PEMBUATAN BIODIESEL
I. TUJUAN
Minyak kelapa sawit berpotensi besar untuk dijadikan bahan baku pembuatan
biodiesel karena mempunyai rendemen sebanyak 28%. Indonesia sebagai
produsen terbesar minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) di dunia
mempunyai visi mewujudkan Indonesia menggunakan sumber energi baru
terbarukan (pengganti fosil) sebanyak 25% pada tahun 2025 dalam rangka
konservasi energi dan diversivikasi energi (Hutapea, 2012). Salah satu reaksi yang
dapat menurunkan viskositas minyak kelapa sawit adalah reaksi transesterifikasi.
Reaksi ini akan berjalan lebih cepat dengan adanya penambahan katalis. Pada
dasarnya sumber bahan baku pembuatan biodiesel memang penting untuk dikaji,
namun hal yang paling krusial lainnya yang perlu diteliti adalah jenis katalis yang
digunakan. Hal ini dikarenakan, kualitas biodiesel yang dihasilkan dan efisiensi
proses pembuatannya sangat ditentukan oleh katalis yang digunakan.
Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti solar dengan kadar emisi rendah
yang biasanya dibuat dari limbah lemak dan sumber daya terbarukan (Leung dkk,.
2009). Biodiesel dengan bahan baku minyak nabati dapat dikatakan sebagai salah
satu sumber daya terbarukan. Tanaman jarak dan minyak jelantah merupakan
beberapa pilihan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Jatropha curcas L atau yang sering disebut tanaman jarak pagar ini merupakan
suatu jenis tanaman yang sudah tidak asing lagi di masyarakat Indonesia. Selain
itu di Indonesia tanaman jarak cukup berpotensi untuk dikembangkan. Seperti
yang diungkapkan Syakir (2010) dalam penelitiannya mengenai prospek dan
kendala pengembangan Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) sebagai bahan bakar
nabati di Indonesia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan
lahan yang sangat sesuai untuk tanaman jarak pagar mencapai 14,2 juta ha dengan
sekitar 5 juta ha lahan yang saat ini tersedia. Namun produksi biji jarak di
Indonesia masih tergolong rendah dengan luas lahan 68.200 ha hanya mampu
memproduksi sebesar 7.852 ton pada tahun 2007, kemudian meningkat pada tahun
2008 dengan total produksi 7.925 ton dari luas lahan 69.221 ha, pada tahun 2009
terus mengalami peningkatan dengan luas lahan 69.315 ha mampu memproduksi
sebesar 8.013 ton. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
produksi jarak di Indonesia terjadi peningkatan tiap tahunnya.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif sebagai pengganti
minyak diesel, biodiesel memiliki sifat terbarukan (renewable) karena berasal dari
minyak nabati maupun dari lemak hewani yang di proses melalui transesterifikasi
dengan katalisasi alkohol, selain itu biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan. Menurut Kurdi (2006) biodiesel yang dihasilkan melalui proses
transesterifikasi secara umum memiliki nilai sifat fisik yang lebih tinggi dibanding
dengan minyak solar. Sifat fisik tersebut meliputi nilai viskositas, densitas, serta
flashpoint. Dengan tingginya nilai viskositas tersebut mengakibatkan bahan bakar
biodiesel sulit dialirkan sehingga pompa yang bekerja pada mesin diesel akan
bekerja lebih berat dan akan mempengaruhi daya yang dihasilkan oleh mesin
diesel. Dengan menggunakan biodiesel minyak jarak sebagai bahan bakar, kinerja
mesin mengalami penurunan daya sebesar 4.5% terjadi pada putaran mesin sekitar
3500rpm, akan tetapi biodiesel memiliki nilai konsumsi bahan bakar dan emisi gas
yang lebih baik jika dibandingkan dengan minyak solar sebagai bahan bakar pada
mesin diesel.
Berdasarkan pada tinjauan pustaka tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa
jumlah produksi minyak jarak maupun limbah minyak jelantah mengalami
peningkatan tiap tahunnya sehingga minyak jarak dan minyak jelantah sangat
berpotensi untuk dijadikan bahan baku biodiesel karena ketersediannya yang
melimpah di Indonesia.
IV. METODOLOGI
A. Peralatan
1. Oil bath / water bath
2. Gelas beker
3. Overhead stirrer
4. Buret beserta statif
5. Kaca arloji
6. Erlenmeyer
7. Gelas ukur
8. Labu bundar leher 4
9. Viscometer Ostwald dan Viscosity bath
10. Density / Spesific Gravity Meter
11. Erlenmeyer
12. Buret dan Statif
B. Bahan
1. Metanol
2. NaOH
3. Minyak
4. KOH 0,1 N
5. Indikator PP
Menambahkan 50 ml
Menimbang 20 gr Mendinginkan pada
etanol panad dan 3
sampel minyak suhu ruang
tetes indicator pp
Menghitung kadar Mencatat volume Mentitrasi dengan
% FFA titran larutan NaOH 0,1 N
b. Proses Trans-esterifikasi
Menambahkan
campuran NaOH ke Memasukkan sampel minyak Mencampurkan
dalam sampel minyak ke dalam labu bundar leher 4 katalis NaOH dan
yang telah dirangkai metanol
b. Penentuan Viskositas
Menarik biodiesel
Mencatat waktu
menggunakan ball pipet
berpindahnya biodiesel
agar bisa berpindah ke
dari batas ukur atas
pipa kapiler yang lain
hingga ke bawah
b.Proses Trans-esterifikasi
c. Proses Pencucian dan Pengovenan
3. Bilangan Asam
V KOH : V tat 1 = 0,4 mL
V tat 2 = 0,3 mL
V tat 3 = 0,3 mL
0,4+0,3+ 0,3
V tat rata-rata = = 0,3 mL
3
A x N x 56,1
Bilangan Asam =
G
0,3 mL x 0,1 N x 56,1
Bilangan Asam =
250 g
Bilangan Asam = 0,0067 mg-KOH/g
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan biodiesel ini digunakan minyak goreng kelapa
sawit sebagai bahan baku utamanya serta bahan-bahan lainnya seperti metanol
sebagai pelarut, NaOH dan KOH 0,1 N sebagai katalis, dan indikator pp sebagai
indikator saat titrasi. Pada pembuatan biodiesel ini dilakukan melalui tiga tahap
yaitu, pengujian kadar FFA untuk mengetahui apakah minyak goreng yang
digunakan masih layak atau tidak, kemudian proses esterifikasi (proses ini
dilakukan ketika nilai %FFA lebih dari 2%), dan proses trans-esterifikasi (proses
ini dilakukan ketika nilai %FFA kurang dari 2%). Selain ketiga proses tersebut,
pada praktikum ini juga dilakukan analisis karateristik biodiesel yang sesuai
dengan SNI 7182:2015 yaitu dengan menganalisis nilai viskositas, densitas, serta
bilangan asam yang terdapat dalam biodiesel yang telah dibuat.
Pada proses pengujian kadar FFA digunakan sampel (minyak) sebanyak
20 gram yang ditambahkan 50 mL etanol panas dan indikator pp yang kemudian
di titrasi dengan NaOH 0,1 N. Pengujian kadar FFA ini digunakan untuk
mengetahui kualitas dari minyak goreng apakah masih layak atau kurang layak.
FFA sesuai dengan namanya “Free Fatty Acids” atau asam lemak bebas yaitu nilai
yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada di dalam lemak. Pada
proses ini nilai % FFA yang kami peroleh sebesar 0,35% yang berarti kualitas
minyak goreng yang digunakan masih layak sehingga dapat berlanjut langsung ke
proses trans-esterifikasi.
Pada proses trans-esterifikasi digunakan sampel (minyak) sebanyak 250 g
yang ditambahkan dengan katalis (NaOH) sebanyak 1% dari sampel atau 2,5 g
serta ditambahkan metanol 95 g dan kemudian dilakukan pemanasan
menggunakan watertbath. Trans-esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester
dan gliserol dari trigliserin (lemak/minyak) dengan bio-alkohol (methanol atau
ethanol).
Analisis karateristik biodiesel sesuai dengan SNI 7182:2015 adalah
menganalisa nilai viskositas, densitas, dan bilangan asam dari biodiesel yang telah
dibuat. Pada SNI 7182:2015 mengenai biodiesel dituliskan nilai viskositas 2,3-6,0
cSt, nilai densitas 0,85-0,89 gr/mL, dan nilai bilangan asam 0,5 mg-KOH/g.
Biodiesel kami yang telah jadi berwarna kuning cerah dengan volume ±300 mL.
Pada analisis ini untuk menentukan nilai viskositas menggunakan alat bantu
viskositas kinematik (ostward). Diperoleh nilai viskositas dari biodiesel yang kami
buat sebesar 5,42 cSt, nilai tersebut sudah memenuhi nilai standar viskositas dari
biodiesel yakni diantara 2,3-6,0 cSt yang berarti biodiesel yang kami buat
memenuhi. standar Diperoleh nilai densitas dari biodiesel yang kami buat sebesar
0,871 gr/mL, nilai tersebut sudah memenuhi nilai standar densitas dari biodiesel
yakni diantara 0,85-0,89 gr/mL yang berarti biodiesel yang kami buat memenuhi
standar. Kemudian diperoleh nilai bilangan asam sebesar 0,0067 mg-KOH/g, nilai
tersebut sudah memenuhi nilai standar bilangan asam dari biodiesel yakni diantara
0,5 mg-KOH/g yang berarti biodiesel yang kami buat telah memenuhi standar.
VII. KESIMPULAN
Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti solar dengan kadar emisi rendah
yang biasanya dibuat dari limbah lemak dan sumber daya terbarukan. Pembuatan
biodiesel dapat dilakukan melaui tiga proses yaitu, pengujian kadar FFA, proses
esterifikasi (proses ini dilakukan ketika nilai %FFA lebih dari 2%), dan proses
trans-esterifikasi (proses ini dilakukan ketika nilai %FFA kurang dari 2%),
kemudian dilakukan analisis karateristik biodiesel meliputi nilai viskositas,
densitas, dan bilangan asam yang sesuai dengan SNI 7182:2015.
Pada praktikum yang kami lakukan diperoleh nilai kadar FFA sebesar 0,35%
sehingga berlanjut ke proses trans-esterifikasi. Setelah proses trans-esterifikasi
dilakukan analisis karateristik biodiesel seperti viskositas, densitas, dan bilangan
asam yang sesuai dengan SNI 7182:2015. Diperoleh nilai viskositas dari biodiesel
yang sebesar 5,42 cSt, nilai tersebut sudah memenuhi nilai standar viskositas dari
biodiesel yakni diantara 2,3-6,0 cSt. Diperoleh nilai densitas dari biodiesel yang
sebesar 0,871 gr/mL, nilai tersebut sudah memenuhi nilai standar densitas dari
biodiesel yakni diantara 0,85-0,89 gr/mL. Kemudian diperoleh nilai bilangan asam
sebesar 0,0067 mg-KOH/g, nilai tersebut sudah memenuhi nilai standar bilangan
asam dari biodiesel yakni diantara 0,5 mg-KOH/g.