Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN

DERIVAT

BIODIESEL

Disusun oleh :

Yulinda Angesti P 151710101122


Rochima Ulva 151710101125
Dimas Septian Mardi R.F 151710101128
Safira Cahya Rosjadi 151710101131
Haqqi Prapiliyangsora 151710101137

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambahan populasi penduduk didunia dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan manusia seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi sehingga
dapat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan energi. Selama ini sebagian besar
sumber energi menggunakan sumber daya minyak bumi yang berasal dari fosil
yang jumlahnya semakin menipis karena tidak dapat diperbaharui. Oleh karena
itu, usaha untuk mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui
(renewable) perlu ditingkatkan. Salah satu sumber energi alternatif yang saat ini
banyak dikembangkan adalah fatty acid methyl ester (FAME) yang dikenal
dengan nama Biodiesel (Puspitaningati, 2014).
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dibuat dari lemak hewani atau
minyak nabati yang dikonversikan ke dalam metil ester melalui proses
transesterifikasi dengan alkohol rantai pendok misalnya metanol, etanol, atau
butanol. Pembutan biodiesel dapat menggunakan katalis asam atau basa,
misalnya H2SO4, NaOH, dan KOH (Julianti, 2014). Salah satu minyak nabati
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar biodiesel adalah minyak kelapa sawit.
Indonesia menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, melebihi Malaysia.
Pada tahun 2007 luas lahan sawit mencapai 6,78 juta ha dengan produksi CPO
mencapai 17,37 juta ton (Ditjen industri agro dann kimia, 2009).
Minyak kelapa sawit berpotensi sebagai bahan baku biodiesel karena
beberapa keuntungannya, seperti mengandung 44% massa minyak pada bagian
inti (kernel), mudah didapat karena Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dan relatif murah. Selain itu
pembuatan bahan bakar yang dihasilkan dari minyak sawit telah diteliti lebih
ramah lingkungan karena bebas dari nitrogen, sulfur dan senyawa aromatik
sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan (Puspitaningati,
2014). Maka dari itu, perlu dilakukan pengolahan biodiesel dari minyak kelapa
sawit untuk menciptakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit
2. Mengetahui hasil produksi yang terbaik pada masing-masing jurnal
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit adalah suatu sumber energi yang potensial bagi
kehidupan manusia. Sebagai negara yang tanahnya subur, Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar untuk berperan dalam industri kelapa sawit. Pada 2007
Indonesia tercatat sebagai penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar
di dunia. Sampai dengan 2010, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 7,8 juta hektar. Dalam kurun waktu sekira 15 tahun terakhir produksi
minyak kelapa sawit meningkat hampir lima kali lipat, dari 4,8 juta ton minyak
sawit mentah (CPO) (Julianti, 2014).
Bahan baku biodiesel yang berpotensi di Indonesia saat ini adalah minyak
kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mentah (CPO) dapat diolah menjadi minyak
goreng (RBDPO). Dalam proses pengolahan tersebut zat-zat pengotor seperti air,
mineral-mineral logam, zat-zat lendir dan asam lemak bebas perlu dihilangkan
melalui proses pemurnian. Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)
adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk
menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna
dan penghilangan bau. Minyak ini dikenal sebagai minyak goreng. RBDPO hasil
pemurnian CPO umumnya dikembangkan sebagai dasar pembuatan metil ester
turunan minyak kelapa sawit melalui reaksi transesterifikasi dan produk ini
digunakan sebagai biodiesel (Ritonga, 2015).
Kelapa sawit berpotensi sebagai bahan baku biodiesel karena beberapa
keuntungannya, seperti mengandung 44% massa minyak pada bagian inti (kernel),
mudah didapat karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak
kelapa sawit terbesar di dunia sehingga relatif murah. Selain itu pembuatan bahan
bakar yang dihasilkan dari minyak sawit telah diteliti lebih ramah lingkungan
karena bebas dari nitrogen, sulfur dan senyawa aromatik sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan (Puspitaningati, 2013).
2.2 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan oleh reaksi kimia
antara minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek, misalnya
metanol, etanol, atau butanol dengan dibantu katalis, proses ini disebut
transesterifikasi. Dari sudut pandang lingkungan, penggunaan biodiesel memiliki
beberapa keuntungan misalnya dapat mereduksi emisi karbonmonoksida dan
karbondioksida, nontoxic dan biodegradable. Diharapkan biodiesel dapat
mereduksi penggunaan bahan bakar fosil (Julianti, 2014).
Biodiesel biasanya dibuat dengan reaksi transesterifikasi trigliserida
(minyak nabati) untuk metil ester dengan metanol menggunakan natrium atau
kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metanol sebagai katalis. Biodiesel dapat
diproduksi melalui reaksi antara minyak sawit dengan alkohol menggunakan
katalis heterogen. Salah satu katalis yang dapat digunakan dalam reaksi
metabolisis heterogen adalah kalsium karbonat ( CaCO3 ) (Arita, 2013).
Proses pembuatan biodiesel secara konvensional pada umumnya
menggunakan proses transesterifikasi minyak tumbuhan dengan alkohol rantai
pendek, menggunakan katalis homogen asam atau basa, misalnya H2SO4, NaOH,
dan KOH (Julianti, 2014). Beberapa kelemahan dari penggunaan katalis homogen
adalah katalis tidak dapat digunakan kembali atau diregenarasi karena katalis
bercampur dengan minyak dan metanol, terbentuknya produk samping berupa
sabun dan pemisahan antara katalis dan produk lebih rumit serta kurang ramah
lingkungan karena membutuhkan banyak air untuk proses pemisahan antara
produk dan katalis. Untuk mengatasi kelemahan tersebut di atas, mulai
dikembangkan penggunaan katalis heterogen (padat) untuk menggantikan katalis
alkali tersebut. Katalis heterogen yang pernah diteliti diantarnya ZnO, TiO2/ZrO2,
Al2O3/ZrO2, dan lain sebagainya (Puspitaningati, 2013). Kelebihan penggunaan
katalis heterogen antara lain proses pemisahan produk biodiesel dengan katalis
cukup mudah, katalis dapat diregenerasi dan digunakan kembali. Sehingga biaya
produksi biodiesel menjadi lebih ekonomis (Julianti, 2014).
BAB 3. METODOOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat
1. Alat kalsinasi
2. Alat transesterifikasi
3.1.2 Bahan
1. CaO
2. MgO
3. Asam asetat
4. Larutan penyangga -Al2O3
5. Minyak sawit (RBDPO)
6. Metanol
7. Aquades

Gambar 1. Alat kalasinasi


Keterangan gambar :
1. Kompresor
2. Furnace
3. Panel kontrol suhu
4. Reaktor
5. Katalis
6. Tube gas outlet
7. Erlenmeyer
8. Air
Gambar 2. Alat transesterifikasi
3.2 Skema Kerja pembutan biodiesel
3.2.1 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit RBD dengan
Menggunakan Katalis Berpromotor Ganda Berpenyangga -Alumina
(CaO/MgO/ -Al2O3) dalam Reaktor Fluidized Bed
a. Preparasi Katalis

Aquades, CaO, MgO

Pengadukan 30 menit

Aquades Penambahan bahan


50mlAsam
asetat Pengadukan 5 menit
Larutan penyangga -
Al2O3 Pengadukan 30
menitPenambahan bahan
Pengadukan 3 jamPemanasan dan pengadukan
80oC selama 3 jam
Pasta Katalis Pasta

Pengovenan suhu 110oC selama 12-14


jamPengovenan 110oC selama 12 jam
Penghalusan dan
pengayakan 27
meshPengecilan ukuran
Pengkalsinasi katalis
suhu 650oC selama 4,5
jamPengayakan
Katalis bubuk

Uji karakteristik katalis (analisa


BET dan XRD)Kalsinasi 700oC
selama
Analisis X-ray 5 jam dan XRD
diffraction

Gambar 3. Diagram Alir Preparasi Katalis


b. Proses Transesterifikasi

Minyak sawit (RBD) dan Katalis 4, 7, 10, 13,


metanol rasio 1:36 16 g

Pemasukan dalam tangki feed Pemasukan dalam reaktor

Pengadukan Setting reaktor pada suhu 175oC


dan laju alir 10 ml/menit

Pengaliran pada bagian bawah


reaktor

Transesterifikasi dengan
kecepatan alir 4, 7, 10, 13,
16 ml/menit, suhu 125oC,
150oC, 175oC, 200oC,
225oC

Biodiesel, sisa metanol,


sisa minyak dan gliserol

Perhitungan yield biodiesel dan konversi biodiesel

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel


3.2.2 Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa Sawit Dengan Menggunakan
Sekam Padi Sebagai Katalis Heterogen
a. Preparasi katalis abu sekam padi

Sekam padi

pencucian

Pengeringan oven suhu 110C hingga berat konstan

Penimbangan 100 gram

Pengabuan suhu 500C selama 3 jam

Pendinginan dalam desikator 15 menit

Abu sekam padi

KOH 1,9 N Perendaman dalam KOH 1,9 N selama 24 jam

Penguapan KOH dengan pemanasan

Katalis abu sekam padi

Gambar 5. Diagram alir preparasi katalis


b. Produksi Biodiesel Melalui Transesterifikasi dalam Reaktor
Fluidized Bad

Methanol +katalis abu Minyak sawit 100


sekam padi 10%, 15%,20% ml

pemasukkan dalam labu leher tiga


Pengadukan selama 2 jam
Pemanasan dan pengadukan hingga 60C
Campuran methanol
dan katalis abu Pencampuran
sekam padi
Pendiaman selama 4 jam

Pemasukkan dalam corong pisah

Pendiaman selama 24 jam gliserol

Biodiesel +sisa gliserol

Pemurnian

biodiesel

Gambar 6. Diagram alir Produksi Biodiesel


3.2.3 Pembuatan Biodiesel Dari Rbdpo Dengan Katalis Cangkang Kepah
a. Preparasi Katalis

Cangkang kepah

Pengabuan

Abu Cangkang kepah

CaO Katalisasi

Kalsinasi pada suhu 900oC selama 3,5 jam

Analisis AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Gambar 7. Diagram alir preparasi katalis


b. Reaksi transesterifikasi

Metanol dan Minyak


katalis CaO

Transesterifikasi

Perbandingan mol Waktu reaksi ( 90, abu cangkang kepah


minyak (1;6,1;9 dan 120 dan 150 menit) (4%, 5% dan 6%)
1;12)

7metanol
Pengadukan 600 rpm

Penuangan ke dalam corong pemisah

Pendinginan

Air Pemisahan

Metil ester

Penimbangan 1

Pemanasan (T: 150oC, t: 10 menit)

Penimbangan 2

Analisis (densitas, viskositas, titik nyala)

Pembandingan dengan SNI


Gambar 8. Diagram alir reaksi transesterifikasi
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit RBD dengan


Menggunakan Katalis Berpromotor Ganda Berpenyangga -Alumina
(CaO/MgO/ -Al2O3) dalam Reaktor Fluidized Bed
4.1.1 Analisa Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS)
Analisa Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) bertujuan untuk
mengetahui komponen asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa sawit
merk Bimoli. Berdasarkan hasil analisa GCMS, diketahui bahwa komposisi asam
lemak minyak kelapa sawit merk Bimoli didominasi oleh palmitic acid dan oleic
acid masing-masing sebesar 38,201% dan 45,962%. Hasil ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa asam lemak yang dominan dalam minyak
kelapa sawit adalah asam palmitat sebesar 38% - 46% dan asam oleat sebesar 30%
- 45% (Albuquerque, 2009). Dengan diketahuinya komponen asam lemak, maka
berat molekul dari minyak kelapa sawit dapat dihitung. Dari hasil perhitungan
didapatkan berat molekul minyak kelapa sawit sebesar 850,32 g/gmol. Berat
molekul dari perhitungan ini telah mendekati berat molekul minyak kelapa sawit
yang didapatkan dari literature yaitu 849,5 g/gmol (Leevijit, 2004).
4.1.2 Hasil Analisa XRD Katalis CaO/MgO/ -Al2O3
Berdasarkan hasil analisa BET diperoleh luas permukaan katalis
CaO/MgO/-Al2O3 sebesar 42,342 m/g. Sedangkan luas permukaan pure analytic
grade (PA) -Al2O3 dari Merck adalah 120 190 m2/g. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa promotor (CaO/MgO) menempel pada support (- Al2O3).
4.1.3 Analisa Hasil Proses Transesterifikasi
a. Pengaruh Massa Katalis Terhadap Yield dan % Konversi Biodiesel
Yield dan % konversi terbaik sebesar 0,296 gr biodiesel/gr minyak dan
29,483 % diperoleh pada massa katalis 16 gram. Semakin banyak katalis yang
ditambahkan maka yield dan konversi (%) biodiesel semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan semakin banyak katalis yang digunakan dalam reaktor fluidized bed
maka semakin banyak pula reaktan yang berkontak dengan katalis yang
terfluidisasi didalam reaktor. Dengan demikian, reaktan yang terkonversi menjadi
biodiesel semakin meningkat sehingga yield biodiesel yang dihasilkan semakin
banyak pula. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa apabila
jumlah katalis ditingkatkan maka jumlah molekul yang bertumbuk akan
bertambah dan kecepatan reaksi juga akan meningkat.
b. Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel terhadap laju alir reaktan
Semakin besar laju reaktan yang dialirkan maka yield dan % konversi
yang di hasilkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
laju alir, maka waktu tinggal reaktan akan semakin berkurang sehingga kontak
antara reaktan dengan katalis di dalam reaktor fluidized bed semakin cepat pula
dan mengakibatkan turunnya kadar FAME yang dihasilkan. Hal ini sesuai pula
dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin besar laju reaktan yang
diberikan maka waktu tinggal reaktan di dalam reaktor semakin cepat, sehingga %
yield dan % konversi yang dihasilkan pun akan semakin kecil (Sivakur, 2012).
c. Pengaruh Yield dan % Konversi Biodiesel terhadap suhu
Yield dan % konversi terbaik sebesar 0,642 gr biodiesel/gr minyak dan
63,975 % diperoleh pada suhu 225oC dan laju alir reaktan 4 ml/menit. Yield dan %
konversi biodiesel naik seiring dengan naiknya suhu operasi transesterifikasi,
karena secara kinetika, kecepatan reaksi akan naik seiring dengan kenaikan suhu
operasi. Literatur yang menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu reaksi
transesterifikasi maka semakin besar konversi yang dihasilkan (Amish, 2011).
d. Karakteristik biodiesel yaitu densitas dan viskositas dengan variabel massa
katalis
Pada suhu 175oC dengan laju alir 10ml/menit dapat diketahu bahwa
biodiesel memiliki densitas tertinggi 0,883 gr/ml dan viskositas tertinggi sebesar
5,126 mm2/s pada massa katalis 16 gr. Penambahan massa katalis mempengaruhi
densitas biodiesel. Viskositas yang tinggi akan memberikan kerapatan molekul
persatuan volume yang tinggi dan sebaliknya untuk nilai viskositas yang rendah
akan memberikan kerapatan molekul persatuan volume kecil.
e. Spesifikasi Biodiesel dan Viskositas Dengan Variabel Suhu dan Laju Alir
Pada suhu 225oC memiliki densitas 0,851 gr/ml dan viskositas 4,880
mm2/s pada laju alir 4 ml/menit. Kenaikan suhu mempengaruhi viskositas
biodiesel. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan
bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul
dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu
dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien
viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel
dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun. Molekul semakin
merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan
massa memadat karena suhu yang digunakan kecil. Dari hasil diatas didapatkan
bahwa densitas dan viskositas dari biodiesel yang diperoleh sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia untuk biodiesel yaitu 850-890 kg/m3 dan 2,3-6 mm2/s.

4.2 Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa Sawit Dengan Menggunakan


Sekam Padi Sebagai Katalis Heterogen
Surface area setelah diimpregnasi KOH mengalami penurunan yang
signifikan. Fungsi utama impregnasi dengan KOH 1,9 N adalah untuk
meningkatkan sisi aktif katalis sehingga membuat abu sekam padi memiliki sisi
aktif yang lebih tinggi dan dapat digunakan sebagai katalis heterogen pada
pembuatan biodiesel. KOH digunakan sebagai sisi aktif katalis dan abu sekam adi
sebagai support katalis. KOH mengisi pori-pori dari abu sekam padi sehingga
membuat surface area menjadi menurun. KOH dengan SiO2 membentuk
KOH/SiO2 yang akan menjadi sisi aktif katalis.
Abu sekam digunakan sebagai katalis heterogen pada pembuatan biodiesel.
Pada pengabuan abu sekam padi pada suhu 500C dan dilakukan impregnasi
dengan KOH didapatkan viscositas dan densitas biodisel yang sesuai dengan
standar SNI-7182:2012 sehingga membuat katalis abu sekam padi menjadi reaktif
dan dapat merubah minyak sawit menjadi biodiesel.
Yield biodiesel yang diperoleh mengalami peningkatan seiring dengan
semakin banyak jumlah massa katalis yang dipakai. Seiring dengan semakin
besarnya massa maka di dalam katalis semakin bertambah konsentrasi KOH
sehingga meningkatkan sisi aktif katalis. maka yield yang dihasilkan semakin
tinggi. Yield tertinggi didapat pada massa katalis 12,5 gram dengan konversi
sebanyak 67%. Hal ini disebabkan karena katalis semakin banyak mempunyai sisi
aktif sehingga membuat perolehan yield semakin meningkat.
Viscositas merupakan faktor penting dalam biodiesel karena menurut
Soetaredjo dkk (2010) viscositas bahan bakar memberi pengaruh besar pada
injektor dan proses atomisasi bahan bakar. Jika viscositasnya terlalu kecil, bahan
bakar tidak mampu menyediakan lubrikasi bagi pompa injeksi, namun jika
viscositasnya terlalu timggi akan menghasilkan tetesan-tetesan yang lebih besar
sehingga dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI- 7182:2012) viscositas yang masih dapat digunakan
untuk bahan bakar berbasis biodiesel adalah 2,6-6,0 cSt. Hasil dari viscositas pada
penelitian ini dengan variasi massa yang yang digunakan pada penelitian ini
masih masuk ke dalam standar biodiesel. Massa katalis tidak memberikan
perubahan yang signifikan terhadap nilai viscositas.
Methyl ester hasil transesterifikasi minyak sawit menjadi biodiesel dianalisa
menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). Analisis ini
merupakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang bisa digunakan untuk
mengetahui jenis kandungan asam lemak dalam biodiesel beserta kuantitasnya.
Hasil GC-MS membuktikan bahwa hasil yang diperoleh adalah methyl ester.

4.3 Pembuatan Biodiesel Dari Rbdpo Dengan Katalis Cangkang Kepah


Kondisi optimum proses kalsinasi CaO dari cangkang kepah diperoleh
pada suhu 900oC dan waktu 3,5 jam. Yield sebesar 84,0179% diperoleh dengan
adanya katalis abu cangkang kepah yang dikalsinasi pada suhu 900oC selama 3,5
jam. Perlakuan tersebut ditetapkan dikarenakan menurut teori Endalew, dkk 2011
bahwa perlakuan yang tidak sama pada cangkang kepah seperti suhu kalsinasi
yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama mengurangi luas permukaan dan
meningkatkan diameter pori.
CaO dari abu cangkang kepah menghasilkan yield yang lebih tinggi
daripada katalis CaO murni dan waktu reaksi yang optimum adalah 120 menit.
Untuk meningkatkan kekuatan dari satu oksida logam, campuran oksida logam
yang lain dicampurkan. Meskipun penggunaan katalis CaO yang sama banyak,
tetapi katalis CaO dari abu cangkang kepah mempunyai logam minor seperti (Si,
Na, Fe, Al, Sr, S, Mn) dimana bisa membantu meningkatkan yield dari biodiesel.
Jenis katalis CaO terbaik adalah abu cangkang kepah dan waktu reaksi yang
optimum adalah 2 jam. semakin besar rasio metanol/minyak yang digunakan
maka yield yang dihasilkan akan semakin besar. Perbandingan rasio mol
metanol/minyak terbaik adalah pada 12:1, Yield metil ester akan bertambah
seiring dengan peningkatan rasio mol methano. Jumlah katalis CaO terbaik adalah
5 b/b% dari minyak dengan perbandingan metanol/minyak (12:1).
Pada kondisi terbaik didapatkan yield maksimum sebesar 84,0179%
diperoleh menggunakan perbandingan mol metanol/minyak adalah 12:1 pada suhu
60oC selama 2 jam dengan 5 b/b% katalis abu cangkang kepah. Peningkatan
jumlah katalis tidak menjamin peningkatan dari hasil produksi karena cairan
menjadi sangat kental di beberapa titik sehingga mengalami penurunan dalam hal
efisiensi reaksi. Terdapat jumlah katalis yang optimum cukup untuk mencapai
hasil yang tinggi dari biodiesel. Biasanya, ketika kita meningkatkan jumlah
katalis, itu akan membantu untuk mempercepat reaksi dan memberikan hasil yang
lebih baik. Setiap Reaksi melewati nilai katalis optimum akan mengurangi yield
dari biodiesel.
Densitas biodiesel dari kondisi terbaik adalah 875,47 kg/m3, Batas densitas
tercantum dalam SNI (850-890 kg/m3 pada suhu 40oC). Viskositas kinematik
biodiesel dari kondisi terbaik adalah 4,99 kg/m3, ,Batas viskositas kinematik
tercantum dalam SNI (2,3-6,0 mm2/s pada suhu 40oC). Titik nyala biodiesel dari
kondisi terbaik adalah 122oC.,Batas titik nyala tercantum dalam SNI (minimum
100oC).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah review jurnal dapat disimpulkan bahwa:
1. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan oleh reaksi kimia
antara minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek,
misalnya metanol, etanol, atau butanol dengan dibantu katalis heterogen
yaitu kalsium karbonat ( CaCO3 ), proses ini disebut transesterifikasi.
2. Yield biodiesel terbaik dari penelitian ini yaitu 0,642 gr biodiesel/gr
minyak dan konversi terbaik sebesar 63,975 % pada suhu 225oC dan laju
alir umpan 4 ml/menit dengan menggunakan massa katalis 16 gram dan
rasio molar 1 : 36.
3. Abu sekam padi yang telah di impregnasi dapat digunakan sebagai katalis
dalam reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi biodiesel. Pada
penelitian ini yield biodiesel dan konversi minyak kelapa sawit tertinggi
sebesar 67% dan konversi tertinggi sebesar 90% didapatkan pada
penggunaan massa katalis 12,5 gram.
4. Kondisi terbaik untuk Metanolisis dari RBDPO adalah 5 b/b% katalis abu
cangkang kepah dari minyak, perbandingan mol metanol / minyak adalah
12:1, suhu reaksi 60oC selama 2 jam. Yield metil ester yang diperoleh
adalah 84,0179%. Sifat-sifat biodiesel seperti kandungan metil ester,
densitas, viskositas kinematik, dan titik nyala dievaluasi dan berada dalam
lingkup rentang sifat biodiesel SNI. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan RBDPO sangat cocok sebagai bahan baku dan kalsium
oksida dari cangkang kepah juga sangat cocok sebagai katalis berbiaya
murah dan aktivitas yang tinggi untuk memproduksi biodiesel.
5.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah lebih memvariasi jenis minyak yang
digunakan untuk pembuatan biodiesel sehingga dapat diketahui jenis minyak yang
sangat efektif untuk pembutan biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA

Arita R. S., AttasoK. Rangga S. 2013. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa
Sawit Dengan Katalis Cao Disinari Dengan Gelombang Mikro. Jurnal
Teknik Kimia No. 4, Vol. 19.

Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia. 2009. Roadmap Industri


Pengolahan CPO. Departemen Perindustrian Jakarta.

Julianti N. K., Wardani T. K., Gunardi I., Roesyadi A. 2014. Pembuatan Biodiesel
dari Minyak Kelapa Sawit RBD dengan Menggunakan Katalis Berpromotor
Ganda Berpenyangga -Alumina (CaO/MgO/ -Al2O3) dalam Reaktor.
Fluidized Bed. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2, ISSN: 2337-3539 (2301-
9271 Print).

Kusyanto dan Hasmara, P. A. 2017. Pembuatan Abu Sekam Padi Menjadi Katalis
Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit. J. Trop. Pharm.
Chem. 2017. Vol 4. No. 1. p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090.

Puspitaningati, S., Permatasri, R., dan Gunardi, I., 2013, Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Katalis Berpromotor Ganda
Berpenyangga -Alumina (CaO/KI/-Al2O3) dalam Reaktor Fluidized Bed,
J. Teknik Pomits, 2(1), 1-5.

Ritonga M. Y., Putra A. 2015. Pembuatan Biodiesel Dari Rbdpo Dengan Katalis
Cangkang Kepah. Jurnal Teknik Kimia Usu, Vol. 4, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai