Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA

“UJI KARBOHIDRAT, UJI PROTEIN DAN UJI LEMAK”

Dosen pengampu :

Khairil Fahmi, M.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Ni Nyoman W (2293033)
2. Pita Kusuma N (2293034)
3. Putri Pinata K (2293035)
4. Putu Ria Oktavinai D (2293036)
5. Reza Akbar (2293037)
6. Rizkiana (2293038)
7. Rofiq Yutsman P (2293039)
8. Sa’adatul Aulia (2293040)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
A. PENDAHULUAN
1. Uji Karbohidrat
Karbohidrat atau sakarida adalah polisakarida aldehid atau
polihidroksil keton, atau senyawa hasil hidrolisis keduanya. Penyusu utama
karbohidrat adalah C, H, dan O. Perbandingan jumlah atom H dan O adalah
1 : 2 seperti molekul air. Contoh glukosa (12:6), sukrosa (22:11). Karena
itu, dahulu penamaan karbohidrat berasal dari sifat ini, yaitu gabungan dari
"karbohidrat" dan "hidrat". Hidrat sendiri artinya air. Karbohidrat dapat
digolongkan berdasarkan struktur cincin siklisnya yaitu furanosa,
karbohidrat dengan cincin siklis segi enam, maupun digolongkan
berdasarkan monomer penyusunnya seperti monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida (Handito dkk, 2014).
Struktur karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida,
oligosakarida, atau polisakarida, ketiga golongan karbohidrat ini berikatan
satu dengan lainnya, lewat hidrolisis. Monosakarida kadang disebut gula
sederhana ialah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana lagi. Polisakarida mengandung banyak unit
monosakarida, ratusan bahkan ribuan. Oligosakarida mengandung
sekurang-kurangnya dua tau biasanya tidak lebih dari beberapa unit
monosakarida yang bertautan (Hart-Harold et al, 2013)
Pada pengujian karbohidrat, dilakuakn dua tes yaitu tes benedict dan
tes selliwanof. Untuk menguji adanya kandungan gula pada sampel glukosa
dan fruktosa menggunakan indikator reagen berupa larutan benedict dan
selliwanof.
Uji Benedict merupakan uji kimia yang dapat digunakan untuk
memeriksa adanya gula pereduksi dalam suatu analit. Oleh karena itu,
karbohidrat sederhana yang mengandung gugus fungsi keton atau aldehida
bebas dapat diidentifikasi dengan tes ini. Tes ini didasarkan pada reagen
Benedict (juga dikenal sebagai larutan Benedict), yang merupakan
campuran kompleks natrium sitrat, natrium karbonat, dan pentahidrat

1
tembaga(II) sulfat. Bila terkena gula pereduksi, reaksi yang dilakukan
reagen Benedict menghasilkan terbentuknya endapan berwarna merah bata,
yang menunjukkan uji Benedict positif.
Tes Seliwanoff Pada umumnya reaksi ini spesifik untuk ketosa.
Dasarnya adalah pembentukan 4 hidroksi methyl furfural yang bereaksi
dengan resolsinol (1,3-hidroksi benzene), membentuk suatu senyawa
berwarna merah. Glukosa dapat memberi warna merah muda akibat
pemanasan terlalu lama.
2. Uji protein
Protein merupakan senyawa polimer organik yang berasal dari
monomer asam amino yang mempunyai ikatan peptida. Protein memiliki
peran yang sangat penting pada fungsi dan struktur seluruh sel makhluk
hidup. Hal ini dikarenakan molekul protein memiliki kandungan oksigen,
karbon, nitrogen, hidrogen, dan sulfur. Sebagian protein juga mengandung
fosfor (Rozi, 2011).
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam
amino. Protein disusun oleh 20 macam asam amino. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah
maupun organisme tingkat tinggi. Fungsi utam protein yaitu sebagai
katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti
oksigen, mendukung secara mekanis sistem dari kekebalan tubuh, dapat
membuat tubuh jadi bergerak dan juga sebagai transmitor syaraf dan
mengendalikan pertumbuhan. dan perkembangan pada tubuh. Pembagian
tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yaitu struktur primer,
struktur sekunder, struktur tersier dan yang terakhir adalah struktur
kuartener (Sidik, Abubakar, 2019)
Pada uji protein pada sampel putih telur dan susu menggunakan uji
uji biuret dengan reagen NaOH dan CuSO4.
Uji biuret dimana reaksi biuret digunakan untuk menunjukkan besar
kecilnya molekul protein atau banyak sedikitnya ikatan-ikatan peptida yang
terdapat dalam molekul protein. Warna merah muda atau merah jambu

2
terbentuk apabila molekul protein yang dianalisa kecil, misal proteosa dan
pepton. Warna violet sampai kebiru-biruan terbentuk apabila molekul
protein yang diselidiki besar, misal gelatin. Protein dengan molekul kecil
lebih sedikit mengandung ikatan-ikatan peptida dibandingkan protein
dengan molekul besar.
3. Uji Lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam
udara, tetapi dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter. dan
benzen. Unsur penyusun lemak antara lain adalah Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen(O), dan kadang-kadang Fosforus (P) serta Nitrogen (N)
(Hardinsyah, 2014)
Pada pengujian lemak dilakukan uji saponifikasi lemak penyabunan.
Saponifikasi adalah proses penguraian lemak atau minyak menjadi garam
alkali dan asam lemak bebas melalui reaksi dengan basa kuat seperti NaOH.
Reaksi ini menghasilkan sabun dan gliserol. Pada reaksi saponifikasi, basa
kuat menggantikan ion-ion logam seperti natrium pada gugus ester dan
membentuk garam alkali. Pada pratikum ini menggungakan sampel minyak
kelapa dengan reagen NaOH dan etanol yang ditambahi air dingin.

B. PROSEDUR PRATIKUM
a. Uji Karbohidrat
 Tes Benedict
Masukkan 2,5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 4 tetes larutan glukosa. Campur dan didihkan selama 2
menit atau masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5
menit, dinginkan perlahan-lahan. Lalu amati perubahan warna yang
terjadi.
Tabel 1. Alat dan bahan
No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Larutan benedict
2 Penjepit kayu fruktosa

3
3 Penangas air
4 Pipet tetes
5 Gelas ukur
6 Gelas kimia
7 Corong
8 Rak tabung reaksi

 Tes Seliwanoff
Masukkan 0,5 ml larutan fruktosa yang diperiksa ke dalam tabung
reaksi. Tambahkan 5 ml pereaksi Seliwanoff, campur dan didihkan
selama 30 detik tepat atau panaskan di penangas air mendidih
selama 60 detik. Amati perubahan warna yang terjadi.
Tabel 2. Alat dan bahan
No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Larutan selliwanof
2 Penjepit kayu Fruktosa
3 Penangas air
4 Pipet tetes
5 Gelas ukur
6 Gelas kimia
7 Corong
8 Rak tabung reaksi

b. Uji Protein
 Uji Biuret
1. Campurkan 2 ml albumin telur dengan 2 ml NaOH dan SO4(sudah
ada kandungan di larutan biuret) ke dalam tabung reaksi.
2. Diamati reaksi positif jika berbentuk warna merah muda atau ungu.
3. Campurkan 2 ml susu dengan 2 ml NaOH dan SO4 ke dalam tabung
reaksi SO4(sudah ada kandungan di larutan biuret)

4
4. Lalu panaskan di dalam penangas air yg mendidih selama 30 detik.
5. Lalu diamati apakah ada partikel yang mengendap atau tidak.

Tabel 3. Alat dan bahan


No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Putih telur
2 Penjepit kayu Lautan biuret
3 Penangas air Susu
4 Pipet tetes
5 Gelas ukur
6 Gelas kimia
7 Corong
8 Rak tabung reaksi

c. Uji Lemak
Saponifikasi Lemak / Penyabunan
1. Masukkan 2 ml minyak kelapa, 1 gr NaOH kristal dan 20 ml etanol
ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tempatkan pada penangas air mendidih selama 10 – 15 menit.
3. Dinginkan larutan tersebut dalam air dingin. Ambillah sedikit zat
padat yang terbentuk dengan menggunakan batang pengaduk dan
larutkan dengan sedikit air di dalam tabung reaksi.
4. Kocok dan amati dengan baik.
Tabel 3. Alat dan bahan
No Alat Bahan
1 Labu erlemeyer Mimyak kelapa
2 Penjepit kayu Etanol
3 Penangas air NaOH kristal
5 Gelas ukur Air
6 Batang pengaduk

5
C. HASIL
Berikut adalah hasi pengamtan dari uji yang dilakukan:
Tabel 4. Hasil pengamatan
No Uji Sebelum Sesudah
1 Uji benedict

Warna biru Warna merah (+)


2 Uji selliwanof

warna teh Warna merah bata (+)

3 Uji biuret

 Biuret telur : Bening  Merah muda(+)


 Biuret susu : Coklat  Coklat
muda. keunguan(+)
4 Uji
saponitikasi

Bening kekuningan Mengembang dan berbusa


(terbentuk sabun)

6
D. PEMBAHASAN
Berikut adalah pembahasan berdasarkan pratikum yang telah dilakukan:
1. Uji karbohidrat
Pada uji karbohidrat di dilakukan dua tes yaitu tes benedict dan
seliwanoff. Pada pratikum ini sampel yang digunakan dalam uji karbohidrat
berupa glukosa dengan reagen larutan benedict untuk tes benedict dan
fruktosa pada tes seliwanoff dengan reagen larutan selliwanof.
Uji Benedict untuk monosakarida dan beberapa disakarida: Tes
Benedict ini digunakan untuk menguji keberadaan monosakarida dan
beberapa disakarida seperti glukosa dan galaktosa. Reagen ini terdiri dari
larutan yang mengandung ion tembaga (II) yang dikenal sebagai reagen
Benedict. Ketika bahan uji glukosa dipanaskan bersama reagen ini, terjadi
reaksi oksidasi-reduksi di mana gula mereduksi mengurangi ion tembaga
(II) menjadi tembaga (I) yang teroksida. Ion tembaga (I) kemudian
membentuk endapan tembaga(I) oksida atau cuprous oxide (Cu2O) yang
berwarna merah bata, menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi
merah.

Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

Reaksi kimia: Saat glukosa bereaksi dengan reagen Benedict (yang


mengandung tembaga(II) sulfat), ion Cu2+ akan diubah menjadi tembaga(I)
oksida (Cu2O) yang berwarna merah.

Penjelasan: Glukosa adalah karbohidrat reduksi yang memiliki gugus


aldehida yang dapat mengoksidasi ion Cu2+ menjadi Cu+ dalam reagen.
Cu+ kemudian tereduksi menjadi Cu2O yang mengendap dan menghasilkan
perubahan warna larutan menjadi merah, menunjukkan adanya glukosa.

Reaksi kimia secara umum adalah:

Glukosa + 2Cu2+ + 2OH- → Glukosa oksidasi + Cu2O + H2O

7
Uji Seliwanoff untuk fruktosa: Uji Seliwanoff ini digunakan untuk
menguji keberadaan fruktosa. Pada tes ini, fruktosa diuji dengan reagen
Seliwanoff yang terdiri dari asam klorida encer dan reagen resorsinol.
Ketika fruktosa dipanaskan dengan reagen ini, terjadi reaksi dehidrasi dan
pembentukan furfural. Produk furfural kemudian bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah bata. Perubahan warna ini
menunjukkan adanya fruktosa dalam bahan uji.

Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

Reaksi kimia: Saat fruktosa bereaksi dengan reagen Seliwanoff (yang


merupakan larutan asam yang mengandung resorsinol), terjadi kondensasi
antara gugus keto fruktosa dan resorsinol. Hasilnya adalah senyawa merah
bata yang disebabkan oleh perubahan struktur dan ikatan kimia dalam
reaksi.

Penjelasan: Resorsinol dalam reagen Seliwanoff bereaksi dengan gugus


keto dalam fruktosa, menghasilkan senyawa baru yang berwarna merah
bata. Reaksi ini mengindikasikan adanya fruktosa dalam larutan.

Reaksi kimia secara umum adalah:

Fruktosa + Resorsinol → Senyawa berwarna merah bata

Jadi, perubahan warna pada tes Benedict dan seliwanoff terjadi


karena reaksi kimia antara karbohidrat yang diuji dengan reagen yang
digunakan dalam tes tersebut yang dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengidentifikasi keberadaan glukosa dan fruktosa dalam larutan .
2. Uji protein
Uji Biuret adalah suatu uji kimia yang yang digunakan untuk
mendeteksi keberadaan protein dalam suatu larutan. Ketika zat tersebut
bereaksi dengan larutan reagen Biuret, terjadi pembentukan kompleks
berwarna merah muda atau ungu. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengidentifikasi adanya protein dalam sampel.

8
Metode uji biuret dilakukan dengan menambahkan larutan biuret
sebagai reagen, ke dalam sampel putih telur dam susu. Jika protein hadir
dalam sampel, larutan biuret akan bereaksi dan menghasilkan perubahan
warna dari sampel uji menjadi merah muda dan ungu.
Pada uji Biuret ini, perubahan warna terjadi karena adanya reaksi
antara gugus amino dalam protein dengan larutan biuret yang mengandung
kuprum(II) sulfat dan larutan natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan
kompleks purpura atau biru-ungu.
Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi dalam uji Biuret pada
protein:
1. Larutan biuret (yang mengandung kuprum(II) sulfat) bereaksi
dengan gugus amino terminal dan gugus amino lainnya dalam
protein.
2. Ion tembaga (Cu2+) dalam larutan biuret berinteraksi dengan gugus
amina dalam protein, terutama gugus amina primer (-NH2) pada
asam amino.
3. Terbentuk kompleks koordinasi yang mengandung ion Cu2+ yang
terikat dengan elektron dari oksigen dan nitrogen pada gugus amino
protein.
4. Kompleks koordinasi yang terbentuk ini memiliki struktur geometri
khas yang menghasilkan perubahan warna menjadi ungu, atau
merah muda. Warna ini tergantung jumlah protein dari sampel uji.

Secara spesifik, reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

R-NH2 + 2Cu2+ + 4OH- → R-N=C(NH2)-N=C(NH2)-R' +


2Cu(OH)2 + 2H2O

Dalam kasus uji protein pada putih telur dan susu, perubahan warna
menjadi ungu dan merah muda menunjukkan adanya protein dalam sampel.
Protein dalam putih telur dan susu mengandung banyak gugus amina yang
dapat bereaksi dengan larutan biuret, sehingga menghasilkan kompleks

9
koordinasi purpura. Semakin banyak protein dalam sampel, semakin intens
perubahan warna yang terbentuk.
3. Uji lemak
Saponifikasi adalah proses kimia di mana lemak atau minyak diubah
menjadi senyawa yang disebut sabun melalui reaksi dengan basa kuat
seperti NaOH.

Reaksi kimia yang terjadi pada uji saponifikasi:

Minyak kelapa + NaOH (dalam etanol) → Garam asam lemak


(sabun) + Etanol + Air

Selama reaksi berlangsung, terbentuk busa yang merupakan hasil


dari emulsifikasi, yaitu pembentukan dispersi gumpalan kecil minyak dalam
air. Pembentukan busa ini terjadi karena sabun yang dihasilkan dari
saponifikasi berfungsi sebagai agen pembersih dan emulsifier yang dapat
menghaluskan permukaan minyak dan membentuk busa.
Busa yang terbentuk selama reaksi saponifikasi mengindikasikan
bahwa reaksi berjalan dengan baik dan sabun sedang terbentuk. Reaksi ini
juga menghasilkan alkohol (etanol) dan air sebagai produk sampingan yang
dihasilkan dari reaksi hidrolisis ester.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disempulkan bahwa:
1. Uji benedict di dapatkan hasil dari biru menjadi merah.
2. Uji seliwanof di dapatkan hasil dari warna teh menjadi merah bata.
3. Uji biuret di dapatkan hasil:
 Albumin telur warna bening menjadi merah muda.
 Susu dari warna coklat muda menjadi coklat keunguan.
4. Rekasi saponifikasi di dapatkan hasil menjadi berbusa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hardinsyah, Supariasa. 2014. Buku Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran
Handito, D.,. Yasa,I.W.S., dan Alamsyah, A., 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia
Umum, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2013). Kimia Organik (Edisi
kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga
https://byjus.com/chemistry/benedicts-test/
Murray, Robert, dkk. 2013. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Rozi, F. 2011. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta: Dian Rakyat
Sidik. Abubakar. 2019. Uji Organoleptik dan Uji Protein Penyedap Rasa Cair
dengan Penambahan Glukosa. Jurnal Farmasi dan Kesehatan. Vol.2 No.5

11

Anda mungkin juga menyukai