Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum II Biokimia Dasar

UJI KELARUTAN PROTEIN

OLEH:

NAMA : PUPUT SABRINA QALBI


STAMBUK : L1A1 20 189
KELAS :D
ASISTEN PEMBIMBING : HAPPY RIZQA AMALIAH

LABORATORIUM UNIT ANALISIS PAKAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki

rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya

berukuran besar dan memiliki warna kerabang putih sampai hijau kebiruan.

Rata-rata bobot telur itik adalah 60-75 gram. Kulit telur itik lebih tebal bila

dibandingkan dengan telur ayam, membran dalam yang lebih tebal, dan pori-

pori pada kulit telur juga lebih banyak pula. karakteristik dari kulit telur adalah

adanya pori-pori pada permukaan kulit. Pori-pori telur itik berbeda dengan

telur ayam, pada telur itik tiap cm2 memiliki ukuran lebih besar dibandingkan

dengan telur ayam.

Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-

asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein

disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat

turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan

nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak 16% dari berat

protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan ada jenis

protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi. Salah satu

karakteristik protein adalah mampu memicu sekresi insulin tanpa meningkatkan

glukosa darah. Hal ini dapat terjadi karena sekresi insulin yang dipicu oleh

adanya protein relatif lebih lemah jika dibandingkan dengan karbohidrat. Selain

1
itu proses pencernaan protein juga dapat memicu pelepasan hormon

(kolesistokinin) yang dapat meningkatkan rasa kenyang. Oleh karena itu protein

merupakan makronutrien yang memiliki efek rasa kenyang yang lebih lama

dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak.

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam

maupun basa. Daya larut protein berbeda didalam air, asam, dan basa. Sebagian

ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein

tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein

dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal

(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi

molekul-molekul protein. Berdasarkan kelarutannya protein digolongkan dalam

beberapa macam yaitu: Albumin, Globulin, Glutelin, Gliadin (Prolamin),

Histon, Protamin. Kelarutan protein merupakan karakteristik utama protein

yang dipilih untuk digunakan dalam produk minuman dan makanan cair.

Protein yang kelarutannya tinggi maka molekul protein dapat menyebar dengan

baik. Penyebaran protein yang baik maka dapat menghasilkan suatu produk

pangan yang baik pula.

1.2. Tujuan

1. Melakukan uji kelarutan pada protein.

2. Membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada dalam protein.

1.3. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan uji kelarutan protein.

2. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur yang ada dalam protein.

2
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2021, tepatnya pada pukul

14.00-Selesai WITA. Yang bertempat di LaboratoriumIlmu Nutrisi dan

Teknologi, Fakultas Peternakan, Universitas Haluoleo.

2.2. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum uji kelarutan protein dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel.1 Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1. ATK untuk menulis hasil pengamatan
2. Kamera untuk dokumentasi
3. Tabung reaksi untuk tempat mereaksikan dua larutan
4. Rak tabung untuk menyimpan tabung reaksi
5. Pipet tetes untuk mengambil cairan/memindahkan

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum uji kelarutan protein dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel.2 Bahan dan kegunaan


No Bahan Kegunaan
1. Air suling (aquades) sebagai bahan pelarut albumin yang
akan dihomogenkan
2. NaOH 40% sebagai bahan pelarut albumin yang
akan dihomogenkan
3. Alkohol 96% sebagai bahan pelarut albumin yang
akan dihomogenkan
4. HCl 10% sebagai bahan pelarut albumin yang
akan dihomogenkan

3
5. Kloroform sebagai bahan pelarut albumin yang
akan dihomogenkan
6. Albumin (putih telur) sebagai bahan yang akan dicampurkan
cairan

1.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum uji kelarutan protein ini adalah:

1. Siapkan 5 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan air suling, HCl

10%, NaOH 40%, alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.

2. Tambahkan 2 ml albumin (putih telur) pada setiap tabung.

3. Masing-masing tabung dihomogenkan dengan cara digocok, dan diamati

sifat kelarutannya.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum uji kelarutan protein dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3 Uji kelarutan protein (telur itik)


Putih telur
No Sampel
Warna Kelarutan Endapan
1. Air Suling (Aquades) Bening Larut Ada
2. NaOH 40% Kuning Larut Tidak ada
3. Alkohol 96% Keabu-abuan Larut Sedikit
4. HCL 10% Putih berserat Larut Tidak ada
5. Kloroform Sedikit kuning Tidak larut Tidak ada

Tabel. 4
Larutan Gambar
Air suling (aquades)

NaOH 40%

5
Alkohol 96%

HCl 10%

Kloroform

3.2. Pembahasan

Berdasarkan percobaan uji kelarutan protein pada tabung 1, 2 ml albumin

ditambahkan air suling (aquades) 1 ml menghasilkan warna bening dan terjadi

endapan serta larut dalam air suling. Berdasarkan literatur, Hal tersebut

dikarenakan sifat albumin pada putih telur dapat larut di dalam air (Anditasari,

2014). Pada tabung 2. 2 ml albumin ditambahkan NaOH 40% sebanyak 1 ml

lalu menghasilkan warna kuning dan tidak ada endapan. Menurut literatur,

6
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena

reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam (Purnama, 2019). Pada

tabung 3, 2 ml albumin ditambahkan alkohol 96% sebanyak 1 ml yang

menghasilkan warna keabu-abuan dan ada sedikit endapan. Pada tabung 4, 2 ml

albumin ditambahkan HCl 10% sebanyak 1 ml yang menghasilkan warna putih

berserat dan tidak ada endapan. Berdasarkan literatur, menurut Asfaret al.

(2017) dalam Muttaqin (2018), bahwa penambahan pelarut asam hidroklorida

(HCl) diketahui dapat menghasilkan kadar protein dan albumin yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan ethanol dan NaCl. Pada tabung 5, 2 ml

albumin ditambahkan kloroform sebanyak 1 ml lalu menghasilkan warna agak

kuning dan tidak ada endapan serta albumin yang di homogenkan tidak larut

dalam kloroform. Berdasarkan literatur, menurut Bintang (2010) dalam

Nugroho (2017), bahwa pelarut tersebut berfungsi menggumpalkan protein.

7
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, protein bersifat

amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut

protein berbeda didalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut

dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut

lemak seperti kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol

absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Berdasarkan

kelarutannya protein digolongkan dalam beberapa macam yaitu: Albumin,

Globulin, Glutelin, Gliadin (Prolamin), Histon, Protamin.

Larutan protein albumin dapat larut pada air suling (aquades), NaOH

40%, Alkohol 96%, dan HCl 10%. Namun tidak dapat terlarut dalam kloroform

dikarenakan kloroform berfungsi menggumpalkan protein.

4.2. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini adalah diharapkan kepada setiap

praktikan agar menyiapkan semua hal-hal yang diperlukan dalam praktikum

agar praktikum dapat berjalan dengan baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anditasari D., Sri K., & Arie F. 2014. Potensi Daun Suji (Pleomele Angustifolia)
Sebagai Serbuk Pewarna Alami (Kajian Konsentrasi Dekstrin Dan Putih Telur
Terhadap Karakteristik Serbuk). Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat.
1195-1202.

Muttaqin M. Z. 2018. Optimasi Ekstrasi Ikan Gabus (Channa striata) Menggunakan


Asam Klorida (HCl 0,1 M) Untuk Produksi Protein dan Albumin Sebagai
Antioksidan. Tesis. Fakultas Ilmu Alam, Departemen Biologi, Institut Sepuluh
Nopember Surabaya.

Nugroho K., dkk. 2017. Metode Ekstraksi DNA Cabai (capsicum annuum L.)
Menggunakan Modifikasi Buffer CTAB (Cethyl Trimethyl Ammonium
Bromide) Tanpa Nitrogen Cair. Jurnal Scripta Biologica. Vol. 4, no. 2, hh. 91-
94.

Purnama S.C., Agustina R., & Indah A. Perbandingan Kadar Protein Susu Cair Uht
Full Cream Pada Penyimpanan Suhu Kamar Dan Suhu Lemari Pendingin
Dengan Variasi Lama Penyimpanan Dengan Metode Kjeldhal. 2019. Jurnal
Analis Farmasi. Vol. 4, no. 1, hh. 50-58.

9
Lampiran

10
11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai