Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
“MAKANAN & SALURAN
PENCERNAAN”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4C

Mawar Elista Tlonaen ( 4520111052 )


Fahrani Nanda Irwan ( 4520111062 )
Monica ( 4520111063 )
Nur Amilenia ( 4520111069 )

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2020/2021
A. TUJUAN
1. Menentukan pH susu dengan berbagai indikator.
2. Menentukan kadar ekstraksi lemak dengan eter.
3. Menentukan pH saliva dan bahan-bahan yang terdapat
dalam saliva.
4. Menentukan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
5. Menentukan adanya mucin (glikoprotein), sulfat, fosfat,
klorida, kalsium, nitrit, thiocianat, dam zat ptyalin dalam air
liur.

B. MACAM MACAM PERCOBAAN :

1. PH Susu
Tujuan : Menentukan PH susu.
Dasar : Pada kisaran pH tertentu, suatu indikator
akan memberikan perubahan warna dengan
kadar H+ dalam larutan yang diperiksa.

Pereaksi dan Alat :

1. Tabung Reaksi.
2. Susu sapi.
3. Larutan Methyl red.
4. Larutan Phenol red.
5. Larutan Phenolphtalein.
6. pH meter / kertas pH.
7. Pipet 2 ml.
8. Pipet tetes.

Pelaksanaan :

1. Ambil 3 tabung reaksi, isi masing-masing 2 ml susu sapi


dan ujilah dengan larutan indikator yang berlainan.
 Metil merah (Methyl red) 2 % ( merah -
kuning, pH : 4,2 - 6,2 ).
 Fenol merah (Phenol red) 1 % ( kuning -
merah, pH : 6,8 - 8,4 ).
 Fenolftalein (Phenolphtalein) 1% (tak
berwarna merah, pH 8,3 -10).
2. Perhatikan dan kira – kira berapa pH susu yang di uji.

Hasil Percobaan:
Nama Bahan Warna Arom Endapa PH
a n
Susu Sapi Putih Khas Tidak 7
Susu ada
Larutan 6,2
Methyl red. Kuning/Cokla
t
Larutan Orage pucat 6,4
Phenol red
Larutan Putih 13,
Phenolphtalein 0
.

Skema Percobaan:
Pembahasan :
Melihat Butiran Lemak
 Praktikum melihat butiran lemak bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya lemak pada susu. Hasil yang
diperoleh dari pengamatan menunjukkan adanya kandungan
lemak dalam susu yang ditandai dengan adanya tumpukan
lemak yang berwarna gelap. Menurut Saleh (2004), besar
kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada
didalamnya. Makin banyak air maka makin besar globuler dan
keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler
pecah maka air susu disebut pecah. Air susu yang pecah tidak
dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan
sebagai bahan makanan. Globuler air susu mudah menyerap
bau dari sekitarnya, oleh karena itu jangan simpan air susu
pada tempat yang berbau.

2. Uji Lemak
Tujuan : Mengekstraksi lemak dengan eter atau CCL4.
Dasar : Lemak di dalam susu merupakan butir-butir
kecil yang menyebabkan susu kelihatan putih
karena tidak dapat ditembus sinar (merupakan
emulsi minyak dalam air). Butir-butir kecil
tersebut mempunyai selaput protein. Oleh
karena adanya selaput ini, maka jika susu
dikocok dengan eter atau CCL4 lemak tersebut
tidak dapat larut dalam eter atau CCL4
tersebut. Penambahan sedikit alkali akan
merusak selaput ini, sehingga lemak dalam
susu tersebut dapat diekstraksi dengan eter
atau CCL4.

Pereaksi dan Alat :

1. Tabung Reaksi.
2. Susu.
3. Larutan NaOH 10%.
4. Larutan chloroform.
5. Pipet 2 ml.
6. Pipet tetes.

Pelaksanaan :
1. Ambil 2 tabung reaksi, isi masing-masing 2 ml susu
sapi.
2. Tabung 1 tambahkan 2 tetes NaOH 10% dan 2 ml
chlorofom.
3. Tabung 2 hanya menambahkan 2 ml chloroform.
4. Lalu kedua tabung dikocok dan perhatikan reaksi
yang terjadi.

Skema Percobaan :
Hasil Percobaan :
Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzene dan hidrokarbon lainnya. Lemak
sederhana merupakan eter dari asam lemak. Hidrolisis dari suatu lemak
akan dihasilkan suatu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak.
Lemak dan minyak keduanya adalah lemak sederhana, perbedaannya
terletak pada banyaknya ikatan rangkap (ketidakjenuhan). Lemak air
dalam tempratur kamar disebut minyak (oil), sedangkan yang berbentuk
padat disebut lemak (fat) (Andriyanto, 2013).

Uji kelarutan lemak terhadap tiga pelarut yang digunakan yaitu


kloroform, aquades, dan etanol. Setelah masing-masing pelarut tersebut
ditambahkan 2 ml minyak terjadi penyatuan atau terlarut hanya pada
kloroform, sedangkan pada aquades dan etanol tidak terjadi. Penyatuan
yang terjadi dikarenakan kloroform merupakan larutan non-polar
sehingga adanya momen dipole pada zat terlarut maupun pelarutnya
sehingga mampu berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ketidaklarutan yang terjadi pada aquades dan etanol disebabkan karena
kedua larutan tersebut merupakan larutan polar sedangkan minyak tidak
larut dalam larutan polar sehingga sukar terjadinya penyatuan antara
kedua larutan tersebut dengan minyak. Pada aquades, minyak berada
pada bagian atas larutan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada
massa jenis air. Sedangkan pada etanol, minyak berada pada bagian
bawah karena massa jenis etanol lebih kecil daripada massa jenis minyak

  Uji penyabunan lemak digunakan 5 jenis larutan yaitu CaCl 2 0,5


%pada gelas piala 1 dan 5,  MgCl2 0,5 % pada gelas piala 2 dan 6,
FeCl2 0,5 % pada gelas piala 3 dan 7, aquades pada gelas piala 4 dan 8,
minyak pada gelas piala 5 dan 10. Gelas piala 1-5 diberi sabun sedangkan
gelas piala 6-10 diberi deterjen. Larutan CaCl 2 yang diberikan sabun
menghasilkan sangat banyak sabun sedangkan yang diberikan deterjen
menghasilkan banayak sabun. Larutan MgCl 2 pada kedua gelas piala yang
masing-masing diisi sabun dan deterjen menghasilkan banyak busa.
Larutan FeCl3 menghasilkan sedikit busa pada kedua gelas pila. Larutan
aquades pada kedua gelas piala menghasilkan sangat banyak busa
dikarenakan air merupakan senyawa polar dan sabun alkalinya bersifat
non-polar sehingga ada gaya tarik menarik yang mengakibatkan
gumpalan-gumpalan berbentuk koloid  yaitu busa, aquades merupakan
jenis air yang tidak atau bukan sadah sehingga menghasilkan sedikit
busa. Larutan minyak yang diberikan sabun menghasilkan banyak busa
dan pada deterjen menghasilkan sedikit busa. Dari hasil yang didapat
diketahui bahwa hamper pada semua larutan, yang diberikan sabun
menhasilkan busa yang lebih banyak dibandingkan larutan yang diberikan
deterjen. Ini disebabkan karena adanya kesadahan air pada larutan
tersebut. Air sadah merupakan air yang mengandung logam-logam
seperti Cu2+,  Mg2+, Fe2+ dan lain sebagainya. Kesadahan air dapat
menurunkan efesiensi dari sabun dan deterjen. Ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan jumlah busa yang dihasilkan antara sabun dan
deterjen ini dikarenakan sabun dan deterjen memilki sufaktor yaitu
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Jadi sabun
memilki efisiensi yang lebih besar disbanding dengan efisiensi deterjen
karena sabun menghasilkan lebih banyak busa dibandingkan dengan
deterjen pada air sadah. Semakin banyak busa yang dihasilkan setiap
larutan menandakan tingkat penyabunan yang terjadi semakin tinggi

   Uji ketidakjenuhan lemak, percobaan ini  bertujuan untuk


menunjukkan adanya ikatan tidak jenuh. Pada percobaan ini digunakan 3
jenis sampel yaitu aquades, minyak baru dan minyak bekas setiap larutan
kemudian ditambahkan asam asetat kloroform dan larutan iodium dan
digoyangkan agar tercampur. Pada larutan aquades setelah ditetesi
larutan iodium menghasilkan warna merah muda, warna ini merupakan
warna netral karena aquades hanya sebagai control. Pada larutan minyak
baru menghasilkan warna merah muda bening, warna iodium pada
larutan apling pudar daripada yang lain disebabkan karena minyak baru
mempunyai ikatan rangkap paling banyak daripada yang lain. Iodium
tersebut mereduksi  ikatan rangkap pada minyak baru menjadi ikatan
tunggal, karena banyaknya ikatan rangkap yang diputus, maka warna
iodium semakin pudar. Pada larutan minyak bekas menhasilkan warna
merah muda keras karena tidak terjadi pemutusan rantai rangkap oleh
iodium. Iodium tidak mampu lagi memutuskan rantai rangkap pada
minyak bekas, karena minyak bekas sudah mengalami proses pemanasan
yang terus menerus sehingga terhidrolisis dan rantai rangkapnya menjadi
ikatan rantai rangkap tidak jenuh. Ketidakjenuhan pada lemak
ditunjukkan dengan kepudaran warna iodium. Semakin pudar warna
iodium, maka sampel semakin tidak jenuh yaitu pada minyak baru.

Nama Warna Aroma Endapan PH


Bahan
Sus sapi Putih Khas Tidak 7
Susu Ada
NaOH 10 % 5

Chiorofom Tak menyengat Tidak ada 7


berwarna endapan
Pembahasan :
1. Safoniftikasi

3. Saliva
Tujuan : Menentukan pH air liur sewaktu.
Dasar : Pada kisaran pH tertentu suatu indikator
akan memberikan perubahan warna
sesuai dengn kadar H+ dalam larutan
yang diperiksa.
Pereaksi dan Alat :
1. Saliva 20 ml
2. Indikator Phenolphtalein.
3. Indikator Merah congo.
4. Kertas pH.
5. Tabung reaksi

Pelaksanaan :

1. Sediakan 3 tabung reaksi yang masing-masing diisi 1 ml saliva.

2. Tambahkan pada tabung pertama 1 tetes larutan Phenolphetalein.

3. Tabung kedua 1 tetes larutan merah congo.

4. Amati dan tentukan pH nya.


Phenolphtalein 8.3 - 10.00 tak berwarna – merah.
Merah congo 3.0 - 5.2 biru - ungu – merah.
*pH dari saliva berkisar antara 5.2 dan 8.0.

SKEMA PERCOBAAN :
Hasil percobaan :

Nama Warna Aroma Endapan PH


Bahan
Saliva Tidak ada perception Tidak Ada 7
warna
phenolphetalei Putih, tak Ada 13,0
n berwarna
merah
Merah congo Merah Tidak ada Biru =
pada ph 3
dan 4
Ungu =
pada ph 5
dan
Merah =
pada ph
6,7 dan 8

PEMBAHASAN :

Kelenjar saliva yang utama


adalah kelenjar parotis,
submandibularis
dan
sublingualis
. Selain itu juga ada
beberapa hal kelenjar
bukalis
yang
sangat kecil. Sekresi saliva
normal harian berkisar 800
sampai 1500 ml.
Saliva mengandung dua
tipe sekresi protein yang
utama, yaitu sekresi
serosa yang mengandung
ptyalin
(suatu α amilase) yang
merupakan
enzim untuk mencernakan
karbohidrat dan sekresi
mucus yang
mengandung
musin
untuk tujuan pelumasan
dan perlindungan
permukaan
Kelenjar saliva yang utama
adalah kelenjar parotis,
submandibularis
dan
sublingualis
. Selain itu juga ada
beberapa hal kelenjar
bukalis
yang
sangat kecil. Sekresi saliva
normal harian berkisar 800
sampai 1500 ml.
Saliva mengandung dua
tipe sekresi protein yang
utama, yaitu sekresi
serosa yang mengandung
ptyalin
(suatu α amilase) yang
merupakan
enzim untuk mencernakan
karbohidrat dan sekresi
mucus yang
mengandung
musin
untuk tujuan pelumasan
dan perlindungan
permukaan
Uji Biuret bertujuan untuk melihat ada tidaknya protein dalam saliva yang
diuji, uji Biuret memiliki hasil reaksi positif apabila larutan berwarna ungu ketika
ditambahkan larutan biuret. Hasil uji biuret yang kami lakukan dalam praktikum
menunjukkan hasil positif yang berarti sampel saliva yang diuji mengandung
protein. Hal tersebut terbukti dari warna ungu yang terbentuk pada larutan.
Pada Uji Molisch yang dilakukan pada tabung dengan label B dalam percobaan
kami menggunakan larutan molisch serta larutan H2SO4 pekat. Uji ini dapat
dibuktikan berdasarkan pembentukan furfural atau turunan-turunan dari
karbohidrat yang didehidrasi oleh asam pekat. Asam pekat yang digunakan
dalam percobaan kami adalah asam sulfat pekat (H2SO4). Reaksi pembentukan
furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa. Furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna apabila
direaksikan dengan α-naftol/molisch. Berdasarkan teori, furfural apabila
ditambahkan asam sulfat pekat akan membentuk dua lapisan zat cair. Pada batas
antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan α-naftol/molisch. Percobaan yang kami
lakukan sudah sesuai dengan teori, karena pada tabung B terbentuk furfural
ketika saliva ditetesi molisch. Setelah itu, terbentuk pula 2 lapisan zat cair yang
dipisahkan oleh cincin ungu di tengahnya setelah larutan ditambahkan dengan
asam sulfat pekat. Hasil percobaan kami tersebut menunjukkan bahwa dalam
sampel saliva terdapat karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada tabung. Tabung yang diberi label C, yaitu saliva yang
ditambahkan asam asetat merupakan percobaan yang bertujuan untuk
membuktikan bahwa di dalam saliva terdapat zat yang bernama musin. Musin
dalam saliva berguna sebagai 12 bahan dari mucus, yang berfungsi untuk
melumasi makanan saat dicerna dalam mulut. Penambahan asam asetat encer
dalam percobaan ini akan membentuk endapan putih yang bentuknya amorf
atau tidak terlalu jelas. Endapan putih itulah yang menunjukkan keberadaan dari
musin dalam saliva. Asam asetat dalam hal ini berfungsi untuk mengendapkan
musin. Penambahan asam akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga
strukturnya menjadi tidak larut dan mengendap

Kelenjar saliva yang utama


adalah kelenjar parotis,
submandibularis
dan
sublingualis
. Selain itu juga ada
beberapa hal kelenjar
bukalis
yang
sangat kecil. Sekresi saliva
normal harian berkisar 800
sampai 1500 ml.
Saliva mengandung dua
tipe sekresi protein yang
utama, yaitu sekresi
serosa yang mengandung
ptyalin
(suatu α amilase) yang
merupakan
enzim untuk mencernakan
karbohidrat dan sekresi
mucus yang
mengandung
musin
untuk tujuan pelumasan
dan perlindungan
permukaan
kesimpulan :

4. Protein
Tujuan : Menentukan adanya molekul-molekul peptide
dari protein dengan uji Biuret
Dasar : Uji umum untuk protein. Pereaksi Biuret (ion-
ion Cu2+) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan ikatan-ikatan peptide (polipeptida) yang
menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.

Pereaksi dan Alat :


1. Saliva.
2. Larutan NaOH 10%.
3. Larutan CuSO4 1%.
4. Pipet 1 ml.
5. Pipet tetes.
6. Tabung reaksi

Pelaksanaan :

1. Tambahkan pada 1 ml saliva (dalam tabung) reaksi 5 tetes


NaOH 10%, campur, lalu beri 2 tetes larutan CuSO4 1 % .
2. Akan terlihat perubahan warna menjadi biru-ungu.
3. Reaksi ini ialah reaksi biuret dan menunjukkan adanya
protein.
Skema Percobaan :
Hasil Percobaan :
Nama Warna Aroma Endapan PH
Bahan
Saliva Tidak ada perception Tidak ada 7
warna
NaOH 10% 5
CuSO4 1% Biru Tidak ada 7

Pembahasan :

5. Mucin

Tujuan : Menentukan adanya mucin (glikoprotein)


dalam air liur.

Dasar : Mucin adalah glicoprotein yang tak dapat


larut dalam air dan asam encer, tetapi dapat larut dalam
alkali encer. Ini menunjukkan sifat-sifat bahwa protein
dapat mengalami presipitasi.
Pereaksi dan Alat :

1. Saliva.
2. Larutan HCl 5%.
3. Akuades.
4. Larutan NaOH 10%.
5. Tabung reaksi.
6. Pipet 1 ml.

Pelaksanaan :

1. Tambahkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml saliva


beberapa tetes asam cuka 5%, apa yang terlihat?
2. Pada tabung reaksi yang berisi 1 ml saliva ditambahkan 5 ml
Aqua. Perhatikan mucin yang tak larut. Tambahkan 2 tetes NaOH
10%, mucin akan larut.

Skema Percobaan :

Hasil Percobaan :

Nama Warna Aroma Endapan PH


bahan
saliva Tidak perception Tidak ada 7
berwarna
asam cuka Tidak meyengat tidak ada 7
5% berwarna
Aquav

NaOH 10% 5

Pembahasan :

6. Ptyalin
Tujuan : Menentukan adanya zat ptyalin dalam air liur.

Dasar : Ptyalin merupakan protein yang berada di dalam


air liur. Ptyalin dapat membantu proses pencernaan
makanan dengan memecah pati menjadi potongan-
potongan gula yang larut air. Enzim ptyalin merupakan
nama lain dari amilase yang hanya ditemukan dalam air
liur manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai amilase
saliva.

Pereaksi dan alat :

1. Saliva.
2. Larutan amilum 1%.
3. Larutan lugol (I-KI).
4. Tabung reaksi.
5. Pipet tetes.
6. Pipet tetes skala 1 ml.

Pelaksanaan :

1. Lakukanlah percobaan Fehling terhadap larutan amilum 1%.


Perhatikan reaksi yang terjadi?
2. Pada larutan amilum 1% , teteskan 1-2 tetes larutan lugol (I-
KI). Warna apa yang terlihat?
3. Dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan amilum 1%, dan
masukkan 0,5 ml ludah yang telah disaring. Sesudah
beberapa saat larutan tersebut akan menjadi jernih. Apa yang
terjadi?
4. Pada larutan yang sudah menjadi jernih tadi lakukanlah
percobaan-percobaan seperti tertulis pada ad 1 dan 2. Apa
yang terjadi?

Skema Percobaan :
Hasil Percobaan :

Nama Warna Aroma Endapan PH


bahan
Saliva Tidak perception Tidak ada 7
berwarna
Larutan Tidak
amilum berbau
1%
Larutan
lugo (I-KI)
Pembahasan :

C. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai