Anda di halaman 1dari 4

Terdapat dua jenis pergeseran pada spektra UV-Vis, yaitu pergeseran ke panjang

gelombang yang lebih besar disebut pergeseran merah (red shift), yaitu menuju tingkat
energi yang lebih rendah, dan pergeseran ke panjang gelombang yang lebih pendek disebut
pergeseran biru (blue shift), yaitu menuju ke tingkat energi yang lebih tinggi
Pergeseran Merah atau Redshift adalah gejala bahwa frekuensi cahaya jika diamati, di bawah
situasi tertentu, bisa lebih rendah daripada frekuensi cahaya ketika terpancar di sumbernya.
Sedangkan Blueshift atau Pergeseran Biru (benda bergerak mendekat), yaitu arah sebaliknya,
jika suatu benda mengarah ke arah kita, oleh karenanya akan membuat efek benda lebih
berwarna biru.
Efek keduanya ini biasanya terjadi ketika sumber cahaya menjauh atau mendekati
pengamatnya, jika itu suara mirip seperti pada efek Doppler.

GAMBAR ATAS: Redshift atau Pergeseran Merah (benda bergerak menjauh), adalah gejala
bahwa frekuensi cahaya jika diamati, bisa lebih rendah daripada frekuensi cahaya ketika
terpancar di sumbernya oleh karenanya akan membuat efek benda berwarna merah.
GAMBAR BAWAH: Blueshift atau Pergeseran Biru (benda bergerak mendekat), yaitu arah
sebaliknya, jika suatu benda mengarah ke arah kita, oleh karenanya akan membuat efek
benda berwarna biru.
A. Destruksi
Destruksi merupakan suatu metode perlakuan awal yang bertujuan untuk menguraikan atau
merombak logam organik menjadi logam anorganik bebas.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam metode destruksi antara lain :
Sifat sampel dan unsur logam yang terkandung di dalam sampel.
Jenis logam yang akan dianalisis.
Metode instrumentasi yang digunakan untuk penentuan logam.
Pemilihan metode destruksi sangat mempengaruhi keberhasilan suatu analisis, terutama
analisis dengan instrumentasi spektroskopi serapan atom. Hal ini disebabkan karena metode
ini hanya dapat menganalisis dengan baik jika sampel berupa larutan jernih.
Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah
(oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik
pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.
B. Destruksi Basah
Destruksi basah adalah proses perombakan logam organik dengan menggunakan asam kuat,
baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga
dihasilkan logam anorganik bebas. Destruksi basah sangat sesuai untuk penentuan unsur-
unsur logam yang mudah menguap. Pelarut- pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi
basah adalah HNO
3
dan HClO
4
. Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal
maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada
larutan destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna
atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa
garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan
selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan dengan
menggunakan metode Kjeldhal (Raimon, 1993).
Menurut Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena
tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini
merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering digunakan oleh para peneliti. Di
samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering
yang biasanya memerlukan waktu yang lama. Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang
sering digunakan antara lain:
1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya
oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun
demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama.
2) Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk
mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam
sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih
cepat.
3) Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk
mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan
penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu
350
0
C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu
tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
4) Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi,
karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat
pekat adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam
penggunaan harus sangat hati-hati.
5) Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan
perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan
platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO
3
pekat. Reaksi yang terjadi jika 3
volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO
3
pekat:
3 HCl(aq) + HNO
3
(aq) Cl
2
(g) + NOCl(g) + 2H
2
O(l)
Gas klor (Cl
2
) dan gas nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi
senyawa logam klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang
selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan Cl
-
.

C. Kegunaan dari Destruksi Basah
Memperoleh unsur sampel dalam bentuk yang sesuai dengan metode yang digunakan.
Mengurangi gangguan dari unsur lain atau zat pengotor
Membuat konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel berada dalam batas-batas
yang diperlukan.

Metode Destruksi Kering
Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel menjadi logam-
logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu
pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan
antara 400-800
o
C, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.
Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam
yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka
perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang
terbentuk adalah Fe
2
O
3
, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup stabil pada suhu
pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam
encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan.
Sampel yang telah didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan
logamnya. Metode yang digunakan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu
metode SSA (Raimon, 1993). Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur
logam dalam jumlah kecil atau trace level ( Kealey, D. dan Haines, P.J. 2002).
Faktor yang harus diperhatikan dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap
sampel antara lain: sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya, jenis logam
yang akan dianalisis dan metode yang akan digunakan untuk penentuan
kadarnya (Raimon,1993).

Anda mungkin juga menyukai