Dosen pengampu:
Asiyah Nurrahmajanti, M. Si.
Disusun oleh :
Isal Abdussalam
1177040038
Kelompok 5
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kimia anorganik dalam beberapa bidang industri,
diantaranya :
1. Menentukan rendemen CaO dan CaCl2 dari CaCO3
2. Menganalisis prinsip penyepuhan pada koin logam
3. Menentukan rendemen pada percobaan penyepuhan koin logam
4. Mengidentifikasi massa jenis zeolite yang ditangani oleh HCl dan yang tidak
ditangani oleh HCl
G = K i + ME
G = ME
dengan,
G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)
i = kuat arus (dalam ampere)
t = waktu (dalam detik)
ME = massa ekivalen
(Petrucci, 1990).
Elektrolisis yang pertama dicoba adalah elektrolisis air (1800). Davy segera
mengikuti dan dengan sukses mengisolasi logam alkali dan alkali tanah. Bahkan hingga
kini elektrolisis digunakan untuk menghasilkan berbagai logam. Elektrolisis khususnya
bermanfaat untuk produksi logam dengan ionisasi tinggi (misalnya alumunium). Produksi
alumunium diindustri denga elektrolisis dicapai tahun 1886 secara independen oleh
penemu Amerika Charles Martin Hall (1863-1914) dan penemu Prancis Louis Toussaint
Heroult (1963-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis ini karena penggunaan
lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (alumunium,oksida; Alumina Al2O3).
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke
elektroda. Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan
menggunakan larutan dalam air. Namun dalam kasus elektrolisis Alumina, larutan dalam
air jelas tidak tepat sebab air lebih mudah direduksi daripada ion alumunium
sabagaimana di tunjukkan:
Al3+ + 3e → Al potensial elektroda normal = 1,662 V
2H2O + 2e → H2 + 2OH- potensial elektroda normal = 0.828 V
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya
Al2O3 meleleh pada suhu sangat tinggi 20500C, dan elektrolisis pada sushu setinggi ini
jelas tidak 3ealistic. Namun titik lelehan campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar
10000C dan suhu ini mudah dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih, alumunium, bauksit
mengandung berbagai oksida logam sebagai pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan
hanya oksida alumunium yang amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan
karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan hidrolisis garamnya
(Chang, 2004).
1.2.3. Zeolit
Zeolit merupakan salah satu bahan yang dapat mengikat nitrogen sementara.
Zeolit memiliki nilai kapasitas tukar kation (KTK) 2 yang tinggi (antara 120-180
me/100g) yang berguna sebagai pengadsorpsi, pengikat dan penukar kation. Modifikasi
zeolit alam nanopori dengan silane agent yaitu aminopropiltrimetoksisilan (APTMS)
bertujuan untuk mengendalikan pelepasan unsur nitrogen sesuai dengan waktu dan
jumlah yang dibutuhkan. Hal ini dapat terjadi karena gugus aktif amina pada APTMS
akan mengikat unsur N pada urea sehingga pelepasan urea dapat diatur. Dengan adanya
zeolit termodifikasi APTMS yang ditambahkan pada pupuk dalam bentuk slow release
diharapkan dapat mengoptimalkan penyerapan nitrogen oleh tanaman serta
mempertahankan keberadaan nitrogen dalam tanah dan jumlah pupuk yang diberikan
lebih kecil dibandingkan metode konvensional (tisdale,etal.,1985).
Zeolit adalah material unik yang banyak diaplikasikan sebagai katalis, material
penyimpan energi, adsorbent dan pemisahan bahan serta penukar ion . Kegunaan zeolit
dalam banyak aplikasi ini disebabkan dari stuktur pori (channel) serta sifat kimia dan
fisika yang khas. Struktur pori zeolit terbentuk dari unit pembangun primer (PBU) dan
unit pembangun sekunder (SBU) hingga membentuk pori rongga. Rongga pori zeolit
tersebut dapat direkayasa ukurannya dalam sintesis dengan melakukan kontrol pada
beberapa variabel antara lain komposis Si dan Al, suhu dan waktu hidrotermal. Selain
struktur pori zeolit yang unik, zeolit memiliki sifat kimia dan fisika, yaitu adanya gugus
fungsi asam tipe lewis ataupun Bronsted. Sifat lain adalah gugus luas permukaan dan
volume pori yang spesifik, serta adanya muatan negatif pada zeolit yang dinetralkan oleh
kation-kation yang mudah ditukarkan dengan kation lain.
Berdasarkan sifat unik tersebut, zeolit banyak diteliti dan diaplikasikan sebagai
katalis, adsorben, penyaringan molekul, pemisahan dan penukar kation. Kerangka zeolit
yang spesifik untuk keperluan aplikasi tertentu dapat diperoleh dalam sintesis zeolit
melalui rekayasa reaksi. Dengan proses rekayasa tersebut, pertumbuhan kerangka zeolit
dapat dikontrol. Pertumbuhan kerangka zeolit dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah komposisi silika dan alumina. Komposisi silika dan alumina ini
merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan inti kristal dan menentukan hasil
akhir zeolit yang disintesis(saputra,2006).
Pada umumnya, zeolit A sintetik memiliki bentuk serbuk dengan ukuran partikel
yang kecil. Dalam aplikasinya, bentuk serbuk ini menimbulkan masalah seperti dalam
aplikasinya karena sulit dipisahkan. Untuk mengatasi hal tersebut kristal zeolit dibentuk
menjadi pellet, tablet maupun granular dengan penambahan material perekat. Namun,
penambahan material perekat dalam zeolit seringkali menurunkan efisiensi produk karena
zeolit hasil sintesis harus dilarutkan bersama material perekat sebelum dibentuk. Selain
itu, penambahan material perekat dapat menurunkan porositas dan aktifitas katalitik dari
zeolit itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dilakukan alternatif lain untuk mengatasi masalah
tersebut. Salah satu alternatif penyelesaian masalah tersebut adalah mensintesis zeolit
menggunakan material pendukung (support) sebagai pengganti material perekat.
Penggunaan material pendukung juga dapat meningkatkan kekuatan mekanik,
perpindahan panas dan aktivitas katalitik dari zeolit Salah satu material pendukung yang
dapat digunakan adalah serat. Material pendukung serat memiliki filament yang halus
dan panjang serta kuat serta memiliki kelebihan diantaranya sifatnya yang fleksibel
sehingga mudah dicetak dalam beberapa bentuk . Selain itu, material pendukung serat
juga diketahui sangat baik untuk media pendukung katalis pada reaksi fotokimia
(Tosheva dan Valtchev, 2005).
Zeolit adalah mineral dengan strukur kristal aluminasilikat yang berbentuk
rangka (framework) tiga dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung ion-
ion logam seperti Na, K, Mg, Ca dan Fe serta molekul air. Rumus kimia zeolit sebagai
berikut:
Mc/n [ (AlO2)C (SiO2)d ] . bH2O
Pemanfaatan Zeolit sangat luas seperti sebagai adsorben, penukar ion, katalis.
Sifat sebagai katalis didasarkan pada adanya ruang kosong yang dapat digunakan
sebagai katalis ataupun sebagai penyangga katalis untuk reaksi katalitik. Bila zeolit
digunakan pada proses katalitik maka akan terjadi difusi molekul kedalam ruang kosong
antar kristal dan reaksi kimia juga terjadi dipermukaan saluran tersebut.
Zeolit merupakan katalis yang cukup efektif digunakan pada proses cracking,
isomerization, dan hydrocarbon alkylation. Peran zeolit sebagai katalis berdasarkan pada
tiga sifatnya, yaitu:
1) Penyaring molekul, sifat sebagai penyaring molekul yang dimiliki oleh zeolit dapat
dimanfaatkan untuk menyeleksi reaktan, hasil antara dan produk akhir yang terlibat
dalam proses katalitik oleh katalis zeolit.
2) Pusat asam, adanya pusat asam pada zeolit dapat memberikan medium yang kondusif
(lebih reaktif) untuk proses katalitik.
3) Rasio Si/Al, semakin tinggi rasio Si/Al yang tinggi akan menyebabkan keasaman
tinggi. Setiap jenis zeolit mempunyai batas rasio Si/Al yang berbeda-beda.
Boron oksida (B2O3) merupakan padatan yang mempunyai ukuran partikel yang relatif
Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral [AlO4] dan [SiO4]
yang saling berhubungan melalui atom O. Pada struktur 3 dimensi yang digambarkan
pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa empat ikatan tetravalent silikon adalah netral
sedangkan empat ikatan trivalen aluminium adalah negatif, sehingga dibutuhkan ion
bermuatan positif untuk menetralkan senyawa tersebut, seperti Na, yang diindikasikan
secara umum.
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kimia anorganik dalam
beberapa bidang industri, diantaranya :
Koin uang tembaga diamplas hingga terlihat lapisan tembaganya, lalu dihaluskan. Pada
bagian tepi koin dilubangi dengan paku lalu ditimbang. Setelah itu kabel yang sudah dikupas
kulitnya (tersisa bagian tembaganya) diikatkan pada lubang koin. Baterai bekas dikupas dan
diambil batang grafitnya. Lalu batang grafit diikat dengan kabel yang sudah dikupas
(pastikan agar grafit tidak lepas). Koin dihubungkan pada kutub negatif baterai dan grafit
pada kutub positif baterai. Kemudian, koin diberi nama dengan spidol permanen dan
keduanya dicelupkan ke dalam larutan NiCl2 lalu didiamkan selama 10 menit. Setelah 10
menit koin diangkat dan dicuci dengan akuades lalu dikeringkan. Bagian permukaan yang
terdapat nama atau tanda dibersihkan dengan kapas yang dicelupkan pada aseton. Lalu koin
ditimbang dan dihitung penambahan beratnya. Penambahan berat hasil percobaan
dibandingkan dengan penambahan berat teoritis yang didapat dari persamaan 𝑤 = e. i. t.
2.2.3. Bioetanol (zeolite)
Ditimbang dua bagian zeolit masing-masing 10 gram. Bagian pertama dilarutkan dengan
100 mL akuades dan diaduk dengan magnetic stirrer pada 700 rpm selama 2 jam. Setelah itu
disaring dan residunya dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam. Setelah
kering residu ditambahkan dengan 50 mL etanol 70%. Kemudian diaduk kembali dengan
magnetic stirrer selama 3 jam dengan kecepatan 350 rpm. Setelah itu disaring dan filtratnya
ditimbang dengan piknometer. Lalu dihitung konsentrasinya.
Bagian B dilarutkan dengan 100 mL larutan HCl 2 M dan diaduk dengan magnetic stirrer
pada 700 rpm selama 20 menit. Setelah itu disaring dan residunya dilarutkan dengan 100 mL
akuades dan diaduk dengan magnetic stirrer pada 700 rpm selama 1,5 menit . Lalu larutan
tersebut disaring dan residunya dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam.
Setelah kering residu ditambahkan dengan 50 mL etanol 70%. Kemudian diaduk kembali
dengan magnetic stirrer selama 3 jam dengan kecepatan 350 rpm. Setelah itu disaring dan
filtratnya ditimbang dengan piknometer. Lalu dihitung konsentrasinya.
BAB III
Lalu ketika hasil reaksi dekomposisi CaCO3 yaitu CaO masuk ke dalam air,
terjadi reaksi kimia terlihat dari kapur yang melarut pada air melalui reaksi formation in
water.
Dalam reaksi diatas dapat terlihat kalsium oksida bereaksi dengan air membentuk
larutan basa kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida mudah larut dalam air. Jika terjadi
pembuatan kalsium hidroksida terus menerus yang membuat konsentrasi dari larutan
tersebut naik dan akan terbentuk suspensi kalsium hidroksida. Dapat terlihat dari
kondisi yang mirip cairan susu (air kapur).
Lalu larutan kalsium hidroksida mampu bereaksi dengan udara tepatnya dengan
karbondioksida yang kembali menghasilkan kalsium karbonat dengan hasil sampingan
air yang mudah dipisahkan. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
Pada anode terlihat logam Cu meluruh atau melebur hal ini karena Cu logam inert
yang dapat teroksidasi menjadi ion Cu2+ yang akan tereduksi menjadi logam Cu yang
akan melapisi grafit. Sebagaimana reaksi berikut :
Untuk bagian B dilarutkan dengan larutan HCl 2 M dan diaduk dengan magnetic
stirrer pada 700 rpm. Perbedaan pelarut dilakukan untuk membandingkan dengan
perlakuan pertama. Larutan ini kemudian disaring dan residunya dilarutkan dengan
akuades dan diaduk kembali dengan magnetic stirrer pada 700 rpm. Selanjutnya
larutan disaring dan residunya dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC. Tujuannya
untuk membebaskan sampel dari kandungan air. Setelah kering residu ditambahkan
dengan 50 mL etanol 70%. Kemudian diaduk kembali dengan magnetic stirrer selama
3 jam dengan kecepatan 350 rpm. Setelah itu disaring dan filtratnya ditimbang dengan
piknometer. Didapatkan massa jenisnya sebesar 0,9030 g/mL.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kimia anorganik dalam beberapa bidang industri, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Besar rendemen CaO dan CaCl2 dari CaCO3 secara berturut-turut adalah 0,05% dan
5,22%.
2. Prinsip dari penyepuhan pada koin logam (electroplanting) dimaksudkan untuk
melindungi logam terhadap korosi atau untuk memperbaiki penampilan. Pada
penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katoda sedangkan logam penyepuhnya
sebagai anoda. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam larutan garam dari logam
penyepuh.
3. Rendemen pada percobaan penyepuhan koin logam hasil percobaan yaitu 6,44%.
4. Massa jenis zeolite yang ditangani oleh HCl adalah 0,8860 g/mL sedangkan yang tidak
ditangani oleh HCl sebesar 0,9030 g/mL.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pembuatan larutan
a. Larutan HCl 2 M 250 mL
10.%.𝜌 10.36.1.18
M= = = 11.6384 M
𝑀𝑟 36.5
M1V1 = M2V2
11.638 M. V1 = 2 M. 250 ml
2 𝑀250 𝑚𝑙
V1 = 11.6384 𝑀 = 42.9612 ml
3. Eksperimen CaCO3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% Rendemen = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
Bagian 1
35,8331 𝑔−35,8346 𝑔
% Rendemen = × 100% = 0,05 %
35,8331 𝑔
Bagian 2
41,43909 𝑔−39,3154 𝑔
% Rendemen = 41,43909 𝑔
× 100% = 5,22 %
a. Massa teoritis
𝑒𝑖𝑡 𝐴𝑟 𝐶𝑢 𝑖𝑡
w = 96500 = × 96500
𝑛 𝐶𝑢
63,346
5,0077 (0,0125)(600)
= ×
63,346 96500
= 1,5510 gram
b. Massa percobaan
Massa percobaan = massa akhir-massa awal
= 5,0078 g – 5,0077 g = 0,0001 gram
c. % Rendemen
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% Rendemen = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0001 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,55 × 10−3 gram × 100%
= 6.44 %
= 0.9577 g/mL
40.6126 𝑔𝑟𝑎𝑚−16.4448 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 larutan alkohol 40% = 25.6466 𝑚𝐿
= 0.9423 g/mL
40.2381 𝑔𝑟𝑎𝑚−16.4448 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 larutan alkohol 50% = 25.6466 𝑚𝐿
= 0.9277 g/mL
39.7389 𝑔𝑟𝑎𝑚−16.4448 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 larutan alkohol 60% = 25.6466 𝑚𝐿
= 0.9083 g/mL
39.2204 𝑔𝑟𝑎𝑚−16.4448 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 larutan alkohol 70% = 25.6466 𝑚𝐿
= 0.8881 g/mL
0.97
0.96
y = -0.0017x + 1.015
0.95 R² = 0.9945
0.94
0.93
0.92
0.91
0.9
0.89
0.88
0 10 20 30 40 50 60 70 80
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (%)
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)−(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
c. 𝜌 zeolite yang ditangani = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
(39,1668 𝑔𝑟𝑎𝑚)−(16,4448 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= = 0,8860 g/mL
25,6467 𝑚𝐿
6. Dokumentasi
Percobaan Zeolit