Anda di halaman 1dari 4

Destruksi merupakan suatu perlakuan untuk melarutkan atau mengubah

sampel menjadi bentuk materi yang dapat diukur sehingga kandungan berupa
unsur-unsur didalamnya dapat dianalisis. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi
yang dikenal yaitu destruksi basah dan destruksi kering, yang masing-masing
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Istilah destruksi ini disebut juga
perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam
anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia
yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua
destruksi

ini

memiliki

teknik

pengerjaan

dan

lama

pemanasan

atau

pendestruksian yang berbeda (Anonim, 2008)

Destruksi basah adalah proses perombakan logam organik dengan menggunakan


asamkuat, baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator
sehingga dihasilkan logaman organik bebas. Destruksi basah sangat sesuai untuk penentuan
unsur-unsur logam yang mudah menguap. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk
destruksi basah adalah asam nitrat (HNO3 , asam sulfat H2SO4, asam perklorat HClO4 dan
asam klorida HCl. Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal maupun
campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau
perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam
yang terbentuksetelahdestruksimerupakansenyawagaram yang stabil dan disimpan selama
beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan dengan
menggunakan metode Kjeldhal (Raimon, 1993).
Kegunaan dari Destruksi Basah:

Memperoleh unsur sampel dalam bentuk yang sesuai dengan metode yang digunakan.

Mengurangi gangguan dari unsur lain atau zat pengotor

Membuat konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel berada dalam batas-batas
yang diperlukan.

Metode Destruksi Kering

Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel menjadi


logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace
dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini
dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis
sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih
dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk
bersifat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam
Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida
logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian
dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis
menurut metode yang digunakan. destruksi cara kering digunakan untuk penentuan total
abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang
diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan destruksi kering, yaitu mengusahakan suhu
pengabuan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis
karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan
beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P. ( Fauzi 1994)

Jumlah sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya.


Dalam hal ini, kandungan abunya dan kadar air bahan. Bahan-bahan yang kering
biasanya 2-5 gram, seperti biji-bijian dan pakan ternak (biasanya dipakai sampel
gandum). Untuk bahan yang kandungan airnya tinggi, jumlah bahan yang diabukan
adalah cukup tinggi sekitar 10-50 gram karena saat dipanaskan maka air dalam
bahan akan menguap dan bahan menjadi mengalami susut berat sehingga apabila
sampel yang dianalisis terlalu sedikit, kemungkinan sisa zat tertinggal yang akan
ditimbang tidak ada sehingga analisis bisa terganggu.
Bahan yang mengandung kadar air tinggi perlu dioven terlebih dahulu
sebelum diabukan agar proses pengabuan tidak berlangsung terlalu lama. Bahan
yang berlemak banyak dan mudah menguap harus diabukan menggunakan suhu
mula-mula selama beberapa saat lalu baru dinaikkan ke suhu pengabuan agar
komponen volatil bahan tidak cepat menguap dan lemak tidak rusak karena
teroksidasi. Sedangkan untuk bahan yang dapat membuih perlu dikeringkan dalam
oven terlebih dahulu dan ditambahkan zat antibuih, seperti olive atau parafin lalu
bisa mulai diabukan. Hal ini dilakukan karena timbulnya banyak buih dapat
menimbulkan potensi ledakan yang cukup membahayakan (sumardi, 1981).
Gandum (Triricum spp.) merupakan sumber karbohidrat yang penting, selain itu
gandum mengandung protein, mineral, dan vitamin. Riboflavin dan besi (Fe) juga dapat
memperkaya kandungan gizi dalam gandum. Dalam standarisasi badan pengawas makanan,
kadar logam Fe pada tepung gandum adalah 5 mgram per 100 gram bahan kering. Kadar

logam Fe dalam tepung gandum dapat dibatasi pemakaiannya untuk menghindari kelebihan
logam Fe saat terkonsumsi didalam tubuh manusia. (maria, 2010).
Sampel yang telah didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan
logamnya. Metode yang digunakan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode SSA
(Raimon, 1993). Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam
jumlah kecil atau
trace level
( Kealey, D. dan Haines, P.J. 2002).
Faktor yang harus diperhatikan dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap sampel
antara lain: sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya, jenis logam yang akan
dianalisis dan metode yang akan digunakan untuk penentuan kadarnya (Raimon,1993).
Menurut Sumardi (1981), metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena
tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Destruksi
dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya
memerlukan waktu yang lama.
Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering digunakan antara lain:
1)

Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat

terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun
demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama.
2)

Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk

mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam
sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih
cepat.
3)

Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk

mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan
penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C,
dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat
dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
4)

Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi,

karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat
pekat adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan
harus sangat hati-hati.
5)

Aquaregia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan

perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina

yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl
pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:
3 HCl(aq) + HNO3(aq) Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)
Gas klor (Cl2) dan gas nitrosilklorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa
logam klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya
bereaksi lebih lanjut dengan Cl-. (Ngili 2010
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ.
Kealey, D. dan Haines, P.J. (2002). Analytical Chemistry. London: BIOS Scientific
Publishers Ltd.
Maria, S. 2010. Penentuan kadar logam besi (Fe) dalam tepung gandum dengan
cara destruksi basah dan destruksi kering dengan spektroskopi serapan atom
(SSA). Skripsi Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara
Ngili Y. 2010. Biokimia Dasar. Jakarta : Rekayasa Sains.
Raimon. (1993). Perbandingan Metoda Destruksi Basah dan Kering Secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Lokakarya Nasional.Jaringan Kerjasama Kimia
Analitik Indonesia. Yogyakarta.
Sumardi. (1981). Metode Destruksi Contoh Secara Kering Dalam Analisa UnsurUnsur Fe-Cu-Mn dan Zn Dalam Contoh-Contoh Biologis. Proseding Seminar
Nasional Metode Analisis. Lembaga Kimia Nasional. Jakarta: LIPI

Anda mungkin juga menyukai