Anda di halaman 1dari 6

Perengkahan PFAD (Palm Fatty Acid Destillate)

untuk menghasilkan Biofuel


menggunakan Katalis Ni-Mo/Zeolit
Rudi Setiawan 1, Ida Zahrina2, Elvi Yenie2
1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
1
rudisetiawan.unri@yahoo.com

ABSTRACT

Petroleum reserves are depleted in Indonesia along with increased fuel requirements,
demanding Indonesian society to harness alternative energy, one of which is biofuel. In this
study, biofuels produced from cracking fatty acids contained in Destillate Palm Fatty Acid
(PFAD). PFAD converted into biofuels via catalytic cracking process using a catalyst
Ni.Mo / Zeolite with reaction temperature 380 oC in a stirred batch reactor. Metal
concentrations in the zeolite was varied at 0%, 0.5%, 1% and 1.5% and the variation of the
reaction stirring 300 rpm, 400 rpm, 500 rpm and 600 rpm. Cracking process using nitrogen
gas with a flow rate of 150 ml / min. Yield (%) of the product obtained at the maximum
stirring speed of 500 rpm with a metal concentration of 1%, amounting to 71.43% or 125
ml with 31.53% biofuel conversion. The composition of biofuels on cracking products was
8.8% and 35% Gasoline Kerosene and Diesel.

Key Words: Biofuel, Catalytic Cracking, Ni.Mo/Zeolite, PFAD

1 Pendahuluan
Kebutuhan energi Indonesia semakin kebijakan harga, diversifikasi, dan konversi
meningkat dari tahun ke tahun, yang energi.
berbanding lurus dengan peningkatan Diversifikasi energi adalah pemanfaatan
komsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi alternatif, salah satunya adalah bahan
sumber energi. Tahun 2010, konsumsi BBM bakar nabati (BBN), yang merupakan energi
Indonesia mencapai 419,1 juta barel dengan alternatif yang mudah diperoleh di Indonesia.
produksi 235,5 juta barel dan pada tahun 2011, Instruksi Presiden No. I/2006 tentang
konsumsi BBM sebesar 435,8 juta barel penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar
dengan produksi 247,3 juta barel. Sehingga nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain,
dapat diketahui bahwa konsumsi BBM merupakan suatu instruksi yang menegaskan
Indonesia hampir dua kali lebih besar dari pentingnya pengembangan BBN (Sugiono,
produksinya. 2005). Biofuel cocok digunakan sebagai bahan
Pada tahun 2011, Indonesia memiliki bakar alternatif karena memiliki kandungan
10 kilang minyak dengan total kapasitas 1,16 fraksi gasoline 59.75%, fraksi kerosin 27.26%
juta barel per hari. Kapasitas kilang ini masih dan fraksi diesel 6.76%. Variasi temperatur dan
berada dibawah kebutuhan minyak Indonesia waktu reaksi akan mempengaruhi %yield yang
yang mencapai 1,4 juta barel per hari dihasilkan (Nurjannah, 2010). Mengacu pada
(Bambang, 2011). Berdasarkan data tersebut, Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang
perlu dilakukan upaya untuk memenuhi kebijakan energi nasional dan Instruksi
kebutuhan BBM Indonesia, salah satu upaya Presiden No. I/2006 tentang penyediaan dan
yang dilakukan pemerintah adalah melalui pemanfaatan bahan bakar nabati, maka
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang produksi bahan bakar nabati (Biofuel) berbahan
kebijakan energi nasional yang berprinsip pada
baku Palm Fatty Acid Destillate (PFAD) 120 oC selama 3 jam (diperoleh sampel
sangat tepat dilakukan di Indonesia. Mo/zeolit). Sampel tersebut kemudian
Indonesia merupakan produsen Crude direfluks kembali dengan larutan Ni(NO3)2.
Palm Oil (CPO) terbesar di dunia dengan total 9H2O pada suhu 90 oC dengan waktu yang
produksi CPO Indonesia pada tahun 2011 sama, kemudian disaring dan dicuci. Sampel
adalah 23,5 juta ton. Total produksi bertumbuh ini dikeringkan dalam oven pada suhu 120 oC
7,3% dibandingkan dengan produksi pada selama 3 jam sehingga didapat sampel
tahun 2010 sebesar 21,9 juta ton. Perkiraan Ni.Mo/Zeolit (Indra, 2010). Pengembanan
pertumbuhan CPO Indonesia di tahun 2012 logam divariasikan sebesar 0,5%, 1% dan 1,5%
akan meningkat 6,4% (Gede, 2012). Secara b/b terhadap berat katalis.
keseluruhan, proses penyulingan minyak sawit Setelah itu dilakukan kalsinasi, oksidasi
dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, dan reduksi dengan cara sampel katalis
5% PFAD dan 0.5% buangan (Anonim, 2007). dimasukkan ke dalam tube yang telah diisi
Sehingga dalam 23,5 juta ton CPO, akan dengan porcelain bed sebagai heat carrier dan
menghasilkan PFAD sebesar 1,175 juta ton. penyeimbang unggun katalis. Diantara
porcelain bed dengan unggun katalis
2 Metodologi diselipkan glass woll. Tube ditempatkan dalam
Penelitian ini melalui beberapa tahapan. tube furnace secara vertikal, dikalsinasi pada
a. Pembuatan Katalis suhu 500 oC selama 6 jam dan dialiri gas
Tahap pertama pembuatan katalis adalah nitrogen dengan laju alir volume  400
pengecilan ukuran katalis zeolit dengan cara ml/menit, dilanjutkan dengan oksidasi pada
digerus dengan lumpang porcelain, kemudian suhu 400 oC 2 jam dan reduksi pada suhu 400
diayak dengan ukuran ayakan -100+200 mesh o
C menggunakan gas hidrogen selama 2 jam,
dengan ketentuan ukuran partikel yang diambil dengan laju alir volume gas oksigen dan
merupakan partikel-partikel yang lolos pada hidrogen sebesar  400 ml/menit (Indra,
pengayak 100 mesh dan tertahan pada 2010).
pengayak 200 mesh (Indra, 2010). Sampel katalis Ni.Mo/Zeolit dianalisa
Selanjutnya dilakukan aktivasi zeolit kadar Si dan Al menggunakan metoda
dengan cara memanaskan zeolit alam dalam gravimetri. Karakterisasi katalis dilakukan
furnace pada suhu 300 oC selama 3 jam, dengan XRD (X-Ray Diffraction) untuk
kemudian didinginkan dalam desikator. mengidentifikasi fasa bulk katalis dan
Selanjutnya zeolit hasil pemanasan direndam menentukan %kristalinitas dari katalis (Indra,
menggunakan larutan H2SO4 0,2 N pada suhu 2010).
ruangan dan diaduk dengan motor pengaduk
b. Perengkahan PFAD
selama 30 menit pada gelas piala volume 1
PFAD sebanyak 150 gr dimasukkan ke
liter. Zeolit hasil perendaman disaring dan
dalam reaktor perengkahan yang sebelumnya
dicuci berulang kali hingga pH filtrat sama
telah diisi dengan katalis Ni.Mo/Zeolit
dengan pH aquades (Las, dkk., 2011),
sebanyak 2 gr. Reaksi perengkahan dilakukan
kemudian cake dikeringkan pada suhu 120 oC
selama 120 menit dengan temperatur reaksi
selama 3 jam dalam oven (Indra, 2010). Setelah
320 oC. Bahan diaduk menggunakan pengaduk
3 jam, katalis didinginkan kembali di dalam
listrik dengan variasi pengadukan sebesar 100
desikator (Las dkk., 2011).
rpm, 200 rpm, 300 rpm, dan 400 rpm, serta
Tahap berikutnya dilakukan
dialiri gas nitrogen 150 ml/menit untuk
pengembanan (impregnasi) logam Mo dengan
menghindari keterlibatan oksigen dalam reaksi.
cara sampel zeolit yang telah diaktifasi
Produk keluar dari reaktor dalam bentuk gas,
dilarutkan dalam 500 ml (NH4)6Mo7O24.4H2O
yang kemudian akan dikondensasi untuk
dan direfluks pada suhu 90 oC selama 6 jam
merubahnya menjadi fase cair dan ditampung
sambil diaduk pada reaktor alas datar ukuran 1
dalam erlenmeyer.
L, kemudian disaring dan dicuci. Cake
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
3 Hasil Analisa Katalis
Analisa X-Ray Diffraction (XRD) dicocokkan nilai 2θ nya dengan data JCPDS
dilakukan untuk mengetahui jenis mineral yang (Joint Committee for Powder Diffraction
terdapat pada katalis serta untuk mengetahui Standars). Data nilai 2θ dari puncak-puncak
tingkat kristalinitas struktur komponen mineral klinoptilolit dan mordenit dapat dilihat
penyusun katalis. Jenis mineral penyusun pada Tabel 1.
sampel ditunjukkan oleh daerah munculnya Pola difraksi sinar X menunjukkan
puncak (2θ), sedangkan tingkat kristalinitas adanya perubahan pola difraksi antara zeolit
struktur komponen ditunjukkan oleh tinggi alam dan zeolit alam aktif. Perbandingan hasil
rendahnya intensitas puncak. Pola difraksi difraksi sinar X antara zeolit alam dan zeolit
mineral dari hasil analisis difraksi sinar X alam aktif ditunjukkan pada Gambar 1.

Tabel 1. Puncak-Puncak Mineral Utama Zeolit


2θ Intensitas

Komponen Zeolit Zeolit Zeolit Zeolit
Standar
Alam Aktif Alam Aktif
9,85 9,86 9,87 186 202
Mordenit 13,43 13,38 13,42 116 124
(JCPDS 6- 19,6 20,96 20,06 137 152
239) 25,61 25,92 25,96 171 188
27,65 27,8 27,9 239 235
22,31 22,21 22,25 410 421
Klinoptilolit
26,6 26,82 26,78 155 141
(Marita, 2010)
29,96 30,05 30,14 114 133

22,25
I (count)

(K) 26,78
(K)
9,87 27,9 (M)
(M) 20,06
13,42 (M)
(M) 30,14
(K)

Zeolit Alam Aktif

Zeolit Alam

2θ (2 theta-deg)
10 20 30 40 50 60 70

Gambar 1. Perbandingan Hasil Difraktogram Sinar X Zeolit Alam dengan Zeolit Alam Aktif

Pada Gambar 1 dapat dilihat adanya aktif terlihat pada 22,25o; 26,78o; dan 30,14o.
puncuk-puncak mineral klinoptilolit dan Sementara itu, puncak mineral mordenit (M)
mordenit pada zeolit alam yang digunakan. terlihat pada 9,86o; 13,42o; 20,06o; 25,96o dan
Puncak mineral klinoptilolit (K) zeolit alam 27,9o. Difraktogram sinar X Zeolit Alam
dengan Zeolit Alam Aktif ini membuktikan 2θ yang hilang ini diperkirakan merupakan
bahwa zeolit yang digunakan mengandung senyawa-senyawa pengotor yang terdapat pada
mineral-mineral utama zeolit. zeolit alam.
Difraktogram sinar X zeolit alam aktif Analisa XRD juga dilakukan pada katalis
menunjukkan adanya perubahan nilai 2θ pada untuk dapat mengidentifikasi keberadaan
puncak-puncak mineral utama zeolit yang logam nikel dan molibdenum pada katalis.
membuktikan bahwa aktivasi zeolit Puncak-puncak 2θ yang terbentuk pada
meningkatkan kemurnian mineral-mineral difraktogram katalis dicocokkan dengan data
utama dari zeolit alam. Pada difraktogram standar JCPDS logam nikel dan molibdenum.
dapat dilihat pula adanya beberapa puncak 2θ Data standar JCPDS logam nikel dan
zeolit alam yang menghilang. Puncak-puncak molibdenum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Standar JCPDS Logam Nikel dan Molibdenum


Komponen 2θ Standar 2θ Katalis Intensitas Sumber
31,02 30,83 62
Nikel 35,84 35,70 77 JCPDS No. 65-0380
37,80 37,93 29
37,10 37,12 22
Nikel Oksida 43,10 43,15 15 JCPDS No. 89-7130
62,59 62,63 22
23,30 23,14 78
25,70 25,62 182 JCPDS-ICCD
Molibdenum
27,30 27,46 120 No. 35-0609
39,00 39,00 15

Puncak-puncak 2θ logam nikel dan katalis Ni.Mo/Zeolit dapat dilihat pada Gambar
molibdenum pada Tabel 2 dicocokkan dengan 2.
difraktogram katalis. Hasil difraksi sinar X

Molibdenum
Nikel
1000 Nikel Oksida

500

10 20 30 40 50 60

Gambar 2 Difraktogram Katalis Ni.Mo/Zeolit


4 Hasil Analisa Produk
Perengkahan PFAD dilakukan pada suhu kecepatan pengadukan terhadap yield (%)
o
380 C dengan variasi konsentrasi logam Ni- dapat dilihat pada Gambar 4.6. melalui analisa
Mo 0%, 0,5%, 1% dan 1,5% w/t dengan Gas Chromatography - Mass Spectrometry
kecepatan pengadukan 300, 400, 500 dan 600 (GC-MS). Pada penelitian ini, analisa GC-MS
rpm. PFAD yang direngkah sebanyak 150 gr dilakukan pada bahan baku yang digunakan
(175 ml). Proses perengkahan berlangsung dan produk yang dihasilkan. Dari hasil analisa
selama 3 jam dengan laju alir gas N2 150 GC-MS, dapat dihitung nilai konversi dari
ml/menit. Pengaruh konsentrasi logam dan biofuel.

80

70

60

50
Yield (%)

40

30 0% Ni.Mo
0,5% Ni.Mo
20
1% Ni.Mo
10 1,5% Ni.Mo

0
250 300 350 400 450 500 550 600 650
Kec Pengadukan (rpm)

Gambar 3 Pengaruh Konsentrasi Logam dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Yield (%) Produk

Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin rpm. Penurunan yield (%) produk disebabkan
tinggi konsentrasi logam, produk yang pada kecepatan pengadukan 600 rpm mulai
dihasilkan akan semakin banyak. Peningkatan terjadi vortex di dalam reaktor. Vortex
yield (%) produk terjadi karena pada katalis merupakan kondisi cairan di dalam reaktor
Ni.Mo/Zeolit, yang berperan sebagai katalis yang membentuk cekungan permukaan media
dalam proses perengkahan untuk pada bagian tengah tangki yang disebabkan
menghasilkan biofuel adalah logam nikel dan oleh adanya gaya tangensial yang
zeolit. Sistem katalis seperti ini disebut katalis menyebabkan aliran pada reaktor bersifat
bifunctional, yang melibatkan logam dan horizontal, sehingga homogenisasi tidak
pengembannya sebagai katalis (Trisunaryanti, terjadi (Riza, 2011). Yield tertinggi didapat
dkk, 2005). Sistem katalis bifunctional ini pada kecepatan pengadukan 500 rpm dan
yang menyebabkan pengembanan logam dapat konsentrasi logam 1%, yaitu sebesar 125 ml.
meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan. Jenis dan komposisi senyawa yang
Pengadukan mempengaruhi penyusun produk dapat diketahui melalui
homogenisasi campuran PFAD dan katalis di analisa Gas Chromatography - Mass
dalam reaktor, semakin tinggi kecepatan Spectrometry (GC-MS). Pada penelitian ini,
pengadukan akan meningkatkan pergerakan analisa GC-MS dilakukan pada produk dengan
molekul dan mempercepat terjadinya yield tertinggi, yaitu produk reaksi pada
tumbukan (Manurung, 2006). Pada Gambar 3, kecepatan pengadukan 500 rpm dengan
yield (%) produk meningkat seiring dengan konsentrasi logam 1%. Dari hasil analisa,
meningkatnya kecepatan pengadukan dari 300 dapat diketahui bahwa fraksi total biofuel yang
hingga 500 rpm, namun yield (%) produk terkandung dalam produk adalah sebesar 0,44,
menurun pada kecepatan pengadukan 600
dengan fraksi senyawa gasoline sebesar 0,088 Daftar Pustaka
dan 0,35 kerosine dan diesel. Anonim, 2007, Gambaran Sekilas Industri
Konversi PFAD menjadi biofuel dapat Minyak Kelapa Sawit, Departemen
dari hasil analisa GC-MS. Konversi PFAD Perindustrian, 18.
ditentukan dengan membandingkan volume Bambang, S.,Y., 2011, Prioritas
biofuel dengan volume PFAD yang Pembangunan serta Kerangka Ekonomi
digunakan. Volume biofuel didapat dari Makro dan Pembiayaan Pembangunan,
pengalian antara fraksi total biofuel dengan Badan Perencanaan Pembangunan
volume produk yang dihasilkan. Volume Nasional, Jakarta, 28-29.
biofuel yang didapat adalah sebesar 55,18 ml. Gede, I., N., Y., dan Toelle, A., PJ., 2012,
Sehingga diperoleh konversi PFAD menjadi Perusahaan Perkebunan Yang Modern,
biofuel sebesar 31,53%. Efisien, Dan Menguntungkan,
PEFINDO, Jakarta, 2.
5 Kesimpulan Indra, Y. S., 2010, Pembuatan dan
Dari hasil penelitian perengkahan PFAD karekterisasi katalis Ni-Mo/NZA untuk
menjadi biofuel menggunakan katalis proses Catalytic Cracking Tandan
Ni.Mo/Zeolit dengan variasi kecepatan Kosong Sawit menjadi Bahan Bakar
pengedukan dan kadar logam, dapat diambil Cair, Skripsi, Universitas Riau.
beberapa kesimpulan sebagai berikut: Las, T., Florentinus F. dan Afit, H., 2011,
1. Yield produk perengkahan PFAD yang Adsorpsi Unsur Pengotor Larutan
tertinggi didapatkan sebesar 125 ml (71,43 Natrium Silikat Menggunakan Zeolit
%) dengan komposisi logam pengemban Alam Karangnunggal, Jurnal Ilmiah
katalis sebesar 1% dan kecepatan Valensi, 2(2), 368-378.
pengadukan 500 rpm. Manurung, R. 2006. Transesterifikasi Minyak
2. Fraksi total biofuel pada produk dengan Nabati. Jurnal Teknologi Proses ISSN
yield (%) tertinggi adalah sebesar 0,44 atau 1412-7814, Universitas Sumatera Utara.
55,18 ml, dengan fraksi senyawa kerosine Marita, E., 2010, Sintesa dan Karakterisasi
sebesar 0,088 dan 0,35 gasoline dan diesel. Katalis Ni/NZA untuk Proses Catalytic
3. Nilai konversi PFAD menjadi biofuel Cracking Tandan Kosong Sawit Menjadi
adalah sebesar 31,53%. Bahan Bakar Cair, skripsi,
Universitas Riau.
Nurjannah, Irmawati, Roesyadi, A., dan
6 Saran Danawati, 2010, Perengkahan Katalitik
Untuk perbaikan kegiatan penelitian Asam Oleat Untuk Menghasilkan
selanjutnya, disarankan untuk meningkatkan Biofuel Menggunakan HZSM-5 Sintesis,
laju alir gas nitrogen agar mengurangi Disertasi, Institut Teknologi Sepuluh
pembentukan fraksi aldehid dan keton. Nopember.
Melakukan reaksi perengkahan dalam fasa gas Sugiono, A., 2005, Pemanfaatan Biofuel
untuk mendapatkan nilai konversi yang lebih Dalam Penyediaan Energi Nasional
tinggi. Jangka Panjang, Seminar Teknologi
Untuk Negeri.
7 Ucapan Terimakasih Trisunaryanti, W., Triwahyuni, E. dan
Penulis mengucapakan terimakasih Sudiono, S., 2005, Preparasi,
kepada Ibu Ida Zahrina, ST., MT dan Elvi Modifikasi dan Karakterisasi Katalis
Yenie, ST., M.Eng yang telah membimbing Ni-Mo/Zeolit Alam dan Mo-Ni/Zeolit
dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat Alam, TEKNOIN, 10(4), 269-282.
kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai