Anda di halaman 1dari 7

Indo. J. Chem. Sci.

1 (1) (2012)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

PENGARUH TEMPERATUR PADA REAKSI HIDRODENITROGENASI PIRIDIN

DENGAN KATALIS Ni-Mo/ZEOLIT ALAM

Lailatul Badriyah*), Sri Kadarwati, dan Harjito


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh temperatur pada reaksi
Diterima Maret 2012 hidrodenitrogenasi piridin dengan katalis Ni-Mo/zeolit alam. Tujuan penelitian
Disetujui April 2012 ini adalah untuk mempelajari pengaruh temperatur pada rentang 300 s.d 400oC
Dipublikasikan Mei 2012 terhadap reaksi HDN piridin dengan katalis Ni-Mo/ZA. Karakterisasi katalis
meliputi penentuan luas permukaan, volume pori, dan rerata jejari pori dengan
alat Gas Sorption Analyzer NOVA-1000, dan penentuan keasaman dengan
Kata kunci:
adsorpsi gas amoniak piridin. Uji aktivitas katalis dilakukan pada proses HDN
Ni-Mo/ZA
piridin dengan mengalirkan gas H2 dengan laju alir 50 mL/menit pada
temperatur
temperatur 300, 325, 350, 375, dan 400oC dilanjutkan dengan mengalirkan uap
hidrodenitrogenasi
piridin melewati 1 gram katalis Ni-Mo/zeolit alam. Produk yang dihasilkan
piridin
dianalisis menggunakan Gas Chromatography (GC) dan Gas Chromatography-
Mass Spectroscopy (GC-MS). Produk yang terdeteksi pada temperatur optimum
350oC dengan GC-MS meliputi metilsiklopentana, n-heksana, dan 3-metil
pentana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan temperatur berpengaruh
terhadap konversi (%) piridin sisa pada temperatur optimum sebesar 70,5893 %
dan harga Ea reaksi HDN piridin dengan katalis Ni-Mo/ZA pada paparan
temperatur 300 s.d 350oC dan 350 s.d 400oC masing-masing sebesar 56,1118 kJ
mol-1 dan -44,2387 kJ mol-1.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: blailatul@gmail.com ISSN NO 2252-6951
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)
Pendahuluan HDN. Analisis Nagai tersebut menunjukkan
Kebutuhan minyak bumi semakin bahwa Mo merupakan logam yang dominan
meningkat, sedangkan cadangan minyak bumi dalam katalis dan mengakibatkan hidrogenasi
di alam semakin berat, dalam arti kandungan dalam reaksi HDN, oleh karena itu penelitian
fraksi berat dan heteroatom di dalamnya ini menggunakan logam Ni dan Mo sebagai
semakin meningkat. Minyak bumi sebelum katalis dalam reaksi HDN.
diolah mengandung pengotor berupa sulfur, Katalis Ni-Mo dikenal sebagai katalis yang
nitrogen, oksigen, logam, dan olefin. Pengotor- banyak digunakan dalam proses hydrotreating.
pengotor tersebut harus dihilangkan melalui Logam Ni dan Mo yang diembankan masing-
proses hydrotreating yang salah satunya masing berperan sebagai katalis dan promotor
meliputi proses hidrodenitrogenasi (HDN) (Trisunaryanti dkk., 2005). Pengembanan
sebelum minyak bumi diolah lebih lanjut (Dewi, komponen logam Ni-Mo pada zeolit
2007). diharapkan meningkatkan luas permukaan
Reaksi HDN merupakan salah satu reaksi katalis sehingga situs aktif katalis juga
penting dalam proses pengolahan minyak bumi meningkat. Situs aktif yang dimaksud adalah
yang bertujuan untuk menghilangkan situs yang berperan dalam reaksi katalisis, baik
kandungan nitrogen dari fraksi berat minyak situs asam Lewis maupun Bronsted. Beberapa
bumi. Apabila senyawa nitrogen masih terdapat hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
dalam fraksi berat minyak bumi, maka senyawa maksimal yang dapat dicapai oleh katalis
nitrogen tersebut akan mengkontaminasi situs bimetal lebih tinggi daripada katalis
aktif katalis perengkahan serta meningkatkan monometal. Namun, katalis bimetal ini
emisi NOx pada proses pembakaran. Mengingat memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
bahwa senyawa nitrogen dalam fraksi berat katalis logam ini diantaranya adalah stabilitas
minyak bumi cukup kompleks, maka dalam termal rendah, mudah mengalami sintering,
penelitian ini dipilih piridin sebagai molekul luas permukaan kecil, pendistribusiannya
model karena piridin merupakan molekul kurang merata, dan terbentuknya agregat pada
heteronitrogen yang sederhana untuk permukaan zeolit sehingga akan mengurangi
mempelajari proses HDN (Egorova dkk., 2002). kinerja katalis secara maksimal (Li dkk., 1999).
Proses pengolahan minyak bumi akan Untuk mengurangi kelemahan, dilakukan
diperoleh fraksi berat yang masih dapat diproses dengan mengembankannya pada bahan
lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan pengemban. Pengemban yang digunakan adalah
produk yang siap digunakan sebagai bahan zeolit karena selain keberadaan zeolit yang
bakar. Proses HDN sangat diperlukan karena melimpah, juga karena dalam struktur kristal
kandungan nitrogen pada fraksi berat minyak zeolit memiliki rongga-rongga yang biasanya
bumi cukup tinggi (Hanif, 2003), melalui proses berisi kation-kation yang dapat dipertukarkan.
HDN, kualitas produk bahan bakar dapat Hal yang demikian menjadikan zeolit banyak
ditingkatkan. digunakan sebagai pengemban (Trisunaryanti
dkk., 2003).
Pemanfaatan katalis dalam industri kimia
dewasa ini semakin meningkat. Hal ini Salah satu parameter penting dalam proses
disebabkan sebagian besar reaksi kimia dalam hydrocracking adalah temperatur, karena
proses industri merupakan reaksi katalitik. parameter ini sangat mempengaruhi proses
Katalis dapat mempercepat laju reaksi, sehingga hydrocracking (Syamsuddin, dkk., 2004). Jika
dalam waktu yang relatif singkat dapat temperatur dinaikkan, maka tumbukan
diperoleh produk lebih banyak. antarmolekul semakin besar sehingga reaksi
berjalan lebih cepat dan makin besar pula
Penggunaan katalis dalam proses industri
peluang adsorbat teradsorpsi. Tetapi sebaliknya,
lebih difokuskan pada penggunaan katalis
bila temperatur sangat tinggi maka tumbukan
heterogen. Hal ini karena katalis heterogen
antar molekul akan lebih besar dan
mudah diperlakukan, yaitu lebih mudah
mengakibatkan adsorbat mudah lepas dari
dipisahkan. Salah satu contoh katalis heterogen
permukaan adsorben. Akibatnya reaksi katalitik
adalah penggunaan logam murni sebagai
tidak dapat berlangsung dengan maksimal.
katalis. misalnya penggunaan logam Ni sebagai
Setelah mengetahui pengaruh temperatur pada
katalis HDN. Nagai dkk. (2000) telah
proses HDN, maka diharapkan diperoleh
mempelajari aktivitas katalis dan sifat
temperatur optimum, yaitu temperatur yang
permukaan katalis Mo/Al2O3 untuk reaksi
dapat menghasilkan produk terbanyak.

62
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

Berdasarkan latar belakang tersebut, pada volume total pori, dan rerata jejari pori
penelitian ini akan mempelajari pengaruh dilakukan dengan menggunakan metode yang
temperatur pada reaksi HDN piridin dengan dikembangkan oleh Brunauer, Emmet, dan
katalis Ni-Mo/Zeolit Alam. Teller (BET). Metode BET didasarkan atas
Metode Penelitian fenomena adsorpsi gas lapis tunggal yang
Alat yang digunakan meliputi satu set alat berlangsung pada temperatur tetap (Augustine,
refluks, pompa vakum, oven, neraca analitik 1996). Selanjutnya, sampel katalis dianalisis
AND GR-200, krus porselen, ayakan 100 mesh, dengan FTIR untuk menentukan situs asam.
desikator, reaktor kalsinasi dan atau reduksi, Sedangkan untuk mengetahui kristalinitas
pemanas listrik, reaktor reaksi HDN, penyaring katalis Ni-Mo/ZA dianalisis dengan XRD
Buchner, gas sorption analyzer NOVA-1000, menggunakan radiasi Cu K  ( = 0,1541 nm).
GC HEWLET PACARD 5890 series II, GC- Uji aktivitas katalis Ni-Mo/ZA piridin
MS SHIMADZU QP-2010S, Scanning Electron dilakukan dengan cara mengambil 1 gram
Microscope-Energy Dispersive X-ray dimasukkan dalam kolom reaktor, laju alir gas
Spectroscopy (SEM-EDX) JEOL JSM-6360LA, hidrogen diatur 50 mL/menit dan umpan
X-Ray Diffractometer (XRD) PW 3373 diuapkan serta dialirkan ke reaktor. Piridin
PANAlytical, Atomic Absorption Spectroscopy sebagai umpan dimasukkan dalam labu didih
(AAS) Perkin Elmer Analyst-100, dan FT-IR dan dihubungkan dengan reaktor. Produk yang
(Shimadzu-8201PC). terbentuk dialirkan melalui pendingin spiral
Bahan yang digunakan piridin 99,5%, yang telah dihubungkan dengan campuran es
(NH4)6Mo7O24.4H2O, Ni(NO3)2.6H2O, H3BO3 dan garam. Penampungan produk dilakukan
10%, NH3 25%, HCl, AgNO3 dan NH4Cl selama 60 menit. Produk diambil dan
buatan E. Merck, zeolit Alam (PT. Prima dimasukkan ke dalam penampung produk dan
Zeolita), air bebas ion (deionized water), gas dicatat volumenya. Temperatur yang digunakan
nitrogen, oksigen, dan hidrogen (PT. Samator). 300-400oC (Trisunaryanti dkk., 2002).
PreparasiKatalisNi-Mo/ZeolitAlam Hasil dan Pembahasan
dilakukan denga cara sebagai berikut, direndam Difraktogram hasil XRD ditunjukkan pada
dalam air bebas ion dan dicuci kemudian Gambar 1.
dikeringkan dalam oven pada temperatur ±
110oC selama 24 jam. Aktivasi zeolit dilakukan
dengan merendam zeolit alam ke dalam larutan
HCl 6 N dan NH4Cl 1 N. Kemudian disaring,
dicuci berulang kali sampai tidak ada ion Cl-
yang terdeteksi oleh larutan AgNO3.
Pengembanan dilakukan dengan menyiapkan
larutan ammonium heptamolibdat tetrahidrat
dan nikel nitrat heksahidrat dengan
perbandingan 2:1 dan berat logamnya sebesar
1% dari berat zeolit. Katalis yang dihasilkan
dikeringkan dalam oven pada temperatur ±
110oC, sehingga dihasilkan katalis Ni-Mo/ZA.
Kalsinasi dilakukan dengan dialiri gas N2 Gambar 1. Perbandingan difraktogram (a) H-
selama 5 jam, dilanjutkan oksidasi dengan gas ZA (b) Katalis Ni-Mo/ZA
O2 dan reduksi dengan gas H2 selama 2 jam Berdasarkan spektra XRD tersebut dapat
dengan laju alir 50 mL/menit (Trisunaryanti, dilihat bahwa setelah pengembanan logam Ni
dkk. 2003). dan Mo, kritalinitas menurun tetapi zeolit baik
digunakan sebagai katalis. Hal ini diperkirakan
Kandungan Ni dan Mo yang menempel
karena masuknya logam Ni dan Mo yang dapat
pada zeolit ditentukan dengan metode standar
menurunkan intensitas pada hasil XRD.
menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy
Tabel 1. Hasil pengukuran luas permukaan,
(AAS). Sedangkan keasaman ditentukan dalam volume total pori dan rerata jejari pori dengan
percobaan ini merupakan keasaman pada menggunakan metode BET
permukaan katalis yang ditentukan secara
gravimetri dengan piridin dan amonia sebagai
basa adsorbat. Penentuan luas permukaan,

63
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

Hasil pengukuran luas permukaan, masing-masing gas yang teradsorpsi. Hasil


volume total pori, dan rerata jejari pori adsorpsi gas amonia dan piridin disajikan pada
menggunakan metode BET sebagaimana Tabel 3.
disajikan pada Tabel 1. Tabel 3. Data hasil penentuan jumlah situs
asam
Tabel 1 menunjukkan adanya kenaikan
luas permukaan spesifik dan volume total pori
katalis setelah pengembanan logam Ni dan Mo.
Kenaikan luas permukaan spesifik dan volume
pori total diperkirakan karena masuknya Ni dan
Keasaman katalis menggunakan gas
Mo pada permukaan zeolit alam sehingga
amonia dan piridin dengan tujuan mengetahui
membentuk kluster dan pori baru. Di lain
keasaman dalam rongga zeolit. Mengingat
pihak, rerata jejari pori mengalami penurunan
ukuran molekul amonia lebih kecil daripada
dari 25,042806 Å menjadi 13,506 Å. Hal ini
piridin, maka gas amonia dapat teradsorpsi
kemungkinan karena logam-logam yang
pada permukaan luar dan dalam zeolit
teremban menempati makropori (>50 nm)
sedangkan piridin akan terserap pada
zeolit sehingga pori yang terukur adalah rerata
permukaan luar zeolit saja. Berdasarkan Tabel
jejari mikropori (<2 nm) zeolit.
3, maka dapat diketahui keasaman dalam
Analisis kandungan logam ini dilakukan rongga zeolit untuk H-ZA dan Ni-Mo/ZA
dengan menggunakan Atomic Absorption masing-masing sebesar 5,0556 mmol/gram dan
Spectroscopy (AAS), yang dimaksudkan untuk 6,8375 mmol/gram. Keadaan yang berbeda ini
mengetahui kandungan logam Ni dan logam dikarenakan zeolit alam setelah diimpregnasi
Mo dalam sampel katalis Ni-Mo/ZA. Hasil dengan logam Ni dan Mo yang telah direduksi
analisis dengan AAS disajikan pada Tabel 2. dengan hidrogen akan kekurangan elektron
Tabel 2. Hasil analisis katalis Ni-Mo/ZA sehingga mempunyai kemampuan yang lebih
menggunakan AAS
tinggi untuk mengadsorpsi amoniak yang
berakibat pada peningkatan keasaman katalis
Ni-Mo/ZA.
Hasil penentuan jumlah situs asam untuk
Berdasarkan hasil analisis AAS pada masing-masing katalis memiliki pola yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah logam Ni sama, baik menggunakan amonia maupun
dan logam Mo yang terembankan dalam piridin sebagai adsorbatnya. Berdasarkan dari
kerangka zeolit masing-masing sebesar data tersebut, pengembanan logam Ni dan Mo
2209,142 ppm dan 1539,494 ppm. Logam Mo berakibat pada peningkatan keasaman. Hal ini
pada analisis AAS dapat terdeteksi. Hal ini dapat dipahami dari sifat logam Ni dan Mo
dikarenakan pada proses kalsinasi yang terdispersi pada permukaan dan di dalam
menggunakan gas O2 dengan temperatur 400oC pori-pori zeolit alam aktif yang memiliki orbital
menyebabkan perubahan pada senyawa d belum penuh untuk logam Ni dan terisi
prekursor dari nikel nitrat menjadi NiO dan setengah penuh untuk logam Mo. Keduanya
ammonium hepatamolibdat menjadi MoO3. efektif dalam menerima pasangan elektron dari
Siwodiharjo (2006) menyebutkan, ukuran Mo basa adsorbat. Selain itu, keasaman dapat juga
lebih kecil (0,68 Å) daripada ukuran Ni (0,69 Å) ditentukan adanya proton yang berikatan
maka logam Mo lebih mampu menempati pori- dengan piridin, yaitu pada terbentuknya ion
pori zeolit dibanding dengan logam Ni. Karena piridinium membuktikan bersifat asam
dalam proses pengembanan logam Ni Brønsted. Spektra FTIR sebelum dan setelah
diembankan terlebih dahulu, maka sebagian adsorpsi gas amonia dan piridin pada katalis H-
pori zeolit tertutupi oleh logam Ni yang telah ZA dan Ni-Mo/ZA disajikan pada Gambar 2
diembankan. Logam Ni yang teremban sebesar dan Gambar 3.
33,13 % dan Mo sebesar 11,54 %. Hal ini Untuk melihat perilaku adsorpsi piridin
dikarenakan adanya logam Ni dalam zeolit pada permukaan padatan dapat dilakukan
alam, sehingga pori zeolit sudah banyak analisis dengan spektroskopi inframerah (IR).
tertutup oleh logam Ni. Hasil analisis FTIR sampel H-zeolit alam dan
Uji keasaman pada penelitian ini katalis Ni-Mo/zeolit alam ditunjukkan pada
dilakukan dengan cara adsorpsi gas amonia dan Gambar 2 dan Gambar 3.
piridin, kemudian dihitung jumlah mmol

64
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

efek termal, maka dilakukan pula uji aktivitas


secara termal (tanpa adanya katalis) pada efek
temperatur 300oC-400oC. Berat volume cair
reaksi termal dan katalitik HDN piridin
disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Produk cair reaksi HDN piridin secara
termal

Gambar 2. Spektra IR untuk katalis H-ZA(a) Tabel 5. Produk cair reaksi HDN dengan
sebelum, (b) setelah adsorpsi amonia, (c) setelah katalis Ni-Mo/zeolit alam
adsorpsi piridin

Berat produk cair pada reaksi HDN


piridin secara katalitik meningkat dan mencapai
optimum pada temperatur reaksi 350oC.
Peningkatan ini disebabkan karena jumlah
molekul-molekul yang dapat melalui energi
pengaktifan reaksi semakin banyak apabila
temperatur dinaikkan. Kenaikan temperatur
Gambar 3. Spektra IR untuk katalis Ni-Mo/ZA selanjutnya tidak menyebabkan bertambahnya
(a) sebelum, (b) setelah adsorpsi amonia, (c) berat produk reaksi HDN piridin. Pada reaksi
setelah adsorpsi piridin HDN, yang terdeteksi pada kromatogram
Berdasarkan Gambar 2 dan 3 terlihat produk cair adalah reaktan, maka semakin
bahwa adanya perbedaan spektra pada katalis banyak volume menyebabkan reaktan sisa
H-ZA dan Ni-Mo/ZA setelah adsorpsi gas semakin banyak sehingga konversinya makin
amonia dan piridin. Sesuai dengan penelitian kecil.
Sastrohamidjojo (1992), serapan gugus NH Pada konversi termal, diperoleh berat
berada pada bilangan gelombang 3500 cm-1. produk cair lebih banyak. Hal ini dikarenakan
Pada Gambar 3(a) untuk H-ZA yang mendekati pada saat reaksi berlangsung, piridin hanya
3500 cm-1 berada pada bilangan gelombang bereaksi dengan gas dibawah pengaruh
3448,72 cm-1 dan untuk Ni-Mo/ZA pada temperatur. Hal demikian berbeda dengan
panjang gelombang 3441,01 cm-1. Gambar 3(b) reaksi katalitik, piridin akan berinteraksi dengan
menunjukkan adanya piridin berada pada gas hidrogen, pengaruh temperatur, dan katalis.
bilangan gelombang 3433,29 cm-1 untuk H-ZA Sehingga dalam reaksinya mengalami
dan 3448,72 cm-1 untuk Ni-Mo/ZA. Hal ini hambatan karena adanya katalis tersebut. Tetapi
menunjukkan adanya ammonia dan piridin kromatogram pada temperatur optimum 350oC
setelah proses adsorpsi. Dengan demikian, pada menunjukkan bahwa piridin mengalami
katalis ada situs asam Lewis dan Bronsted yang konversi lebih tinggi pada reaksi katalitik
berperan dalam reaksi katalisis. dibandingkan pada reaksi termal. Hal tersebut
Produk cair ditampung dalam botol membuktikan bahwa katalis Ni-Mo/ZA
sampel yang dijaga agar tetap dingin dengan berperan pada reaksi HDN piridin.
menambahkan campuran es dan garam pada Salah satu faktor yang dapat mempercepat
penampungnya. Reaksi katalitik HDN piridin laju reaksi adalah dengan menaikkan
dilakukan dengan paparan temperatur reaksi temperatur reaksi, sedangkan reaksi katalisis
dari 300oC sampai dengan 400oC. Untuk yang berlangsung pada permukaan padatan
mengetahui dan meyakinkan bahwa konversi dengan kenaikan temperatur yang terlalu tinggi
yang diperoleh pada reaksi katalitik HDN justru akan menurunkan jumlah reaktan yang
piridin benar-benar diakibatkan oleh teradsorpsi pada permukaan katalis. Dalam
penggunaan katalis dan bukan disebabkan oleh reaksi katalisis yang berlangsung pada
65
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

permukaan padatan, laju reaksi berbanding g/mol dan 79 g/mol. Berdasarkan fragmentasi
langsung dengan jumlah reaktan yang yang terjadi, senyawa tersebut masing-masing
teradsorpsi. Dari fenomena ini terlihat bahwa adalah metilsiklopentana dan piridin.
perlu dilakukan optimasi terhadap temperatur Energi pengaktifan (Ea) merupakan energi
reaksi. Hubungan antara tetapan laju reaksi minimum yang diperlukan oleh reaktan untuk
HDN piridin dengan temperatur dapat dilihat membentuk senyawa antara sebelum reaktan
pada Gambar 4. diubah menjadi produk. Penentuan Ea pada
penelitian ini menggunakan persamaan
Arrhenius dengan memplotkan grafik ln k
terhadap 1/T. Grafik hubungan antara ln k
terhadap 1/T untuk reaksi HDN piridin dengan
katalis Ni-Mo/ZA disajikan pada Gambar 5.

Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh


temperatur reaksi terhadap tetapan laju reaksi
HDN piridin
Dari Gambar 4 terlihat bahwa dengan
kenaikan temperatur, laju reaksi semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
temperatur reaksi maka semakin besar pula
energi yang tersedia untuk terjadi vibrasi, rotasi, Gambar 5. Grafik hubungan antara ln k
dan translasi pada molekul-molekul reaktan. terhadap 1/T untuk reaksi HDN piridin dengan
Sehingga semakin besar pula kemunginan katalis Ni-Mo/ZA
terjadinya tumbukan antarreaktan yang berarti Dari Gambar 5 terlihat bahwa untuk nilai
peluang terjadinya reaksi semakin besar, maka Ea pada reaksi HDN piridin secara katalitik
laju reaksi semakin besar pula. pada temperatur 300-350oC bernilai positif
sedangkan pada temperatur 350-400oC bernilai
Laju reaksi maksimum terjadi pada
negatif, masing-masing sebesar 56,1118 kJ mol-
temperatur 350oC, dan laju reaksi turun setelah 1dan -44,2387 kJ mol-1. Hal ini karena pada
melewati temperatur 350oC. Keadaan tersebut
temperatur di atas 350oC untuk reaksi katalitik,
terjadi karena pada temperatur yang tinggi
tumbukan molekul dengan situs aktif katalis
fraksi penutupan permukaan oleh molekul
semakin cepat sehingga adsorbat hanya
reaktan akan turun akibat tingginya energi
menempel di permukaan saja atau bahkan
rekatan. Jumlah reaktan yang teradsorpsi (fraksi
belum berinteraksi dengan situs aktif katalis.
penutupan permukaan) merupakan fungsi dari
Sehingga memudahkan adsorbat lepas dari situs
temperatur. Kenaikan temperatur dapat
aktif katalis.
mengakibatkan gerakan translasi, vibrasi, dan
rotasi pada molekul meningkat, sehingga pada Menurut Triyono (2004), berdasarkan
suatu saat energi gerak tersebut akan dapat tenaga pengaktifan diprediksi tahapan penentu
melebihi gaya ikat molekul-molekul adsorbat laju reaksi adalah proses kimia, yaitu pada
mudah lepas dari permukaan adsorben. adsorpsi, reaksi, dan desorpsi atau proses fisis
Akibatnya, pada temperatur reaksi yang tinggi pada tahap difusi dan transfer produk reaksi ke
reaktan terdesorpsi kembali sebelum terjadi fasa fluida. Apabila tenaga pengaktifan terukur
reaksi sehingga laju reaksi akan turun. lebih besar dari 45 kJ/mol maka tahapan
penentu laju adalah proses kimia, sedangkan
Hasil analisis GC-MS terhadap salah satu
tenaga pengaktifan terukur lebih kecil dari 15
produk dari reaksi HDN piridin menunjukkan
kJ/mol maka tahapan penentu laju reaksinya
adanya puncak kromatogram dengan waktu
adalah proses fisis. Pada penelitian ini, Ea
retensi 2,180 menit yang memiliki berat
terukur 56,1118 kJ mol-1, sehingga dapat
molekul 86 g/mol. Berdasarkan fragmentasi
ditunjukkan bahwa tahap penentu laju reaksi
yang terjadi, senyawa dengan berat molekul 86
HDN piridin terkatalisis Ni-Mo/ZA adalah
g/mol tersebut kemungkinan adalah 3-metil
proses kimia.
pentana dan n-heksana. Selain itu, GC-MS juga
mendeteksi adanya produk reaksi HDN piridin Kondisi temperatur tinggi dan tekanan
yang berupa puncak kromatogram dengan hidrogen yang dipilih relatif rendah, maka laju
waktu retensi 2,240 dan 2,482 menit yang reaksi ditentukan baik oleh fraksi penutupan
masing-masing memiliki berat molekul 84 oleh piridin dan hidrogen. Sehingga gradien

66
L Badriyah / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

hubungan Arrhenius ditentukan oleh Ea + Hanif, Muhammad. 2003. Hidro denitrogenasi


Hads(pyr) + Hads(H2). Karena Hads berharga Minyak Batubara Cair Menggunakan
negatif dan diasumsikan molekul H2 teradsorpsi Katalis Ni-W/Al2O3. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia. V5. N5. 1-5/Humas
lebih kuat daripada piridin, sehingga Hads(pyr) + BPPT/ANY.
Hads(H2) berharga negatif, maka secara Li, Dien, Xu, H., dan Guthrie,G., D. 1999.
keseluruhan harga Ea + Hads(pyr) + Hads(H2) Zeolite-Supported Ni and Mo Catalysts for
dapat berharga negatif sebagaimana Hydrotreatments. J. Catal. (189). 281-296.
ditunjukkan pada hasil penelitian ini sehingga Nagai, M., Goto, Y., Irisawa, A., dan Omi, S.
akibatnya k akan berkurang dengan naiknya 2000. Catalytic Activity and Surface
temperatur. Properties of Nitrided Molybdena-
Alumina for Carbazole Hydro
Simpulan denitrogenation. J. Catal. (191). 128-137.
Kenaikan temperatur berpengaruh pada Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi
reaksi HDN piridin dengan katalis Ni-Mo/ZA. Inframerah. Yogyakarta: Liberty
Nilai Ea reaksi HDN piridin terkatalisis yang Yogyakarta.
dihitung menggunakan persamaan Arrhenius Siswodiharjo. 2006. Reaksi Hidrorengkah
masing-masing adalah 56,1118 kJ mol-1 untuk Katalis Ni/zeolit, Mo/zeolit, Nimo/zeolit
temperatur 300-350oC dan -44,2387 kJ mol-1 Terhadap Parafin.skripsi, Surakarta: UNS
untuk temperatur 350-400oC. Berdasarkan hasil Syamsuddin, Y., Husin, H., dan Aprilia, S.
analisis GC-MS pada temperatur 350oC, produk 2004. Proses Hidrocracking Residu
Minyak Bumi dengan Menggunakan
yang terdeteksi dari hasil reaksi adalah Katalis Komersial Ni-Mo/Al2O3. Laporan
metilsiklopentana, n-heksana, dan 3-metil Penelitian, Aceh, Universitas Syiah Kuala.
pentana. Konversi (%) piridin sisa pada Trisunaryanti, W.,Triwahyuni, E., dan Sudiono,
temperatur optimum sebesar 70,58%. Pada S. 2005. Preparasi, Modifikasi dan
reaksi HDN, yang terdeteksi pada kromatogram Karakterisasi Katalis Ni-Mo/Zeolit Alam
produk cair adalah reaktan, maka semakin dan Mo-Ni/Zeolit Alam. TEKNOIN. Vol.
10. No. 4. 269-282.
banyak volume, menyebabkan reaktan sisa
semakin banyak sehingga konversinya makin Trisunaryanti, W., Triyono, dan Denty F. A.
2003. Preparation of Ni-Mo/Modernite
kecil. Catalyst Under the Variation of Mo/Ni
Daftar Pustaka Ratio and Their Characterizations for
Dewi, Cynthia. 2007. Sintesis Katalis Ni/Mo Stearic Acid Conversion. Indonesian
untuk Hydrotreating. S1-Final Project Journal of Chemistry. 3(2). 80-90.
Chemical Engineering. Bandung: Central Triyono. 2004. Kimia Katalis. Yogyakarta:
Library Institute Technology Bandung. FMIPA UGM.
Egorova, M., Zhao, Y., Kukula, P., dan Prins R.
2002. On the Role of  Hydrogen Atoms
in the Hydrodenitrogenation of 2-
Methylpiridine and 2-Methylpiperidine.
J.Catal. (206).

67

Anda mungkin juga menyukai