Anda di halaman 1dari 19

LARUTAN

Pengertian
Larutan adalah campuran dua atau lebih komponen yang membentuk fasa tunggal homogen dalam
skala molekuler
Komponen yang menentukan fasa larutan disebut pelarut (solvent) yang merupakan bagian terbesar
dari sistem
Komponen lain disebut solut yang merupakan fase terdispersi dalam bentuk molekul atau ion pada
keseluruhan pelarut.

Sifat Larutan
Sifat Koligatif
Tergantung pada jumlah partikel dalam larutan
co/: tekanan osmotik, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, peningkatan titik didih
Sifat aditif
Tergantung pada kontribusi atom dalam molekul secara menyeluruh atau jumlah sifat konstituen
dalam larutan
co/: bobot atom
Sifat Konstitutif
Tergantung pada susunan, pada jumlah dan macam atom dalam suatu molekul
co/: pembiasan cahaya, sifat elektrik, karakteristik permukaan dan antar permukaan, kelarutan obat.
Jenis Larutan
Larutan encer : Larutan yang mengandung sejumlah kecil zat yang terlarut
Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada temperatur dan
tekanan tertentu
Larutan lewat jenuh: larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
kelarutannya didalam air pada temperatur tertentu

Faktor yang mempengaruhi kelarutan


Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan “like dissolves like” artinya solute yang polar akan larut dalam
solvent yang polar, solute yang non polar akan larut dalam solvent yang bersifat non polar
Gara-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
Ko-solvent
Ko solvent adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain
atau modifikasi pelarut
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran gliserin-air
Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah:
a. Larut dalam air
Semua garam klorida, kecuali: AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali bismuth subnitrat
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut, kec: K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kec: KOH, NaOH, NH4OH, BaO, Ba(OH)2
Semua garam phosphat tidak larut, kec: K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
Temperatur
Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas
Zat+ pelarut+panas---- larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada
kelarutannya menghasilkan panas
Zat terlarut+pelarut-----larutan+panas
Salting out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan besar dibanding zat utama akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh: Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan NaCl
jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibandingkan kelarutan minyak atsiri dalam air,
maka minyak atsiri akan memisah
Salting in
Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik dengan penambahan suatu garam
dalam larutannya.
Contoh: riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum
karena terjadi penggaraman riboflavin+basa NH4
Pembentukan Kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antar senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk
garam kompleks
Contoh:
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
Pernyataan konsentrasi
Istilah Kelarutan (FI. III: 1979)

Kelarutan dalam air dan alkohol beberapa asam lemah, basa lemah dan garamnya

Bentuk Larutan
Larutan Oral •Mikstura, eliksir sirup, obat tetes pediatrik

Larutan topikal oral (dental) •Obat kumur, spray kerongkongan

Larutan dan tinktur topikal •Obat semprot, larutan topikal Al-asetat, Al-subasetat

Larutan Rongga tubuh •Tetes telinga, tetes hidung, larutan


vaginal dan rektal

Injeksi • Ampul/vial

Larutan lain • Air aromatik, asam encer


Larutan tidak mengandung air • Linimen, kolodion
Keuntungan
Bentuk cair mudah ditelan
Lebih cepat terabsorpsi sehingga respon terapeutik akan lebih cepat
Sistem homogen, sehingga obat terdistribusi homogen dalam seluruh sediaan
Iritasi akan berkurang, karena larutan akan segera diencerkan oleh cairan lambung
Kerugian
Bersifat voluminous, kurang menyenangkan dalam pengangkutan atau penyimpanan.
Stabilitas kurang baik, terutama untuk bahan yang mudah terhidrolisis
Merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan bakteri
Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien yang menakar
Sulit menutupi rasa
Pelarut Untuk Sediaan larutan
Pelarut air
Air destilata
Air bidestilata
Air demineralisata
Air pro injeksi
Pelarut Non Air
Minyak lemak nabati
Minyak tidak mudah menguap, kandungan utama ester asam lemak gliserol,
co/: minyak kacang, minyak wijen, olive oil, minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kedelai,
minyak jarak
Alkohol
Konsentrasi lebih besar dari 15% menunjukkan aktivitas antimikroba, batas penggunaan untuk obat
bebas oral usia kurang dari 6 tahun(5%), lebih dari 12thn (10%)
co/: Isopropil alkohol, Etil alkohol: digunakan untuk pemakaian luar, memberikan efek dingin (lotion
asam salisilat)
Alkohol polihidral
Alkohol yang mengandung 2 gugus hidroksil dikenal dengan senyawa glikol, jarang digunakan karena
toksik.
Kecuali: propilen glikol, polietilen glikol
Alkohol encer
Dibuat dengan mencampurkan sejumlah alkohol dan air murni.
Fungsi :sebagai pelarut hidroalkohol dalam berbagai proses farmasi dan pembuatan.
Alkohol untuk obat gosok (senyawa alkohol obat gosok)
Mengandung 70% etil alkohol,sisanya adalah air,dengan atau tambahan pewarna, minyak parfum
dan penstabil.
Dimetilsulfoksida (DMSO)
Senyawa sangat polar untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kulit
Etil eter
Biasa digunakan dengan kombinasi dengan alkohol
Paraffin cair
Pertimbangan pemilihan pelarut
 Tidak toksik
 Tidak menyebabkan iritasi
 Potensi sensitifitasnya
 Tidak mudah terbakar
 Harga terjangkau
 Stabil
 Kompatibilitas dengan eksipien lain
SUSPENSI
DEFINISI
Menurut FI IV merupakan sediaan cairan yang mengandung partikel padat yang tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
Sistem dua fase, satu fase terdispersi/terdistribusi sebagai partikel (padat) didalam fase kedua atau
fase kontinyu (cair). Fase terdispersi sebagai fase dalam sedangkan fase kontinyu sebagai fase luar
(ukuran partikel fase terdispersi 0,5µm atau lebih)
Pembagian suspensi berdasarkan cara penggunaan
• Oral aqueous suspension
Sediaan cair yang menggunakan partikel padat terdispersi dalam pembawa cair dengan flavouring
agent yang cocok dengan tujuan oral
• Dry syrup/suspensi rekonstitusi
• Topical suspension
Sediaan cair yang mengandung partikel padat terdispersi dalam pembawa cair yang dimaksudkan
untuk kulit
Kelebihan
 Baik untuk beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet atau kapsul
 Untuk zat aktif yang sukar larut dalam air
 Menutupi rasa untuk zat aktif yg dalam bentuk terlarut memiliki rasa pahit
 Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Kekurangan
 Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi)
 Jika terbentuk cacking akan sulit terdispersi sehingga homogenitasnya turun
 Ketepatan dosis rendah daripada larutan
 Harus dikocok terlebih dahulu untuk mendapatkan dosis yang diinginkan
Pengelompokkan suspensi
Berdasarkan istilah
• Susu: untuk suspensi dengan pembawa air untuk pemakaian oral (co: susu magnesia)
• Magma: suspensi zat padat dalam air seperti lumpur, zat padat terhidrasi dan teragregasi
kuat sehingga menghasilkan konsistensi seperti gel (co: magma bentonit)
• Lotio: untuk golongan suspensi topikal (lotio kalamin)
Berdasarkan sifat
a. Suspensi deflokulasi
- Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung pada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatan sedimentasinya lambat.
- Gaya tolak menolak antara partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara
sesamanya pada waktu mengendap
- Partikel terdeflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, terjadi
agregasi dan akhirnya terbentuk caking yang sukar teredisperi kembali
- Supernatan sistem ini keruh
- Kelebihannya: menampilkan dosis yang homogen pada waktu yang lama karena waktu
sedimentasinya lama
- Kekurangannya: jika timbul endapan sulit diredispersi
- Sistem ini dengan viskositas yang tinggi akan mencegah sedimentasi, akan tetapi viskositas
terlalu tinggi juga tidak baik, karena?karena akan mengental
b. Suspensi Flokulasi
- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat sedimentasi. Hal ini
disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukuran
agregat lebih besar
- Cairan supernatan cepat sekali bening karena partikel cepat sekali mengendap dengan
ukuran yang bermacam
- Kelebihan: endapan pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi kembali
- Kekurangan: dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya
tinggi.
- Flokulasi dapat dikendalikan dengan: kombinasi ukuran partikel, penggunaan elektrolit
untuk kontrol zeta potensial,penambahan polimer mempengaruhi hubungan/struktur
partikel dalam suspensi. Zeta Potensial adalah? parameter muatan listrik antara partikel
koloid. Makin tinggi nilai potensial zeta maka akan semakin mencegah terjadinya
flokulasi (peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar).
Zat pembentuk suspensi flokulasi
• Elektrolit: penambahan elektrolit anorganik akan mengubah zeta potensial dari partikel yang
terdispersi. Co: Na-asetat, fosfat dan sitrat. Zeta potensial kecil, terbentuk jembatan antar
molekul sehingga endapan bersifat longgar.
• Surfaktan: Surfaktan ionik menyebabkan flokulasi karena menetralkan muatan antar partikel
pada sistem deflokulasi.
• Polimer: pati, alginat , selulosa, tragakan, karbomer dan silikat dapat mengontrol derajat
flokulasi
Karakteristik fisik suspensi
 Harus tetap homogen sampai batas waktu tertentu, minimal antara waktu pengocokan
dalam wadah sampai dituang untuk sejumlah dosis yang diperlukan
 Endapan yang terbentuk pada saat penyimpanan harus mudah diredispersi dengan
pengocokan yang tidak terlalu kuat
 Memilik viskositas tertentu, untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel.
 Partikel harus kecil dan uniform, sehingga sediaan yang dihasilkan baik dan bebas dari gritty
texture
Syarat suspensi
 Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal
 Suspensi harus dikocok sebelum digunakan, dan jika dikocok harus mudah terdispersi
kembali
 Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dituang
 Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
 Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
 Suspensi yang digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba
Hal yang harus diperhatikan dalam suspensi
1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya
suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
2. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan
tween
3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
a. Perbedaan densitas, cara mengukur nya?
b. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan
humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan
: mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh :
gliserin, propilenglikol.
4. Pertumbuhan kristal
 Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan
suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
 Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi: gunakan partikel dengan range ukuran
yang sempit, pilih bentuk kristal obat yang stabil, menggunakan pembasah, menggunakan colloidal
pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk lapisan pelindung pada partikel,
viskositas ditingkatkan, mencegah perubahan suhu yang ekstrim
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal : keadaan super jenuh, pendinginan yang ekstrim dan
pengadukan yang cepat
5. Pengaruh gula (sukrosa)
Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. Berapa persenkah gula dalam larutan yg
dapat digunakan sebagai pengawet?
6. Metode Dispersi : Flokulasi atau deflokulasi

FORMULA SUSPENSI
 Zat Aktif
Kontrol ukuran partikel: bahan aktif harus halus, bila ukuran >5µm gritty texture
Uk. Partikel suspensi dapat berubah/bertambah besar daripada pada saat produksi karena
penurunan suhu.
Co: parasetamol
 Bahan tambahan
Pertimbangan:
1. Compatibility with drug
2. Stability at a specific pH and temperature
3. Compatibility with other adjuvant
4. Cost
Bahan Pembasah:
Proses pembasahan partikel padat adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh cairan
Hidrofilik: mudah dibasahi dengan air
Hidrofobik: mudah dibasahi pelarut organik atau non polar.
Surfaktan:
Anionik: Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate
Nonionik: Polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
Penggunaan surfaktan sebagai wetting agent sampai 0,1%
Oral: Tween, Span
Topikal: SLS, dioctyl sodium sulphosuccinate
 Bahan Pensuspensi
Untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat padat yang tidak larut dalam medium
pendispersi.
1. Polimer
Karbomer, PVA, povidon, polioksietilen
2. Gom
Akasia, agar, alginat, karagenan, guar, pektin, tragacanth, xanthan
3. Selulosa larut air:
Metilselulosa, hidroksi etil selulosa, karboksimetilselulosa Na (CMC Na), Selulosa mikrokristal (avicel)
4. Silikat terhidrasi:
Bentonit, Mg Al silikat, Veegum.
 Buffer
Alasan penggunaan: bahan aktif asam atau basa lemah
Kriteria pemilihan:
a. Kapasitas sesuai dengan range pH yang diinginkan
b. Kompatibel dengan flocculating agent
c. Aman
d. Tidak mengganggu stabilitas atau efektivitas sediaan
e. Tidak berinteraksi dengan bahan lain

Anti oksidan
Mencegah reaksi oksidasi bahan aktif dan bahan tambahan
Larut Air Larut Minyak
Na-bisulfit Butylated hydroxy anisole (BHA)
Na-metabisulfit Butylated hydroxy toluene (BHT)
Na-thiosulfat Propyl gallate
Thioglyserol Tocopherol
Thiourea
Cystein HCl
Asam askorbat
 Preservatives
Alasan penggunaan pengawet:
a. Mengandung karbohidrat dan solvent polar
b. Ada sumber kontaminasi: perlakuan pada wadah, peralatan, komponen bahan pengemas
atau operator
Co/ pengawet:
Alkohol,asam, ester, ammonium kuarterner, derivat fenol.
 Colouring agent
Tujuan pemberian warna : Estetika dan Identitas produk
Untuk oral FD&C atau D&C
Suspensi topikal D&C external colour
 Fragrance
Tujuan : menutupi bau yang tidak enak, estetika dan identitas.
Penggunaan dalam jumlah minimum 0,5%
Pemilihan dan jumlah berdasarkan Trial and Error
Umumnya bentuk minyak tidak larut air, dilarutkan dengan ko solvent
Uji Mutu Sediaan
 Parameter sedimentasi
Mengukur volume sedimentasi:
F=Vu/Vo
Vu: volume akhir
Vo: volume awal
F=1 suspensi baik krn tidak terbentuk supernatan setelah didiamkan
F>1 terjadi flok yang sangat longgar dan halus sehingga volume akhir > awal
 Kemampuan redispersi
Diputar 360˚, 20 rpm (stanko and dekay)
Kocok 90 ˚ (stanko and lesschaft)
 Viskositas
 Pengukuran zetapotensial
 Ukuran partikel
 Pengukuran pH
 Pengukuran BJ
SIRUP dan Eliksir
Pengertian Sediaan yang mengandung air gula atau pengganti gula dengan atau tanpa aroma dan
bahan obat.
Penggolongan Sirup
SIRUP TANPA BAHAN OBAT

SIRUP BAHAN OBAT

Komponen Sirup
• Air murni
• Bahan obat
• Gula digunakan untuk memberikan rasa manis dan peningkat viskositas (sukrosa 60-80%)
• Bahan pengawet digunakan untuk melindugi sirup terhadap pertumbuhan mikroba (as.
Benzoat 0.1%-0.2%,Na. benzoat 0.1-0.2%, propilparaben, metilparaben 0,1%.
Pengawetan sirup:
a. Menyimpan dalam suhu dingin
b. Penambahan pengawet
c. Mempertahankan konsentrasi tinggi sukrosa
• Pemberi Aroma
Pemberi aroma sintetik dan bahan alami
Syarat: harus terlarut dalam air
• Pewarna, untuk memperbaiki penampilan sirup.
Pewarna harus berkorelasi dengan pengaroma (misal hijau dengan mint atau melon, merah dengan
cherry atau strawberry dan apel, orange dengan jeruk)
Metode Pembuatan Sirup
A. Larutan bahan dengan bantuan panas
Syarat: zat aktif dan bahan pada sirup tidak rusak terhadap panas atau menguap karena panas.
Panas mempercepat terbentuknya larutan gula dan bahan Lain dalam sirup. Sukrosa (disakarida)
terhidrolisis menjadi monosakarida, dekstrosa(glukosa) dan fruktosa menyebabkan rasa menjadi
lebih manis, atau berubah menjadi kecoklatan.

B. Larutan dengan pengadukan tanpa bantuan panas


Untuk menghindari inversi sukrosa yang diinduksi panas dapat dibuat dengan pengadukan.
Sirup dengan metode ini membuthkan waktu yang lama untuk memperoleh larutan yang homogen,
umumnya produk memiliki stabilitas yang tinggi.

C. Penambahan sukrosa dalam cairan obat atau cairan beraroma


• Cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair terkadang digunakan sebagai bahan obat dalam
pembuatan sirup. Umumnya tinktur atau esktrak larut dalam alkohol atau hidroalkohol.
• Apabila komponen larut alkohol, dilakukan pengubahan komponen menjadi larut air
• Apabila komponen larut alkohol tidak diinginkan, umumnya dihilangkan dengan mencampur
tinktur atau ekstrak dengan air didiamkan sampai terpisah lalu disaring, filtrat yang
dihasilkan digunakan untuk proses pembuatan sirup
• Apabila tinktur atau ekstrak larut air dapat langsung ditambahkan pada sirup.
Sediaan Eliksir
• Merupakan larutan jernih, larutan hidroalkohol manis yang ditujukan untuk penggunaan oral
dan biasanya diberikan pengaroma untuk memperbaiki rasa.
Eliksir mengandung lebih dari 10%-20% alkohol.
Umumnya eliksir dengan bahan aktif yang memiliki kelarutan yang rendah didalam air, proporsi
alkohol yang diperlukan lebih besar dibandingkan dengan bahan aktif yang kelarutan dalam airnya
lebih besar.
Pelarut lain yang dapat digunakan antara lain: propilen glikol dan gliserin
SIRUP VS ELIKSIR
 Eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena proporsi gula yang lebih rendah.
 Karena karakter hidroalkohol sediaan eliksir lebih baik mempertahankan komponen baik
yang larut dalam air atau alkohol
 Dari sisi industri eliksir lebih disukai daripada sirup karena karakteristik stabilnya dan
kemudahan dalam pembuatannya.
Pembuatan eliksir
• Eliksir dibuat melalui pengadukan dan atau pencampuran dua atau lebih bahan cair
• Komponen yang larut alkohol dan komponen larut air ditambahkan.
• Komponen air selalu ditambahkan ke komponen alkohol untuk mempertahankan
kemungkinan besar kekuatan alkohol pada waktu yang lama sehingga meminimalisir
pemisahan komponen larut alkohol
• Seringkali campuran akhir berwarna keruh
Cara mengatasi: eliksir dibiarkan beberapa jam untuk menjamin kejenuhan hidroalkohol
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLIDA
BENTUK SEDIAAN FARMASI
 SOLIDA (Serbuk, granul, tablet, kapsul)
 SEMI SOLIDA (Krim, Gel, Pasta, Salep)
 LIQUID (Emulsi, suspensi,eliksir)
Sediaan Liquid
 Merupakan sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling
kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk pemakaian obat dalam, luar atau untuk
dimasukkan dalam rongga tubuh.
Keuntungan sediaan liquid
 Untuk penderita yang sukar menelan, anak2.
 Absorbsi lebih cepat
 Homogenitas lebih terjamin
 Dosis seragam
 Dosis dapat disesuaikan
Kerugian
 Tidak sessuai untuk zat aktif yang tidak stabil dalam air
 Sulit menutupi rasa
 Media merupakan tempat pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi
 Menggunakan alat khusus, dan tenaga kesehatan (sediaan parenteral)
Ruang Lingkup Sediaan Liquida
 Sistem dispersi
 Sistem Homogen
Sediaan Semisolida
 Sediaan setengah padat yang umumnya digunakan pada permukaan kulit, dioleskan pada
permukaan mata atau digunakan melalui vaginal atau rektal.
 Keuntungan: mudah digunakan, dapat dirancang untuk efek lokal maupun sistemik, bukan
merupakan rute yang invasif
 Kerugian : menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada kulit terutama untuk yang berbasis
minyak, SC menjadi hambatan dalam penghantaran obat dengan sediaan semi solida,
ketepatan dosis sulit diprediksi
Formulasi dan Pengembangan
.
Hal yang mempengaruhi mutu obat:
1. Kualitas bahan dasar (zat aktif, eksipien)
2. Manufacturing proses
3. Formulasi yang tepat
4. Wadah
5. Lingkungan pengolahan
6. Suhu dan waktu penyimpanan
7. Personalia
Tahapan
 Senyawa kimia baru
(sintesis organik, modifikasi molekular, isolasi tumbuhan)
 Uji Praklinis
((Kimia, Fisika, Biologis (farmakologi, ADME,toksikologi), Praformulasi))
 IND Application : Pengajuan dan peninjauan oleh FDA
 Uji Klinis (Fase I,II dan III)/ Uji PraKlinis (Lanjutan):Toksisitas hewan jangka panjang,formulasi
produk,produksi dan pengawasan, rancangan kemasan dan label
 NDA:pengajuan,peninjauan FDA, Inspeksi pra-perizinan,keputusan FDA
 Pasca pemasaran: Uji klinik fase IV (farmakologi/toksikologi klinis, indikasi tambahan),
Peninjauan efek samping,Kerusakan produk,Perluasan jalur produk
TAHAP PENGEMBANGAN FORMULA
•Melalui buku rujukan, abstrak, jurnal
Studi Pustaka ilmiah,majalah dll.
•Kajian pasaran (permintaan konsumen)

•Persentasi bentuk obat yang sesuai dengan


Formulasi teoritik tujuan pengobatan
•Pertimbangan: stabilitas, penampilan, biaya.

•Diperoleh petunjuk hal-hal yang harus


Laboratory formulation ditempuh untuk pengembangan
formulasi bentuk sediaan yang sesuai

•Dilakukan ditahap awal untuk mengetahui


Pewadahan wadah yang sesuai untuk sediaan

•Skala kecil (10-15kg/liter)


Pilot plant •Untuk mengetahui kemungkinan
masalah yang timbul yang tidak nampak
pada skala lab
Uji Klinik atau uji •Pengkajian klinik, sehingga diperoleh
laporan klinik untuk penyesuaian
lapangan formula yang dibuat

•Dilakukan pada berbagai macam kondisi penyimpanan


Uji Penyimpanan

•Dilakukan produksi dalam jumlah yang lebih besar


Pengembangan proses

•Dibuat rincian spesifikasi sediaan dengan cara dan


Rincian proses pengolahan proses yang tepat.

PREFORMULASI
 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna
 Data preformulasi formulasi yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi sesuai
dengan tujuan dan bentuk sediaan
Tujuan
 menggambarkan proses optimisasi obat melalui penentuan dan atau definisi sifat-sifat fisika
dan kimia yang dianggap penting dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif dan
aman
 Membantu dalam memberikan arah yang sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk
sediaan
Parameter Fisikokimia dalam Preformulasi
 Stabilitas kimia (ex: pH)
 Kelarutan/solubilitas
 Kecepatan disolusi
 Konstanta disosiasi (penguraian obat)
 Koefisien partisi (rasio distribusi obat dlm pel)
 Kristalinitas
 Polimorfisme (stabilitas dan efek terapeutik)
 Ukuran partikel
Data Preformulasi Pelengkap
 Kompatibilitas interaksi:obat-eksipien
 Studi pendahuluan in vivo pada hewan, meliputi: absorbsi obat, metabolisme, ikatan
protein, distribusi, eliminasi.
Informasi Penting dalam Preformulasi
 Struktur kimia dan karakteristik
 Bobot molekul
 Metode analisis
 Kompresibilitas, observasi mikroskopik
 Informasi terapeutik (dosis, bentuk sediaan, produk kompetitor)
 Bahaya potensial
 Toksikologi
RANCANGAN BENTUK SEDIAAN FARMASI
Tujuan
 Mencapai respons terapeutika yang diharapkan dari suatu obat dalam bentuk sediaan
farmasi dan dapat diproduksi oleh industri dalam skala besar dengan kualitas baik serta
keterulangan yang tinggi.

Bentuk sediaan farmasi dengan berbagai cara pengobatan:


CARA BENTUK SEDIAAN
PEMBERIAN
SEDIAAN
ORAL Larutan, sirup, eliksir, suspensi, emulsi, serbuk,
granul, tablet
REKTAL Suppositoria, salep, krem, larutan
TOPIKAL Salep, krem, pasta, lotion, gel, larutan, serbuk tabur
PARENTERAL Injeksi (bentuk larutan, suspensi, emulsi), implant
PARU-PARU Aerosol
HIDUNG Larutan, inhalasi
MATA Larutan, salep
TELINGA Larutan, suspensi, salep

Pertimbangan merancang bentuk sediaan farmasi:


 Pertimbangan biofarmasetik merupakan faktor yang mempengaruhi bahan aktif obat dari
berbagai rute pemberian obat
 Faktor Obat, mencakup sifat fisika dan kimia bahan aktif
 Pertimbangan terapeutika, termasuk pertimbangan penyakit yang akan diobati dan faktor
pasien
Pertimbangan Biofarmasetika
 Dalam hal ini biofarmasi diperlukan untuk mempelajari efek secara invitro dari sifat fisika
kimia obat dan produk obat dalam perjalanan obat tersebut dalam tubuh pada kondisi
normal atau dalam keadaan sakit
Obat harus berada dalam bentuk larutan agar mudah diabsorbsi kedalam tubuh, melalui membran
kulit, saluran cerna atau paru-paru. Mekanisme penetrasi obat melalui membran dapat melalui 2
cara:
1. Difusi Pasif merupakan cara yang paling banyak digunakan obat untuk mengontrol absorbsi.
Proses ini disebabkan oleh konsentrasi obat. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh kelarutan
dalam lemak dan derajat ionisasi molekul pada tempat absorbsi
2. Transport aktif
Pertimbangan biofarmaseutika = rute pemberian obat
Sediaan farmasi dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan obat berada dalam bentuk yang
sesuai untuk diabsorpsi dari rute pemberian obat yang telah ditetapkan
Rute Pemberian Obat:
a. Rute Oral
Kelebihan: Rute oral merupakan cara pemberian yang paling sederhana, lebih menyenangkan dan
merupakan cara pemberian yang aman
Kekurangan: Kerjanya yang lambat, kemungkinan absorpsi tidak teratur dan terurainya obat oleh
enzim dan sekresi saluran cerna.
Faktor penting: pengosongan lambung, lambat obat inaktif absorpsi lambat (asam lemah
dilambung, asam dan basa lemah di usus)
b. Rute Rektal
Target: Lokal atau sistemik
Tujuan: Untuk obat yang diinaktivasi oleh cairan saluran cerna jika diberika oral, utk pasien tertentu.
Kelebihan: terhindar dari first pass metabolism
Kekurangan: tidak menyenangkan pada saat pemberian, absorbsi sulit untuk diprediksi
c. Rute Parenteral
Keuntungan: absorpsi obat cepat, kadar obat dalam darah dapat diprediksikan, sesuai untuk zat aktif
yang mudah terdegradasi jika diberikan secara oral
Kekurangan: menimbulkan rasa sakit, sulit mencegah jika terjadi kesalahan dalam pemberian dosis
d. Rute Topikal
Digunakan untuk tujuan lokal atau sistemik. Diabsorpsi melalui kelenjar keringat, folikel rambut dan
melalui pori2 pada stratum korneum
e. Rute Pernafasan
Obat diberikan dalam bentuk gas atau bentuk aerosol, obat kemudian diabsorpsi di paru-paru.
Faktor pertimbangan: Ukuran partikel (berpengaruh terhadap penetrasi dalam alveolar dengan zona
absorbsi yang cepat uk: 0,5- 1µm)
Variasi waktu saat mulai bekerja untuk bermacam bentuk sediaan
Waktu saat mulai bekerja Bentuk sediaan
Detik Injeksi i.v
Menit Injeksi (im, sk), tablet bukal, sublingual, aerosol
Menit – jam Larutan, suspensi, emulsi, granul, kapsul, tablet
Jam Salut enterik
Hari Injeksi depot, implant
Bervariasi Sediaan topikal
FAKTOR OBAT
 Agar dapat dibuat sediaan farmasi yang stabil perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu sifat
fisika dan kimia dari bahan aktif obat, meliputi disolusi, ukuran partikel, bentuk
polimorfisme, stabilitas dalam keadaan padat, serta interaksi z.a dengan bahan tambahan
yaitu dengan mengkombinasi data farmakologi dan biokimianya.
 Untu zat aktif yang sama dengan batch yang berbeda dapat terjadi perbedaan pada sifat
fisikokimianya. Hal tersebut terjadi krn proses perakitannya.
Data Fisika Kimia yang Penting Dalam Merancang Sediaan Farmasi dan Perhatian yang Perlu
Dilakukan Pada Proses Perakitan Obat
SIFAT PENEKANAN PROSES PROSEDUR PERAKITAN
Organoleptik Suhu Kristalisasi
Ukuran partikel, luas Tekanan Pengendapan
permukaan Radiasi Penyaringan
Kelarutan Ekspose terhadap cairan Emulsifikasi
Koefisien Partisi Ekspose terhadap gas Penggilingan
Konstanta Ionisasi Pencampuran, pengeringan, granulasi
Sifat Kristal (polimorfisme) Pencetakan, otoklaf
Stabilitas
 Sifat Organoleptik
Obat yang ideal seharusnya dapat diterima oleh penderita, namun ada beberapa bahan aktif yang
rasanya tidak enak, dan tidak menarik. Sehingga diperlukan penambahan peningkat rasa atau flavor.
co/ Kloramfenikol rasa pahit dirubah turunannya mjd kloramfenikol palmitat, atau dengan
menggunakan kapsul atau salut.
 Ukuran partikel dan luas permukaan
Ukuran partikel mempengaruhi luas permukaan dari serbuk. Perubahan ukuran menyebabkan
perubahan kecepatan disolusi obat, kec. Absorbsi, keseragaman kandungan obat.
Tetapi kadang ukuran partikel yang terlalu halus dapat merugikan, misalnya: sediaan yang
mengandung nitrofurantoin uk partikel 150µm, untuk mencegah rangsangan saluran cerna tetapi
dapat dieksresi melalui saluran urine.
Bentuk sediaan yang dipengaruhi oleh ukuran partikel:
Suspensi (untuk mengendalikan sifat kimia dan interaksi partikel)
Aerosol inhalasi (untuk mengoptimalkan penetrasi partikel obat pada tempat absorpsi mukosa)
Sediaan topikal
 Kelarutan
Zat aktif yang memiliki kelarutan yang kecil menimbulkan kesulitan absorbsi, biasanya digunakan
dalam bentuk garam atau ester senyawa yang lebih larut, atau dengan mikronisasi, kompleksasi,
dispersi solida.
 Disolusi
Disolusi ditujukan untuk mengetahui ketersediaan hayati zat aktif obat didalam tubuh
 Koef. Partisi dan pKa
Koefisien partisi berkaitan dengan ukuran lipolfilisitas dari suatu bahan aktif.
pH sangat berpengaruh terhadap proses obat, sebagian besar obat merupakan asam lemah atau
basa lemah dan berada dalam bentuk terionisasi atau tidak terionisasi.
 Polimorfisme
Polimorfisme yang berbeda dapat menunjukkan sifat fisik yang berbeda (kelarutan, disolusi dan sifat
aliran)
Transisi polimorfisme dapat disebabkan karena proses yang terjadi selama produksi.
 Stabilitas
Hal yang mempengaruhi stabilitas sediaan: wadah, panas, oksigen, cahaya dan kelembaban.
Pengelompokkan obat berdasarkan sensitifitas penguraian:
a. Stabil pada semua kondisi (mis: kaolin)
b. Stabil jika ditangani secara tepat (mis: as. Asetil salisilat)
c. Agak tidak stabil walaupun dengan penanganan (mis: vitamin)
d. Sangat tidak stabil (mis: antibotika dalam bentuk larutan).
Pertimbangan Terapeutika
 Keadaan penyakit yang akan diobati merupakan faktor penting apabila akan memilih bentuk
sediaan yang akan dibuat (kebutuhan sistemik atau lokal, jangka waktu kerja yang
diharapkan, kondisi pasien)
 Usia pasien (anak-anak atau dewasa)

Anda mungkin juga menyukai