Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 5, No. 1, hal.

8-16, 2006
Copyright © 2006 Teknik Kimia UNSYIAH
ISSN 1412-5064

Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan


Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al2O3, TiO2, dan SiO2

HUSNI HUSIN1 DAN FIKRI HASFITA2


1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh - 23111, Indonesia
Telepon: 0651-7412973, Fax: 0651-52222, e-mail: husni_husin2002@yahoo.com
2)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Lhoekseumawe

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penyangga Al2O3, SiO2,
dan TiO2 pada MoO3 terhadap kinerjanya dalam oksidasi etanol menjadi asealdehida.
Katalis disiapkan dengan metode impregnasi dengan kandungan MoO3 of 25% dan 50%.
Hasil identifikasi dengan X-ray Difraction (XRD) menunjukkan bahwa komponen
katalis terdiri dari kristal MoO3, TiO2, Al2O3, dan SiO2. Reaksi uji kinerja katalis
dilangsungkan dalam reaktor pipa lurus berunggun tetap, beroperasi pada 150-300oC dan
tekanan atmosfir. Produk dianalisis menggunakan gas kromatografi GC 8A buatan
Shimadzu dengan kolom porapak Q 80/100 mesh. Konversi etanol tertinggi diperoleh
83% menggunakan katalis 50%MoO3/TiO2. Selektivitas asetaldehida tertinggi dihasilkan
96% menggunakan katalis 25%MoO3/SiO2. Yield asetadehida tertinggi dicapai 51%
menggunakan katalis 25%MoO3/TiO2. Copyright © 2006 Teknik Kimia UNSYIAH

Kata kunci: katalis MoO3/TiO2, Al2O3, SiO2, impregnasi, oksidasi etanol, asetaldehida

PENDAHULUAN asetaldehida di Indonesia saat ini semua


masih berasal dari impor.
Asetaldehida merupakan salah satu Produksi asetaldehida secara industri
senyawa yang banyak digunakan dalam dewasa ini dinilai belum ekonomis karena
berbagai proses industri kimia. Sebagian biaya produksi relatif masih mahal. Salah
besar asetaldehida digunakan sebagai bahan satu cara untuk menekan biaya produksi
baku pembuatan pentaeritritol dan asam yaitu dengan menggunakan katalis yang
asetat. Pentaeritritol merupakan bahan baku dapat memberikan konversi dan selektivitas
utama untuk pembuatan alkid resin yang yang memadai. Katalis merupakan salah
selanjutnya akan menjadi bahan baku utama satu faktor yang sangat penting dalam
pembuatan cat kayu dan cat besi reaksi, karena pemakaian katalis yang aktif
(Anonimous, 1999). Sedangkan asam asetat dan selektif dapat menjadikan suatu proses
banyak digunakan sebagai pelarut dan bahan lebih ekonomis dan lebih kompetitif.
baku industri polimer. Usaha-usaha untuk mendapatkan
Dewasa ini kebutuhan akan proses dan mencari katalis dalam pembuatan
petaeritritol dan asam asetat tiap tahun di asetaldehida terus dilakukan oleh para
Indonesia mencapai masing-masing 10.000 peneliti di dunia. Proses konvensional
ton dan 20.000 ton (Anonimous, 1999). ditempuh lewat jalur petrokimia. Tetapi,
Seiring dengan kebutuhan pentaeitritol dan pada keadaan normal konversi yang
asam asetat maka kebutuhan akan diperoleh relatif rendah dan perolehan
asetaldehida juga akan semakin meningkat. produknya juga rendah. Katalis yang
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan digunakan adalah perak yang harganya
relatif mahal serta konversi dan

8
Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al 2O3, 9
TiO2, dan SiO2

selektivitasnya juga masih rendah. Proses ini komersial saat ini digunakan dalam sintesa
secara komersial kurang menguntungkan formaldehida (Piccoli dan Luis, 1992). Hasil
karena banyak membutuhkan biaya dalam penelitian itu menunjukkan bahwa katalis
proses pemisahan reaktan (Filho & berbasis MoO3 ternyata juga cocok untuk
Domingues, 1992). reaksi oksidasi etanol menjadi asetaldehida.
Rute lain untuk memproduksi Berdasarkan fakta tersebut maka penelitian
asetaldehida telah diusulkan oleh beberapa ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
peneliti dengan menggunakan etanol sebagai penyangga Al2O3, TiO2, dan SiO2 pada
umpan. Diperkirakan proses ini dapat MoO3 terhadap kinerja dalam oksidasi
menjadi suatu prosedur yang lebih baik etanol menjadi asealdehida.
daripada proses konvensional, terutama Benvenutti dan Gushikem (1998),
dalam hal harga yang relatif murah jika melakukan percobaan dengan menggunakan
didapatkan metodologi yang cerdik (kondisi katalis Fe(III) yang didispersikan pada
operasi, katalis, dan medium pereaksi). penyangga Sb2O5 dan SiO2 dalam oksidasi
Zhang dkk., 1995, mengusulkan suatu etanol menjadi asetahdehida. Ternyata
proses alternatif untuk menghasilkan katalis Fe(III) terdispersi dengan baik pada
asetaldehida melalui reaksi oksidasi etanol penyangga membentuk senyawa FeSbO4
dengan udara. Proses ini menggunakan dan Fe/Sb/SiO2. Benvenutti, dan Gushikem,
katalis berbasis MoO3 dalam rentang (1998) juga melaporkan bahwa penggunaan
temperatur 180–240oC dan tekanan katalis ini menunjukkan efisiensi yang
atmosfir. Dewasa ini penelitian mulai tinggi.
banyak perhatian untuk mendapatkan Asetaldehida pertama kali
katalis. Zhang mengisyaratkan bahwa dikembangkan secara besar-besaran dalam
katalis MoO3 akan lebih selektif jika industri asetilen, melalui reaksi hidrasi
dipadukan dengan penyangga. Penggunaan sebagai berikut (Kirk & Othmer, 1994):
penyangga dapat memperbesar distribusi
CHCH + H2O 700-1000
   
2
luas permukaan fasa aktif sehingga kontak Hg , H 2 SO4
CH2 =CHOH
C
antara reaktan dengan fasa aktif katalis
 4  C2H4O
Hg 2  , H SO
semakin sempurna. 2
700-1000 C
(1)
Husin dkk (2002) telah melakukan
studi pembuatan katalis MoO3 yang Katalis yang digunak an adalah
digabung dengan Fe2O3. Uji kinerja katalis raksa yang terlarut dalam asam sulfat pada
dalam reaksi oksidasi etanol menjadi tekanan operasi sekitar 15 psi. Proses ini
asetaldehida telah dilakukan oleh Mairiza dianggap tidak ekonomis karena harga
dan Husin, (2002). Hasil penelitian itu asetilen yang terlalu mahal. Cara lain
menunjukkan hasil yang menjanjikan, yaitu pembuatan asetaldehida yaitu melalui
konversi sekitar 60% dan selektivitas oksidasi butana dengan oksigen atau udara.
asetaldehida sekitar 70%. Reaksi dilangsungkan pada fasa gas dengan
Sebelumnya Viswanath (1982) dan menggunakan katalis keramik pada
Filho (1992) telah menggunakan katalis temperatur ± 40 oC (Kirk & Othmer, 1994).

C4H10 + ½O2 
 2CH3CHO + H2
F2(MoO4)3 (besi molibdenum oksida) untuk
keramik
reaksi tersebut. Viswanath membuat katalis (2)
40 oC
besi molibdenum oksida dari larutan besi
nitrat dan amonium heptamolibdat, Etanol juga dapat diubah menjadi
sedangkan Filho menggunakan katalis asetaldehida melalui reaksi dehidrogenasi
F2(MoO4)3 komersial (Viswanath,1982 dan fasa gas dengan menggunakan katalis
Filho,1992). Katalis besi molibdate baik tembaga yang diaktivasi oleh kromium.
dalam bentuk kompleks (F2(MoO4)3)
maupun oksida (MoO3) sebenarnya secara
10 HUSNI HUSIN dan FIKRI HASFITA

Reaksi biasanya dilangsungkan pada 260 – monoksida dan etil eter. Bahkan pada
290 oC dan tekanan atmosferik. kondisi reaksi yang tidak menguntungkan
Cu,
 o  CH3CHO + H2
Cr bisa juga diperoleh ester (etil asetat) dan
CH3CH2OH 260-290 C
(3) hidrokarbon jenuh (etilen).

Oksidasi etanol menggunakan katalis


perak atau tembaga dilangsungkan pada fasa METODOLOGI PENELITIAN
gas dengan suhu 300 – 575 oC dan tekanan
atmosfer. Reaksinya yaitu (Kirk & Othmer, Preparasi Katalis
1994):
CH3CH2OH + ½O2   CH3CHO + H2O
Ag
Katalis disiapkan dengan metode
500 C o (4) impregnasi yaitu: dengan cara
Reaksi oksidasi etanol menjadi mendepositkan garam (NH4)6Mo7O24.4H2O
asetaldehida selalu diperoleh produk lain (ammonium heptamolibdat) pada masing-
yang tidak diinginkan. Sangat masing penyangga Al2O3, TiO2, dan SiO2.
dimungkinkan bahwa selain terjadi reaksi Garam (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan
utama (oksidasi etanol) terjadi pula reaksi kandungan MoO3 of 25% dan 50% :
samping. Berdasarkan analogi dengan reaksi penyangga, dilarutkan dalam air kemudian
oksidasi metanol dengan katalis besi diaduk selama 1 jam. Kemudian dicampur
molibdenum oksida (Le Page, 1985), reaksi Al2O3 selama 2 jam. Campuran dikeringkan
samping yang mungkin terjadi pada oksidasi pada suhu 110oC selama 4 jam. Selanjutnya
etanol dengan katalis yang sama adalah kristal dikalsinasi pada suhu 400oC selama 6
sebagai berikut : jam dengan dialiri udara. Kemudian

C2H5OH + 2O2  2CO + 3H2O


dikarakterisasi dengan alat XRD untuk
identifikasi fasa kristal yang terbentuk.
CO +1/2 O2  CO2

C2H5OH + O2  CH3COOH + H2O


Uji Kinerja Katalis

C2H5OH  C2H5-O-C2H5 + H2O


Reaksi uji kinerja katalis
(5) dilangsungkan dalam reaktor pipa lurus
CH3CHO + 1/2 O2  CH3COOH
berunggun tetap (fixed bed tubular reactor).
CH3CHO + 3/2 O2  2CO + 2H2O
Katalis dimasukkan ke dalam reaktor
sebanyak 0,5 gram sebagai unggun tetap.
CH3CHO + 5/2 O2  2CO2 + 2H2O Reaktor dipanaskan sampai suhu konstan.
2CH3CHO  C2H5COOCH3 Campuran udara dan etanol diumpankan ke
dalam reaktor dengan rasio udara:etanol
Salah satu faktor peryebab terjadinya 19,7; waktu tinggal 14.76
reaksi samping adalah temperatur. (gkat.jam)/(molEtOH), temperatur 150, 175,
Temperatur yang terlalu panas dapat 200, 225, 250, 275, dan 300oC; dan tekanan
menyebabkan deaktivasi katalis sehingga atmosfir. Produk didinginkan dalam
katalis tidak selektif lagi terhadap reaksi kondensor sehingga diperoleh produk cair.
utama. Selain itu temperatur yang tinggi Skema rangkaian alat dapat dilihat pada
dapat menyebabkan asetaldehida mengalami Gambar 1.
dekomposisi atau oksidasi lanjut.
Dari persamaan tersebut terlihat Analisa Produk
bahwa produk utama reaksi adalah Hasil keluaran reaktor dianalisis
asetaldehida dan air. Produk reaksi lain yang menggunakan Gas Chromatograph GC-8A
biasa diperoleh pada oksidasi etanol adalah buatan Shimadzu untuk mendeteksi dan
asam asetat, gas karbon dioksida, karbon menentukan fraksi mol produk. Analisis ini
Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al 2O3, 11
TiO2, dan SiO2

H2O absorber
Vent
preheater feed
thermocople injection

buble soap
flowmeter
detector
reactor
catalyst

Gas mixer
nitrogen

gas product controller


oxigen

nitrogen
liquid product condenser

Methanol

Gambar 1 . Skematik reaktor oksidasi etanol menjadi asetaldehida

menggunakan detektor jenis TCD (Thermal dimana:


Conductivity Detector) dengan kolom C2H5OH = etanol (sebagai reaktan)
C2H4O = asetaldehida (sebagai produk)
porapak Q 80/100 mesh. Analisis produk
dilakukan pada temperatur kolom 100oC dan
temperatur injektor 130oC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Konversi, Selektivitas, dan
Hasil Identifikasi dengan XRD
Yield
Identifikasai fasa kristal dari katalis
Konversi (X) adalah perbandingan
ditentukan dengan alat x-Ray diffractometer
mol reaktan yang bereaksi dengan mol
(XRD) di Laboratorium XRD Jurusan
reaktan yang masuk. Selektivitas (S) adalah
Kimia UGM. Grafik XRD yang diperoleh
perbandingan mol produk yang terbentuk
memiliki nilai 2 dari 10-70o dengan ukuran
dengan mol reaktan yang bereaksi.
scanning step 0,02o. Hasil karakterisasi
Sedangkan yield (Y) adalah perbandingan
dengan XRD katalis MoO3/Al2O3 dan
mol produk yang terbentuk dengan mol
MoO3/TiO2 disajikan pada Gambar 2.
reaktan yang masuk. Konversi, selektivitas,
Dari spektrum XRD (Gambar 2)
dan yield ditentukan dengan menggunakan
tampak bahwa komponen katalis terdiri dari
persamaan-persamaan berikut:
senyawa MoO3, Al2O3 dan TiO2 dengan
a. Penentuan Konversi Etanol (X): komponen terbanyak kristal MoO3. Tiga
mol C 2 H 5 OH masuk  mol C 2 H 5 OH keluar
X C2 H 5OH  100%
puncak utama karakteristik MoO3 terdapat
mol C 2 H 5 OH masuk pada 2 = 25,79; 2 = 27,42; dan 2 = 39,0
(6) derajat. Tiga puncak utama karakteristik
b. Penentuan Selektivitas Asetaldehida (S): Al2O3 terdapat pada 2 = 25,69; 2 = 39,24;
dan 2 = 46,31 derajat. Sedangkan tiga
S C2 H 4O  100%
mol C 2 H 4 O keluar
mol C 2 H 5 OH masuk  mol C 2 H 5 OH keluar
puncak utama karakteristik TiO2 terdapat
pada 2 = 25,39; 2 = 48,13; dan 37,88
(7)
derajat. Beberapa puncak karakteristik
c. Penentuan Yield Asetaldehida (Y) : MoO3 terlihat menumpuk dengan Al2O3 dan

YC2 H 4O  100%
mol C 2 H 4 O keluar TiO2.
(8)
mol C 2 H 5 OH masuk
12 HUSNI HUSIN dan FIKRI HASFITA

25% MoO3/Al2O3 6000 50% MoO3/Al2O3


6000 x = MoO3 x = MoO3
x
o = Al2O3 o = Al2O3
5000
5000
x
o
4000 4000
x
Intensity (cps)

Intensity (cps)
x
3000 3000
x x
o

2000 xx 2000
o x
x x x
x x x
1000 x o 1000 o o x x
x o x x o
o

0 0
10 20 30 40 50 60 70 10 20 30 40 50 60 70
2 Theta (degree) 2 Theta (degree)

4000 4000
25 % MoO3 /TiO2
50 % MoO3 /TiO2
x = MoO3
x x = MoO3
3000 3000
Intensity (cps)

Intensity (cps)

x 2000
2000
t
x
x
1000 x 1000 t
t t x
x x
t x t
x t t
x t x x t
0 0
10 20 30 40 50 60 70 10 20 30 40 50 60 70
2 Theta (degree)
2 Theta (degree)

6000 6000
25% MoO3/SiO2
x = MoO3 50% MoO3/SiO2
5000 5000 x = MoO3
s = SiO2 x
s = SiO2

4000 4000
Intensity

Intensity

00 x 00 x
s
x
2000 x 2000 s
s
x x x x
s x
1000 x x 1000 s
s x
x x s s x
s s

0 0 10 20 30 40 50 60 70
10 20 30 40 50 60 70
2 Theta (degree) 2 Theta (degree)

Gambar 2. Difraktogram XRD katalis MoO3/Al2O3, MoO3/TiO2 dan MoO3/SiO2


Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al 2O3, 13
TiO2, dan SiO2

Dari difraktogram juga terlihat bahwa Konversi Etanol


kenaikan kadar Mo pada preparasi katalis Selektivitas Asetaldehida
menghasilkan intensitas puncak MoO3 Yield Asetaldehida
semakin tinggi. Intensitas yang semakin 100
tinggi ini menunjukkan jumlah kristal MoO3 90 25% MoO3 /Al2 O3
yang terbentuk lebih banyak. Dari spektrum 80

Aktivitas (X, S, Y) %
70
xrd dapat disimpulkan bahwa pembuatan
60
katalis berhasil dengan baik, karena 50
senyawa-senyawa yang diharapkan telah 40
terbentuk. 30
20
Aktivitas Katalis 10
0
Pengujian kinerja katalis dilakukan 125 150 175 200 225 250 275 300 325
terhadap reaksi oksidasi etanol menjadi T emperature ( o C)
asetaldehida. Reaksi dilangsungkan pada
150-300oC dan tekanan atmosfir. Kinerja Konversi Etanol
katalis secara kuantitatif ditinjau dari Selektivitas Asetaldehida
Yield Asetaldehida
aktivitas katalis, diwakili oleh konversi,
100
selektivitas, dan yield. 25% MoO3 /T iO2
90
Katalis dibedakan dalam dua katagori
Aktivitas (X, S, dan Y) %

80
yaitu: kadar Mo rendah (25%Mo/Al2O3, 70
25%Mo/TiO2, dan 25%Mo/SiO2) dan kadar 60
Mo tinggi (50%Mo/Al2O3, 50%Mo/TiO2, 50
dan 50%Mo/SiO2). 40
30
Gambar 3 merupakan hubungan 20
temperatur reaksi terhadap konversi, 10
selektivitas dan yield untuk katalis 0
25%Mo/Al2O3, 25%Mo/TiO2, dan 125 150 175 200 225 250 275 300 325
25%Mo/SiO2. Gambar 3.3 merupakan T emperature (oC)
hubungan temperatur reaksi terhadap
konversi, selektivitas dan yield untuk katalis
Konversi Etanol
50%Mo/Al2O3, 50%Mo/TiO2, dan
Selektivitas Asetaldehida
50%Mo/SiO2, serta MoO3 tanpa penyangga. Yield Asetaldehida
Penggunaan ke tiga jenis penyangga (Al2O3, 100
TiO2, dan SiO2) tanpa MoO3 dalam reaksi, 90
tidak menghasilkan produk asetaldehida
Aktivitas (X, S, Y) %

80 25% MoO3 /SiO2


sama sekali. 70
Selama reaksi berlangsung tampak bahwa 60
50
asetaldehida merupakan produk utama yang 40
terbentuk meskipun produk samping tidak 30
diidentifikasi. MoO3 tanpa penyangga 20
memiliki konversi yang lebih rendah 10
dibandingkan dengan penggunaan katalis 0
125 150 175 200 225 250 275 300 325
berpenyangga. Konversi kedua jenis katalis
T emperature ( o C)
(Mo rendah dan Mo tinggi) untuk
penggunaan ketiga penyangga menunjukkan Gambar 3. Konversi, selektivitas, dan yield untuk
kecenderungan yang hampir sama yaitu: oksidasi etanol pada berbagai temperatur
menggunakan katalis 25% MoO3 berpenyangga
TiO2 > Al2O3 > SiO2. Al2O3, TiO2, dan SiO2
14 HUSNI HUSIN dan FIKRI HASFITA

Konversi Etanol Konversi Etanol


Selektivitas Asetaldehida Selektivitas Asetaldehida
Yield Asetaldehida Yield Asetaldehida
100 100
90 100% MoO3 50% MoO3 /Al2 O3
Aktvitas (X, S, dan Y) %

90
80 80

Aktivitas (X, S, Y) %
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0
0
125 150 175 200 225 250 275 300 325
125 150 175 200 225 250 275 300 325
o
Temperatur ( C) T emperature ( o C)

Konversi Etanol Konversi Etanol


Selektivitas Asetaldehida Selektivitas Asetaldehida
Yield Asetaldehida Yield Asetaldehida
100 100
90 50% MoO3 /T iO2 50% MoO3 /SiO2
90
80
Aktivitas (X, S, Y) %
Aktivitas (X, S, Y) %

80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
125 150 175 200 225 250 275 300 325 125 150 175 200 225 250 275 300 325
T emperature ( o C) T emperature ( o C)

Gambar 4. Konversi, selektivitas, dan yield untuk oksidasi etanol pada berbagai temperatur menggunakan
katalis 50% MoO3 berpenyangga Al2O3, TiO2, SiO2 dan MoO3 murni

Membandingkan antara masing- Dari penelitian itu juga dilaporkan bahwa


masing penyangga terlihat bahwa penggunaan TiO2 dan Al2O3 murni, tidak
25%MoO3/Al2O3 memberikan konversi menghasilkan formaldehida sama sekali.
etanol lebih besar dari 50%MoO3/Al2O3. Kemungkinan produk yang dihasilkan
Sedangkan penyangga TiO2 dan SiO2 adalah dimetil eter (Hungcun dan Israel,
tampak bahwa konversi lebih besar 1995).
dihasilkan pada sampel yang memiliki Mo Selektivitas dari semua jenis katalis
50%. Kecenderungan seperti ini pernah MoO3 sangat dipengaruhi oleh Mo yang
dilaporkan oleh Hungcun dan Israel (1995), diisi pada penyangga. Penggunaan katalis
yang menggunakan support Al2O3 dan 25%MoO3 pada penyangga TiO2 dan SiO2
TiO2 untuk oksidasi etanol menjadi memiliki selektivitas ke asetaldehida lebih
asetaldehida. tinggi dari katalis yang diisi 50% Mo.
Semakin banyak Mo yang diisi ke Penggunaan katalis MoO3/Al2O3 terlihat
TiO2, aktivitas katalis semakin meningkat, memiliki selektivitas yang hampir sama baik
sedangkan semakin banyak Mo yang diisi ke yang diisi Mo rendah maupun tinggi.
Al2O3, aktivitas katalis semakin menurun.
Studi Oksidasi Etanol Menjadi Asetaldehida Menggunakan Katalis Molibdenum Oksida Berpenyangga Al 2O3, 15
TiO2, dan SiO2

Selektifitas asetaldehida tertinggi maupun selektivitas, dipengaruhi oleh jenis


dihasilkan pada penggunaan katalis 25% penyangga dan kadar Mo yang diisi ke
Mo/SiO2, berkisar 82-96%. Akan tetapi, penyangga. Konversi etanol tertinggi
penggunaan katalis 50%MoO3 pada diperoleh pada penggunaan katalis
penyangga TiO2 dan SiO2 terlihat 25%Mo/SiO2 yaitu 83%. Selektifitas
selektivitas ke asetaldehida lebih stabil asetaldehida tertinggi dihasilkan pada
hingga suhu 300oC. Yield asetaldehida yang penggunaan katalis 25% Mo/SiO2 yaitu
tinggi dihasilkan pada penggunaan katalis mencapai 96%. Kenaikan suhu reaksi
Mo/TiO2, reaksi dilangsungkan pada suhu menyebabkan naiknya konversi, tetapi,
antara 250- 300 oC sekitar 51%. cenderung menurunkan selektivitas
Kenaikan suhu menyebabkan formaldehida. Yield asetaldehida tertinggi
meningkatnya konversi metanol. dihasilkan pada penggunaan katalis
Peningkatan konversi karena pada suhu Mo/TiO2, reaksi dilangsungkan pada suhu
yang lebih tinggi menghasilkan energi yang antara 250- 300 oC sekitar 51%
lebih besar sehingga dapat mempercepat
reaksi. Kenaikan konversi ini sesuai dengan Saran
hukum Arrhenius yang menyatakan bahwa
semakin tinggi temperatur maka laju reaksi Hasil penelitian ini belum
semakin tinggi (Froment, 1990). Konversi memuaskan, sehingga masih perlu
etanol tertinggi diperoleh pada penggunaan penelitian lanjutan dengan mengevaluasi
penyangga TiO2 mencapai 83% pada suhu karakteristik katalis lebih jauh seperti: luas
reaksi 300oC. Akan tetapi, dengan kenaikan permukaan, struktur permukaan
suhu cenderung menurunkan selektivitas. dihubungkan dengan aktivitasnya.
Penurunan selektivitas ini disebabkan
karena pada suhu tinggi energi yang
diberikan lebih banyak sehingga orientasi UCAPAN TERIMA KASIH
tumbukan antar reaktan menjadi lebih
sempuna. Hal ini menyebabkan terjadi
Penulis mengucapkan terima kasih
reaksi lanjut membetuk produk samping.
kepada proyek Penelitian Dasar
Reaksi oksidasi etanol sangat eksotermis
sehingga pada suhu yang lebih tinggi sangat P2IPT/DPPM/PID/III/2004 DIKTI yang
mudah terjadi oksidasi total membentuk berkenan mendanai penelitian ini dan
produk samping. Hal ini sesuai dengan hasil Universitas Syiah Kuala yang telah
penelitian Zang dkk,(1995), bahwa semakin menyediakan fasilitas laboratorium. Dalam
tinggi suhu reaksi, kemungkinan COx yang kesempatan ini penulis juga mengucapkan
akan terbentuk karena oksidasi lanjut terima kasih kepada Muna Raihana dan
semakin tinggi. Penurunan selektivitas juga Nazaruddin, atas semua bantuannya.
dapat disebabkan oleh deaktivasi katalis
pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini
dilaporkan oleh Husin dkk, (2002), bahwa DAFTAR PUSTAKA
MoO3 pada suhu yang lebih tinggi akan
mudah tersublimasi sehingga fasa aktif Anonimous, 1999, Perkembangan dan
semakin berkurang atau rusak. Prospek Industri Etanol Di Indonesia,
Konsumsi Oleh Industri Asetaldehid,
Indochemical, Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Bernutti, E.V., and Gushikem, Y. 1998,
Comparative Study on Catalityc Study
Kesimpulan Oxidation of Ethanol to Acetaldehyde
Dari hasil pembahasan di atas dapat Using Fe (III) Dispersed on Sb2O5,
diambil beberapa kesimpulan. Baik konversi
16 HUSNI HUSIN dan FIKRI HASFITA

Journal of Brazilian Society, vol 9, no. Mairiza dan Husin, H., Oksidasi Etanol
5, p. 469-472 menggunakan Katalis Besi
Filho, R. M. and Domingues, 1992, Molibdenum Oksida, Laporan
Multitubular Reactor for Obtention of Penelitian, Teknik Kimia Unsyiah.
Acetaldehyde by Oxidation of Ethyl Kirk Othmer, 1994, Ethanol, Encyclopedia
alcohol, Chemical Engeneering of Chemical Technology, fourth edition,
Science, vol 47 no. 9. II, John wiley & Sons Inc, New York.
Froment, G.F and K.B. Bischoff, 1990, Legendre, M. And Cornet D.,1972, Catalytic
Chemical Reactor Analysis and Design, Oxidation of Ethanol over Tantalum
2nd Edition, John Wiley and Sons, New Oxide, Journal of Catalysis, Vol 25, p.
York. 194-203.
Hungcun, H. dan Israel, E., 1995, Catalytic Piccoli, Ricardo Luis, 1992, Kinetic Study
Properties of supported Molybdenum of Methanol Selective Oxidation to
Oxide Catalyst: Insitu Raman and Formaldehyde on Iron Molybdate
Methanol Oxidation Studies, Journal of Catalyst, Research Report,
Physical Chemistry, vol 99, no, 27 p Laboratorium voor Petrochemische
10911-10922. Techniek, Fakulteit der Toegepaste
Husin, H. Subagjo, dan Makertiharta IGBN, Wetenschapen, Universiteit Gent.
2002, Studi Deaktivasi Pada Katalis Viswanath, Dabir S. dan Voruganti Srihari,
Besi Molibdate, Jurnal Itenas, vol.6, 1982, Oxidation of Methanol Over
no. 1, hal.: 10 – 14, Bandung Molybdate Catalyst, Journal of
Husin, H. Fikri Hasfita, dan Novi Metia, Chemical Technology of
2002, Preparasi Katalis Besi Biotechnology., vol.32, hal 868.
Molibdenum Oksida dengan Metode Zhang W., Desikant, A., and Oyama, S.T,
Presipitasi, Prosiding Seminar Nasional 1995, Effec of Support in Ethanol
Fundamental dan Aplikasi Teknik Oxidation on Molybdenum Oxide,
Kimia, Surabaya, hal. KR.09-1-KR.09- Journal of Physical Chemistry, 99, no.
7 39, p 14468-14476.

Anda mungkin juga menyukai