ABS TR AK
Biodiesel adalah senyawa metil ester yang disintesa melalui reaksi transesterifikasi
minyak nabati dan lemak hewani. Dalam transesterifikasi, trigliserida bereaksi dengan
alkohol dengan adanya katalis. Pada penelitian ini digunakan KOH/zeolit sebagai katalis
heterogen dalam proses transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi metil ester
(biodiesel). Zeolit adalah kristal alumina silika yang tersusun atas logam alkali dan alkali
tanah. Pada penelitian ini, beberapa variabel penelitian seperti konsentrasi KOH
optimum pada proses modifikasi zeolit sebagai katalis dan waktu reaksi optimum
ditentukan untuk menghasilkan biodiesel berkualitas tinggi dari minyak kelapa sawit.
Katalis KOH/zeolit dimodifikasi dengan proses perendaman zeolit dari Pacitan dalam
larutan kalium hidroksida dengan berbagai konsentrasi: 25gr/100mL, 50gr/100mL,
75gr/100mL, dan 100gr/100mL. Perbandingan massa antara zeolit dan larutan KOH
adalah 1:4% berat. Perbadingan KOH/zeolit 100gr/100mL adalah perbandingan terbaik
dengan menghasilkan yield biodiesel sebesar 96,44% pada suhu reaksi 60°C selama 2
jam dengan perbandingan mol minyak kelapa sawit dan metanol sebesar 1:7 dan katalis
sebanyak 3% berat minyak kelapa sawit. Katalis termodifikasi dikarakterisasi dengan
beberapa metode yaitu XRD, EDX, dan SEM.
Kata kunci: biodiesel; transesterifikasi; katalis padat; zeolit; minyak kelapa sawit
1. Pendahuluan Pada metode homogen, reaktan, katalis, dan metil
ester berada pada fasa likuid, yang mengakibatkan
Bahan bakar minyak bumi merupakan sumber sulitnya proses pemisahan katalis dari produk pada
energi utama yang digunakan oleh sebagian besar akhir reaksi [4]. Di sisi lain, katalis basa homogen
negara‐negara di dunia. Penggunaan terus menerus seperti natrium hidroksida tidak dapat digunakan
dari sumber energi yang tak dapat diperbaharui ini kembali setelah reaksi dan juga menghasilkan
menyebabkan menurunnya kuantitas sumber daya limbah cair yang beracun [5]. Katalis padat
minyak bumi. Beberapa sumber energi alternatif merupakan pilihan baru untuk menggantikan katalis
telah ditemukan dan dikembangkan, salah satunya homogen berdasarkan korosivitasnya yang lebih
adalah biodiesel. Biodiesel dianggap sebagai rendah, kemudahannya untuk dipisahkan, dapat
sumber energi pengganti bahan bakar minyak bumi digunakan kembali, dan menghasilkan limbah
karena kemiripannya dengan bahan bakar mesin beracun dalam jumlah yang lebih sedikit [6].
diesel [1]. Secara kimia, biodiesel merupakan Dewasa ini, banyak dilakukan penelitian dalam
senyawa metil ester rantai panjang yang dapat mengembangkan katalis heterogen dalam bentuk
diproduksi melalui proses transesterifikasi minyak padat. Katalis padat yang telah dikembangkan dan
nabati atau lemak hewani [2]. Proses ini biasanya digunakan untuk proses transesterifikasi minyak
berlangsung dengan bantuan katalis homogen basa nabati misalnya logam alkali dan alkali tanah yang
atau asam dengan tujuan untuk menurunkan suhu diimpregnasi dalam Al2O3 [1], [3], alum [7], K2CO3
reaksi serta mengatur selektivitas hasil reaksi [3]. yang diimpregnasi dalam alumina/silika [8], kalsium
oksida [9], campuran oksida kalsium‐seng [10], sehingga memiliki luas permukaan yang cukup
quick lime bit [11], mesoporous molecular sieves besar yang dapat dimanfaatkan dalam pemurnian
MCM‐41 [12], dan KOH yang diimpregnasi dalam minyak dan industri petrokimia, adsorben,
bentonit [5], dan lain‐lain. Biaya produksi dalam pemisahan gas, agrikultur dan holtikutur, serta
penggunaan bahan‐bahan padat sebagai katalis katalis. Zeolit alam dapat digunakan sebagai metal
untuk produksi biodiesel harus diperhatikan. Untuk support catalyst yaitu katalis pengemban logam.
mengurangi biaya produksi, katalis padat harus Pengembanan logam‐logam tersebut pada zeolit
relatif murah dan tersedia dalam kapasitas besar. akan mendistribusikannya secara merata pada
Zeolit merupakan kristal alumina silika dengan permukaan pengemban, sehingga menambah luas
struktur kerangka tiga dimensi yang membentuk permukaan spesifik sistem katalis secara
dimensi molekuler pori‐pori dengan ukuran keseluruhan [13].
seragam [13]. Zeolit memiliki karakteristik kimia
yang penting diantaranya sebagai adsorben yang 2.2. Biodiesel
selektif, resin penukar ion, serta katalis dengan
aktivitas katalitik tinggi. Beberapa bahan padat Biodiesel merupakan senyawa metil ester dengan
telah dikembangkan dan digunakan sebagai katalis asam lemak rantai panjang seperti laurat, palmitat,
heterogen maupun sebagai support katalis dalam stearat, oleat, dan lain‐lain. Biodiesel merupakan
produksi biodiesel seperti dijelaskan di atas, namun bahan bakar alternatif dari sumber daya terbarukan
penelitian tentang pemanfaatan bahan alam seperti (renewable resources), dengan komposisi ester
zeolit sebagai katalis maupun support katalis masih asam lemak dari minyak nabati antara lain: minyak
jarang. kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar,
Penelitian ini difokuskan pada proses minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30
modifikasi zeolit alam dengan metode impregnasi macam tumbuhan Indonesia yang memiliki
KOH sehingga dapat digunakan sebagai katalis potensial untuk dijadikan bahan baku pembuatan
dalam proses transesterifikasi minyak kelapa sawit. biodiesel [15].
Dalam penelitian ini digunakan katalis alam dari Sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel
Pacitan (Jawa Timur, Indonesia). Menurut memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
pengamatan kami, belum ada informasi memadai bahan bakar minyak bumi diantaranya: ramah
mengenai pemanfaatan katalis alam sebagai katalis lingkungan, emisi pencemaran udara yang relatif
maupun support katalis dalam produksi biodiesel. rendah, dapat terurai secara alami (biodegradable),
Pada penelitian ini, zeolit digunakan sebagai dan bisa digunakan tanpa memerlukan proses
support katalis, pengaruh konsentrasi KOH dan modifikasi mesin. Biodiesel dihasilkan melalui reaksi
kondisi reaksi transesterifikasi terhadap yield transesterifikasi, yaitu reaksi antara minyak nabati
biodiesel juga diamati. atau lemak hewani dengan alkohol menghasilkan
alkil ester (biodiesel) dan hasil samping gliserol
2. Tinjauan Pustaka dengan bantuan katalis [1]. Katalis digunakan untuk
meningkatkan kecepatan reaksi dan yield produk.
2.1. Zeolit Karena reaksi ini merupakan reaksi bolak‐balik
(reversible), dibutuhkan alkohol berlebih untuk
Zeolit didefinisikan sebagai kristal alumina silika menggeser kesetimbangan ke arah produk [6].
berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari Konversi trigliserida menjadi metil ester atau etil
tetrahedral alumina dan silika dengan rongga‐ ester melalui proses transesterifikasi dapat
rongga di dalam yang berisi ion‐ion logam, biasanya mengurangi berat molekul trigliserida hingga
alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat sepertiganya dan mengurangi viskositas hingga
bergerak bebas [14]. Secara kimia zeolit dapat seperdelapannya, serta sedikit meningkatkan titik
dinyatakan dengan rumus empiris nyalanya [15].
M2/nO.Al2O3.ySiO2.wH2O, dimana y adalah 2 atau
lebih besar, n adalah valensi kation, dan w 3. Metode
melambangkan air yang terkandung di dalam pori‐
porinya. Hingga saat ini, telah ditemukan 40 jenis 3.1. Material
zeolit alam dan lebih dari 140 jenis zeolit sintetis
[13]. Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini
Potensi zeolit alam di Indonesia sangat besar didapatkan dari Pacitan, Jawa Timur, Indonesia.
karena sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari Jenis zeolit serta komposisi kristal zeolit dianalisa
gunung berapi yang merupakan sumber mineral dengan X‐ray Diffraction (XRD) menggunakan
zeolit. Zeolit alam merupakan material mikropori, Philips Analytical. Kandungan unsur kalium dalam
zeolit dianalisa dengan Energy‐dispersive X‐ray TEM. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui
spectrometry (EDX) menggunakan Philips Tecnai F20 morfologi dari partikel zeolit sebelum dan sesudah
G2 FEI‐TEM. Minyak kelapa sawit sebagai bahan proses modifikasi serta setelah digunakan untuk
baku produksi biodiesel didapatkan dari Bimoli. reaksi transesterifikasi.
Metanol serta kalium hidroksida analitis didapatkan
dari Merck. 3.4. Transesterifikasi
3.2. Modifikasi katalis Transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi
biodiesel dilakukan dalam labu leher tiga (500 mL)
Proses modifikasi katalis dilakukan dengan proses yang dilengkapi dengan kondenser reflux, indikator
perendaman partikel zeolit dari Pacitan dalam suhu, serta motor pengaduk. Reaktor diletakkan
larutan kalium hidroksida dengan berbagai pada sebuah penangas air yang dilengkapi dengan
konsentrasi: 25 gram padatan KOH dalam 100 mL pengatur suhu. Metanol dan katalis termodifikasi
aquades (25gr/100mL), 50 gram padatan KOH dengan jumlah tertentu dimasukkan ke dalam
dalam 100 mL aquades (50gr/100mL), 75 gram reaktor kemudian dipanaskan hingga 60°C sambil
padatan KOH dalam 100 mL aquades (75gr/100mL), diaduk dengan kecepatan pengadukan 500 rpm.
dan 100 gram padatan KOH dalam 100 mL aquades Secara perlahan‐lahan, dimasukkan 125 mL minyak
(100gr/100mL). Perbandingan massa antara zeolit kelapa sawit ke dalam reaktor. Perbandingan mol
dan larutan KOH adalah 1:4. antara minyak kelapa sawit dan metanol yang
Proses modifikasi katalis dilakukan dalam labu digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 1:7.
leher tiga dengan kondenser reflux, termometer, Katalis yang digunakan sebanyak 3% dari berat
dan magnetic stirrer. Proses impregnasi zeolit minyak kelapa sawit (3,4 gram). Proses
dengan larutan KOH dilakukan pada suhu 60°C transesterifikasi dijalankan selama 1‐4 jam. Pada
selama 2 jam, kemudian campuran diletakkan akhir reaksi, katalis dipisahkan dari hasil reaksi
dalam oven bersuhu 60°C selama 24 jam. Setelah menggunakan filtrasi vakum. Katalis yang telah
proses impregnasi selesai, katalis termodifikasi terpisah kemudian dibilas dengan menggunakan n‐
dipisahkan dari larutan KOH menggunakan filtrasi heksana (100 mL) dan dikeringkan dalam oven
vakum. Katalis termodifikasi yang tertahan di kertas bersuhu 110°C selama 24 jam untuk menghilangkan
saring kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu kandungan n‐heksana. Katalis yang telah kering
110°C selama 24 jam untuk menghilangkan dapat digunakan kembali untuk reaksi
kandungan air. Setelah 24 jam, katalis termodifikasi transesterifikasi. Sementara itu, campuran hasil
kemudian dikalsinasi pada suhu 450°C selama 4 reaksi dimasukkan ke dalam corong pemisah dan
jam. didiamkan selama 24 jam agar metil ester
(biodiesel) dan gliserol terpisah sempurna. Lapisan
3.3. Karakterisasi katalis gliserol kemudian dipisahkan dari lapisan metil
ester secara gravitasi. Metil ester yang telah
Metode X‐ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk terpisah kemudian dipanaskan pada suhu 80°C
menganalisa jenis dan komposisi kristal dari zeolit. untuk menghilangkan sisa metanol.
Analisa XRD dilakukan menggunakan Philips
Analytical dilengkapi dengan anode Cu 2,2 kW 4. Hasil dan diskusi
untuk menghasilkan radiasi CuKα (1,54056 Å)
digunakan sebagai sumber X‐ray untuk 4.1. Karakterisasi minyak kelapa sawit
menghasilkan pola XRD pada kondisi operasi (40 kV
dan 40mA). Sampel yang telah disiapkan diletakkan Analisa sifat fisis dan kimia meliputi densitas (ASTM
pada X‐ray beam. Detektor memindai intensitas dari D1298,2005) [16], viskositas kinematik (ASTM D445‐
radiasi yang terdifraksi dan posisi puncak (peak) dari 10,2010) [17], kandungan asam lemak bebas (free
sampel sebagai fungsi dari 2Θ dengan kisaran 10°‐ fatty acid) dilakukan pada minyak kelapa sawit.
90° (2Θ). Pola XRD kemudian dibandingkan dengan Hasil analisa karakteristik minyak kelapa sawit dapat
pola standar untuk mengetahui fasa kristalnya. dilihat pada Tabel 1
Energy‐dispersive X‐ray spectrometry (EDX)
dilakukan dengan Philips Tecnai F20 G2 FEI‐TEM Tabel 1. Karakteristik minyak kelapa sawit.
untuk menentukan komposisi unsur kalium dari Karakteristik Jumlah
zeolit mentah, zeolit termodifikasi, serta zeolit yang Densitas pada 25°C, kg/L 0,9016
telah digunakan untuk reaksi transesterifikasi. Viskositas kinematik pada 23,4°C, cSt 70,9
Scanning Electron Micrographs (SEM) Kandungan asam lemak bebas, % 0,02
dilakukan menggunakan Philips Tecnai F20 G2 FEI‐
transesterifikasi. Hasil analisa SEM ditampilkan pada
4.2. Karakterisasi katalis Gambar 3. Dari hasil analisa, dapat diketahui bahwa
struktur makro dari zeolit tidak berubah setelah
4.2.1. X‐ray diffraction (XRD) kalsinasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
zeolit memiliki stabilitas termal yang baik sehingga
Pola XRD untuk zeolit mentah ditampilkan pada tidak rusak meskipun dikalsinasi pada suhu tinggi.
Gambar 1. Pola XRD untuk zeolit mentah Struktur permukaan dari zeolit sebelum dan
menunjukkan puncak difraksi pada 2Θ = 12,4°; sesudah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi juga
19,4°; 29,9°; 37,1°; 45°; 56°, dan 60,6°. Analisa XRD tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini
pada zeolit mentah menunjukkan bahwa zeolit alam mengindikasikan bahwa gugus aktif yang menempel
dari Pacitan yang digunakan dalam penelitian ini pada permukaan zeolit tidak banyak hilang karena
tergolong jenis mordenit. terleaching selama berlangsungnya reaksi
transesterifikasi.
Gambar. 1 ‐ Pola XRD zeolit mentah
Pola XRD untuk zeolit termodifikasi (a)
ditampilkan pada Gambar 2. Pola XRD untuk zeolit
termodifikasi menunjukkan munculnya fasa K2O
pada 2Θ = 12,3°; 25,6°; 29,6°; 32°; 38,8°; 41,6°;
48,9°; 51,3°; 53,6°; 55°; 57,8°; 60,9°; dan 62,8°. Hasil
ini sesuai dengan hasil analisa XRD katalis zeolit
NaY/KOH yang dilaporkan oleh Noiroj [1]. Menurut
Noiroj, K2O memiliki aktivitas katalitik yang tinggi.
Terbentuknya K2O merupakan indikasi bahwa KOH
yang terdapat pada permukaan dan matriks zeolit
berubah menjadi K2O selama proses kalsinasi
seperti yang terlihat pada pola XRD.
(b)
Gambar. 2 – Pola XRD zeolit termodifikasi
4.2.2. Scanning electron micrographs (SEM) (c)
Gambar. 3 – (a) SEM micrographs dari katalis zeolit
Analisa SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi mentah, (b) zeolit termodifikasi, dan (c) zeolit
permukaan zeolit mentah, zeolit termodifikasi, serta setelah reaksi
zeolit yang telah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi
basa yang memiliki aktivitas katalitik tinggi dalam
4.2.3. Energy‐dispersive X‐ray spectrometry (EDX) reaksi transesterifikasi. Semakin banyak gugus K2O
yang terbentuk akan meningkatkan tingkat
Analisa EDX dilakukan untuk mengetahui jumlah kebasaan dari katalis. Pada reaksi transesterifikasi
kandungan unsur kalium dalam zeolit sebelum menggunakan katalis KOH/zeolit dengan
modifikasi, setelah modifikasi, dan setelah konsentrasi 25gr/100mL, tidak didapatkan adanya
digunakan untuk 3 kali siklus reaksi transesterifikasi. biodiesel yang terbentuk. Hal ini disebabkan
Analisa ini dilakukan untuk memeriksa kapasitas senyawa K2O yang terbentuk dalam zeolit tidak
gugus aktif dalam katalis untuk proses penggunaan cukup memadai untuk meningkatkan laju reaksi
kembali (reuse) serta jumlah gugus aktif yang transesterifikasi dan yield produk.
terleaching selama 3 kali siklus reaksi (lihat Tabel 2).
120
Yield biodiesel, %
Zeolit mentah 3,01 60
Zeolit termodifikasi 45,34
40
Zeolit setelah 3 kali siklus reaksi 43,80
20
Hasil analisa menunjukkan adanya peningkatan 0
kandungan unsur kalium dalam zeolit setelah proses
modifikasi. Hal ini membuktikan bahwa proses 25 50 75 100
impregnasi KOH ke dalam matriks dan permukaan Konsentrasi KOH, gram/100mL
zeolit berlangsung sempurna.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa sebanyak Gambar. 4 – Yield biodiesel sebagai fungsi
3,39% kandungan kalium terleaching selama 3 kali konsentrasi KOH
siklus reaksi transesterifikasi. Konsentrasi unsur K
sebagai gugus aktif tidak berubah secara signifikan 4.3.2. Pengaruh waktu reaksi
meskipun telah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi.
Dalam katalis heterogen, gugus aktif diusahakan Untuk mengetahui kondisi optimum dalam reaksi
tidak terleaching dari solid support. Jika jumlah transesterifikasi, maka reaksi transesterifikasi
gugus aktif yang terleaching selama reaksi dilakukan dalam berbagai variasi waktu antara 1‐4
transesterifikasi besar, maka gugus aktif dapat jam. Dari data yang diperoleh pada Gambar 5, yield
berlaku sebagai katalis homogen, dan kelebihan‐ biodiesel optimum didapatkan melalui reaksi
kelebihannya sebagai katalis heterogen hilang. Hasil transesterifikasi yang berlangsung selama 2 jam.
dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan Yield biodiesel semakin meningkat dari awal
unsur K dalam zeolit lebih terikat pada bagian berlangsungnya reaksi hingga waktu 2 jam.
matriks zeolit sehingga jumlah gugus aktif di Selanjutnya yield biodiesel cenderung menurun
permukaan zeolit yang terleaching relatif kecil. seiring bertambahnya waktu reaksi.
100
4.3. Transesterifikasi
95
Yield biodiesel, %
4.3.1. Pengaruh konsentrasi KOH dalam katalis
90
Sejumlah zeolit dimodifikasi dengan berbagai variasi
konsentrasi KOH yaitu 25gr/100mL, 50gr/100mL,
85
75gr/100mL, dan 100gr/100mL. Dari Gambar 4, 50 gr/100 mL
75 gr/100 mL
didapatkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi 100 gr/100 mL
KOH yang digunakan dalam proses modifikasi zeolit, 80
maka semakin besar yield biodiesel yang dihasilkan. 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5
Turunnya yield biodiesel setelah 2 jam reaksi pompa injeksi, namun jika viskositasnya terlalu
dikarenakan reaksi transesterifikasi merupakan tinggi akan menghasilkan tetesan‐tetesan yang
reaksi bolak‐balik (reversible) sehingga terjadi lebih besar sehingga dapat menyebabkan
pergeseran kesetimbangan. Setelah 2 jam, terjadi pembakaran yang tidak sempurna [5]. Titik nyala
pergeseran kesetimbangan ke arah reaktan karena [18] berhubungan dengan pembakaran bahan bakar
bertambahnya konsentrasi produk. Hal ini serta keamanan dan penanganan bahan bakar.
mengakibatkan yield biodiesel cenderung menurun Karena nilai titik nyala biodiesel dari minyak kelapa
setelah jam ke‐2 hingga suatu saat yield biodiesel sawit dengan katalis KOH/zeolit lebih tinggi
cenderung konstan. daripada SNI, maka biodiesel hasil penelitian ini
aman untuk penanganan dan penyimpanan dalam
4.3.3. Stabilitas katalis jangka waktu tertentu sehingga dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar mesin diesel.
Stabilitas katalis merupakan kriteria penting dalam
proses produksi biodiesel. Selain dapat dipisahkan Tabel 3. Perbandingan karakteristik biodiesel hasil
dari produk, katalis heterogen juga harus dapat penelitian dengan Standar Nasional Indonesia
digunakan kembali untuk proses yang sama. (SNI‐04‐7182‐2006) [19]
Untuk mengetahui stabilitas dari katalis Hasil
Karakteristik SNI
KOH/zeolit, maka katalis digunakan berulang‐ulang penelitian
untuk 3 kali siklus reaksi transesterifikasi. Hasilnya Viskositas kinematik
3,8 1,9‐6,0
didapatkan bahwa katalis zeolit alam menghasilkan pada 40°C, cSt
yield biodiesel tertinggi pada siklus reaksi pertama Densitas pada 15°C,
0,89 0,86‐0,90
dan selanjutnya mengalami penurunan (lihat g/mL
Gambar 6). Setelah katalis dipisahkan dari Titik nyala, °C 170 Min 65
campuran produk, katalis dibilas menggunakan n‐
heksana kemudian dikeringkan pada suhu 1100C 5. Kesimpulan
selama 24 jam untuk selanjutnya siap dipakai
kembali. Pada siklus kedua dan ketiga, yield Zeolit alam yang diimpregnasi dengan larutan KOH
biodiesel semakin menurun. Hal ini disebabkan dapat digunakan sebagai katalis basa padat dalam
karena adanya gugus terleaching dari permukaan proses transesterifikasi minyak kelapa sawit
zeolit selama proses transesterifikasi berlangsung. menjadi biodiesel. Kondisi optimum untuk katalis
KOH/zeolit adalah waktu reaksi 2 jam, konsentrasi
100 KOH 100gr/100mL, katalis 3% berat minyak kelapa
sawit, perbandingan minyak kelapa sawit dan
90 metanol 1:7, serta suhu reaksi 60°C. Pada kondisi
optimum, yield biodiesel yang dihasilkan adalah
Yield biodiesel, %
KOH/Al2O3 and KOH/NaY catalysts for biodiesel [13] Cejka, J., Bekkum, H. v. & Corma, A. 2007.
production via transesterification from palm Introduction to Zeolite Science and Practice,
oil. Renewable Energy, 34 2008), 1145–1150. Oxford, Elsevier.
[2] Leung, D. Y. C., Wu, X. and Leung, M. K. H. [14] Breck, D.W. 1974. Zeolites Molecular Sieves,
2010. A review on biodiesel production using Structure, Chemistry, and Use. New York: John
catalyzed transesterification. Applied Energy, Willey and Sons, Inc.
87, 4 2010), 1083‐1095. [15] Lemigas. 2005. Naskah Akademik Rancangan
[3] Benjapornkulaphong, S., Ngamcharussrivichai, Kebijakan Biodiesel. Jakarta: Pusat Penelitian
C. and Bunyakiat, K. 2009. Al2O3‐supported dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
alkali and alkali earth metal oxides for Bumi.
transesterification of palm kernel oil and [16] ASTM Standard D1298. 2005. Standard Test
coconut oil. Chemical Engineering Journal, 145, Method for Density (Specific Gravity) or API
3 2009), 468‐474. Gravity of Crude Petroleum and Liquid
[4] Kansedo, J., Lee, K. T. & Bhatia, S. 2009. Petroleum Products by Hydrometer Method.
Biodiesel production from palm oil via ASTM International, West Conshohocken, PA.
heterogeneous transesterification. Biomass and Doi:10.1520/D1298‐99R05. www.astm.org.
Bioenergy, 33, 271‐276. [17] ASTM Standard D445‐10. 2010. Standard Test
[5] Soetaredjo, F. E., Ayucitra, A., Ismadji, S. & Method for Kinematic Viscosity of Transparent
Maukar, A. L. 2010. KOH/bentonite catalysts and Opaque Liquids (and Calculation of
for transesterification of palm oil to biodiesel. Dynamic Viscosity). ASTM International, West
Applied Clay Science, In Press, Corrected Proof. Conshohocken, PA. Doi:10.1520/D0445‐10.
[6] Helwani, Z., Othman, M. R., Aziz, N., Kim, J. and www.astm.org.
Fernando, W. J. N. 2009. Solid heterogeneous [18] ASTM Standard D93. 2010. Standard Test
catalysts for transesterification of triglycerides Method for Flash Point by Pensky‐Martens
with methanol: A review. Applied Catalysis A: Closed Cup Tester. ASTM International, West
General, 363, 1‐2 2009), 1‐10. Conshohocken, PA. Doi:10.1520/D0093‐10A.
[7] Aderemi, B. O. and Hameed, B. H. 2009. Alum www.astm.org.
as a heterogeneous catalyst for the [19] Standar Nasional Indonesia. 2006. Standard of
transesterification of palm oil. Applied Catalysis Biodiesel SNI‐04‐7182‐2006. Jakarta.
A: General, 370, 1‐2 2009), 54‐58.
[8] Lukic, I., Krstic, J., Jovanovic, D. & Skala, D.
2009. Alumina/silica supported K2CO3 as a
catalyst for biodiesel synthesis from sunflower
oil. Bioresource Technology, 100, 4690‐4696.
[9] Boey, P.‐L., Maniam, G. P. & Hamid, S. A. 2009.
Biodiesel production via transesterification of
palm olein using waste mud crab (Scylla
serrata) shell as a heterogeneous catalyst.
Bioresource Technology, 100, 6362‐6368.
[10] Ngamcharussrivichai, C., Totarat, P. &
Bunyakiat, K. 2008. Ca and Zn mixed oxide as a
heterogeneous base catalyst for
transesterification of palm kernel oil. Applied
Catalysis A: General, 341, 77‐85.
[11] Kouzu, M., Hidaka, J.‐s., Komichi, Y., Nakano, H.
& Yamamoto, M. 2009. A process to
transesterify vegetable oil with methanol in the
presence of quick lime bit functioning as solid
base catalyst. Fuel, 88, 1983‐1990.
[12] Carmo Jr, A. C., de Souza, L. K. C., da Costa, C.
E. F., Longo, E., Zamian, J. R. & da Rocha Filho,
G. N. 2009. Production of biodiesel by
esterification of palmitic acid over mesoporous
aluminosilicate Al‐MCM‐41. Fuel, 88, 461‐468.