Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN 10
KIMIA ANORGANIK DALAM BIDANG PANGAN, ENERGI
DAN LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU: ENUNG SITI N, M.PKim

TANGGAL PERCOBAAN: SENIN,14 OKTOBER 2019


TANGGAL PENGUMPULAN: SENIN,4 NOVEMBER 2019

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Aida Nur Azizah 1187040006
Fahmi Shihab 1187040020
Lisa Zulfiana 1187040030
Luthfiah Novianty 1187040031

Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2019
I. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kimia anorganik dalam bidang
pangan, energi, dan lingkungan, diantaranya :
1. Menganalisis metode titrasi argentometri;
2. Menentukan konsentrasi AgNO3 dari hasil standarisasi;
3. Mengidentifikasi peristiwa yang terjadi pada kulit telur ;
4. Menentukan kadar NaCl dalam cangkang telur puyuh, ayam broiler,
ayam kampung, dan telur bebek tanpa perendaman dengan KOH setelah
didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari;
5. Menentukan kadar NaCl dalam cangkang telur puyuh, ayam broiler,
ayam kampung, dan telur bebek dengan perendaman KOH setelah
didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari ;
6. Menentukan massa NaCl dalam cangkang telur puyuh, ayam broiler,
ayam kampung, dan telur bebek tanpa perendaman dengan KOH setelah
didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari;
7. Menentukan massa NaCl dalam cangkang telur puyuh, ayam broiler,
ayam kampung, dan telur bebek dengan perendaman KOH setelah
didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari;
8. Menentukan massa NaCl terdifusi dalam cangkang telur puyuh, ayam
broiler, ayam kampung, dan telur bebek tanpa perendaman dengan KOH
setelah didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari;
9. Menentukan kadar NaCl terdifusi dalam cangkang telur puyuh, ayam
broiler, ayam kampung, dan telur bebek dengan perendaman KOH
setelah didiamkan selama 4 hari, 7 hari, dan 14 hari;
10. Menganalisis metode titrasi kompleksometri;
11. Menentukan konsentrasi EDTA dari hasil standarisasi;
12. Menentukan kadar Ca dalam air sadah tanpa penambahan CaO;.
13. Menentukan kadar Ca dalam air sadah dengan penambahan CaO.
II. TEORI DASAR
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal
dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak
adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. (Mulyono,2005)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
(Kisman,1988)

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion
perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya
adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan
membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi
dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka
titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode
Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas
maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk
menentukan titik ekuivalen. (Kisman,1988)
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida
(Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS) dengan ion Ag+ dari perak nitrat
(AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). Konsentrasi ion
klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan
larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk
selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium
kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator
membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (Mulyono,2005).

Kulit telur (cangkang) biasanya didominasi oleh garam yaitu


kalsium karbonat (CaCO3) yang apabila dibakar akan menghasilkan
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang berguna untuk campuran rempeyek,
menyirih, dan campuran buah dalam sirup. Telur unggas biasanya halus,
kuat dan berkapur. Faktor-faktor yang pempengaruhi ketebalan kulit telur
antara lain sifat turun-temurun dari induknya, musim/cuaca pembuahan,
makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya ayam yang mendapat
makanan dengan kandungan kalsium (Ca) yang cukup banyak akan
menghasilkan telur dengan kulit yang lebih tebal.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994). Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa
sepertidi atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri,seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu
ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi
per molekul,misalnya asam 1,2-diamino etana tetra asetat
(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atomoksigen penyumbang dalam molekul
(Rival, 1995).
Kesadahan air merupakan kemampuan air mengendapkan sabun,
dimana sabun ini diendapakan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena
penyebab dominan pertama kesadahan adalah kalsium dan magnesium
khususnya kalsium, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat /
karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Cad an
Mg, yang dinyatakan sebagai CaCO3 (Giwangkara, 2008).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Botol semprot 500 mL 1 buah
2 Kaca Arloji - 1 buah
3 Spatula - 1 buah
4 Gelas kimia 100 mL 1 buah
5 Labu Erlenmeyer 250 mL 2 buah
6 Gelas Ukur 250 mL 1 buah
7 Batang Pengaduk - 2 buah
8 Toples - 3 buah
9 Buret - 1 buah
10 Statif dan Klem - 1 set
11 Neraca Analitik - 1 buah
12 Pipet Tetes - 2 buah
13 Corong - 1 buah
14 Pipet volum 25 mL 1 buah
15 Ball Filler - 1 buah
B. Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah


1 Aquades - Secukupnya
2 NaCl 20% 500 mL
3 NaOH 5% 50 mL
4 EDTA - 250 mL
5 CaO - 50 mL
6 AgNO3 0,01 M 100 mL
7 Indicator kromat - 2 mL
8 CaCO3 - 20 mL
9 Indicator EBT/NaCl - 3 sepatula
10 Larutan Buffer 10 - 50 mL
11 MgSO4. 7H2O 0,01 M 100 mL
Telur ayam kampong
Telur ayam negeri Masing
12 -
Telur puyuh masing 6 buah
Telur bebek
Air selokan
Air sawah Masing
13 -
Air PDAM masing 50 mL
Air empang

IV. PROSEDUR KERJA


Adapun pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan
diantaranya:
a. Karakterisasi cangkang telur
b. Pelunakan air sadah
V. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan pengamatan


1. Perlakuan membran cagkang
telur
 3 jenis sampel telur  Telur bersih
(bebek, boiler, ayam
kampong dan puyuh)
disiapkan masing-masing
3 butir, dan di cuci bersih
 Sampel telur diukur  Hasil pengamatan tertera
volumenya dalam gelas dalam tabel. 1
ukur yang diisi air
 Telur dilubangi dan  Cangkang telur kosong
isinya dikeluarkan
 Masing-masing  Cangkang telur bersih
cangkang telur
dibersihkan
 Cangkang telur dalam toples
dan gelas kimia
 Cangkang telur
dimasukkan ke dalam
toples dan gelas kimia
untuk telur yang
ukurannya kecil yang
telah dibersihkan
 Akuades dalam dalam
masing-masing diisi
cangkang telur dan volume
dengan 3 butir telur
akuades dapat dilihat di tabel. 2
 Masing-masing
cangkang telur diisi
 Sampel telur 2 bagian
dengan akuades ½
bagiannya  Tidak mengalami perubahan
secara visual, namun larutan
 Sampel telur dibagi menjadi sedikit keruh
menjadi 2 bagian
 Sampel bagian 1: sampel  Telur dalam toples dan gelas
telur direndam dengan kimia terendan dengan NaCl
larutan NaOH 5% selama
30 menit
 Hasil pengamatan rata-rata
 Sample telur bagian 1 pada semua telur yaitu:
dan 2, direndam dengan
larutan NaCl ½ Bagian 1: tanpa direndam
bagiannya NaOH
Hari ke-4: larutan NaCl keruh
 Toples dan gelas kimia dan tidak ada perubahan pada
ditutup rapat, dan telur
diamankan/ didiamkan Hari ke-7: larutan NaCl
selama 4 hari, 7 hari dan semakin keruh
10 hari Bagian 2: dengan perendaman
NaOH
Hari ke-4: larutan NaCl keruh
dan kulit telur memudar
Hari ke-7: larutan NaCl
semakin keruh dari
sebelumnya dan kulitnya
memudar
 Volume tertera pada tabel. 3

 Dilakukan pengukuran
volume akuades dalam
cangkang telur setelah
perendaman, dengan  Larutan tak berwana
dikeluarkan airnya dan
diukur di gelas ukur
 Setelah itu dilakukan
titrasi argentometri,
larutan dari masing-  Larutan berwarna kuning
masing cangkang telur
dipipet sebanyak 1 ml ke  Terbentuk endapan putih pada
dalam tabung reaksi penambahan larutan AgNO₃
 Larutan ditambahkan yang berbeda-beda sesuai pada
indikator K₂CrO₄ tabel.4 dan larutan berwarna
sebanyak tetes kuning
 Larutan dititrasi dengan
ditambahkan larutan
AgNO₃ sampai terbentuk
endapan

2. Standardisasi larutan EDTA


 Larutan MgSO₄ dipipet  Larutan cair, tak berwarna
sebanyak 10 ml dan
dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer  Larutan buffer: cair, tak
 Ditambahkan larutan berwarna
buffer sebanyak 10 ml Saat ditambahkan larutan tak
 Larutan ditambahkan berwarna
indikator EBT  Indikator EBT: padat, coklat
 Larutan dititrasi dengan keunguan
larutan EDTA Larutan menjadi warna merah
muda
 Larutan EDTA: cair, tak
berwarna
Saat dititrasi larutan menjadi
berwarna biru
3. Pelunakan air sadah
a). air selokan
 Sampel air dibuat menjadi  Sampel air berwarna
2 bagian ke dalam labu kecoklatan
Erlenmeyer berbeda Bagian 1: 5 ml
 Pada bagian 1: Bagian 2: 5 ml
Sampel air ditambahkan  Larutan berwarna merah
larutan buffer PH 10 keunguan. Setelah dititrasi
sebanyak 5 ml, larutan berubah menjadi
ditambahkan indikator berwarna biru
murexid kemuadian
dititrasi dengan larutan
EDTA
 Pada bagian 2:  Larutan berwarna keputihan.
Sampel air ditambahkan Ketika ditambahkan murexid
larutan CaO (kapur laruran berwarna ungu. Setelah
tohor), kemuadian dititrasi larutan berubah warna
ditambahkan larutan menjadi biru.
buffer PH 10 sebanyak 5
ml, ditambahkan
indikator murexid
kemuadian dititrasi
dengan larutan EDTA

*dilakukan perlakuan yang sama Dihasilkan pengamatan visual


pada sampel air sawah, air yang sama seperti pada sampel
PDAM dan air empang tanpa air selokan, data terterta pada
penambahan CaO tabel pengamatan

Tabel pengamatan
Tabel. 1 volume telur berdasarkan pengukuran dengan gelas ukur
1). Telur bebek
Uraian 1 2 3 4 5 6
Volume 178 178 178 178 178 178
awal (ml)
Volume 129 120 122 129 128 130
akhir (ml)
Volume 49 58 56 54 50 48
terpakai
(ml)

2). Telur boiler


Uraian 1 2 3 4 5 6
Volume 192 192 194 196 192 192
awal (ml)
Volume 128 132 138 130 116 130
akhir (ml)
Volume 64 60 56 66 76 62
terpakai
(ml)

3). Telur ayam kampung

Uraian 1 2 3 4 5 6
Volume 217 219 218 218 222 220
awal (ml)
Volume 180 180 180 180 180 180
akhir (ml)
Volume 37 39 38 38 42 40
terpakai
(ml)

4). Telur puyuh


Uraian 1 2 3 4 5 6
Volume 220 222 222 222 221 223
awal (ml)
Volume 210 210 210 210 210 210
akhir (ml)
Volume 10 12 12 12 11 13
terpakai
(ml)
Tabel. 2 volume akuades dalam telur
No. Telur bebek Telur boiler Telur ayam Telur puyuh
kampung
1. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml
2. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml
3. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml
4. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml
5. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml
6. 20 ml 28 ml 18 ml 6 ml

Tabel.3 volume akuades setelah perendaman


a). Tanpa direndam NaOH
Telur Volume awal Volume hari ke-4 Volume hari ke-7
(ml)
Bebek 20 17, 5 19
Boiler 28 21 26, 6
Ayam 18 17 17, 8
kampung
Puyuh 6 ml 3, 20 3, 40

b). Dilakukan perendaman dengan NaOH


Telur Volume awal Volume hari ke-4 Volume hari ke-7
(ml)
Bebek 20 17, 5 18
Boiler 28 16 26, 40
Ayam 18 17, 5 13, 40
kampong
Puyuh 6 3, 9 6,

Tabel. 4 titrasi AgNO₃ pada larutan dalam cangkang telur


a). Tanpa direndam dengan NaOH
Hari Hari
ke-4 ke-7
Telur V. awal V. V. V. awal V. V.
(ml) akhir terpakai (ml) akhir terpakai
(ml) (ml) (ml) (ml)
Bebek 0, 00 0, 15 0, 15 0, 00 0, 10 0, 10
Boiler 0, 00 0, 23 0, 23 0, 00 0, 40 0, 40
Ayam 0, 00 0, 05 0, 05 0, 00 0, 25 0, 25
kampung
puyuh 0, 00 0, 30 0, 30 0, 00 0, 15 0, 15

b). Direndam dengan NaOH


Hari Hari
ke-4 ke-7
Telur V. awal V. akhir V. V. awal V. akhir V.
(ml) (ml) terpakai (ml) (ml) terpakai
(ml) (ml)
Bebek 0, 00 0, 10 0, 10 0, 00 0, 18 0, 18
Boiler 0, 00 0, 30 0, 30 0, 00 0, 30 0, 30
Ayam 0, 00 0, 05 0, 05 0, 00 0, 35 0, 35
kampung
puyuh 0, 00 0, 25 0, 25 0, 00 0, 20 0, 20

Tabel. 5 titrasi sampel air


a). air selokan
Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
5 5, 5 0, 5

b). air selokan + CaO


Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
4, 7 5 0, 3

c). air sawah


Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
8 8,5 0,5

d). air PDAM


Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
9, 5 10 0, 5

e). air empang


Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
8, 8 9, 6 0, 5

Tabel. 6 standardisasi larutan EDTA


Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume terpakai (ml)
0 3, 8 3, 8
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai