Anda di halaman 1dari 9

SISTEM UTILITAS

Pengolahan limbah industri semen

Oleh :

Afdhol Ardiansyah 1907155618


Diesa Ryan Saputri 1907155785
Gaby Diva Alianda 1907155693
Hasyim Asyari 1907155780
Johan Sitanggang 1907155655
Ria Angelina S 1907155886

Dosen Pengampu :

Dr. Maria Peratenta Sembiring, ST. MT.


NIP: 19710128 199701 2 001

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S.1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
Limbah Industri Semen
Limbah terbesar dari industri semen adalah limbah gas dan limbah pertikel.
Limbah yang diproduksi pabrik keluar dan bercampur dengan udara. Secara alamiah
udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, CO2, H2, NO2 dan lainnya. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu gas dan partikel.

a. Limbah Gas
Limbah gas akan mengganggu kandungan alami udara dan akan menurunkan
kualitas udara. Pencemaran berbentuk gas dapat dirasakan melalui penciuman (gas
tertentu) maupun akibat langsung. Gas-gas tersebut antara lain CO, CO2, SO3,
hidrokarbon dan lainnya. Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu
akan membunuh manusia. Dalam kadar rendah, tidak berbau dan bila kadar
bertambah menyebabkan bau yang tidak sedap dan gejalanya cepat menimbulkan
pusing, mabuk dan batuk. Uap yaitu bentuk gas dari zat tertentu tak terlihat dan
dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang perlu diketahui adalah jenis
uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat berbeda daya reaksinya.
Zat-zat yang mudah meguap adalah chlor, amoniak, nitrat, nitrit dan lainnya. Bahan-
bahan yang bersifat gas dan uap akan mengakibatkan:
1) Terganggunya pernafasan
2) Merusak susunan saraf
3) Merusak susunan darah
4) Merusak alat-alat dalam tubuh

b. Limbah Partikel
Partikel merupakan butiran halus dan masih sedikit terlihat langsung oleh
mata seperti uap air, asap, kabut dan debu. Debu adalah partikel zat padat yang timbul
pada proses industri seperti penghancuran, peledakan dan pengolahan, baik yang
berasal dari dari bahan organik maupun anorganik. Karena sifat debu yang ringan,
menyebabkannya melayang di udara dan turun karena daya tarik bumi (gravitasi).
Akibat lingkungan yang mengandung debu, penimbunan debu dalam paru-paru pada
manusia dilingkungan bekerja atau tempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu
tergantung pada lamanya kontak yang terjadi, konsentrasi debu di udara, jenis debu
dan lainnya.
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong asap industri
karena pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung [137]
karbon. Asap bercampur dengan kabut atau uap air di malam hari akan turun ke bumi
menempel pada dedaunan ataupun diatas atap rumah.
Menurut sifatnya bahan yang yang bersifat partikel akan menimbulkan:
1. Rangsangan saluran pernafasan
2. Alergi
3. Fibrosis
4. Penyakit demam
5. Kematian karena bersifat racun
Untuk menghindari dampak yang diakibatkan limbah melalui udara, maka dari
itu dilakukan pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas
adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga
manusia[140] dan makhluk hidup lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau
menderita karena zat tersebut. Selain penetapan nilai ambang batas juga dilakukan
teknologi pengolahan emisi pencemaran udara. Teknologi pengolahan emisi
pencemaran udara industri telah berkembang lama, yang digunakan untuk
mengurangi, menurunkan dan menghilangkan kadar pencemaran unsur-unsur limbah
proses yang dihasilkan. Teknologi yang diterapkan yaitu peralatan untuk partikel dan
aerosol seperti dengan cara scrubber, filter, electrostatic precipitator dan
pengendapan.

1. Pengertian Semen
Semen (cement) adalah suatu campuarn senyawa kimia yang bersifat hidrolisis
dan merupakan hasil industri dari paduan bahan baku berupa batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan
hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.

2. Bahan Baku Semen


Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3
) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg.

A. Komponen utama : Oksida silica


Dengan penambahan air mampu mengikat
bahan lain Campuran terpenting :
Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau
C3S Dicalcium silicat 2CaO.SiO2
atau C2S Tricalcium alumina
3CaO.Al2O3 atau C3A
Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3
atau C4AF MgO

B. Bahan Baku
Batu kapur CaCO3
Tanah liat
Al2O3.2SiO2.xH2O
Pasir besi Fe2O3
Pasir kwarsa SiO2
Reaksi
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 +
2CaO.SiO2 + 3CaO.Al2O3 + 4CaO.Al2O3.Fe2O3

3. Metode Pengolahan Buangan


Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan
limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam
pembuatan semen, tidak menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air
limbah yang dihasilkan dalam bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang
dialirkan kembali ke empat penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk
kemudian digunakan kembali.
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis,
yakni material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas
pakai). Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang
gagal, sehingga pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali
melalui proses daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas,
kami memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian besar
pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan
pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan
kembali dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil
sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.

 Pengolahan Limbah Terpusat dan Elektropanting


Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan. Suatu
perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber
pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan
jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada
limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah
diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang
begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang.

Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer, Sekunder


dan Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan untuk limbah
industri. Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang dirancang untuk
mengubah karakter fisik, kimia atau biologi atau komposisi dari setiap bantalan
logam, berminyak, atau limbah organik untuk menetralisir limbah tersebut atau
untuk memulihkan logam, minyak, atau konten organik dari limbah.

1. Pengolahan Limbah Terpusat


Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang dirancang
untuk menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari industri dengan
wastestreams. Pada air limbah yang mengandung bahan berbahaya yang diangkut
ke fasilitas untuk penyimpanan yang tepat, pengobatan, dan pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam
larutan digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi elektroda. Digunakan juga
untuk menyimpan lapisan bahan misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi
perlindungan dan pelumasan

Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas


kesedahan dan pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai logam.
Proses ini melibatkan pretreatment (pembersihan, degreasing, dan lainnya langkah
persiapan), plating, pembilasan, pasivator, dan pengeringan.
Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut dari air
limbah elektroplating adalah sebagai berikut :
1. ujan dan Pembekuan
2. Flash Mix
3. Flokulasi
4. Clarifier, Plat Inclined
5. Sludge Penanganan clarifier
6. Sludge Dewatering

o Sistem Pengolahan Limbah B3


Sistem pengelolaan limbah Perseroan berdasarkan SOP Pengendalian Operasional K3
dan LH tahun 2018.
1. Manajemen kelola Limbah B3 Padat
Unit kerja penghasil limbah B3 berkewajiban terhadap akumulasi Limbah B3
padat (kemasan padat terkontaminasi 83, Lampu Ti bekas Bahan Kimia
bekas/kadaluarsa, majun Terkontaminasi B3, Filter bekas, Limbah elektronik)
untuk diserahkan ke unit kerja K3LH selanjutnya diletakkan di TPS limbah B3
setelah berkoordinasi dengan Unit Kerja Gudang. Unit kerja K3LH menerima
limbah B3 dan dicatat pada lembar kegiatan pemanfaatan Limbah Berbahaya dan
Beracun. Ka. Unit kerja K3LH dan Ka. Unit kerja Gudang merekap laporan
pengelolaan limbah B3 padat setiap bulannya secara periodik setiap 3 (tiga) bulan
sekali yang disepakati kepala Biro Pemeliharaan mesin dan diketahui oleh Kepala
Departemen Operasi/Kepala Pabrik sebagai bahan laporan pengelolaan Limbah
B3 ko Badan Lingkungan Hidup Kota, Provinsi dan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan PPE Sumatera.
2. Pengelolaan Limbah B3
Cair Unit kerja penghasil limbah 83 memiliki tanggung jawab dalam
pengumpulan limbah 83 cair (oli bekas, bahan kimia. bekas/kadaluarsa Grease
(Gemuk Bekas)) untuk diserahkan ke Unit Kerja K3LH selanjutnya diletakan di
TPS Limbah 83 setelah erkordinasi dengan unit kerja Gudang. Unit kerja K3LH
setiap limbah 83 Cair disimpan di TPS limbah 83 dan dicatat pada lembar
kegiatan pemanfaatan limbah berbahaya dan beracun. Setiap 3 (tiga) bulan sekali,
Unit Kerja K3LH dan kepala Unit Kerja Gud merekap laporan pengelolaan
limbah B3 cair yang disetujui oleh kepala biro pemeliharaan mesin dan diketahui
oleh Kepala De Operasi/ Kepala Pabrik sebagai bahan laporan pengelolaan
limbah B3 ke Badan Lingkungan Hidup Kota. Provinsi dan Kem Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan PPE sementara.
3. Pengelolaan Fly Ash
Tanggung jawab Kepala Unit Kerja Gudang adalah menerima penyimpanan
Fly Ash. Fly Ash dibawa menggunakan mobil khusus dan tertutup untuk
selanjutnya diletakan di TPS Fly Ash sebelum dimanfaatkan. Kepala Unit Kerja
Gudang setiap bulan melaporkan penerimaan dan stok Fly Ash ke Unit Kerja
K3LH sebagai Laporan Pengelolaan Limbah 83 ke KLH dan Instansi terkait.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 421/KPTS/ DLHK/2017


Tentang Pemberian Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Bahaya dan Beracun
Kepada PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Pabrik Palembang, Perseroan telah
diberikan izin untuk melakukan penyimpanan sementara Limbah 83 yang dihasilkan,
yaitu oli bekas, kemasan bekas B3, kain majun terkontaminasi B3, limbah elektronik,
bahan kimia kadaluarsa, pelarut kimia bekas, filter bekas pengendali debu, kemasan
bekas tinta dan sludge IPAL. Kami melakukan Pengelolaan Limbah B3 dengan
mengumpulkan dan mendata setiap limbah B3 secara berkala untuk kemudian
melakukan penyimpanan sementara di TPS Limbah B3. Setiap periode, seluruh
material tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Palembang Plant juga melakukan upaya
pemanfaatan limbah hasil pembakaran batu bara dari industri pembangkit listrik yaitu
Fly Ash dengan cara dijadikan bahan ketiga dalam proses penggilingan semen di
Cement Mill.

Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan


Industri semen menyebabkan dampak kerusakan lingkungan sebagai berikut:
a. Lahan
Perubahan tata guna tanah akibat kegiatan penambangan dan penyerapan lahan
serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya.
b. Air
Kualitas air menurun karena limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan
sisa air dari kegiatan penambangan. Kemudian menimbulkan lahan kritis yang mudah
terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang akhirnya akan menimbulkan
banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena
hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air tanah
menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan
karena tanah tidak lagi mampu menyerap air.
c. Udara
Debu yang terlihat dikawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu
menimbulkan pencemaran udara. Suhu udara disekitar pabrik meningkat. Gas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara berupa gas CO,
CO2, SO3 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon serta belerang.

Anda mungkin juga menyukai