Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan Protein

1. Uji Susunan Elementer Protein

Pada uji susunan elementer ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur penyusun
protein. Pada uji ini, ada tiga macam pengujian untuk mengetahui penyusun protein, yaittu uji
adanya unsur C, H, O, uji adanya atom N dan uji adanya atom S. Adapun bahan uji yaitu alpukat,
telur dan amylum tricisi. Pada uji adanya unsur C, H, dan O dengan bahan uji terjadi reaksi
pengembunan yang menandakan adanya unsur H (hidrogen) dan O (oksigen). Pada saat
melakukan metode pembakaran pada bahan uji, tercium bau rambut terbakar yang menandakan
adanya unsur N (nitrogen) disertai terjadinya pengarangan yang menandakan adanya unsur C
(karbon). Uji kedua pada uji susunan elementer protein yaitu untuk membuktikan adanya atom
N(nitrogen). Pada uji ini, bahan uji direaksikan dengan NaOH 10% lalu dipanaskan. Adanya bau
amonia menandakan adanya unsur nitrogen pada larutan uji. Uap pada saat pemanasan diuji
dengan kertas lakmus warna merah yang sebelumnya telah dibasahi dengan aquadest. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah deteksi sifatnya. Lakmus yang berwarna merah berubah menjadi
warna biru. Hal ini disebabkan nitrogen yang menyebabkan bau ammonia teroksidasi dan
membentuk NH3 yang bersifat basa. Pada uji susunan elementer untuk mengetahui adanya atom
S (sulfur) pada bahan uji terjadi hasil berbeda untuk setiap bahan uji. Telur ketika dicampur
dengan Pb-Asetat terjadi perubahan warna hitam yang mengindikasikan terbentuk PbS. Adanya
sulfur pada telur semakin diperkuat saat direaksikan dengan HCl pekat karena adanya asap
dengan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi. Berbeda dengan alpukat dan amylum
tricisi saat diuji tidak ada perubahan warna hitam yang menandakan tidak terbentuknya PbS dan
tidak terciumnya bau khas belerang.

2. Uji Kelarutan Protein

Pada uji kelarutan ini, bertujuan untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap
pelarut tertentu. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut
lemak seperti eter dan kloroform. Hal ini disebabkan kloroform merupakan pelarut lemak.
3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam

Uji ini bertujuan untuk mengetahui larutan garam alkali dan garam divalent konsentrasi
tinggi terhadap sifat kelarutan protein. Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein
berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan
protein. Bahan uji akan direaksikan dengan beberapa garam alkali seperti NaCl 5%, BaCl 2 5%,
dan CaCl2 5% serta garam divalen seperti MgSO4 dan (NH4)2SO4. Setiap garam yang direaksikan
dengan garam berpotensi memiliki endapan tergantung pada konsentrasi, bilangan oksidasi dan
muatan ionnya.

4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik

Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein. Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam
organik seperti asam trikloroasetat dan asam sulfosalisilat yang akan menyebabkan terbentuknya
garam proteinat yang tidak larut. Konsentrasi mempengaruhi pengendapan. Saat sampel
direksikan dengan TCA 10% terbentuk endapan, begitupun saat asam sulfosalisilat direaksikan,
juga terbentuk endapan. Ketika CuSO4 direaksikan, juga terdapat endapan kecuali pada sampel
alpukat tidak terdapat endapan. Untuk HgCl2 terbentuk endapan. Dan untuk Pb-Asetat terbentuk
endapan.

5. Uji Biuret

Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
IonCU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet).
Saat sampel direaksikan dengan NaOH dan CuSO 4 terjadi perubahan warna. Warna ungu yang
dibentuk menandakan sampel sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua
ikatan peptide.

6. Uji Ninhidrin

Uji ini dilakukan untuk membutkikan adaanyaa asam amino bebas dalam protein. Semua
asam amino / peptide yang mengandung asam alfa-amino akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Dalam uji ini digunakan pereaksi ninhidrin yang
berfungsi sebagai oksidator yang mereduksi asam amino. Sampel yang menunjukkan hasil positif
dengan perubahan warna biru kehitaman / ungu.

7. Uji Xantroprotein

Uji Xanrtoprotein bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzena pada protein.
Tidak semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin benzene. Reaksi uji
xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat molekul protein. Jika protein
yang mengandung cincin benzena ditambahkan asam nitrat pekat, akan terbentuk endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.

Anda mungkin juga menyukai