Anda di halaman 1dari 2

Steam Reforming

Dalam proses ini, gas alam seperti metana, propana atau etana
direaksikan dengan steam (uap air) pada suhu tinggi (700~1000oC)
dengan bantuan katalis, untuk menghasilkan hidrogen, karbon
dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Sebuah reaksi samping
juga terjadi antara karbon monoksida dengan steam, yang
menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida. Persamaan reaksi yang
terjadi pada proses ini adalah:

CH4 + H2O --> CO + 3H2


CO + H2O --> CO2 + H2

Gas hidrogen yang dihasilkan kemudian dimurnikan, dengan


memisahkan karbon dioksida dengan cara penyerapan.

Saat ini, steam reforming banyak digunakan untuk memproduksi


gas hidrogen secara komersil di berbagai sektor industri,
diantaranya industri pupuk dan hidrogen peroksida (H2O2). Akan
tetapi metode produksi seperti ini sangat tergantung dari
ketersediaan gas alam yang terbatas, serta menghasilkan gas CO2,
sebagai gas efek rumah kaca.
http://anekailmu.blogspot.com/2009/04/pembuatan-gas-hidrogen-h2.html

Biological Process Produksi hidrogen secara biologis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
biofotolisis air menggunakan cyanobacteria, foto dekomposisi senyawa organik dengan bakteri
fotosintetik yang menggunakan proses fermentasi menggunakan bantuan cahaya dengan
photosynthetic purplenon-sulfur bacteria, fermentasi tanpa menggunakan cahaya yang biasa dikenal
fermentasi nonfotosintetik (dark fermentation) dan hybrid system yang menggunakan
mikroorganisme non-fotosintetik dengan fotosintetik serta penggunaan sistem microbial fuel cell.
Karbohidrat, terutama glukosa adalah substrat untuk fermentasi H2. Selain itu, pati, selulosa, limbah
organik juga dapat digunakan. Beberapa mikroorganisme seperti Enterobacter, Clostridium dan E.
coli dapat menghasilkan H2. Produk akhir dan jumlah H2 yang dihasilkan sangat variatif tergantung
jalur yang digunakan mikroorganisme . Karbohidrat yang digunakan sebagai substrat dapat berupa
glukosa, isomer heksosa atau polimer dalam bentuk pati atau selulosa dengan jumlah rendemen H2
yang berbeda permol glukosa tergantung jalur fermentasi dan produk akhirnya. Rute fermentasi
dalam produksi H2 diawali dari konversi glukosa menjadi piruvat dan NADH melalui glikolisis oleh
bakteri anaerob maupun fakultatif anaerob. Menurut Tanisho dkk terdapat jalur produksi H2 melalui
jalur NADH, dimana H2 dihasilkan oleh reoksidasi NADH sebagaimana reaksi di bawah: NADH + H+→
H2 + NAD+ 13 Keuntungan produksi H2 secara fermentasi adalah produksinya yang cepat dan
operasinya sederhana. Substrat yang digunakan dapat berupa limbah organik, sehingga jika
dibandingkan dengan produksi hidrogen melalui proses fotosintesis maka cara fermentasi lebih
mudah dikerjakan dan digunakan secara luas. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
fermentasi produksi hidrogen adalah konsentrasi substrat, inhibitor, suhu, pH dan kecepatan dilusi.
Kekurangan dari proses ini yaitu bahan baku bersaing dengan bahan pangan .Yield hidrogen yang
dihasilkan kecil yaitu 10-20% dan harga mikroorganisme cenderung mahal dan kurang cocok
digunakan pada skala besar.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1282/05.1%20bab%201.pdf?sequence=7&isAl
lowed=y

Proses pembuatan gas sintesis (syngas) melalui reaksi katalitik oksidasi parsial metana merupakan
proses yang lebih menguntungkan daripada menggunakan reaksi katalitik reformasi kukus (steam
reforming). Keuntungan utama reaksi oksidasi parsial metana ini adalah : (1) dalam reaksi ini terjadi
reaksi eksotermik, (2) memberikan perbandingan H2/CO. yang lebih rendah (H2/CO=21i ), dan (3)
lebih selektif. Pada awalnya, faktor penyulit utama dalam proses ini adalah tidak dapat dihindarinya
pembentukan deposit karbon pada perbandingan stoikiometri CH4/O2 yang digunakan, namun sejak
tahun 1991 proses ini mulai banyak diteliti setelah dilaporkan ada beberapa logam nobel seperti
rodium dan rutenium dapat digunakan sebagai katalis tanpa (sedikit sekali) terjadi pembentukan
deposit karbon. Tetapi walau bagaimanapun tetap masih dijumpai kendala karena seperti diketahui
logam rodium dan rutenium ini sangat mahal harganya.
Sampai saat ini, masih terjadi ketidaksepakatan (debat) di antara para peneliti mengenai mekanisme
reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas. Oleh sebab itu
banyak di antara peneliti menempatkan kejelasan akan mekanisme reaksi sebagai salah satu tujuan
utama penelitian. Disimpulkan ada 2 (dua) mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas
yaitu (1) oksidasi parsial metana secara tak langsung, dan (2) oksidasi parsial metana secara
langsung.
Dalam upaya terus mencari katalis yang lebih efisien untuk oksidasi parsial metana menjadi syngas,
dalam penelitian ini telah diteliti penggunaan logam Co dan Ni sebagai komponen aktif katalis yang
menggunakan penyangga silika dan alumina, dan promotor seng (Zn). Penilaian kinerja katalis
berdasarkan hasil uji : (1) aktivitas yang meliputi konversi dan selektivitas, dan (2) stabilitas, yang
dilakukan pada kondisi operasi standar yaitu berat katalis 100 mg, ratio umpan CH4 : O2 : N2 : He
10 : 5 : 5 : 80, laju alir reaktan = 100 ml/menit, GHSV=6x144 h 1, tekanan = 1 atm. Dibawah kondisi
operasi standar ini, dilakukan uji aktivitas katalis pada temperatur reaksi 500, 600, 700, 800, dan
900°C. Di samping itu, juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan kejelasan mekanisme reaksi
oksidasi parsial metana menjadi syngas dan penelitian yang dilakukan meliputi variasi waktu kontak
dan karakterisasi katalis.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat simpulkan bahwa : (1) logam kobalt dengan penyangga
alumina sangat adalah sangat aktif namun memberikan selektivitas syngas yang rendah, (2) katalis
dengan Iogam nikel berpenyangga alumina adalah aktif, selektif dan stabil , (3) produk syngas sangat
dipengaruhi derajat reduksi logam aktif, dan (4) mekanisme reaksi dalam oksidasi parsial metana
menjadi syngas adalah mekanisme secara tak langsung.

http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71581.pdf

Anda mungkin juga menyukai