waktu dan Company.
Suhu Reaksi). Jurnal Ilmu dan Teknologi Haryanto, B. 2000. Studi Neraca Energi Pembuatan
Pangan. Volume 2, No. 1, April 2004: 107- Biodiesel dari Minyak Sawit. Tesis. ITB,
115. Aziz, Isalmi, Siti Nurbayti dan Badrul Bandung.
Ulum. Hidayati, N., Ariyanto. T. S., Septiawan. H. 2017.
Amrin dan Dita Ardilla. 2003. Analisis Besi (Fe) dan Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas
Aluminium (Al) dalam Tanah Lempung Menjadi Biodiesel Dengan Katalis Kalsium
Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Oksida. Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1
Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Negeri No. 1, April 2017.
Padang. Padang. Hindrayawati, N dan Alimuddin.2010.Sintesis dan
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-sifat Karakterisasi Silika Gel dariAbu Sekam Padi
Fisis dan GeoteknisTanah (Mekanika tanah). Dengan Menggunakan Natrium Hidroksida
PT. Erlangga. Jakarta. (Hal. 6) (NaOH).Jurnal Kimia Mulawarman. Vol. 7,
Braja, M, D. 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip No. 2. Hlm. 75-77.
Rekayasa Geoteknis). Erlangga. Jakarta. Hussain, S. Z. dan Maqbool, K., (2014). GC-MS:
Drozd, J., 1985, Chemical Derivatization in Gas Principle, Technique and Its Application in
Chromatography, Journal of Food Science. International Journal of
Chromatography Library, 19 Current Science. 13. 116-126.
Dudung, F. G. 2019. Pengaruh Suhu Terhadap Reaksi Ioelovich M Y dan Veveris G P. 1987. Determination
Transesterifikasi Minyak Jelantah Menjadi of cellulose crystallinity by x-ray diffraction
Biodiesel Menggunakan Katalis Lempung method. Journal of Wood Chemistry. 5:72-
Termodifikasi/NaN3. Skripsi. Fakultas MIPA 80.
Universitas Cenderawasih, Jayapura. Isalmi, A., Siti, N., Badrul, U. 2011. Pembuatan
Dyah, N. U. 2018. KAJIAN JENIS MINERALOGI produk biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
LEMPUNG DAN IMPLIKASINYA dengan Cara Esterifikasi dan
DENGAN GERAKAN TANAH. Jurnal Transesterifikasi. Jurnal Valensi Vol. 2 No.
Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, 3, Nop 2011 (443-8).
Tahun 2018 Kunusa R W et al. 2018. FTIR, XRD and SEM
analysis of microcrystalline cellulose (MCC)

10
fibers from corncorbs in alkaline treatment. SNI. 2006. Standar Nasional Indonesia Biodiesel.
IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Series. 102:8012199. SoetaredjoFE, AyucitraA, IsmadjiS, Maukar AL.
Lambe, T. W. & Whitman, R. V. (1969). Soil 2011. KOH/bentonite catalyst for
Mechanics, Jhon Willey and Son, Inc., New transesterification of Palm oil to biodiesel.
York. Applied Clay Sciences. Elsevier53:341-346.
McNair, H.M., dan E.J. Bonelli. 1998. Dasar Soerawidjaja, T. H., A. Tahar, U. W. Siagian, T.
Kromatografi gas. Penerbit ITB Bandung. Prakoso, I. K. Reksowardojo, dan K. S.
Bandung. Halaman 1 -173 Permana. 2005. Studi Kebijakan Biodiesel di
Muslim, M. 2014. Karakterisasi Sifat Fisika Kimia Indonesia. Lembaga Pengabdian dan dan
Lempung dari Daerah Kecamatan Watu Pemberdayaan Masyarakat. ITB. Bandung.
Limo dan Durenan Kabupaten Trenggalek. Sparkman, O.D., Penton, Z., Fulton, G., 2011, Gas
Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Sains dan chromatography and mass spectrometry : a
Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) practical guide, Elsevier
Maulana Malik Ibrahim. Malang. Syamsidar, HS. 2013. Pembuatan dan Uji Kualitas
Nyquist, R.A. and Kagel, R.O. 1971. Infrared Spectra Biodiesel dari Minyak Jelantah. Jurnal
of Inorganic Compounds. New York : Teknosains,Volume 7. Nomor 2. hlm: 209-
Academic Press. 218.
Prihatin, Setyobudi, 2010, Mineral Lempung, Thermo Nicolet. 2001. Introduction to Fourier
http//www.BukanDongeng Geologi.co.id. Transform Infrared Spectrometry. Thermo
Diakses pada tanggal 3 Februari 2020 Nicolet Corporation : Madison – USA
Retno Ummy Asthasari.2008 Kajian Proses Wahyuni. S., Sri. K., Latifah. 2011. Sintesis Biodiesel
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Dari Minyak Jelantah Sebagai Sumber
dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan Energi Alternatif Solar. Jurnal Sainsteknol
Kosong Sawit. Skripsi. Fakultas Teknologi Vol. 9 No. 1 Juli 2011.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wibowo, Widajanti. 2004. Kapita Selekta Kimia Fisik
Ritonga, M.Y., Giovani, R.R.M. 2016. Pembuatan III, Katalis Heterogen dan Reaksi Katalis.
Metil Ester Dari Minyak Kemiri Sunan Depok: Departemen Kimia, FMIPA UI.
Dengan Keberadaan Co-Solvent Aseton Dan
Yuliani, E., Nurhayati., Erman.2012. Intensitas
Katalis Heterogen Natrium Silikat
Biodiesel Menggunakan Katalis Lempung Palas
Terkalsinasi. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.
: Aktivasi NaOH dan Kalsinasi pada 500ºC.
5, No. 3 (September 2016)
Fakultas MIPA. Kampus Binawidya, Pekanbaru.
Salim, I., Lepa, A.A., dan Kafiar, F.P. 2018.
Modification of Clay Through and Without
Fusion Treatment for Catalyst of Biodiesel
Synthesis from Used Cooking Oil.
International Journal of ChemTech
Research Vol.11 No.10, pp 308-14, 2018.
Salim, I., Lepa, A.A., dan Kafiar, F.P. 2019. Biodiesel
Synthesis Through Transesterification of
Used Cooking Oil Using NaN3/Modified
Clay Catalyst and The Effect of Acetone as
Co-Solvent. International Journal of
ChemTech Research Vol.12 No.06, pp 46-56,
2019.
SII. 1972. Mutu dan Cara Uji Minyak Goreng.
Departemen Perindustrian Republik
Indonesia, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai