Kelompok 5
I. DASAR TEORI
Energi sangat diperlukan pada setiap langkah mahluk hidup, tanpa adanya energi
berarti tidak ada kehidupan. Sebagian besar porsi dari makanan/pakan yang dikonsumsi
oleh ternak atau manusia digunakan untuk memnuhi kebutuhan energy, karena reaksi
anabolic dan katabolic dalam tubuh memerlukan energy.
Salah satu dari berbagai macam sumber energy adalah karbohidrat. Karbohidrat
melingkupi senyawa-senyawa yang secara kimia berupa hidroksi aldehida dan hidroksi
keton. Karbohidrat adalah komponen utama dalam jaringan tanaman. Karbohidrat
diklasifikasikan dalam 5 jenis yaitu : monosakarida, disakarida, trisakarida, polysakarida dan
mixed poly sakarida. Karbohidrat merupakan makanan sumber energi yang paling penting.
Satu gram karbohidrat dapat menghasilkan energi sebesar 4 kkal. Walaupun karbohidrat
tidak dianggap esensial seperti asam amino dan asam lemak esensial, tetapi makanan
sehari-hari harus mengandung sejumlah karbohidrat karena karbohidrat penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Semua karbohidrat yang dapat dimetabolisme
glukosa. Karbohidrat selain sebagai sumber energi otak, karbohidrat juga diperlukan untuk
menyediakan oksaloasetat (melalui asam piruvat) yang bersama-sama dengan asetil KoA
diperlukan untuk memulai siklus TCA (Arne Dahlqvist dalam Olson et al., 1987).
Karbohidrat adalah zat morganik utama yang terdapat dalam tumbuhan. Dan
biasanya mewakili 50-75% dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Sebagian
besar dapat dalam biji, buah, dan akar. Kelompok karbohidrat yang tersedia adalah
monosakarida (glukosa, fruktosa, manosa), disakarida dan oligosakarida (sukrosa, laktosa,
trehalosa, maltosa) (Anggordi, 1973).
Pengujian kualitatif karbohidrat dilakukan dengan uji molish (uji umum) untuk
mengetahui kandungan senyawa hidroksi metil furfural, uji benedict untuk mengetahui
kandungan gula pereduksi. Uji yang terakhir adalah dengan uji iod untuk mengetahui
kandungan pati suatu bahan makanan.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber ribosa untuk sintesis DNA dan RNA, serta
dapat diubah menjadi asam amino non esensial (Lehninger, 1993). Karbohidrat merupakan
sumber energi utama pada sebagian besar hewan herbivor atau omnivor (Gallego et al.,
1994).
Karbohidrat adalah zat-zat organik yang mengandung zat karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O) dalam perbandingan yang berbeda-beda. Zat hidrogen dan oksigen biasanya
terdapat dalam karbohidrat dalam perbandingan yang sama seperti dalam air.
Secara garis besar karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok;
- Monosakarida, terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh
larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
- Disakarida, senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau
tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai
menjadi 2 molekul monosakarida.
- Polisakarida, senyawa yg terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yg banyak
jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.
Monosakarida mengandung gugus keton atau aldosa. Awalan aldo- dan keto-
menunjukan jenis gugus aldehida atau keton di dalam suatu sakarida, sedangkan akhiran –
osa menunjukkan karbohidrat. Jumlah atom karbon dalam suatu karbohidrat ditunjukkan
dengan menggunakan tri, titra, penta, heksa, heksa dan seterusnya. Berdasarkan jumlah
atom karbon asimetri pembentuknya. Monosakarida dapat dioksidasi dengan pereaksi
Tollens, Br2/H2O , HNO3 dan HIO4.
Disakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan 2 molekul
monosakarida seperti maltosa dapat mereduksi Fehling atau Tollens sehingga disebut gula
pereduksi.
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan monomer
monosakarida di alam. Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman
sedangkan katun yang berasal dari kapas merupakan selulosa meurni dengan rumus
molekul (C5H10O5)n. Pati terdapat pada beras, singkong, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya. Terdiri dari 20% amilum dan 80% amilopektin. Glokogen mirip amilopektin
tetapi lebih sedikit percabangannya. Sangat penting perannya bagi manusa dan binatang,
yaitu sebagai cadangan energi bagi tubuhnya dan banyak disimpan pada hati dan jaringan
otot yang jarang digunakan untuk bergerak atau beraktifitas.
No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Amilum
2 Pengaduk Glukosa
3 Sikat tabung reaksi Sukrosa
4 Penjepit tabung reaksi H2SO4 pekat
5 Gelas kimia Lar. Fehling A
Botol semprot berisi
6 Lar. Fehing B
aquadest
7 Gelas Kimia HCl
8 Penangas NaOH
9 Gelas ukur Larutan naftol dalam alkohol
10 Pipet tetes Pereaksi Benedict
11 Pereaksi Barfoed
12 Lar. Perak Nitrat
13 Lar. Ammonia
14 Lar. Asam asetat
15 Lar. Fenilhidrazin
III. LANGKAH KERJA
1. Uji fehling
2. Uji moore
3. Uji benedict
5. Uji Barfoed
6. Uji Amoniakal
Mencuci tabung reaksi dengan larutan NaOH dan bilas dengan air
Memasukan 2 mL larutan AgNO3 dan menambahkan beberapa tetes
NaOH
Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia sampai endapan
larut
Menambahkan beberapa tetes glukosa
Memanaskan pada penangas air 5 menit dan mengamati apa yang
terjadi
1. Hidrolisis sukrosa
Pengamatan
Sifat fisik larutan sukrosa Larutan tidak berwarna
+ HCl 10% Larutan tetap tidak berwarna
Dipanaskan Larutan tetap tidak berwarna
Didinginkan dan dinetralkan pH pada saat sebelum penambahan
NaOH 10% adalah 1, pada saat
penambahan NaOH 10% pH larutan
menjadi netral dan larutan tetap tidak
berwarna.
1. Hidrolisis polisakarida
Pengamatan
Sifat fisik larutan amilum Larutan, berwarna putih keruh
+ HCl 10% Larutan tetap berwarna putih keruh
Dipanaskan Larutan tetap berwarna putih keruh
Didinginkan dan dinetralkan pH pada saat sebelum penambahan NaOH
10% adalah 1, pada saat penambahan NaOH
10% pH larutan menjadi netral dan larutan
tetap berwarna putih keruh.
V. REAKSI
1. Uji fehling
2. Uji moore
3. Uji Benedict
O O
║ ║
2+ -
R—C—H + Cu 2OH → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
4. Uji Molisch
a. Pada pentosa
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +
│
OH
(Pentosa) ( Furfural ) (α-naftol)
b. Pada heksosa
H
│
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
5. Uji Barfoed
a. Glukosa
O
C6H12O6 = R – C – H
O O
R – C – H + Cu (CH3COO)2 Cu2O(s) + R – C – OH + CH3COOH
Endapan merah bata
VI. PEMBAHASAN
Hidrolisis sukrosa
+ HCl
Sukrosa ----------- Glukosa + Fruktosa
Hidrolisis amilum
Pada percobaan ini amilum + HCl kemudian dipanaskan maka akan terjadi
hidrolisis amilum secara bertahap:
1. Uji Fehling
a. Monosakarida
Pada praktikum dilakukan uji fehling pada monosakarida yang menghasilkan
endapan merah bata yang menunjukan hasil yang positif. Hal ini dikarenakan
monosakarida mengandung gugus aldehid dan keton, monosakarida pun merupakan
reduktor kuat yang akan bereaksi positif dengan pereaksi organic fehling yang
merupakan oksidator lemah.
b. Disakarida
Uji fehling yang dilakukan pada sukrosa. Sukrosa merupakan dimer dari dua
molekul monosakarida yang berbeda yaitu D glukosa(bentuk piran), dan D
fruktosa(bentuk furan) melaui ikatan glikosida. Uji fehling pada Sukrosa sebelum
dihidolisis menghasilkan larutan berwarna hijau daun, yang menunjukan hasil yang
negatif, hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling yang
tidak memiliki lagi gugus aldehid bebas. Sedangkan hasil yang positif didapat setelah
hidrolisis karena sukrosa menjadi monosakaridanya merupakan gula pereduksi dan
bereaksi dengan fehling.
c. Polisakarida
Pada reaksi uji fehling dengan amilum sebelum hidrolisis menghasilkan larutan
yang tetap berwarna biru tua, hal ini disebabkan karena amilum merupakan
polisakarida yang tidak dapat bereaksi dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi
juga tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi
antara amilum dan larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap
berwarna biru setelah dipanaskan. Setelah proses hidrolisis amilum menjadi maltose
yang merupakan disakarida hasil uji fehling ini negatif karena disakarida pun bukan
merupakan gula pereduksi dan tidak memiliki gugus aldehid bebas maka dari itu
hasil uji fehling dari hidrolisis polisakarida sama dengan hasil disakarida yaitu larutan
menjadi berwarna hijau daun.
d. Uji Moore
Uji moore bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali pada karbohidrat.
Pereaksi moore menggunakan larutan basa yaitu NaOH yang berfungsi sebagai
sumber ion OH- yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol
aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan.
Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan
menggantikannya dengan gugus OH-. Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Dari
hasil praktikum didapatkan hasil yang positif pada semua reaksi kecuali pada
sukrosa. Seharusnya semua menghasilkan hasl yang positif karena tiap molekul
karbohidrat pastilah memiliki gugus alkali, hasil negatif pada sukrosa kemungkinan
karena pemanasan yang belum sempurna.
e. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk menunjukan adanya gugus karbonil pada
karbohidrat, uji ini dilakukan pada karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas). Pada uji benedict ini didasarkan pada reduksi Cu 2+ yang
berwarna biru menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana
alkalis memebentuk Cu2O yang berwarna merah bata, yang dijadikan indikasi reaksi
positif pada uji ini.
Pada uji ini karbohidrat yang diuji yaitu glukosa, sukrosa, amylum, hasil
hidrolisis amylum dan hasil hidrolisis sukrosa. Uji ini seharusnya memberikan hasil
positif terhadap glukosa, hasil hidrolisis sukrosa dan hasil hidrolisis amylum. Hal ini
dikarenakan pada glukosa terdapat gugus aldehid sehingga glukosa merupakan
senyawa monosakarida jenis aldosa dan merupakan gula pereduksi yang akan
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+.
Sedangkan pada hidrolisis sukrosa seharusnya didapatkan campuran D-
glukosa dan D-fruktosa yang keduanya merupakan gula pereduksi hanya saja pada
fruktosa merupakan monosakarida jenis ketosa, sehingga hasil hidrolisis ini akan
memberikan hasil positif pada uji benedict ini, begitu pula pada hasil hidrolisis
amylum, jika amylum terhidrolisis total maka akan menghasilkan D-glukosa,
sehingga akan memberikan hasil positif pada uji ini. Namun pada percobaan ini tidak
terbentuk endapan yang berwarna merah bata hal ini mungkin dikarenakan proses
hidrolisis amylum yang tidak sempurna, sehingga belum dihasilkan D-glukosa.
Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, namun pada
percobaan endapan yang terbentuk berwarna orange kekuningan bukan merah
bata, hal ini dimungkinkan karena endapan yang terbentuk sangatlah sedikit
sehingga sulit dalam pengamatan, selain itu larutannya yang berwarna biru juga
mempengaruhi dalam pengamatan warna endapan yang terbentuk.
f. Uji molisch
Pada pengujian karbohidrat dengan menggunakan uji molish, pertama-tama
karbohidrat yang akan diuji yaitu glukosa (monosakarida), sukrosa (oligosakarida)
dan amylum (polysakarida) masing-masing ditambahkan pereaksi molisch, yaitu α-
naftol dalam alkohol, sehingga terbentuk endapan berwarna putih yang semakin
banyak pada oligosakarida (amylum). α-naftol merupakan indikator warna pada uji
ini. kemudian larutan tersebut ditambahkan asam sulfat pekat yang akan
mendehidrasi senyawa karbohidrat menjadi senyawa hidroksi metil furfural (pada
Dehidrasi heksosa) atau menjadi senyawa fulfural (pada dehidrasi pentosa). Yang
kemudian senyawa fulfural tersebut akan berkondensasi dengan α-naftol dalam
pereaksi molish yang akan menghasilkan cincin merah ungu yang kemudian
dijadikan indikasi bahwa reaksi positif pada uji ini, sedangkan warna hijau
menunjukan reaksi negatif.
Selain dilakukan terhadap glukosa, sukrosa dan amylum, uji ini juga dilakukan
terhadap hasil hidrolisis sukrosa dan hasil hidrolisis amylum.
Uji ini bertujuan untuk adanya gugus karbohidrat sehingga menurut teoti uji ini akan
memberikan hasil positif untuk semua jenis karbohidrat baik Mono-, di-, dan
polisakarida. Namun pada percobaan semua karbohidrat menunjukan hasil negatif
terhadap uji molisch ini, pada percobaan tidak terbentuk cincin yang berwarna ungu,
yang terbentuk adalah endapan dengan larutan yang berwarna coklat keruh.
Kemungkinan hal ini terjadi karena perbandingan molish dan asam pekat yang
dimasukkan dalam tabung kurang tepat sehingga mengakibatkan reaksi tidak
berlangsung dan tidak terjadi gejal-gejala positif.
g. Uji barfoed
Uji barfoed ini bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida dan
disakarida. Pereaksi barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh
monosakarida. Ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan direduksi
lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan
endapan Cu2O berwarna merah bata. Disakarida (sukrosa dan laktosa) sebenarnya
dapat bereaksi. Dimana disakarida tersebut akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi
positif tetapi hal tersebut hanya dapat terjadi dengan pemanasan yang lebih lama.
Jika disakarida tersebut lebih lama pemanasannya, maka kedua larutan disakarida
tersebut juga akan dapat bereaksi. Dengan kata lain, untuk membedakan
monosakarida, disakarida, polisakarida tergantung berapa lama pemanasan. Setelah
dilakukan pemanasan semua bahan tidak bereaksi secara bersamaan. Artinya hal ini
disebabkan karena monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida
dan polisakrida. Hal ini yang kemudian menunjukkan bahwa pereaksi barfoed
digunakan untuk membedakan antara monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Dimana yang cepat mereduksi atau bereaksi adalah monosakarida. Sementara yang
membutuhkan waktu lama dalam pemanasannya sampai bisa bereaksi adalah
disakarida. Pada percobaan ini dengan menggunakan 5 ml reagen barfoed yang
ditambahkan masing-masing 1 ml larutan karbohidrat (glukosa, sukrosa, amilum,
hidrolisis sukrosa dan hidrolisis amilum). Dimana setelah dipanaskan selama 2-5
menit diantara semua larutan karbohidrat tersebut tidak ada yang bereaksi dan
semua menghasilkan hasil yang negatif.
a. Glukosa
Pada uji barfoed pada glukosa ini secara teori, glukosa yang merupakan gula
pereduksi memiliki gugus aldehid, dimana gugus aldehid ini akan mereduksi ion Cu
menjadi Cu2O yang berupa endapan merah bata. Karena glukosa ini merupakan
monosakarida dan strukturnya yang sederhana sehingga bila diuji dengan pereaksi
barfoed langsung akan bereaksi membentuk endapan Cu2O. Pada uji barfoed ini
dilakukan pemanasan pada penangas dengan tujuan untuk mempercepat dan
menyempurnakan reaksi, sehingga reaksi berjalan cepat dan sempurna. Akan tetapi
berdasarkan percobaan, larutan tidak menunjukan hasil yang positif, sedangkan
seharusnya secara teori uji barfoed pada glukosa seharusnya menunjukan reaksi
positif.
Pada uji amoniakal pada sukrosa setelah hidrolisis, secara teori hidrolisis
sukrosa menghasilkan monosakarida glukosa dan fruktosa. Glukosa yang merupakan
hasil hidrolsis sukrosa kemudian diuji dengan pereaksi barfoed. Seharusnya glukosa
yang merupakan hasil hidrolisis sukrosa karena memiliki gugus aldehid. Gugus
aldehid ini dapat mereduksi Ag+ menjadi Ag bebas sehingga akan terbentuk cincin
perak. Sehingga seharusnya uji amoniakal pada hasil hidrolisis menunjukan hasil
positif karena terdapat glukosa / monosakrida yang mengandung aldehid. Akan
tetapi berdasarkan percobaan larutan menunjukan hasil negatif terbentuk cincin
perak.
c. Amilum sebelum dan setelah hidrolisis
Pada uji amoniakal pada amilum sebelum hidrolisis secara teori, pada amilum
sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil uji amoniakal tidak tampak
oleh penglihatan. Sementara amilum termasuk dalam polisakarida dimana pada
amilum tersebut tidak terbentuk cincin perak karena tidak adanya sifat mereduksi
pada amilum. Hal ini menyebabkan amilum tak dapat mereduksi ion Ag+ menjadi Ag
bebeas yang dapat dilihat terbentuknya cincin perak. Berdasarkan percobaan uji
amoniakal pada amilum menunjukan hasil negatif, hal ini sesuai teori bahwa amilum
memang tidak dapat mereduksi Ag+ sehingga tidak akan terbentuk cincin perak.
Pada uji amoniakal pada amilum setelah hidrolisis, secara teori hidrolisis
sempurna pada amilum menghasilkan glukosa. Glukosa yang merupakan hasil
hidrolsis amilum kemudian diuji dengan uji amoniakal. Seharusnya glukosa yang
merupakan hasil hidrolisis amilum karena memiliki gugus aldehid. Gugus aldehid ini
dapat mereduksi Ag+ menjadi Ag bebas yaitu terbentuknya cincin perak. Sehingga
seharusnya uji amoniakal pada hasil hidrolisis menunjukan hasil positif karena
terdapat glukosa / monosakrida. Akan tetapi berdasarkan percobaan larutan
menunjukan hasil negative tidak terbentuk cincin perak. Hal ini dikarenakan adanya
kemungkinan pati tidak terhidrolisis sempurna sehingga hidrolisis pati hanya
menghasilkan disakarida dan tidak menjadi monosakarida sehingga tidak memiliki
gugus aldehid dan tidak membentuk cincin perak.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan reaksi uji karbohidrat maka didapat kesimpulan
Uji Monosakarid Disakarida Polisakarida Hasil hidrolisis Hasil
a sakarosa hidrolisis
amilum
Uji Fehling (+) (-) (-) (+) (-)
Uji Moore (+) (-) (+) (+) (+)
Uji Molisch (-) (-) (-) (-) (-)
Uji Benedict (+) (+) (-) (+) (-)
Uji Barfoed (-) (-) (-) (-) (-)
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden Ralp.J dan Joan.S Fessenden. 1986. Organic Chemistry, Third Edition.
Penerjemah : Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Ph.D. Kimia Organik, Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga
http://anggieanalis03.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-hidrolisis-
sukrosa.htmlhttp://monruw.wordpress.com/2010/03/12/uji-moore/http://
www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hidrolisis
%20sukrosa&source=web&cd=4&ved=0CGAQFjAD&url=http%3A%2F
%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F26573843%2F1083916692%2Fname
%2FKarbohidra&ei=aNDZT4PAB9HRrQeZ8sDzBw&usg=AFQjCNEkLGMAR3mVXrqH45
hLn0mQGveirw&cad=rja