Anda di halaman 1dari 16

Analisis bahan baku obat

Analisis sampel
• Prosedur analisis baik/benar  dilaksanakan baik/benar 
• hasil analisis Akurat
• DESTRUKSI SAMPEL :
bahan organik / anorganik  melarutkan komponen-komponen sampel yang diinginkan
Dua macam proses Destruksi:
basah dan kering
• Destruksi basah:
bahan organik diuraikan dalam larutan oleh asam pengoksidasi pekat dan panas seperti
H 2 SO 4, HNO3, dan HClO4.
larutan pengoksidasi
mempercepat proses destruksi
Destruksi
• Destruksi kering
Bahan organik dibakar habis dalam muffle furnace dengan menaikkan suhu perlahan-lahan, yaitu
500–600 0C
Pengabuan awal dilakukan perlahan-lahan agar bahan tak terbawa pergi oleh nyala api.
• Destruksi kering lebih aman, sederhana prosedurnya paling umum digunakan untuk
menentukan total mineral.
• Kekurangan metode destruksi kering??
• Kekurangan dalam destruksi kering yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, penggunaan
muffle furnace memakan banyak biaya karena harus dinyalakan terus menerus
Kekurangan dan kelebihan metode destruksi kering dan basah
• Destruksi basah kelebihannya??
suhu yang digunakan relatif lebih rendah dibandingkan dengan destruksi kering sehingga hilangnya
unsur-unsur sangat kecil.
• peralatannya lebih sederhana, proses oksidasi lebih cepat, dan waktu yang dibutuhkan
relatif lebih cepat dari destruksi kering
• Kelemahan destruksi basah?
• di lapangan jika tidak hati-hati penuh dengan risiko karena menggunakan asam pengoksidasi
yang pekat dan panas
Mengapa harus melakukan metode destruksi?
Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, maka pencemaran terhadap lingkungan juga
meningkat.
Salah satu pencemaran yang terjadi adalah pencemaran udara yang disebabkan oleh asap kendaraan
bermotor.
Menurut Badan POM RI (2009), yang dimaksud dengan cemaran kimia adalah cemaran dalam
makanan yang berasal dari unsur atau senyawa kimia yang dapat merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia, dapat berupa cemaran logam berat, cemaran mikotoksin, cemaran antibiotik,
cemaran sulfonamida atau cemaran kimia lainnya.
Kandungan logam berat dalam berbagai makanan.
Kebanyakan cemaran logam berat yang terjadi pada makanan yang dijual di pinggir jalan adalah Pb.
Kandungan timbal (Pb) dalam beberapa bahan makanan bervariasi besarnya,
Kandungan logam berat tersebut dapat ditentukan dengan metode AAS.
Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode analisis yang
dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam berat dalam berbagai bahan
Metode perlakukan awal yang digunakan adalah metode destruksi yaitu dengan memutuskan ikatan
unsur logam dengan komponen lain dalam matriks sehingga unsur tersebut berada dalam keadaan
bebas
kemudian dianalisis menggunakan AAS karena pengerjaannya cepat, sensitif, spesifik untuk unsur
yang ditentukan, dan dapat digunakan untuk penentuan kadar unsur yang konsentrasinya sangat
kecil.
Logam berat
Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan logam lain, yaitu:
a. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar panas
b. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik
c. Memiliki kekerapan tinggi
d. Dapat membentuk ikatan dengan logam lain
e. Untuk logam yang padat dapat ditempa
Alloy: campuran unsur yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur, dan
sekurang-kurangnya satu unsur utamanya adalah logam. Contoh ku….nin..gan paduan
logam tembaga dan logam seng dengan kadar tembaga antara 60-96% massa
berikatan
Bila logam berat masuk ke dalam tubuh organisme hidup.
Contoh: Zn, Fe, dan Cu
pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh
Logam berat beracun: Pb, Cd, Cr, As dan Hg (logam esensial)
organisme tersebut akan keracunan
Dalam sistem biologi logam berat bersifat toksik bereaksi dengan protein, enzim dan asam
amino terikat sebagai bio anorganik, yaitu senyawa logam yang terikat dalam sistem biologi

Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat proses
destruksi
Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat
Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel komponen yang
dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi  terbentuk abu  penentuan kadar abu
Asam perklorat pekat : untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi
oksidator yang sangat kuat
Kelemahan: asam perklorat pekat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam
penggunaan harus sangat hatihati.

Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan volume
3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina yang tidak larut dalam HCl
pekat dan HNO3 pekat.
Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:
3 HCl(aq) + HNO 3(aq) Cl 2(g) + NOCl(g) + 2H 2O(l)
Gas klor (Cl 2) dan gas nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa logam
klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil kemudian bereaksi dengan Cl- .

Penentuan Unsur C,H,O


Penentuan unsur dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif pada unsus (atom, ion) dalam
sampel. Pengamatannya dapat melalui pembentukan endapan atau kristal spesifik, perubahan
warna dll.
Reaksi kimia yang spesifik ditentukan berdasarkan reaksi asam basa, oksidasi-reduksi, pembentukan
kompleks pengendapan.
Penentuan Unsur C,H,O
Senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O. Dimana apabila
senyawa organik ini dibakar, akan menghasilkan uap air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2 ).
Gas bercampur dengan air kapur Ca(OH)2, air kapur akan mengeruh, dan menghasilkan endapan
CaCO3. Berikut reaksinya:
Ca(OH) 2 + CO2 –> CaCO3 + H2O
putih
Kemurnian Kimia dan Cara Pengontrolannya
Murni ? Bebas dari senyawa lain yang tidak diharpkan/bebas dari benda asing
• Dalam farmasi, kemurnian absolut ?
• Harus didekatkan/diminimalisir sampai kadar yang sangat kecil.
• Mis: asam asetat, as Ac (Banyak pengotor) teknis dan PA (sudah dimurnikan sedemikian
rupa sehingga pengotor sedikit)

Kontrol pemurnian sangat penting, karena:


• Menghindari kontaminasi produk yang dapat menimbulkan efek samping yang dapat
merusak jaringan tubuh
• Menjamin kualitas produk. Zat kimia/pengotor bereaksi dengan senyawa lain pada saat
diformulasikan, sehingga menghasilkan zat yang bersifat toksik
• Menjaga/mempertahankan stabilitas produk berkaitan dengan lama penyimpanan.
Mis: bahan yang bersifat higroskopik
Sumber Pengotor
1. Bahan baku
Bahan baku yang tercemar yang terbawa dalam proses produksi mengakibatkan
pencemaran produk akhir. Misalnya bongkahan garam NaCl yang mengandung CaSO4 dan MgCl2
akan terbawa pada produk akhir
2. Metode produksi
Bahan baku mungkin tidak mengandung kontaminan, tapi pada saat proses produksi dapat
terjadi kontaminasi.
Kontaminan dapat berasal :
• Reagen/pereaksi yang digunakan selama proses produksi. Misalnya pengotor CaCO3 yang
diperoleh dari interaksi antara Ca2+ dengan larutan karbonat. Na2CO3 + Ca2glukonat
CaCO3.
• Reagen yang ditambahkan untuk menghilangkan pencemar lain.
Misalnya : penggunaan KBr (mengandung Ba) untuk menghilangkan SO4. Ba yang
terkandung dalam pereaksi merupakan pengotor
• Air kran
Dapat meninggalkan pengotornya, yaitu ion Na+, Mg2+, CO32-, SO42-, Ca2+, Cl-. Oleh
karena itu air kran tidak digunakan pada proses produksi, digunakan air demineralisasi/air destilasi.
• Bejana/Wadah
Bejana biasanya terbuat dari logam (tembaga, besi, besi berlapis, seng). Bejana dapat
melepaskan sesepora zat, gunakan bejana yg terbuat dari stainless steel. Pereaksi yang digunakan
selama produksi juga dapat menimbulkan korosi pada bejana, shg melepaskan sesepora zat pada
wadah.
3. Kontaminasi Udara
Udara mengandung sesepora debu,asap Pb. Senyawa tsb tertinggal pada bahan selama
proses produksi.
4. Resiko saat produksi berlangsung
Kesalahan produksi menyebabkan kontaminasi produk shg perlu analisis kontrol

Sumber pengotor (saat produksi berlangsung)


• Kontaminasi partikel yang tidak diinginkan
- serpihan gelas, porselen/logam
- Fragmen plastik dari saringan/pengayak pada mesin granulasi masin tablet, mesin
pengisi/wadah produk.
kontaminasi partikel logam biasanya pada salep, karena tube berasal dari
logam/kaleng/aluminium yang dapat meningkatkan viskositas salep mata.
Con’d
• Kesalahan pada saat produksi
- Kesalahan mayor/besar
Berakibat fatal. Mis : kurang lengkap bahan yang dibutuhkan.
- Kesalahan minor/kecil
Masih dapat ditolerir, misal ….
Kesalahan minor dapat menjadi kesalahan mayor jika…..
• Kontaminasi Silang
Pada saat proses produksi, serbuk dapat menimbulkan debu di udara yang mengkontaminasi
produk lain, shg zat yang dapat menimbulkan kontaminasi silang diproduksi pada tempat yang
tertentu dan operator yang melakukan dilindungi dengan baju khusus.
• Kontaminasi mikroba
Dilakukan pengujian sterilitas untuk sediaan melalui peredaran darah dan sediaan untuk
mata.
Kontaminasi mikroba sering terdapat pada bahan alam :
- Bebas Salmonella : akasia, tragacanth
- Bebas salmonella dan E. coli : digitalis, pankreatin, pati, gelatin, tiroid
- Bebas Pseudomonas: Al. hidroksida gel/Al. hidroksida gel kering/ Al. fosfat kering
- Kesalahan pengemasan
Sumber kesalahan : ukuran, warna, bentuk dari produk yang mirip, shg menyebabkan
kesalahan pelabelan. Untuk itu dihindarkan pengemasan produk pada saat yang bersamaan,
dilakukan chek label produk, check label pada mesin pengisi, pada mesin cetak dan dilakukan
pemusnahan untuk label yang tidak digunakan.
Kesalahan ini dapat dihindarkan jika memperhatikan :
- Instruksi prosedur
- Kroscek bahan
- Mengisi berita acara
- Dilihat tanda-tanda batch pada bahan baku dan produk akhir
5. Penyimpanan
Pengotoran waktu penyimpanan :
a. Pengotor berupa cemaran/sampah
Pada saat disimpan, produk bisa terkontaminasi oleh debu udara, insekta atau sekret
serangga. Terutama untuk bahan alam : daun, oleh karena itu dilakukan test
b. Pengotor karena ketidakstabilan kimia
* Senyawa obat mengalami dekomposisi (tidak stabil karena panas) bila suhu penyimpanan tidak
ideal.
* Dekomposisi alami terjadi jika dikatalisis oleh cahaya, uap air, asam, basa, karbondioksida atau
sesepora logam
* Oleh karena itu sebelum produksi harus diketahui sifat zat yang digunakan dari monografi.
* Untuk menghindarkan oksidasi ditambahkan antioksidan (BHT,Na metabisulfit) utk injeksi prokain
dan adrenalin atau wadahnya dibebaskan dari udara menggunakan silika gel/dalam wadah tertutup.
c. Reaksi dengan bahan wadah
Wadah gelas
• Digunakan untuk injeksi, larutan…… dikhawatirkan sesepora gelas masuk ke produk.
• Untuk ampul gelas dan senyawa yang disterilisasi dengan wadah gelas ada pengujian
ketahanan terhadap air.
• Untuk mengetahui apakah gelas dapat mengeluarkan sesepora yang larut ke dalam air
destilasi dalam wadah tersebut (ditentukan dengan titrasi)
Tipe wadah gelas
1. Tipe I : merupakan gelas netral, terbuat dari kaca borosilikat ketahanan terhadap air
tinggi, digunakan untuk sediaan parenteral.
2. Tipe II : Kaca soda kapur terolah, sudah didealkilasi dengan cara-cara tertentu, ketahanan
thp air tinggi, untuk sediaan parenteral
3. Tipe III : Kaca soda kapur, ketahanan thp air kurang dari tipe I dan II, bukan utk sediaan
parenteral, utk sirup dll
4. Tipe NP (non parenteral) : utk oral/topikal
Semua wadah gelas utk injeksi dlakukan ketahanan thp air.
Wadah Plastik
• Pada proses pembuatan wadah plastik, banyak bahan-bahan yang ditambahkan misalnya :
plastik, polietilen, polipropilen, PVC, yang dikombinasi dengan antioksidan, pewarna,
antistatis dengan pelentur, penguat dan lubrikan.
• Tetapi tidak semua zat ditambahkan pada produksi plastik. Wadah harus bebas dari bahan
yang tidak diperlukan sehingga isinya terjamin dan isinya tidak berubah.
• Wadah plastik harus dapat tembus cahaya, dilakukan uji ketidakstabilan dan uji pirogenitas
• Uji pirogenitas injeksi kurang dari 100 ml, harus dites terhadap toksisitas hewan uji
terutama kucing.
Tutup Karet
• Digunakan pada injeksi multidose
• Tutup karet cenderung untuk mengabsorpsi obat, dan antioksidan bila tercelup ke dalam
larutan, sehingga tutup karet ada ketentuannya di BP
d. Perubahan fisik
• Perubahan warna, bau, terjadi endapan, perubahan ukuran dan bentuk kristal.
• Pada suspensi dapat terjadi caking yang dapat merubah khasiat dan dosis. Caking
merupakan endapan yang kompak dan sulit diredispersi.
• Pada emulsi untuk injeksi, jika globl besar terjadi penyumbatan pembuluh darah.
e. Pengaruh suhu
• Terjadi dekomposisi untuk senyawa yang labil yang diakibatkan perubahan fisika dan kimia.
• Pada kemasan obat tercantum suhu penyimpanan :
 Store in refrigerator suhu antara 20 – 80
 Store in cool place suhu antara 100 – 150 (B), 8 -150 (USP)
 Protect in heat tidak lebih dari 300
 Store in dry place kelembaban relatif tidak kurang dari 5%
Standarisasi Bahan Kimia Farmasi dan Produk Farmasi
• Didesain untuk menyusun batas yang diperbolehkan/ ditoleransi pada produk dari saat
produk tersebut diproduksi sampai produk sampai ke tangan pasien
• Merupakan pembanding
Syarat standarisasi
Tercantum pada standar resmi BP, FI, USNF
1.Standar resmi harus meliputi semua metode yang digunakan di pabrik dan mencakup variasi
yang mungkin ada.
• Variasi yang dimaksud adalah variasi biologi karena sediaan obat digunakan oleh orang yang
berbeda dimana reaksi biologi yang muncul berbeda pula.
2. Standar resmi hrs reproduksibel
• Walau produk diuji dalam laboratorium yang berbeda oleh operator yang berbeda/ operator
sama pada saat yang berbeda harus memberikan hasil yang sama
3. Standar resmi harus dapat memberikan keyakinan bahwa produk mengandung potensi yang
dapat diterima dan bebas dari toksik selama penyimpanan sebelum produk digunakan.
• Standar resmi tidak harus sama dengan standar pabrik.
• Tetapi standar resmi harus mewakili standar yang digunakan di pabrik.
Yang harus dicakup oleh standar resmi
a. Variasi pabrik/proses
Resiko yang paling berbahaya selama proses adalah kehilangan bahan aktif, sehingga standar
resmi harus dapat mencegah terjadinya kehilangan produk/dekomposisi selama proses/ saat
pengemasan sampai produk diterima oleh pasien. Stabilita merupakan merupakan metode untuk
menghindari kehilangan bahan aktif/dekomposisi
b. Penyimpanan dan tanggal produksi
• Terjadinya dekomposisi pada kemasan tercantum instruksi penyimpanan
• Akibat dekomposisi terbentuk bahan rusak/zat toksik yang dapat
membahayakan pasien.
• Metode untuk menentukan kadaluarsa tidak tercantum pada standar resmi tergantung pada
formulasi pabrik.
• Perhitungan kadaluarsa dibatasi oleh sejumlah faktor uji /kontrol tepat terhadap kondisi
penyimpanan, suhu dan kelembaban. Terutama untuk produk yang sensitif
• Pernyataan tanggal produksi menyatakan umur produk dan kemungkinan hidup produk
c. Kondisi penyimpanan
• Kondisi dimana produk digunakan
• Distribusi geografi sangat penting untuk distribusi penjualan sehingga untuk suatu produk
harus tunduk pada standar dimana produk tersebut dipasarkan.
• Misalnya suspensi dan emulsi harus stabil terhadap perubahan viskositas pada saat suhu
tinggi
• Kekentalan berhubungan dengan dosis.
d. Bentuk sediaan
• Pertimbangan bentuk sediaan /pengemasan memiliki arti penting untuk menetapkan
standar resmi
Metode Pengawasan Resmi
• Mencakup monografi bahan baku dan bentuk sediaan
• Merupakan gambaran dan informasi mengenai produk dan kondisi penyimpanan
Monografi biasanya mencakup :
1. Deskripsi mengenai obat/produk
2. Test identifikasi
3. Tetapan fisik td, tl
4. Uji batas untuk kontaminan yang dilarang
5. Penentuan kadar kuantitatif, untuk pemurnian bahan baku kimia farmasi dan konstituen
aktif utama untuk produk jadi
6. Kondisi penyimpanan
Test Identifikasi
• Umumnya dicapai dengan mengkombinasi test kimia sederhana dan penentuan tetapan
fisika
• Test identifikasi digunakan secara fisika dan kimia
• Jika cukup spesifik, dipakai sebagai dasar pengujian kuantitatif uji batas spesifik
• Test kimia ditentukan dengan mengidentifikasi keberadaan gugus fungsi dalam molekul
• Senyawa anorganik digunakan uji yang sama untuk identifikasi senyawa anorganik.
Penentuan tetapan fisik
• Tetapan fisik meliputi indeks reflaksi, kelarutan dalam air dan pelarut organik, titik didih, titik
leleh
1. Titik leleh
Keterbatasan data titik leleh sebagai standar kemurnian mulai diakui karena untuk
memperoleh data titik leleh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran sampel, ukuran
partikel, suhu pada saat pemasukan dalam blok pemanas dan penaikkan suhu.
• Faktor tersebut sangat sulit untuk distandarisasi sehingga sulitbuntuk membuat
reproduksibel dari satu laboratorium ke laboratorium yang lain.
• Adanya pengotor dapat menurunkan jarak lebur sha dapat digunakan untuk kontrol
kemurnian.
2. Kelarutan
• Pernyataan kelarutan tidak dinyatakan secara tepat dalam monografi biasanya hanya berupa
perkiraan dan dimaksudkan sebagai informasi
3. Berat per ml dan indeks refraksi
• Digunakan sebagai standar cairan
• Alat penentuan berat jenis piknometer
• Untuk sediaan yang mengandung alkohol, sirup ekstrak
4. Absorpsi cahaya
• Menggunakan spektrofotometer di daerah visibel dan UV
• Mis : teofilin panjang gelombang maksimal 275 nm dalam NaOH 0,01 N
5. Absorpsi Inframerah
• Pada jarak 4000 - 667cm-1
• Dimana karakter suatu senyawa dapat dibandingkan dengan contoh asli dari kondisi BP
6. Rotasi optik
• Digunakan sebagai kontrol kemurnian optikal dari bahan kimia farmasi dimana aktivitas
farmakologi dan psikologi terhubung dengan konfigurasi molekul
• Misalnya : untuk kamfer, rotasi optik : [α]D20 +400 - +430 alam
• [α]D20 -1,50 - +1,50 sintetis
7. Viskositas
• Untuk membedakan jenis parafin cair dan padat, juga un tuk mengontrol ukuran molekul
dextran dalam injeksi dextran, komposisi injeksi besi sorbitol, keberadaan nitrat dalam
pirokilin dan dalam standarisasi metil selulosa
8. Polimorfisa dan ukuran partikel
• Bentuk kristal berpengaruh pada luas permukaan. Juga pada kadar obat.
• Pernyataan fisik obat yang tidak larut jika dibuat dalam sediaan padat akan berpengaruh
terhadap kecepatan melarut dan absorpsi obat.
Uji Penetapan Kadar
1. Metode konvensional
• Titrimetri/titrasi
• Gravimetri
2. Modern
• Spektrofotometri UV-vis, IR, AAS
• Kromatografi HPLC
Hal-hal yang harus dipenuhi dalam uji penetapan kadar
1. Toleransi uji
• adalah batas kesalahan yang masih dapat diterima.
• Pada dasarnya, senyawa produksi pabrik berbeda-beda, yang terpenting adalah kadar
kesalahannya masih berada dalam batas tertentu
• Toleransi yang lebar digunakan untuk produk yang formulasinya melalui
derivatisasi/ekstraksi.

2. Kesalahan saat sampling
• Sampling harus menggambarkan semua batch (representatif).
• Kesalahan pada saat sampling terjadi jika materi yang dipilih tidak representatif
• Untuk sediaaan larutan yang homogen tidak ada kesalahan/kesalahan yang terjadi kecil,
kecuali jika larutan sediaan berasal dari batch lain.
• Untuk cairan yang heterogen (suspensi/emulsi) harus tercampur secara baik/harus dikocok
terlebih dahulu
• Sampling harus diambil secara acak yang mewakili semua materi, baik dari segi kualitatif
maupun kuantitatif.
• Simpangan baku adalah perbedaan antara nilai rata-rata bahan aktif pada sampel dengan
nilai sebenarnya
3. Variasi unit dosis
• Untuk sediaan injeksi monodose/serbuk/ tablet memiliki lebih banyak variasi daripada
bentuk injeksi multidose
• Standar untuk kapsul, serbuk dan sediaan pro injeksi adalah keseragaman bobot
• Standar untuk injeksi monodose adalah keseragaman volume
a. Ketentuan keseragaman berat
b. Keseragaman diameter
c. Keseragaman volume dan kelebihan volume injeksi
4. Kandungan zat aktif
Keseragaman kandungan
Penetapan Konstanta Fisik
1. Titik Leleh
• Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan
pada tekanan 1 atm
• Ditentukan dengan menggunakan alat Melting point
• Titik leleh suatu zat dituliskan dengan range titik leleh, misal 122,1°-122,4°
2. Kelarutan
• Kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarutnya
• Ditentukan secara kuantitatif  mengukur jumlah zat yang terlarut dalam pelarut
3. Indeks Bias
• Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada
suhu 20°C dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat
mempengaruhi indeks bias.
• Ditentukan dengan menggunakan Refraktometer
4. Absorpsi Cahaya
• Menggunakan spektrofotometer di daerah visibel dan UV
• Mis : teofilin panjang gelombang maksimal 275 nm dalam NaOH 0,01 N
5. Absorpsi Inframerah
• Ditentukan dengan menggunakan Spektrofotometer Infra Red (IR)
• Pada jarak 4000 - 667cm-1
• Dimana karakter suatu senyawa dapat dibandingkan dengan contoh asli dari kondisi BP
6. Rotasi Optik
• Digunakan sebagai kontrol kemurnian optikal dari bahan kimia farmasi dimana aktivitas
farmakologi dan psikologi terhubung dengan konfigurasi molekul
• Ditentukan dengan menggunakan Polarimeter
7. Viskositas
• Ukuran kekentalan suatu zat cair
• Ditentukan dengan menggunakan viskometer
8. Polimorfisa dan Ukuran Partikel
• Suatu zat memiliki bentuk partikel (polimorfisa) yang khas
• Ditentukan dengan menggunakan saringan atau mikroskop
Analisis Bahan Baku Obat
 Jenis analisis :
1. Kontaminan  Uji Batas
2. Zat aktif
Uji Batas
 Uji batas merupakan batas toleransi maksimum terhadap cemaran/ senyawa asing yang
masih diperbolehkan.
 Kemurnian senyawa obat sangat erat kaitannya dengan khasiat dan keamanan
penggunaannya.
Sumber kontaminan
 Bahan asal atau bahan baku pembuatan
 Proses sintesis atau isolasi
 Hasil urai bahan yang tidak stabil
 Hasil antara yang tidak sempurna dihilangkan pada saat pemurnian atau diubah menjadi
hasil utama.
 Hasil reaksi samping yang tidak sempurna dihilangkan.
 Saat penyimpanan
 Cemaran udara
 Serangga, tikus, ulat dan binatang lainnya.
Jenis senyawa asing/cemaran
 Cemaran anorganik (kation dan anion/radikal asam).
 Cemaran organik (bahan organik asing: hasil urai, senyawa antara, hasil samping, dll)
 Cemaran umum, meliputi kadar air, susut pengeringan, sisa pemijaran/kadar abu dan
kemurnian kromatografi.
 Residu pelarut/senyawa mudah menguap
Cemaran Anorganik
 Anion (Sulfat, Klorida, dll)
 Kation (Fe, logam berat, dll),
 Sulfat  + BaCl2
 Klorida  + AgNO3
 Logam berat  + H2S
Contoh cemaran organik.
Aspirin (82-83)
 Pengujian asam salisilat dalam sampel aspirin
 Asam salisilat merupakan hasil hidrolisis aspirin
 Pengujiannya dengan membandingkan antara warna violet yang dihasilkan ketika sampel
direaksikan dengan FeCl3 dengan warna yang dihasilkan dari larutan asam salisilat standar
0.1 mg As.salisilat ≡ 0.1 g aspirin
100 µg As.salisilat ≡ 0.1 g aspirin
1000 µg As.salisilat ≡ 1 g aspirin
≡ 1000 µg/g ≡ 0.1 %
Cemaran Umum
 kadar air,
 susut pengeringan,
 sisa pemijaran/kadar abu dan
 kemurnian kromatografi
 Apa perbedaan kadar air dan susut pengeringan ??
Ada 4 tipe nilai abu
 Abu total
 Abu tdk larut asam
 Abu larut air
 Abu tersulfatasi
Abu total
 Untk melihat keberadaan kalsium oksalat
 Abu dlm pati jagung dibatasi olh sejumlah magnesium oksida yg memang diijinkan ada.
Abu tdk larut asam
 Utk melihat keberaan silika
 Mengetahui batas keberadaan tanah dalam sampel
Abu larut air dan ekstrak larut air
Spesifik utk kasus ttt mis Ginseng yang diekstraksi dgn air
Abu tersulfatasi
 Diterapkn utk kontrol keeberadaan kontaminasi olh pengtor anorganik dalm bahan organik
 Zat dipijar dengan mnggunakan asam sulfat, zat organik akan terdekomposisi dan troksidasi
meninggalkan sulfat anorganik
 Untuk mengkontrol kontminasi mengontrol sesepora logam alkali, kalsium
 Kontaminasi kalsium dlm asam sulfat
 Reproduksibel metode lebih baik darpd abu total krn umumnya logam sulfat stabil mskipun
dipanaskan secara kuat
1. Prinsip uji batas arsen adalah

Prinsip dari uji batas arsen ini adalah membandingkan intensitas warna kuning akibat
terbentuknya merkuri arsenida, Hg(AsH2)2 hasil reaksi antara arsin AsH3, yang diperoleh
dari reduksi senyawa arsen yang terdapat dalam larutan sampel dan dalam larutan baku
arsen dengan HgBr2 [raksa (II) bromida].

2. Tuliskan reaksi untuk uji batas arsen

Reaksi yang terjadi adalah:


As3+ H3AsO4
H3AsO4 H3AsO3
H3AsO3 + 3H2 AsH3 + 3H2O
2AsH3 + HgBr2 Hg(AsH2)2 + 2HBr

3. Tuliskan 3 penentuan nilai abu, bagaimana cara perhitungan kadarnya (masing masing)

Kadar abu dalam sampel dapat dihitung dengan rumus :

Di mana :
W0 = Berat cawan kosong (gr)
W1 = Berat cawan + sampel sebelum pengabuan (gr)
W2 = Berat cawan + sampel setelah pengabuan (gr)
Kadar abu tidak larut air dapat dihitung dengan rumus :

Kadar Abu larut air dapat dihitung dengan rumus :

Di mana :
W1 = Berat awal sampel (gr)
W2 = Berat abu total (gr)
W3 = Berat abu tidak larut air (gr)
% ATL = % abu tidak larut air
% AL = % abu larut air
Kadar abu tidak larut asam dapat dihitung dengan rumus :

Kadar Abu larut asam dapat dihitung dengan rumus :


Di mana :
W1 = Berat awal sampel (gr)
W2 = Berat abu total (gr)
W3 = Berat abu tidak larut asam (gr)
% ATLA = % abu tidak larut asam
% ALA = % abu larut asam

4. Tuliskan prinsip reaksi pada metode kjeldahl


Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi
dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn.
Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator.
5. Tuliskan prinsip analisis C dan H pada uji pembakaran

1. Jelaskan mengapa aspirin perlu ditentukan terhadap asam salisilat

Aspirin merupakan senyawa turunan dari asam salisilat, yang dibuat dengan proses
asetilasi asam salisilat dalam kondisi bebas air. Apabila masih terdapat air, aspirin yang
terbantuk akan terhidrolisi kembali menjadi asam salisilat. Asetilasi merupakan proses
penggantian atom H pada gugus –OH dari asam salisilat dengan gugus asetil.

Dasar pembuatan aspirin adalah reaksi asetilasi. Senyawa ini dapat dibuat dengan
mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat
sebagai katalisator. Dalam hal ini menggunakan katalis asam, karena reaksi akan
berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam klorida.

Anda mungkin juga menyukai