Oleh :
PEMBAHASAN
+MCl +3nAlCl3
Zeolit alam yang telah teraktivasi diembankan pada logam Cu dalam larutan
prekusor Cu(NO3)2 dan larutan Na2CO3 sampai pH 7, karena sifat dari kation
divalen maupun trivalen akan berpengaruh pada aktivitas katalis sehingga
kemampuan katalis dalam mengadsorpsi bahan lebih optimal (Riesthandie,
2010).
C. Sintesis Katalis Zeolit Alam Lampung (ZAL) dengan Fotokatalis TiO2 dengan
Metode Sol Gel
Teknologi yang sedang banyak dikembangkan untuk mendegradasi
berbagai limbah industri adalah proses fotokatalitik (D. Dumitriu, 2000).
Fotokatalitik memiliki beberapa keunggulan yaitu polutan organik dapat
didegradasi menjadi senyawa yang tidak berbahaya seperti air dan CO2, serta
lebih hemat pemakaian bahan kimia dan energinya. Tetapi proses fotokatalitik
kurang efektif dalam mengolah limbah yang konsentrasinya tinggi karena
rendahnya daya adsorpsi fotokatalis tersebut, sehingga menyebabkan rendahnya
laju reaksi fotokatalitik. Penggunaan adsorben (zeolit sintesis) sebagai
penyangga fotokatalis TiO2 dapat meningkatkan laju fotodekomposisi pyridine,
propyzamide dan propionaldehyde dibandingkan dengan bulk TiO2 tanpa
adsorben (N. Takeda, dkk, 1995). Dengan memasukkan fotokatalis ke dalam
struktur rangka zeolit sintesis, ternyata diperoleh peningkatan laju
fotodekomposisi NOx dan CO2. Selain itu, dengan penempelan fotokatalis TiO2
pada zeolit dapat diperoleh kinerja yang sinergis antara proses fotokatalisis dan
proses adsorpsi dalam mendegradasi polutan organik. digunakan fotokatalis
TiO2 karena mempunyai aktivitas fotokatalis yang tinggi, mudah didapat,
memiliki kestabilan kimia, dan ketahanan fotokorosi yang baik dalam semua
kondisi reaksi (R.W. Matthews, dkk, 1992). Zeolit akan dimodifikasi dengan
fotokatalis TiO2 melalui metode sol-gel. Dengan metode tersebut dapat
dihasilkan fotokatalis film yang aktivitasnya tinggi dan transparan, serta dispersi
atau penyebaran fotokatalis pada penyangga yang tinggi (H. Yamashita, dkk,
1998).
Treatment awal dilakukan dengan merendam zeolit yang berukuran 0,250-
0,315 mm dalam larutan HF 2% selama 10 menit sambil diaduk. Kemudian
dilanjutkan dengan proses refluks dalam larutan HCl 6 M pada suhu 90oC selama
30 menit. Setelah itu zeolit direndam dalam larutan NH4Cl 0.1 M selama 5 hari,
dengan pengadukan dan pemanasan pada suhu 90oC selama 3 jam/hari. Langkah
terakhir adalah kalsinasi zeolit pada suhu 500oC selama 5 jam.
Sol TiO2 dipreparasi dengan metode sol gel menggunakan prekursor
titanium isopropoxide bis acetil acetonate [Ti(OPr)4AcAc]. Larutan prekursor
tersebut dicampurkan dengan etanol, air, dan HCl dengan perbandingan tertentu.
Kemudian campuran larutan tersebut disonikasi selama 30 menit dan dibiarkan
selama 1 jam sebelum digunakan untuk melapisi zeolit. Pelapisan fotokatalis
TiO2 ke permukaan zeolit dilakukan dengan mencampurkan serbuk zeolit dalam
sol fotokatalis TiO2. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 80oC
sambil diaduk hingga kering. Zeolit yang sudah terlapisi fotokatalis tersebut
kemudian dikalsinasi pada suhu 400oC selama 2 jam.
Hasilnya zeolit memiliki luas permukaan 49,9 m2/g yang menunjukkan
bahwa zeolit yang digunakan tidak tergolong sebagai material porous, yang
disebut sebagai material porous adalah material yang memiliki luas pemukaan
besar (>50 m2/g) dan memiliki banyak pori. Pengujian adsorpsi zeolit dilakukan
untuk melihat kemampuan zeolit dalam mengadsorpsi fenol. Hasil uji adsorpsi
zeolit dapat dilihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa ZAL 5 H memiliki
kemampuan adsorpsi yang lebih baik. Hal ini karena meningkatnya rasio Si/Al
dalam kerangka zeolit yaitu 27,0 dari 6,8. Perendaman zeolit dalam larutan HCl
yang relatif pekat dan NH4Cl menyebabkan terlepasnya aluminium dalam
kerangka menjadi alumunium di luar kerangka sehingga rasio Si/Al meningkat
(Fanny Widdy A. dkk, 2012)
1.2
1
Konsentrasi Fenol,
0.8
C/Co
0.6
0.4
ZAL NT
0.2 ZAL 5 H
Waktu (menit)
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sintesis Ni/Mo/Zeolit dengan Metode Impregnasi
Katalis dibuat dengan metode impregnasi (incipent wetness process),
Metode ini meliputi persiapan zeolit sebagai pengemban logam dengan
perlakuan pengurangan ukuran partikel kemudian diikuti dengan perlakuan
asam, selanjutnya impregnasi (incipient wetness process), dan tahapan
aktivasi berupa kalsinasi, oksidasi dan reduksi. Proses dealuminasi
menyebabkan peningkatan kristalinitas komponen penyusun katalis terutam
fasa amorf. Pada tahap kalsinasi, terjadi beberapa bentuk oksida dari logam
Ni dan Mo yang diembankan, fasa-fasa yang muncul merupakan bentuk
oksida seperti MoO3, NiO dan NiMoO4, untuk mereduksi fasa-fasa tersebut
dilakukan proses oksidasi untuk merubah fasa tersebut menjadi oksida lanjut
dan proses reduksi untuk mereduksi fasa oksida lanjut menjadi fasa
intermetalik dan metalik.
2. Modifikasi katalis Cu/Zeolit dapat dilakukan dengan metode presipitasi.
Hasil FTIR menunjukkan logam Cu teremban kedalam zeolit pada
Panjang gelombang 696,87 cm-1 dan 696, 30 cm-1 menunjukkan CuO. Hasil
XRD menunjukkan bahwa difaktogram katalis Cu/zeolit dengan metode
presipitasi kekristalinitasan bertambah dan tidak merusak struktur utama
zeolit.