Anda di halaman 1dari 40

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

MODUL 2.3
SISTEM KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI

Penanggung Jawab :
dr. Deinike Wanita Marwan, MKes., AIFO-K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

PRAKTIKUM 1 : PROTEIN
ISOLASI DAN PEMISAHAN PROTEIN 3

Pendahuluan 3

1.1 Percobaan 1 : uji susunan elementer protein 3


A. Uji unsur karbon, hidrogen dan oksigen 3
B. Uji unsur nitrogen 4
C. Uji unsur belerang (sulfur) 4
1.2 Percobaan 2 : uji biuret 6
1.3 Percobaan 3 : uji kelarutan protein 8
1.4 Percobaan 4 : uji pengendapan protein dengan larutangaram
konsentrasi tinggi (salting out) 10
1.5 Percobaan 5 : uji pengendapan protein dengan logam
Dan asam organic 12

Praktikum 2 : darah 14

Pendahuluan 14

I. Protein plasma 14
II. Sifat – sifat membrane 15
III. Masa pendarahan (bleeding time) dan masa penjendalan
darah (clotting time) 16

2.1 percobaan 1 : penetapan kadar protein serum total (biuret) 17


2.2 percobaan 2 : penetapan kadar albumin serum 20
2.3 percobaan 3 : hemolisis sel darah merah 23
2.4 percobaan 4 : pengaruh pelarut organik terhadap membran
sel darah merah 25
2.5 percobaan 5 : penetapan masa pendarahan cara ivy 27
2.6 percobaan 5 : penetapan masa protrombin (protrombin time) 29

2
PRAKTIKUM 1 : PROTEIN
ISOLASI DAN PEMISAHAN PROTEIN

PENDAHULUAN
Protein adalah molekul organic yang terbanyak di dalam sel. Lebih
dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Selain itu, protein adalah
biomolekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini yang
menjalankan berbagai fungsi dasar kehidupan, antara lain protein
berkontraksi melakukan gerak, menjalankan berbagai proses
metabolisme dalam bentuk enzim. Protein dapat pula
1.1 PERCOBAAN 1 : UJI SUSUNAN ELEMENTER PROTEIN
TUJUAN : Mengidentifikasi protein dari kandungan unsur –
unsur penyusunnya.
PRINSIP DASAR : Protein merupakan senyawa organik yang
tersusun atas unsur karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O) dan Nitrogen (N). Beberapa jenis
protein juga mengandung unsur tambahan seperti
belerang (S) dan fosfor (P)
ALAT DAN BAHAN
N
Alat Bahan Sampel
o
1. Alat pemanas NaOH 10% Putih telur
spritus
2. Tabung reaksi Pb asetat 5% Gelatin
3. Tabung ukur HCl pekat Air liur
4. Cawan porselin Larutan pati 1%
5. Object glass Susu
6. Kertas lakmus Glisin

3
CARA KERJA :

A. Uji Unsur karbon, hidrogen dan Oksigen


1. Masukkan masing – masing sampel sebanyak 1 ml ke dalam
cawan porselin
2. Letakkan object glass ke atas cawan porselin tadi, panaskan
3. Amati apakah ada pengembunan pada object glass
Note : adanya pengembunan membuktikan adanya atom
H dan O pada sampel
4. Angkat object glass, kemudian hidu apakah ada bau seperti
bau rambut terbakar
Note : terciumnya bau seperti bau rambut terbakar
menunjukkan adanya atom N pada sampel
5. Amati cawan porselin, apakah terjadi peng-arangan
Note : adanya peng – arangan menunjukkan adanya atom
–C pada sampel

B. Uji Unsur nitrogen


1. Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan
3. Perhatikan apakah tercium bau amoniak dan ujilah uapnya
dengan kertas lakmus merah
Note : Adanya amoniak membuktikan terdapatnya atom
N pada sampel. Amoniak merupakan basa lemah (basa
akan menyebabkan terbentuknya warna biru pada kertas
lakmus) dan mempunyai bau yang khas (bau urin)

C. Uji Unsur belerang (sulfur)


1. Masukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan
3. Tambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5%
4. Bila larutan menghitam, berarti terbentuk PbS. Kemudian
tambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati – hati
5. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi

4
HASIL PERCOBAAN :
Puti
Gelati Air Glisi
Hasil h Pati Susu
n liur n
telur
 Peng-
arangan

Pengembuna
n
 Bau rambut
terbakar
 Bau amoniak
 Terbentuk
endapan
hitam
 Bau khas
belerang
 Kesimpulan

5
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

6
1.2 PERCOBAAN 2 : UJI BIURET

TUJUAN : Mengidentifikasi ikatan peptida pada protein


melalui uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada
makromolekul lain.

PRINSIP DASAR:Protein terdiri asam amino – asam amino yang


terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan peptida
pada protein dan polipeptida, bila direaksikan
dengan Cu2+ dalam suasana alkali akan berwarna
lembayung. Reaksi ini positif

ALAT DAN BAHAN


N Alat Pereaksi Sampel
o
1. Tabung reaksi NaOh 10% Putih telur
2. Tabung ukur CuSO4 0,1 % Serum
3. Pipet tetes Air liur
4. Larutan pati 1%
5. Gelatin
6. Glisin

CARA KERJA :
1.Sediakan 6 tabung reaksi. Isilah masing – masingnya dengan
2 ml putih telur, 2 ml serum, 2 ml air liur, 2 ml larutan pati
1%, 2 ml susu, dan 2 ml glisin.
2.Tambahkan NaOH 10% pada setiap tabung
3.Tambahkan 3 tetes CuSO4 0,2%. Kocoklah tabung.
4.Note : bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat
ditambahkan lagi sampai 10 tetes
5.Amati apakah terbentuk warna lembayung pada keenam
tabung tersebut

7
HASIL PERCOBAAN
Tabung Uji biuret (warna lembayung)
Putih telur
Serum
Air liur
Larutan pati 1%
Susu
Glisin

8
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

9
1.3 PERCOBAAN 3 : UJI KELARUTAN PROTEIN
TUJUAN : Membandingkan daya larut protein (albumin)
terhadap berbagai pelarut
PRINSIP DASAR : Protein bersifat amfoter. Daya kelarutansetiap
protein berbeda – beda baik dalam air, asam
ataupun basa, tergantung pada jenis asam amino
penyusunnya. Semua protein tidak larut dalam
pelarut eter dan kloroform. Apabila protein
dipanaskan atau diberi larutan etanol absolute,
maka protein akan mengalami denturasi (tampak
menggumpal / terkoagulasi), hal ini dikarenakan
etanol akan menarik mantel air yang melingkupi
molekul protein

ALAT DAN BAHAN


N Alat Bahan Sampel
o
1. Tabung reaksi HCl 10% Putih telur
2. Tabung ukur NaOH 40% Serum
3. Etanol 96%
4. Kloroform
5. Air suling
(aquades)

CARA KERJA :
1. Sediakan 5 tabung reaksi. Isilah masing – masingnya dengan
0,5 ml air suling, HCl 10%, NaOH 40%, Etanol 96% dan
kloroform
2. Tambahkan 1 ml larutan sampel pada setiap tabung
3. Kocoklah dengan kuat, kemudian bandingkan sifat
kelarutannya
4. Lakukan juga percobaan ini pada sampel yang lainnya

10
HASIL PERCOBAAN :
Air HCl Klorof
NaOH Etanol
Sampel/ suling 10% orm
40% (0,5 96%
Bahan (0,5 (0,5 (0,5
ml) (0,5 ml)
ml) ml) ml)
1 ml putih
telur
Hasil
1 ml serum
Hasil

11
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

12
1.4 PERCOBAAN 4 : UJI PENGENDAPAN PROTEIN
DENGAN LARUTAN GARAM KONSENTRASI
TINGGI (SALTING OUT)

TUJUAN : Memperlihatkan, bahwa sebagai makromolekul


yang larut dalam bentuk larutan koloid, protein
dapat dipisahkan satu dari yang lain, dengan
menggunakan larutan garam divalent konsentrasi
tinggi

PRINSIP DASAR :ada umumnya protein mudah larut air karena


mempunyai 2 sifat berikut :
 Gugus –CO– dan – NH– yang ada pada ikatan
peptida dapat berinteraksi dengan molekul air
membentuk ikatan hydrogen.
 Berbagai rantai samping pada protein ada yang
bersifat hidrofilik

Penambahan larutan garam berkonsentrasi tinggi akan


menyebabkan ditariknya air yang mengelilingi molekul protein,
sangat mengurangi kelarutan protein sehingga protein mengendap.
Mekanisme pengendapan dengan menarik air ini tidak merubah
molekul protein secara kimiawi sehingga perubahan yang terjadi
bersifat reversible, yaitu kelarutan dan fungsi protein akan pulih
bila dikembalikan pada keadaan semula.

ALAT DAN BAHAN


N Alat Pereaksi Sampel
o
1. Tabung reaksi (NH4)2SO4 jenuh Serum
2. Tabung ukur NaOH 10%
3. Pipet tetes CuSO4 0,1%

13
CARA KERJA :
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Isilah dengan
2 ml sampel
2. Kemudian tambahkan ammonium sulfat jenuh tetes demi
tetes sampai sebanyak 2 ml.
3. Amati apakah terbentuk endapan.
4. Pisahkan endapan dengan menyaring.
5. Lakukan uji biuret terhadap filtrat dan endapan.

HASIL PERCOBAAN :
(NH4)2SO4
Sampel/ Bahan Tetes demi tetes Hasil
(2 ml)
Serum sapi (2 Endapan : (ada/
ml) tidak)
Lakukan Uji
biuret thd :
 Filtrat
 Endapan

14
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN

15
1.5 PERCOBAAN 5 : UJI PENGENDAPAN PROTEIN
DENGAN LOGAM DAN ASAM ORGANIK

TUJUAN : Membandingkan pengaruh logam berat dan asam


organik terhadap sifat kelarutan protein

PRINSIP DASAR: Sebagian besar protein dapat diendapkan


dengan penambahan asam trikloroasetat (TCA)
dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam –
asam dapat menyebabkan terbentuknya garam
proteinat yang tidak larut.
Penambahan logam berat seperti tembaga (Cu2+), raksa (Hg2+) dan
timbal (Pb2+) dapat menyebabkan denaturasi irreversible terhadap
struktur protein.

ALAT DAN BAHAN


N Alat Bahan Sampel
o
1. Tabung reaksi Asam Putih telur
trikloroasetat
10%
2. Tabung ukur Asam Serum
sulfosalisilat 5%
3. Pipet tetes HgCl2 5%
4. CuSO4 5%
5. Pb asetat 5%

CARA KERJA :
1.Sediakan 5 tabung reaksi. Isilah dengan 1 ml sampel
2.Kemudian berturut – turut tambahkan dengan 10 tetes larutan
asam trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, HgCL2 5%,
CuSO4 5% dan Pb asetat 5%
3.Kocoklah tabung , amati perubahan yang terjadi
4.Lakukan hal yang sama pada sampel lainnya
16
HASIL PERCOBAAN :
Tabung 1 ml putih telur 1 ml serum
1.10 tetes Asam
trikloroasetat
10%
2.10 tetes Asam
sulfosalisilat
5%
3.10 tetes HgCl2
5%
4.10 tetes CuSO4
5%
5.10 tetes Pb
asetat 5%

17
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

18
PRAKTIKUM 2
DARAH

PENDAHULUAN
I. PROTEIN PLASMA
Kadar protein total dalama serum pada orang dewasa berkisar
antara 6 – 8,2 g/dL. Protein total serum pada orang dewasa
merupakan campuran berbagai protein yang masing – masingnya
mempunyai fungsi berlainan. Protein merupakan makromolekul yang
tidak dapat menembus membran pembuluh darah sehingga berperan
untuk mempertahankan tekanan osmotik darah.
Dengan teknik elektroforesis, protein serum dapat dipisah
menjadi 5 pita yaitu albumin, α1 globulin, α2 globulin, β globulin dan
γ globulin.
Albumin serum disintesis dalam hati dan berfungsi sebagai
regulator tekanan osmotik darah. Pada beberapa keadaan kadar
albumin darah dapat turun, misalnya :
1. Penurunan sintesis , contoh :
 Kerusakan sel hati
 Defisiensi protein dalam diet (malnutrisi dan
kelaparan)
2. Gangguan absorpsi protein
 Kehilangan protein melalui :
 Ginjal (sindroma nefrotik)
 Kulit (luka bakar)
 Saluran cerna
3. Penyakit hati dengan asites

Albumin merupakan 60% dari protein total. Kadar protein


serum berbeda dengan kadar protein plasma. Kadar protein plasma
lebih tinggi ± 0,3 g/dL sebab mengandung fibrinogen.
Penetapan kadar protein total serum saja tidak terlalu
mempunyai penting secara klinis. Untuk menegakkan diagnosis

19
penyakit tertentu perlu ditetapkan kadar fraksi – fraksi protein yaitu
albumin dan globulin.
Untuk menetapkan kadar fraksi albumin dan globulin, terlebih dahulu
dilakukan penetapan kadar protein total dengan metoda biuret.
Selanjutnya baru ditetapkan kadar fraksi albumin dengan teknik
pengikatan warna menggunakan bromkresol hijau. Kadar fraksi
globulin merupakan selisih dari kadar protein total dan kadar fraksi
albumin.

II. SIFAT – SIFAT MEMBRAN


Semua membran biologis mempunyai suatu struktur yang sama
yaitu terbentuk dari molekul – molekul lipid dan protein yang satu
dengan lainnya saling dihubungkan dengan ikatan – ikatan
nonkovalen. Molekul – molekul lipid tersusun dalam dwilapis lipid
(lipid bilayer) dan merupakan struktur dasar membran.Lipid ini
berperan sebagai pembatas yang bersifat impermiabel relative
terhadap aliran molekul – molekul yang larut dalam air. Molekul -
molekul protein seolah – olah larut dalam lapisan lipid bilayer dan
berperan sebagai perantara dari berbagai fungsi membrane, antara lain
untuk fasilitas transport.Fungsi protein membran :
 Enzim yang mengkatalisis reaksi – reaksi yang berhubungan
dengan peran membran dalam sel hidup
 Sebagai protein struktural yang menyusun rangka sel
 Reseptor untuk menerima dan meneruskan sinyal kimia dari danke
dalam lingkungan sel.
Berbagai percobaan berikut memperlihatkan hal – hal yang
mempengaruhi membran sel darah merah dan suatu model mengenai
proses difusi larutan koloid melalui suatu membran.

20
PENGARUH LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK dan
HIPERTONIK TERHADAP MEMBRAN SEL ERITROSIT
Larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut.Pada tubuh
makhlukhidup pelarutnya adalah air.Air dapat berpindah melewati
membran semipermiabel, yaitu dari daerah dengan konsentrasi zat
terlarut rendah menuju daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi. Hal ini dikenal sebagai proses osmosis.
Bila 2 larutan dipisahkan oleh membran semipermiabel
memiliki osmolaritas yang berbeda, yakni komom 1 dengan
konsentrasi rendah dan kolom 2 dengan konsentrasi tinggi seperti
pada gambar di bawah (gambar a). Maka air (pelarut) akan berpindah
darikolom I menuju kolom 2. Hal ini menyebabkan jumlah volume di
kolom 2 meningkat. Namun hal ini tidak akan menyebabkan semua
air di kolom 1 akan habis berpindah, karena semakin banyak air di
dalam kolom 2 maka akan semakin memberikan gaya dorong yang
mendorong air tersebut kembali ke kolom pertama. Hal ini dikenal
sebagai tekanan hidrostatik. Selain itu larutan juga memiliki tekanan
osmotik, yaitu tekanan yang dikarenakan zat terlarut memiliki gaya
untuk menarik air.
Suatu larutan dikatakan isotonik bila larutan tersebut
mempunyai osmolaritas yang sama dengan osmolaritas plasma, ± 425
mOsm. Pengaruh larutan isotonic, hipotonik dan hipertonik terhadap
sel adalah sebagai berikut:
1. Suatu sel yang kita tempatkan di dalam larutan isotonik tidak
mengalami perpindahan cairan baik dari dalam ataupun dari luar
sel.
2. Sebaliknya bila suatu sel ditempatkan dalamlarutan hipotonik,
maka cairan dari luar akan berpindah masuk ke dalam sel
menyebabkan sel tersebut menggembung dan bila melbihi
kapasitas membran akan menyebabkan membrane ruptur
/pecah/lisis.

21
3. Bila suatu sel ditempatkan di dalam larutan yang hipertonik
(osmolaritas > osmolaritas plama), maka air dari dalam sel akan
keluar, menyebabkan sel mengkerut / krenasi.

MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN


Menentukan konsentrasi larutan pada pengenceran adalah
menurut rumus berikut :

Keterangan : V1 = volume larutan 1


C1 = konsentrasi larutan 1
V2 = volume larutan 2
C2 = konsentrasi larutan 2

III. MASA PENDARAHAN (BLEEDING TIME) DAN MASA


PENJENDALAN DARAH (CLOTTING TIME)
Pada diathesis hemoragik dan pada keadaan patologik yang
mungkin menyebabkan kelainan hemostasis, dilakukan beberapa
macam percobaan dasar untuk mengetahui letak defek
hemostasis.Setelah dilakukan tes – tes dasar, dapat dilakukan tes yang
lebih khusus untuk memastikan diagnosis.
Beberapa tes dasar meliputi :

1. Masa Perdarahan (Bleeding time)


Masa perdarahan normal normal adalah 1 – 6 menit.Apabila
lewat dari 10 menit darah belum berhenti, membuktikan adanya
kelainan dalam mekanisme hemostasis. Diperlukan tes lain
untuk memastikan letak kelainan hemostasis.
2. Percobaan pembendungan (tes rumple leed)
Percobaan ini untuk menguji ketahanan kapiler dengan
membendung vena sehingga darah menumpuk di kapiler dan
memberikan tekanan pada kapiler. Apabila ada gangguan pada

22
permeabilitas dinding kapiler, maka sel – sel darah dapat
merembes keluar dari kapiler sehingga tampak sebagai bercak
merah kecil pada permukaan kulit yang dikenal sebagai ptekie.
3. Retraksi bekuan dan konsistensinya
Percobaan ini digunakan untuk menguji fungsi
trombosit.Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan
pada proses pengerutan itu sejumlah serum diperas keluar dari
bekuan sehingga ia menjadi kenyal. Proses ini ditentukan oleh
jumlah trombosit dan fungsi trombosit.
4. Masa penjendalan (Clotting time)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
darah untuk membeku, hasilnya menjadi ukuran aktivitas factor
– factor koagulasi darah.
5. Masa protrombin (Protrombin time)
Cara iniuntuk menguji adanya gangguan factor pembekuan
darah pada jalur ekstrinsik, yaitu kekurangan factor V, VII, X,
protrombin dan fibrinogen. Jika diangga factor lain normal,
maka tes ini untuk menilai aktivitas protrombin.
Pada praktikum modul ini hanya akan dilakukan percobaan
bleeding time dan protrombin time.

2.1 PERCOBAAN 1 : PENETAPAN KADAR PROTEIN SERUM


TOTAL (BIURET)
TUJUAN : Menetapkan kadar protein serum total dengan
menggunakan spektrofotometer
PRINSIP DASAR: Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu.
 Plasma darah yang mengandung berbagai jenis
protein akan berwarna lembayung pada uji
biuret.

23
 Jumlah cahaya yang diserap suatu larutan pada
panjang gelombang tertentu sebanding dengan
kadar zat dalam larutan.
ALAT DAN BAHAN
N Alat Pereaksi Sampel
o
1. Tabung reaksi Larutan NaOH Serum
2,5 M (larutan
harus bebas
CO2)
2. Tabung ukur Pereaksi biuret Larutan standar
protein (human
serum
albumin/bovine
serum albumin 6,0
gr/dL)
3. Pipet tetes

CARA KERJA :
Pipetkan ke dalam tabung reaksi :
Larutan Blank Standar Standa Uji 1 Uji 2
o 1 r2
Pereaksi 8,0 ml 8,0 ml 8,0 ml 8,0 ml 8,0 ml
biuret
Serum - - - 100 μl 100 μl
Standar - 100 μl 100 μl - -
albumin
Aquades 50 μl - - - -
Diamkan selama 30 menit pada suhu kamar
Baca serapan pada panjang gelombang 540 nm

Perhitungan :
Kadar protein total = /dL

HASIL PERCOBAAN

24
Kadar protein serum total OP 1 dan OP 2 adalah :

25
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

26
2.2 PERCOBAAN 2 : PENETAPAN KADAR ALBUMIN
SERUM

TUJUAN :
Menetapkan kadaralbumin serum dengan
menggunakan spektrofotometer
PRINSIP DASAR : Bromkresol hijau, suatu senyawa
anionic, berikatan erat dengan albumin. Kompleks
senyawa menyerap cahaya panjang gelombang
628 nm lebih intensif pada pH 4,20

BAHAN DAN PEREAKSI


1. Serum
2. Asam suksinat 42 mM
Larutkan 5 g asam suksinat dalam aquades, encerkan sampai volume
100 mL
3. Larutan NaOH 2,5 M
Larutkan 10 g NaOH dalam aquades, encerkan sampai volume 100
mL
4. Dapar suksinat 0,10 M pH 4,15
Larutkan 11,8 g asam suksinat dan 500 mg Na azida (NaN3) dalam
800 ml aquades. Buat PH menjadi 4,15 dengan NaOH 2,5 M.
Encerkan dengan aquades sampai volume 1000 mL
5. Larutan stok bromkresol hijau (BCG) 0,60 mM
Masukkan 432 mg garam Na BCG ke dalam labu 1000 mL, kemudian
encerkan dengan aquades sampai volume 1000 ml (atau 419 mg
BCG bebas asam ditambah 10 ml NaOH 0,1 M)
6. Larutan BCG untuk penetapan albumin
250 larutan stok BCG ditambah 750 mL dapar suksinat. Tambahkan 4
ml larutan Brij 35 30% dan PH disesuaikan menjadi 4,20 (±0,05).
Bila PH >4,25, sesuaikan PH dengan menambahkan larutan asam
suksinat 42 mM. simpan pada suhu 4 – 8oC
7. Larutan standar albumin (sama dengan larutan standar untuk
protein)
27
CARA KERJA :
Pipetkan ke dalam tabung reaksi :
Standa Standa
Larutan Blanko Uji 1 Uji 2
r1 r2
Larutan 10,0 ml 10,0 ml 10,0 ml 10,0 10,0
BCG ml ml
Serum - - - 50 μl 50 μl
Standar - 50 μl 50 μl - -
albumin
Aquades 50 μl - - - -
Campur dengan baik, diamkan 10 menit pada suhu
kamar
Baca serapan pada panjang gelombang 628 nm
Perhitungan :
Kadar albumin serum = /dL
Kadar globulin serum = (kadar protein total – kadar albumin
serum) g/dL

HASIL PERCOBAAN
Kadar albumin dan globulin serum OP 1 dan OP 2 adalah :

28
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

29
2.3 PERCOBAAN 3 : HEMOLISIS SEL DARAH MERAH

TUJUAN : Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik /


hipotonik terhadap membrane sel darah merah

PRINSIP DASAR : Dalam larutan hipotonik sel darah merah


akan menggembung karena cairan dari luar akan
masuk ke dalam sel darah merah. Bila
pembengkakan SDM melewati batas fragilitas
SDM, sel itu akan pecah atau terjadi hemolisis.
Hemoglobin akan larut dalam cairan hipotonik
sehingga larutan akan berwarna merah jernih. Di
dalam larutan hipertonik terhadap tekanan
osmotic plasma darah maka cairan dari SDM akan
keluar dari sel sehingga SDM akan mengkerut
(crenated).

ALAT DAN BAHAN


N Alat Pereaksi Sampel
o
1. Tabung reaksi Darah segar
2. Tabung ukur
3. Mikroskop

CARA KERJA dan HASIL :


1. Ke dalam 10 tabung reaksi, isikan campuran berikut :
Tabun Air NaCl 2% % NaCl Hemolisis
g suling (ml)
1. 10,0 0,0
2. 9,0 1,0
3. 8,0 2,0
4. 7,5 2,5
5. 7,0 3,0
6. 6,5 3,5
30
6,0 4,0
8. 5,5 4,5
9. 5,0 5,0
10. 4,5 5,5
2. Campur dengan baik
3. Tambahkan 2 tetes suspense darah ke dalam setiap tabung dan
kocok dengan membalik- balikkan tabung perlahan. Diamkan
selama 1 jam.
4. Perhatikan dan catatlah derajat hemolisis pada tiap tabung.

31
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

32
2.4 PERCOBAAN 4 : PENGARUH PELARUT ORGANIK
TERHADAP MEMBRAN SEL DARAH MERAH
TUJUAN : Memperlihatkan bahwa membrane sel darah merah
dapat mengalmi lisis dalam pelarut organic tertentu
PRINSIP DASAR:Membran SDM mengandung lipid. Pelarut
organiktertentu yang bersifat melarutkan lemak
akan menyebabkan lipid membrane larut sehingga
terjadi hemolisis.
ALAT DAN BAHAN
N Alat Pereaksi Sampel
o
1. Tabung reaksi Larutan NaCl Darah segar
0,9%
2. Tabung ukur Kloroform
3. Mikroskop Eter
4. Aseton
5. Toluen
6. Alkohol

CARA KERJA :
1. Ke dalam 6 tabung reaksi masukkan setiap 10 ml larutan NaCl
0,9%.
2. Tabung pertama digunakan sebagai control dan pada ke 5
tabung lainnya tambahkan secara berurutan pada setiap tabung 2
tetes kloroform, eter, aseton, toluene dan alkohol
3. Tambahkan dalam tiap tabung 2 tetes suspense darah, biarkan
selama 30 menit. Perhatikan warna yang terbentuk dan
bandingkan dengan kontrol.

33
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

34
2.5 PERCOBAAN 5 : PENETAPAN MASA PENDARAHAN
CARA IVY
TUJUAN : Menetapkan masa pendarahan
PRINSIP DASAR : Masa pendarahan normal adalah 1 – 6 menit.
Bila > 10 menit darah belum berhenti (masa
pendarahan memanjang) maka perlu dicurigai
adanya kelainan hemostasis, terutama pada faktor
– faktor ekstravaskuler.
ALAT DAN BAHAN
1. Sfignomanometer 4. Kertas saring
(tensimeter)
2. Stopwatch 5. Kapas alcohol
3. Lanset steril
disposible

CARA KERJA :
1. Pasang sfignomanometer pada lengan atas, 2 -3 cm di atas fossa
cubiti dan pompalah sampai tekanan 40 mmHg. Selama
percobaan pertahankan tekanan tetap setinggi itu.
2. Bersihkan lengan bawah bagian volar dengan kapas alcohol
70%, kira – kira 3 jari di bawah fossa cubiti. Tunggu hingga
kering
3. Tusukkan lanset pada tempat tadi sedalam ± 3mm
4. Jika darah mulai keluar, jalankan stopwatch
5. Isaplah darah yang keluar tadi tiap 30 detik memakai kertas
saring, jagalah jangan sampai menekan kulit pada saat
menghisap darah
6. Hentikan stopwatch pada saat tidak ada darah lagi yang dapat
dihisap kertas saring.
7. Catatlah waktu pada stopwatch sebagai waktu pendarahan

35
HASIL PERCOBAAN

36
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

37
2.6 PERCOBAAN 5 : PENETAPAN MASA PROTROMBIN
(PROTROMBIN TIME)
TUJUA : Menetapkan masa protrombin
PRINSIP DASAR : Cara ini untuk menguji adanya gangguan
factor pembekuan darah pada jalur ekstrinsik, yaitu
kekurangan factor V, VII, X, protrombin dan
fibrinogen. Jika diangga faktor lain normal, maka
tes ini untuk menilai aktivitas protrombin.
.ALAT DAN BAHAN
1. Object glass 4. Lidi
2. Stopwatch 5. Tromboplastin
3. Lanset steril
disposible

CARA KERJA :
1. Letakkan setetes tromboplastin di atas object glass kering dan
bersih
2. Bersihkan ujung jari III atau IV atau V dengan kapas alcohol.
Tunggu hingga kering
3. Tusuklah dengan lanset steril mendapat darah sedalam ± 3mm
4. Jika darah mulai keluar, jalankan stopwatch
5. Letakkan 1 tetes darah di ataas object glass. Segera campur
dengan ujung lidi atau jarum.
Biarkan sampai detik ke 10
6. Periksalah setiap detik apakah telah terbentuk benang – benang
halus (fibrin) pada ujung lidi
7. Hentikan stopwatch tepat ketika terbentuk benang fibrin. Catat
waktunya sebagai protrombin time.

38
HASIL PERCOBAAN

39
INTERPRETASI HASIL DAN KESIMPULAN :

40

Anda mungkin juga menyukai