Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENGUJIAN KELARUTAN PROTEIN DAN PENGUJIAN BIURET

Disusun Oleh: Kelompok I

Yulia Amanda Putri 20220302047

Rizky Oktari 20220302033

Aisyah Nur Aini 20220302197

Hanna Novia Katika 20220302207

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL CITRA RAYA


Kata Pengantar

Alhamdulilah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum ini sebagai tugas mata kuliah “Kimia
Dasar”.sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
menunjukkan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang serba canggih ini sehingga kita
bisa merasakan nikmatnya mencari ilmu.

Dalam laporan praktikum ini yang berjudul ‘Pengujian Kualitatif protein’ laporan ini juga
bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu, memperlihatkan
ikatan peptida yang bereaksi positif dengan uji biuret.

Kami menyadari jika dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan baik
dalam segi penulisan maupun penyampaian materi, kami berharap laporan ini akan memberi
manfaat bagi pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati perkenankan kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing Harna , S.Gz, M.Si yang telah memberikan motivasi dan
bimbingan dengan penuh kesabaran.

Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan mengingat kurang sempurnanya
makalah yang kami susun,kurang lebihnya kami sampaikan terima kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Kajian Teori

Protein adalah senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga
jutaan satuan (g/mol), komponen protein terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Protein yang tersusun dari
hanya asam amino disebut protein sederhana. Protein disebut juga polipeptida karena
beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptida. Adapun protein yang
mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat,
disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri
dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam aminonya.

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu, memperlihatkan ikatan
peptida yang bereaksi positif dengan uji biuret, mengidentifikasi adanya unsur- unsur
penyusun protein, mendeteksi adanya protein yang mengandung asam amino dengan inti
benzen, memperlihatkan bahwa protein dapat dipisahkan dengan mengendapkanya dengan
penambahan etanol absolut.

C. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Alat pemanas
4. Cawan porselin
5. Gelas objek
6. Sampel albumin
7. HCL 10%
8. Aquadest
9. NAOH 40%
10. Etanol 96%
11. Kloroform
12. Saliva
13. Pati
14. NAOH 10%
15. CuSo4
BAB II
METODE PERCOBAAN

CARA KERJA

UJI KELARUTAN PROTEIN

Disiapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan Aquadest, HCL 10%, NaOH 40%,
alkohol 96%, dan klorofon sebanyak 1ml, kemudian ditambahkan 2 ml larutan albumin pada
setiap tabung. Dihomogenkan, kemudian amati sifat kelarutannya.

Warna perubahan yang terjadi

Sebelum dihomogenkan

Sesudah dihomogekan dan terjadinya perubahan warna


CARA KERJA

Uji Biuret

Disediakan 4 tabung reaksi yang masing-masing tabung diisi dengan larutan albumin, saliva,
larutan pati, dan aquadest sebanyak 2 ml. Ditambahkan 2ml NaOH 10% dan 1 tetes CuSO4
pada setiap tabung. Bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 ditambahkan lagi
sebanyak 10 tetes.

Warna perubahan yang terjadi :

Warna suda berubah menjadi warna lembayung dan tidak ditambahkan CuSO4
lagi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Uji Kelarutan Protein

No Sampel Putih Telur


1. Aquadest Larut, encer
2. HCL 10% Larut, encer
3. NAOH 40% Tidak larut, endapan diatas
4. Etanol 96% Larut, encer
5. Klorofom Larut, encer

Uji Biuret
No Sampel NaOH 10% CuSO4 (Identifikasi Koalugasi
warna)

1. Putih telur Lembayung (ungu) ++


2. Saliva Biru tua -
3. Aquadest (ungu muda) +
4. Pati (ungu muda) +

B. Pembahasan

Uji kelarutan protein

Pada uji kelarutan ini, bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein
terhadap pelarut tertentu. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan
basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun,
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti kloroform. Bahan uji
yang digunakan yaitu albumin . Ketika bahan uji direaksikan dengan aquadest,
HCL 10%, NaOH 40%, dan etanol 96% terbentuk 1 fase yang menandakan
albumin terlarut. Berbeda saat kedua bahan uji direaksikan dengan kloroform,
baik albumin tidak larut dalam kloroform, hal ini disebabkan kloroform
merupakan pelarut lemak.
Pada uji kelarutan ini,
bertujuan untuk mengetahui
daya kelarutan protein
terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam,
dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak
seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang
digunakan yaitu albumin dan
gelatin. Ketika bahan uji
direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH
40%, dan alkohol 96%
terbentuk 1 fase yang
menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji
direaksikan dengan kloroform,
baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam
kloroform, hal ini disebabkan
kloroform merupakan pelarut
lemak.
Pada uji kelarutan ini,
bertujuan untuk mengetahui
daya kelarutan protein
terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam,
dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak
seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang
digunakan yaitu albumin dan
gelatin. Ketika bahan uji
direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH
40%, dan alkohol 96%
terbentuk 1 fase yang
menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji
direaksikan dengan kloroform,
baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam
kloroform, hal ini disebabkan
kloroform merupakan pelarut
lemak.
Pada uji kelarutan ini,
bertujuan untuk mengetahui
daya kelarutan protein
terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam,
dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak
seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang
digunakan yaitu albumin dan
gelatin. Ketika bahan uji
direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH
40%, dan alkohol 96%
terbentuk 1 fase yang
menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji
direaksikan dengan kloroform,
baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam
kloroform, hal ini disebabkan
kloroform merupakan pelarut
lemak. Pada uji kelarutan ini, bertujuan untuk mengetahui daya
kelarutan protein terhadap pelarut tertentu. Daya larut protein berbeda di dalam
air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar
larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Bahan uji yang digunakan yaitu albumin dan gelatin. Ketika
bahan uji direaksikan dengan air suling, HCL 10%, NaOH 40%, dan alkohol
96% terbentuk 1 fase yang menandakan albumin dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji direaksikan dengan kloroform, baik albumin dan gelarin
tidak larut dalam kloroform, hal ini disebabkan kloroform merupakan pelarut
lemak.

Pada uji kelarutan ini,


bertujuan untuk mengetahui
daya kelarutan protein
terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam,
dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak
seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang
digunakan yaitu albumin dan
gelatin. Ketika bahan uji
direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH
40%, dan alkohol 96%
terbentuk 1 fase yang
menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji
direaksikan dengan kloroform,
baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam
kloroform, hal ini disebabkan
kloroform merupakan pelarut
lemak.
Pada uji kelarutan ini,
bertujuan untuk mengetahui
daya kelarutan protein
terhadap pelarut
tertentu. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam,
dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak
seperti eter
dan kloroform.
Bahan uji yang
digunakan yaitu albumin dan
gelatin. Ketika bahan uji
direaksikan dengan
air suling, HCL 10%, NaOH
40%, dan alkohol 96%
terbentuk 1 fase yang
menandakan albumin
dan gelatin terlarut. Berbeda
saat kedua bahan uji
direaksikan dengan kloroform,
baik albumin
dan gelarin tidak larut dalam
kloroform, hal ini disebabkan
kloroform merupakan pelarut
lemak.
Uji Biuret

Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu
bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu
2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak
atau makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin kuat
intensitasnya. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-
CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu
karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu
2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan
peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna
biru, tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna
merah. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi
biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan
NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Beberapa protein yang mempunyai
gugus – CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna
positif dengan biuret. Hasil uji biuret yang telah dilakukan yaitu gelatin, albumin, pepton,
dan casein memberikan reaksi yang positif berdasarkan urutan protein yang
paling banyak mengandung ikatan peptida, saat melakukan pengujian warna ungu protein
gelatin dan albumin hampir tidak dapat dapat dibedakan intensitasnya, kemudian
karena massa molekul gelatin itu lebih tinggi maka dibandingkan dengan albumin, ikatan
peptida gelatin lebih banyak (Bintang, 2010).

BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daya kelarutan


protein berbeda - beda di dalam pelarut tertentu seperti air, asam, dan basa serta semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak karena adanya gugus amino dan karboksil bebas pada
ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan

Dari hasil percobaan uji biuret didapat hasil bahwa semua protein yang diuji mengandung ikatan
peptida karena terjadi perubahan warna dari warna bening menjadi warna ungu, sementara
banyaknya kandungan ikatan peptida pada masing-masing protein dapat dilihat dari kepekatan warnanya,
protein yang memiliki ikatan peptida dari yang paling banyak ke yang paling sedikit adalah gelatin,
albumin, pepton, dan casein.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Sandjaja. dkk. 2010. Kamus Gizi.
Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar. Makassar : UPT MKU.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT MKU.

Anda mungkin juga menyukai