Anda di halaman 1dari 22

PENGIDENTIFIKASIAN ZAT ANORGANIK DENGAN

METODE PEMANASAN, PROSES DESTILASI , UJI


REAKSI LOGAM Al DAN Mg DALAM SAMPEL TANAH
KEBUN DAN DAUN
Tanggal Praktikum : Selasa, 15 September 2015

Percobaan Ke-1

Tujuan praktikum:

 Untuk dapat memahami substansi "Anorganik" dan mampu membedakannnya dengan


substansi "Organik"
 Untuk mengidentifikasi adanya ion Mg2+ dan Al 3+ dalam sample
 Untuk mengidentifikasi zat anorganik (reaksi maupun sifat fisiknya) dalam berbagai
sample

Dasar teori :

Senyawa anorganik adalah senyawa yang tidak mengandung karbon, misalnya air dan
garam mineral. Satu pengecualian adalah karbon dioksida, gas yang merupakan bagian dari
atmosfer dan dilepaskan selama respirasi seluler. Meskipun karbon dioksida mengandung
karbon, tapi karbon dioksida diklasifikasikan sebagai senyawa anorganik.

Definisi dasar dari senyawa anorganik adalah substansi di mana dua atau lebih elemen,
selain karbon, menggabungkan. Senyawa yang mengandung karbon biasanya diklasifikasikan
sebagai organik, dengan pengecualian karbida, karbonat dan sianida, render perbedaan antara
senyawa organik dan anorganik sedikit suram dalam beberapa situasi.

Senyawa anorganik adalah senyawa yang tidak memiliki rantai karbon panjang di inti
mereka. Sementara beberapa senyawa anorganik mengandung karbon, mereka tidak
mengandung karbon yang terikat pada hidrogen. Senyawa anorganik meliputi zat-zat seperti
garam, karbon dioksida dan air.

Senyawa organik yang biasanya terkait dengan organisme hidup, sedangkan senyawa
anorganik biasanya mengandung yang tidak penting bagi tubuh. Namun demikian, senyawa
anorganik adalah bahan kimia yang penting bagi banyak organisme. Sebagai contoh, semua
organisme hidup memerlukan air dan garam dalam jumlah kecil. Karbon dioksida merupakan
produk limbah dari hewan, tetapi tanaman membutuhkan karbon dioksida untuk menyelesaikan
fotosintesis.
Bagian dari alasan bahwa molekul organik yang terlibat dalam sistem kehidupan adalah
bahwa mereka sering kompleks. Karena molekul anorganik tidak sering menjadi besar atau
kompleks, tidak ada banyak kemungkinan menggunakan mereka sebagai blok bangunan sistem
yang rumit. Molekul organik biasanya berbentuk rantai besar molekul, dengan inti terdiri murni
dari karbon. Molekul anorganik tidak memiliki rantai karbon panjang.

Kehadiran karbon tidak selalu menunjukkan bahwa molekul organik. Sebagai contoh,
karbida, karbonat, sianida dan beberapa bahan kimia yang mengandung karbon lainnya
kekurangan rantai karbon yang panjang dan ikatan karbon-hidrogen yang menjadi ciri molekul
organik.

Ada perbedaan utama antara senyawa organik dan anorganik.

Sementara kedua jenis senyawa membentuk dasar kimia, dua jenis yang agak berbeda.
Perbedaan utama adalah dengan adanya atom karbon senyawa organik akan berisi sebuah atom
karbon (dan sering atom hidrogen, untuk membentuk hidrokarbon), sementara hampir semua
senyawa anorganik tidak mengandung salah satu dari dua atom.

Senyawa organik akan berisi atom karbon (dan sering atom hidrogen, untuk membentuk
hidrokarbon), sementara hampir semua senyawa anorganik tidak mengandung salah satu dari dua
atom. Sementara sebagian besar senyawa anorganik tidak mengandung karbon, ada beberapa
yang melakukan. Karbon monoksida dan karbon dioksida, misalnya, masing-masing berisi atom
karbon, tapi jumlahnya tidak cukup besar untuk membentuk ikatan yang kuat dengan hadir
oksigen dalam molekul.Karena jumlah kecil karbon dan ikatan lemah itu membentuk, para
ilmuwan telah lama diklasifikasikan molekul-molekul anorganik, namun ini telah menyebabkan
sebagian komunitas ilmiah untuk menyatakan kebutuhan untuk sistem klasifikasi yang lebih baik
untuk senyawa. Karena jumlah kecil karbon dan ikatan lemah itu membentuk, para ilmuwan
telah lama diklasifikasikan sebagai molekul-molekul anorganik, namun ini telah menyebabkan
sebagian komunitas ilmiah untuk menyatakan kebutuhan untuk sistem klasifikasi yang lebih baik
untuk senyawa. Perbedaan penting lainnya antara senyawa organik dan anorganik adalah jenis
molekul dan hubungannya dengan makhluk hidup. Senyawa organik akan mencakup hal-hal
seperti asam nukleat, ditemukan dalam DNA, lipid dan asam lemak yang ditemukan dalam sel-
sel dari organisme hidup, protein dan enzim yang diperlukan untuk proses seluler berlangsung,
dan banyak lagi. Sementara itu, senyawa anorganik termasuk garam-garam, logam, dan senyawa
unsur lainnya. Sementara itu, senyawa anorganik termasuk garam, logam, dan senyawa unsur
lainnya.

1. C12H22O11 – Sukrosa, lebih dikenal sebagai gula yang kita gunakan di rumah, merupakan
senyawa organik penting yang tidak hanya berisi karbon dan hidrogen, tetapi mengandung
mereka dalam kelimpahan dan rasio lebih besar dari sekarang oksigen.
2. CH4 -Juga dikenal dengan nama yang lebih umum metana, senyawa organik karbon dan
hidrogen berbasis ini adalah produk limbah diakui secara luas makhluk hidup.

3. C55H72O5N4Mg – Lebih dikenal di kalangan peneliti sebagai klorofil-a, komponen ini


ditemukan pada tumbuhan hijau tidak hanya tinggi karbon dan hidrogen rasio, tetapi juga
merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis pada tumbuhan.

4. (NH4) 2S – Meskipun kehadiran atom hidrogen dalam senyawa ini, kurangnya atom karbon
dan ikatan lemah yang dihasilkan yang terbentuk antara atom membuat amonium sulfida
senyawa anorganik.

5. Cacl2 – Kalsium klorida merupakan senyawa anorganik dengan berbagai kegunaan, tetapi
kurangnya baik atom karbon, atom hidrogen, atau keduanya berarti itu diklasifikasikan sebagai
senyawa anorganik.
Alat Dan Bahan

a) Alat

No. Nama Alat Jumlah


1. Cawan Porselen 4 Buah
2. Oven 1 Buah
3. Gelas Kimia 4 Buah
4. Alat Destilasi 1 Set
5. Gelas Kimia 250 ml 2 Buah
6. Tabung Reaksi 6 Buah
7. Rak Tabung Reaksi 1 Buah
8. Timbanagan Analitik 4 Buah
9. Kaca Arloji 1 Buah
10. Corong 1 Buah
11. Kertas Saring 1 Buah
12. Indikator Universal 1 Buah
13. Botol Semprot 1 Buah
14. Pipet 2 Buah
b) Bahan

No. Nama Bahan Jumlah


1. Tanah Kebun 25 gram
2. NaCl 5 gram
3. CaCo3 5 gram
4. Susu Bubuk 5 gram
5. Sampel Tanaman 1 Tanaman
6. Air Sumur 500 ml
7. NaCl 40% Secukupnya
8. H2So4 Secukupnya
9. NaOh 6M Secukupnya
10. NaOh 1M Secukupnya
11. HCl 6M Secukupnya
12. Na2So4 Secukupnya
13. Aquadest Secukupnya
Prosedur percobaan

25 g dari sampel tanah kebun 5 gram NaCl 5 gram CaCo3 dan 5g susu bubuk instan di
timbang, lalu tempatkan pada cawan yang berbeda yang telah di ketahui beratnya. Selanjutnya di
lakukan pemanasan pada 105 c selama satu jam dalam oven, di keluarkan, di dinginkan pada
suhu ruangan, lalu di timbang beratnya . Perlakuan di ulangi pada sampel yang sama namun
bersuhu 200 c.

Sambil menunggu pemanasan pada sampel di atas, di lakukan destilasi pada sampel air
sumur kira kira setengah isi labu destilasi . Total volume yang di masukan pada labu destilasi
harus di catat. destilasi di lakukan sampai volumenya kira kira sama dengan 3/4 volume cawan
porselen. Destilasi di hentikan dan air dalam labu di dinginkan segera dengan penangas es
sampai suhu kira kira sama dengan suhu ruangan . Kemudian di ukur dan di catat volume
sebenarnya. Setelah itu di tuangkan pada cawan porselen yang telah di ketahui beratnya, lalu di
timbang berat cawan porselen dan destilat. Pemanasan di lakukan pada 105 c sampai airnya
habis setelah cawan porselen menjadi dingin pada suhu ruangan, di lakukan penimbangan
kembali terhadap cawan porselen tersebut hasilnya harus di catat.

Selama pengerjaan di atas belum selesai, maka di lakukan penanganan pada sampel bagian
bagian tanaman sebagai berikut. Bagian akar dan batang di potong kecil-kecil sekitar 5 gram dari
sampel di timbang, dan di catat hasilnya. Sampel di masukan pada cawan porselen yang telah di
ketahui beratnya kemudian di lakukan pemanasan pada suhu 105 c selama satu jam dalam oven,
di keluarkan, di dinginkan pada suhu ruangan, lalu di timbang beratnya dan hasilnya di catat,
sampel yang sama di lakukan perlakuan kembali pada suhu 200 c .

Identifikasi

5g sampel tanah kering di tambahkan larutan NaOh 40 % (b/v) sambil di aduk sampai terlihat
tidak ada lagi yang melarut volume yang di gunakan di catat . Campuran di netralkan dengan
larutan H2So4 yang telah di ketahui konsentrasinya penambahan larutan asam tersebut di lakukan
secara bertahap agar penambahannya tidak melebihi pH netral sekitar 6-8 . Campuran di saring
kemudian filtratnya di bagi menjadi 2 bagian . Pada bagian pertama di lakukan tes identifikasi
logam Al . Tes reaksi identifikasi Al di lakukan dengan penambahan larutan NaOh 6M berlebih
sampai terjadi pengendapan dan tidak terjadi lagi penambahn endapan. pada penambahan NaOh
6M berlebih bagian kedua di perlakukan sama, namun menggunakan NaOh 6M pada bagian
kedua akan terjadi proses pengendapan, namun bila di lakukan penambahan berlebih maka
endapan akan larut lagi.

Sampel daun yang telah di panasakan , di lakukan uji reaksi warna kandungan Mg dengan
cara sampel pada tabung reaksi di tambahkan HCl 6N secara bertahap dengan pipet tetes sambil
di aduk, di diamkan selama 5 menit larutan campuran tersebut di encerkan dengan aquadest
sampai volume nya menjadi 4 kali lipatnya kemudian di aduk lalu di saring . Filtrat nya di
netralakan dengan NaOh 6M lalu di tambahkan larutan Na2So4 sampai terjadi endapan putih .
Hasil Pengamatan:

Sifat Fisis Bahan

 HCl : Cairan, Tidak Berwarna, Tidak Berbau


 H2So4 : Cairan, Tidak Berwarna, Tidak Berbau
 NaCl : Serbuk, Berwarna Putih, Tidak Berbau
 CaCo3 : Serbuk, Berwarna Putih, Tidak Berbau
 NaOh : Padatan, Berwarna Putih, Tidak Berbau
 Aquadest : Cairan, Tidak Berwarna, Tidak Berbau
 Tanah : Serbuk, Berwarna Coklat, Tidak Berbau
 Susu : Serbuk, Berwarna Putih, Tidak Berbau
 Akar : Serabut, Berwarna Coklat, Tidak Berbau
 Batang : Padatan, Berwarna Hijau, Tidak Berbau
 Daun : Berwarna Hijau
 Bunga : Berwarna Merah Muda

Perlakuan Pengamatan
Sampel (tanah kebun ,NaCl,CaCo3, susu bubuk,) Sampel yang awalnya segar berubah
dipanaskan kurang lebih satu jam menjadi kering dan warnanya lebih
mencolok
Di timbang setelah pemanasan Berat sampel menjadi berkurang
Air sumur yang di masukan ke labu Bervolume : 23 ml cairan tidak berwarna
dan tidak berbau
Di destilasi dan di ukur volume sisa dalam labu Volume setelah di destilasi dalam labu
adalah 23 ml dan pada air sumur tidak
terjadi perubahan apapun
Air di setilasi dalam cawan setelah di panaskan Cawan air sumur setalah pemanasan 33,83
gram
Sampel (akar, batang, daun, bunga) di panasakan Sampel awal segar setelah di panasakan
kurang lebih 2 jam sampel pun mengering dan warnanya
mencolok
Di timbang setelah pemanasan Berat sampel berkurang
Identifikasi Al

Perlakuan Pengamatan
Sampel tanah kering Berwarna coklat lebih tua di banding
dengan yang belum di panasakan
+Naoh 40% Larutan NaOh yang tidak berwarna dan
berbau saat di tambahkan ke sampel tanah
menghasilkan larutan berwarna coklat tua
dan terdapat endapan warna coklat
+ Larutan H2So4 Saat di tambahkan larutan H2So4 yang tidak
berwarna+ berbau larutan menjadi
berwarna coklat muda dan ada endapan
coklat , gelas kimia menjadi panas dan ber
ph netral
Larutan di saring Filtrat berwarna kuning seulas dan
residunya berwarna coklat
Filtrat di tambah NaOh 1M + 6M NaOh yang tidak berwarna dan tidak
berbau saat di tamabahkan ke filtrat , filtrat
menjadi berwarna kuning seulas dan
terdapat endapan putih

Identifikasi Mg

Perlakuan Pengamatan
Sampel daun kering Berwarna hijau tua
+ Hcl 6m kemudian diaduk Sampel di tambah HCl yang tidak
berwarna dan berbau menjadi mengambang
, tetap berwarna hijau dan terpisah dan
larutannya berwarna kuning kecoklatan
Diencerkan dengan aquadest Warna larutan menjadi semakin muda
Di netralkan dengan NaOh Warna larutan menjadi kuning seulas dan
ber ph netral
+ Larutan Na2So4 Warna larutan menjadi kuning seulas dan
terdapat endapan coklat
Data penelitian

No. Bahan Berat bahan Berat cawan Berat cawan + Berat bahan
kosong bahan setelah
pemanasan
105 C 200 C 105 C 200 C 105 C 200 C 105 C 200 C
1. Bunga 0,35 0,35 35,64 36,22 35,72 36,80 0,08 0,58
2. Tanah 25,00 25,03 41,18 46,50 65,04 69,83 23,86 23,33
3. CaCo3 5,00 5,00 43,92 40,91 46,50 65,04 45,90 4,99
4. Susu 5,00 5,00 32,34 43,92 40,91 48,84 4,84 3,64
5. Akar 0,42 0,42 27,50 51,71 27,64 51,83 0,14 0,12
6. Batang 0,36 0,36 28,08 41,08 28,20 41,22 0,12 0,14
7. Daun 2,5 2,5 29,03 39,70 29,66 40,37 0,63 0,67
8. Garam 5,00 5,01 29,33 35,98 34,28 40,93 4,95 4,95

identifikasi Al

No. Nama bahan Volume terpakai (ml)


105 C 200 C
1. NaOH 40% 5 ml 4 ml
2. H2SO4 5 ml 9 ml
3. NaOH 6M Gagal 13 tetes
4. NaOH1M Gagal 30 tetes

Reaksi-Reaksi yang terjadi:

 Mg2+ + NaOH Mg(OH)2


 Mg2+ + H2SO4 MgSO4
 Al3+ + NaOH Al(OH)3
 Al3+ + H2SO4 Al2(SO4)3

Perhitungan

1. Penentuan Larutan

a) HCl 6M 250 ml
% × 𝜌 × 10
M= 𝑀𝑟
36% × 1,19 𝑔/𝑚𝑙 × 10
= 36,5 𝑔

= 11,75 ml
V1 × M1 = V2 × M2
250 ml × 6M = V2 × 11,75 ml
V2 = 127, 87 ml
b) Na2SO4 2M 100 ml
𝑔 1000
M = 𝑚𝑟 × 𝑣
2𝑚 × 142 𝑔/𝑚𝑙 100 𝑚𝑙
= 1000

= 28,4 g
c) H2So4 2M 250 ml
98 × 10 × 84
M=
98

= 18,4 M
V1 × M1 = V2 × M2
250 ml × 2 M = V2 × 18,4 M
500
V = 18,4 = 27,13 ml

d) Naoh 6 M
𝑔 1000
M = 𝑚𝑟 × 250 𝑚𝑙

g = 6M × 40 g/Mol × 250 ml
g = 60 gram Naoh
e) Naoh 40%
40 𝑥
: 250 𝑚𝑙
100

X × 100 = 40 × 250
X = 100 gram NaOh

2. Penentuan Kadar Air


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
% Air Dalam Sampel : × 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

25,00 𝑔 − 23,86 𝑔
A. Air Dalam Tanah : × 100% = 4,56%
25,00 𝑔

0,35 𝑔 − 0,08 𝑔
B. Air Dalam Bunga : × 100%= 77,14%
0,35 𝑔

5 𝑔 − 4,96 𝑔
C. Air Dalam Caco3 : × 100% = 0,8%
5𝑔
5 𝑔 − 4,84 𝑔
D. Air Dalam Susu : × 100% = 3,2%
5𝑔

5 𝑔 − 4,95 𝑔
E. % Air Dalam Garam : × 100% = 1%
5𝑔

0,42 𝑔 − 0,14 𝑔
F. % Air Dalam Akar : × 100% = 66,67%
0,42 𝑔

0,36 𝑔 − 0,12 𝑔
G. % Air Dalam Batang : × 100% = 66,67%
0,32 𝑔

2,5 𝑔 − 0,62 𝑔
H. % Air Dalam Daun : × 100% = 74,8%
2,5 𝑔

Pada Suhu 200 C


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
% Air Dalam Sampel : × 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙

0,35 𝑔 − 0,58 𝑔
A. Air Dalam Tanah : × 100% = 65,71%
0,35 𝑔

25,03 𝑔 − 23,33 𝑔
B. Air Dalam Bunga : × 100% = 6,73%
25,03 𝑔

5,00 𝑔 − 4,99 𝑔
C. Air Dalam Caco3 : × 100% = 0,2%
5,00 𝑔

5,00 𝑔 − 3,64
D. Air Dalam Susu : × 100% = 27,2%
5,00 𝑔

5,01 𝑔 − 4,95
E. % Air Dalam Garam : × 100% = 1,19%
5,01 𝑔

0,42 𝑔 − 0,12 𝑔
F. % Air Dalam Akar : × 100% = 71,43%
0,42 𝑔

0,36 𝑔 − 0,14 𝑔
G. % Air Dalam Batang : × 100% = 61,11%
0,35 𝑔

2,59 𝑔 − 0,679 𝑔
H. % Air Dalam Daun : × 100% = 73,2%
2,59 𝑔
Nama : Moh. Muhsin Muharom

NIM: 1137040044

Pembahasan

Pada praktikum kali ini di lakukakan percobaan terhadap sampel NaCl, CaCo3, susu
bubuk, dan sampel tanaman mawar (akar, batang, daun) dalam cawan. dengan melakukan
pemanasan pada suhu 1050c dan 200 c.pemanasan pada suhu 105 C bertujuan agar air yang ada
di dalam sampel menguap sehingga yang tersisa hanyalah zat anorganik dan organik sedangkan
pada pemanasan dengan suhu 200 C bertujuan untukk memisahkan zat organik dengan zat
anorganik di karenakan pada suhu tersebut air dan zat anorganik akan menguap hingga tersisa zat
anorganik saja. dengan masing masing di beri waktu 1 jam. Tujuannya agar cawan cawan
tersebut terbebas dari zat pengotor yang atsiri (mudah menguap) , setelah itu cawan di timbang di
neraca analitik , nilai berat cawan tersebut nantinya di gunakan dalam perhitungan kadar zat
atsiri yang masih berada dalam sampel . Namun sebelum di masukan ke dalam cawan terlebih
dahulu di lakukan pemotongan menjadi kecil kecil dengan tujuan agar memudahkan sampel
ketika di masukan pada cawan, dan juga memperluas permukaan sampel. karena semakin luas
permukaannya maka semakin banyak pula zat atsiri yang menguap. Setelah sampel dalam cawan
, kemudian di panasakan dalam suhu 105 c dan 200 c yang di lakukan penimbangan sebelum dan
sesudah pemanasan, ketika di lakukan pemanasan terjadi pengurangan berat sampel . Ini di
sebabkan zat atsiri dalam sampel menguap. Dalam pemanasan sampel pada suhu 200 C lebih
besar nilai pengurangannnya di bandingkan dengan pemanasan pada suhu 105 C ,hal ini di
karenakan titik didih zat atau senyawa berbeda beda ,Terjadi pengurangan berat cawan setelah
dipanaskan, hal ini karena zat asitri yang terkandung dalam sampel sebagian menguap. Ini
membuktikan bahwa pemanasan dapat mereganggakan jarak antar partikel fluida, dengan jarak
antar partikel lebih kecil dari jarak antar partikel gas, sehingga jika jarak semakin renggang maka
zat yang berfase cair berubah menjadi zat yang berfase gas. Sampel yang telah dipanaskan akan
mengering,hal ini dikarenakan kadar air dalam sampel telah berkurang dengan menguap.
Berbeda dengan sampel tanaman, sampel tidak hanya mengering namun juga mengalami
perubahan warna dari yang berwarna mencolok menjadi gelap atau pucat. Hal ini terjadi karena
pemanasan mengakibatkan senyawa dalam sampel tanaman tersebut bereaksi dengan oksigen
dan menghasilkan karbon berwarna hitam.percobaan ini membuktikan bahwa dalam sampel
tanaman lebih banyak mengandung zat organic dibandingkan zat anorganik, karena sebenarnya
zat anorganik tidak mudah terbakar seperti zat organic. Adapun reaksi yang terjadi pada sampel
NaCl, CaCO3, susu bubuk, tanah, dan tanaman adalah:

4Al + 3O2  2Al2O3

4Mg + 3O2  2Mg2O3

Selanjutnya dilakukan identifikasi Alumunium dalam sampel tanah. pertama tama sampel
tanah kering di tambahkan NaOH 40% agar dapat melarutkan zat organic dan anorganik yang
terkandung dalam sampel tanah. selain untuk melarutkan zat organik dan anorganik yang
terkandung dalam sampel tanah. Pelarut NaOH juga bersifat polar sehingga dapat melarutkan
senyawa polar dalam sampel. setelah itu di tambahkan larutan H2SO4. dengan tujuan supaya
dapat menetralkan campuran basa dan juga untuk menghidrolisis senyawa kompleks yang ada
dalam sampel sehingga dapat lebih melarut lagi. Kemudian setelah larutan netral (pH 7), larutan
di saring kemudian filtratnya ditambahkan NaOH 6 M, sehingga terbentuklah endapan. yang
menunjukan bahwa dalam sampel itu mengandung ion Al+ Adapun persamaan reaksinya yaitu:

Al3 + NaOH  Al(OH)3

2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq)  2Al3(aq) + 3SO4

Al3 + NaOH  Al(OH)3(s) (endapan putih)

Indentifikasi Mg2+ pada sampel daun, pertama tama sampel daun ditambahkan HCl 6M.
penambahan ini bertujuan untuk melarutkan zat organik dan anorganik yang terdapat pada
sampel daun. Pada penambahan ini terbentuk dua fasa. terjadi pembentukan dua fasa karena
dalam campuran larutan ini terdapat dua senyawa, yaitu senyawa polar dan senyawa non polar.
Kemudian larutan campuran dikocok untuk menghomogenkan larutan campuran, setelah itu
larutan campuran didiamkan selama 5 menit tujuannya agar interaksi antar senyawa polar dan
nonpolar berlangsung dengan baik.Setelahnya larutan campuran di encerkan dan disaring dengan
maksud supaya zat anorganik dalam sampel larut serta larutannya menjadi lebih murni setelah
disaring. setelahnya Larutan tersebut ditambahkan HCl untuk dinetralkan terlebih dahulu.
sdetelah itu larutan campuran ditambakan Na2SO4 agar dapat menentukan kation anorganik Mg2+
yang ditandai dengan adanya endapan berwarna putih. Berikut adalah reaksi yang terjadi:

Mg kompleks + HCl  Mg2+

Mg(s) + 2H2O(g)  Mg(OH)2(aq) + H2(q)

Mg(OH)2(aq) + NaOH  Mg(OH)2(s) + Na2SO4(aq)

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil percobaan yang telah di lakukan maka dapat di identifikasi bahwa
salah satu ciri zat anorganik adalah tahan panas (tidak mudah terbakar). Hal ini
terbukti pada sampel NaCl, CaCO3, dan susu yang tidak terbakar pada saat dipanaskan
dalam oven.
2. Ion Mg2+ terbukti positif pada daun mawar dengan ditandai adanya endapan putih
pada saat ditambahkan dengan pelarut Na2SO4
3. Ion Al3+ terbukti positf pada tanah ditandai dengan adanya endapan putih pada saat
penambahan pelarut NaOH.

Daftar Pustaka

Cotton, d. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press

Suhendar, Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: UIN SGD

Svehla, G. 1990. Vogel 1 Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media
Pustaka

Svehla, G. 1990. Vogel II Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media
Pustaka
Zaynab Puteri Syahadah

1137040081

Kimia 5-B

Pembahasan

Zat anorganik merupakan zat yang sangat dominan di alam semesta, begitupun bumi jika
di bandingkan dengan zat organik. Tidak terlalu sulit membedakan zat anorganik dengan
organic, yaitu dengan ciri hanya dari ada atau tidaknya adanya ikatan unsur karbon terhadap
hydrogen. Zat anorganik adalah zat non hidro-karbon beserta turunannya.

Pada praktikum pertama kali ini dilakukan percobaan dengan memasukan NaCl, CaCO3,
dan susu bubuk instan, tanah, tanaman mawar (bunga, batang, akar, daun) ke dalam oven
menggunakan cawan untuk dilakukan pemanasan pada suhu 1050c dan 2000c selama 1 jam.
Namun terlebih dahulu sampel tanaman di potong kecil terlebih dahulu agar memudahkan
praktikan memasukkan sampel kedalam cawan, juga agar dapat memperluas permukaan cawan
karena apabila permukaan semakin luas maka semakin banyak zat asitri yang akan menguap
dalam oven. Tujuan dari pemanasan sendiri adalah agar cawan bebas dari pengotor yang asitri,
dan kemudian dapat di tentukan kadar zat asitrinya yang masih berada dalam sampel setelah
dipanaskan dan ditimbang. Sedangkan perbedaan suhu yang dilakukan itu agar dapat
membandingkan kadar zat asitri yang terkandung dalam sampel. Akan tetapi sebelum sampel
dalam cawan dimasukkan ke dalam oven, terlebih dahulu dilakukan penimbangan terhadap
cawan. Kemudian Setelah sampel selesai dipanaskan dalam oven, cawan dan sampel ditimbang
kembali kemudian dapat dibandingkan berat cawan sebelum dan sesudah dipanaskan. Terjadi
pengurangan berat cawan setelah dipanaskan, hal ini karena zat asitri yang terkandung dalam
sampel sebagian menguap. Ini membuktikan bahwa pemanasan dapat mereganggakan jarak antar
partikel fluida, dengan jarak antar partikel lebih kecil dari jarak antar partikel gas, sehingga jika
jarak semakin renggang maka zat yang berfase cair berubah menjadi zat yang berfase gas.
Sampel yang telah dipanaskan akan mengering, ini karena kadar air dalam sampel telah
berkurang dengan menguap. Berbeda dengan sampel tanaman, sampel tidak hanya mengering
namun juga mengalami perubahan warna dari yang berwarna mencolok menjadi gelap atau
pucat. Hal ini terjadi karena pemanasan mengakibatkan senyawa dalam sampel tanaman tersebut
bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan karbon berwarna hitam. Ini membuktikan bahwa
dalam sampel tanaman lebih banyak mengandung zat organic dibandingkan zat anorganik,
karena sebenarnya zat anorganik tidak mudah terbakar seperti zat organic. Adapun reaksi yang
terjadi pada sampel NaCl, CaCO3, susu bubuk, tanah, dan tanaman adalah:

4Al + 3O2  2Al2O3

4Mg + 3O2  2Mg2O3

Selanjutnya dilakukan identifikasi Alumunium dalam sampel tanah dengan cara


menambahkan NaOH 40% agar dapat melarutkan zat organic dan anorganik yang terkandung
dalam sampel tanah. Pelarut NaOH juga bersifat polar sehingga dapat melarutkan senyawa polar
dalam sampel. Kemudian dilakukan penambahan larutan H2SO4 agar dapat menetralkan
campuran basa serta untuk menghidrolisis senyawa kompleks dalam sampel sehingga dapat lebih
larut lagi. Kemudian setelah larutan netral (pH 7), larutan di saring kemudian filtratnya
ditambahkan NaOH 6 M, sehingga terbentuklah endapan. Adapun persamaan reaksinya yaitu:

Al3 + NaOH  Al(OH)3

2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq)  2Al3(aq) + 3SO4

Al3 + NaOH  Al(OH)3(s) (endapan putih)

Indentifikasi Mg2+ pada sampel daun, dilakukan penambahan HCl 6M ini untuk
melarutkan zat organik dan anorganik yang terdapat pada sampel daun. Pada penambahan ini
terbentu dua fasa karena dalam campuran larutan ini terdapat dua senyawa, yaitu senyawa polar
dan senyawa non polar. Kemudian campuran dikocok untuk menghomogenkan campuran,
setelah itu campuran didiamkan selama 5 menit agar interaksi antar senyawa polar dan nonpolar
berlangsung dengan baik. Lalu campuran di encerkan dan disaring agar zat anorganik larut serta
larutan lebih murni setelah disaring. Larutan ditambahkan HCl untuk dinetralkan terlebih dahulu
kemudian ditambakan Na2SO4 agar dapat menentukan kation anorganik Mg2+ yang ditandai
dengan adanya endapan berwarna putih. Berikut adalah reaksi yang terjadi:

Mg kompleks + HCl  Mg2+


Mg(s) + 2H2O(g)  Mg(OH)2(aq) + H2(q)

Mg(OH)2(aq) + NaOH  Mg(OH)2(s) + Na2SO4(aq)

Kesimpulan

4. Berdasarkan hasil percobaan maka dapat di identifikasi bahwa salah satu ciri zat
anorganik adalah tidak mudah terbakar. Hal ini terbukti pada sampel NaCl, CaCO3,
dan susu yang tidak terbakar pada saat dipanaskan dalam oven.
5. Ion Mg2+ terdapat pada daun mawar dengan ditandai adanya endapan putih pada saat
ditambahkan dengan Na2SO4
6. Ion Al3+ terdapat pada tanah ditandai dengan adanya endapan putih pada saat
penambahan NaOH

Daftar Pustaka

Achmad, H. 2011. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

E Housecroft, Cathrine. 2001. Inorganic Chemistry. New York: Pentice Hall

Oxtoby, Nachtrieb. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid II. Jakarta: Erlangga

Suhendar, Dede. 2013. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: UIN SGD

Svehla, G. 1990. Vogel 1 Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media
Pustaka

Svehla, G. 1990. Vogel II Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media
Pustaka
Nama : Winda Rismayanti

Kelas : Kimia 5B

NIM : 1137040075

Judul : Pengidentifikasian Zat Anorganik dengan Metode Pemanasan, Proses Destilasi, Uji
Reaksi Logam Al dan Mg dalam Berbagai Sample.

Tema : Pengenalan Zat Anorganik dan Kimia Anorganik

Percobaan kali ini bertujuan untuk memahami dan mengenal perbedaan zat anorganik
dan organik, adapun perbedaannya sebagai berikut:

-zat organic kebanyakan berasal dari makhluk hidup sedangkan zat anorganik berasal dari
sumber daya alam mineral (bukan makhluk hidup)

-zat organic adalah zat hidro-karbon sedangkan zat anorganik adalah zat non hidro-karbon
beserta turunannya

-zat organic hanya dapat larut dalam pelarut organic sedangkan zat anorganik dapat larut dalam
pelarut air maupun organic

-zat organic strukturnya lebih rumit sedangkan zat anorganik strukturnya sederhana

-zat organic mudah terbakar sedangkan zat anorganik tidak mudah terbakar

-zat organic contohnya CH4, C2H5OH, C2H6, dll sedangkan zat anorganik contohnya NaF,
NaCl, NaBr, NaI, dll.

Dalam setiap langkah percobaan dan identifikasi terjadi perubahan fisika dan kimia dapat
berupa pengurangan berat, perubahan warna, maupun terbentuknya endapan. Tahapan pertama
dilakukan tahap perlakuan dengan sampel tanah kebun, NaCl, CaCO3, dan susu bubuk (dancow)
masing-masing bahan ditempatkan dalam cawan dan dipanaskan pada suhu 105C dan 200C.
Sebelumnya cawan kosong dipanaskan selama 1jam agar terbebas dari zat pengotor, setelah itu
cawan ditimbang pada neraca analitik, nilai berat cawan tsb nantinya digunakan dalam
perhitungan kadar yang masih berada dalam sampel. Selain sampel diatas, juga dilakukan
penanganan pada sampel tanaman bagian akar, batang, daun, dan bunga yang dipotong kecil-
kecil yang tujuannya untuk memudahkan sampel dimasukkan pada cawan dan semakin banyak
yang diuapkan karena luas permukaannya lebih luas. Setelah dilakukan pemanasanpun dilakukan
penimbangan, dimana terjadi pengurangan berat sampel dikarenakan zat dalam sampel menguap.
Hasil pemanasan sampel pada suhu 200C lebih besar nilai pengurangannya dibandingkan dengan
suhu 105C karena titik didih zatnya berbeda dan pada suhu 200C lebih banyak yang menguap
dibanding suhu 105C. Hasil pemanasan bahan menjadi kering, hal ini dikarenakan kadar air
dalam bahan berkurang. Selama pemanasan dalam oven, bahan hanya menjadi kering dan terjadi
perubahan warna secara fisik menjadi warna kehitaman, secara kimia hal ini dikarenakan
senyawa dalam bahan bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan karbon berwarna hitam. Jadi
dapat dibuktikan bahwa bagian tumbuhan lebih banyak zat organiknya, karena sifat dari zat
organic sendiri mudah terbakar sedangkan zat anorganik tidak mudah terbakar. Pada perlakuan
kedua tidak dilakukan.

Pada langkah percobaan selanjutnya yaitu perlakuan terhadap sampel tanah dilakukan
untuk menentukan kandungan logam Al pada sample tanah. Percobaan dilakukan dengan
memanaskan sampel tanah pada oven dengan suhu 105°C dan 200°C. Pemanasan ini bertujuan
untuk menguapkan bahan dan membuat sampel kering sehingga tidak memiliki kandungan air
agar percobaan lebih akurat. Kemudian setelah sampel kering dilarutkan dengan NaOH 40%
yang bertujuan untuk melarutkan zat organic dan zat anorganik dalam sample. Karena seperti
yang telah kita ketahui bahwa zat organic hanya dapat larut dalam pelarut organic sedangkan zat
anorganik dapat larut dalam pelarut air maupun organic. Kemudian ditambahkan H2SO4,
penambahan ini dilakuan untuk melarutkan agar filtrat sampel memiliki pH netral yaitu 7 karena
sebelumnya larutan sample bersifat basa, selain bertujuan untuk menghidrolisis senyawa
kompleks dalam sample. Untuk mengetahui pH larutan sudah netral atau belum dapat dideteksi
menggunakan indikator universal dengan cara membandingkan literature warnanya sesuai
dengan trayek pHnya. Kemudian larutan netral tsb dilakukan penyaringan dan filtat yang
dihasilkan kemudian dibagi dua dan ditambahkan masing-masing NaOH 6 M dan NaOH 1 M.
setelah penambahan NaOH berlebih pada filtrat terbentuk endapan putih. Terbentuknya endapan
ini mengidentifikasi bahwa dalam sampel tanah terdapat logam Al. adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:

Al3+ + NaOH  Al(OH)3

2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq)  2Al3+(aq) + 3SO42-(aq)

Al3+ + NaOH  Al(OH)3(s) endapan putih

Percobaan terakhir yaitu perlakuan terhadap sampel organik (bunga, daun, akar, batang)
yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan Mg2+ dalam sampel ini. Percobaan
dilakukan dengan memanaskan sampel pada oven dengan suhu 105°C dan 200°C. pemanasan ini
sama seperti percobaan sebelumnya yaitu bertujuan untuk menguapkan sample dan membuat
sampel kering dan memiliki kandungan air yang sedikit agar percobaan lebih akurat, Sampel
bunga, daun, batang dan akar masing-masing ditambahkan HCl 6 N yang bertujuan untuk
mengikat dan melarutkan kandungan zat tersebut dalam bentuk cair, setelah ditambahkan sample
mengembang dan terpisah dari larutannya dengan kata lain terbentuk 2 fasa, hal ini dikarenakan
dalam larutan sample tsb terdapat senyawa polar dan non polar. Lalu larutan sample dikocok dan
didiamkan selama 6 menit, pengocokan dilakukan untuk mneghomogenkan larutan sedangkan
didiamkan bertujuan agar interaksi senyawa polar dengan polar dan non polar dengan non polar
dapat berlangsung, dimana interaksi ini tidak dapat berlangsung ketika partikel bergerak.
kemudian ditambahkan air dari empat kali volume HCl dan saring, penyaringan dilakukan untuk
melarutkan zat anorganik karena zat anorganik dapat larut dalam air. Filtrat yang telah didapat
dari hasil penyaringan kemudian ditambahkan NaOH secukupnya, penambahan NaOH ini
bertujuan untuk membuat keadaan filtrat menjadi netral atau memiliki pH 7. Kemudian filtrat
ditambahkan dengan beberapa tetes Na2SO4 dan terbentuk endapan dengan larutan berwarna
jingga. Hal ini membuktikan bahwa dalam sample ini positif terdapat logam Mg. persamaan
reaksinya sebagai berikut:

Mg kompleks + HCl  Mg2+

Mg(s) + 2H2O(g)  Mg(OH)2(aq) + H2(g)

Mg(OH)2(aq) + NaOH  Mg(OH)2(s) endapan putih + Na2SO4(aq)


Nama : Wulan Sumarni

NIM : 1137040077

Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk mengenal zat anorganik dan membedakannya dengan zat organik
yang dapat diketahui dari perubahan kimia dan fisika pada sampel, serta untuk mengidentifikasi
unsur aluminium pada tanah dan unsur magnesium pada daun melalui metode pengeringan.

Pada percobaan ini dilakukan perlakuan terhadap sampel CaCo3, susu bubuk, NaCl, Tanah
kebun, dan bagian tanaman ( Bunga, Daun, akar dan batang) dalam cawan dengan pemanasan
105 C dan 200C. Pada praktikum ini pertama-tama cawan yang akan digunakan dipanaskan
dulu pada suhu 105C selama 1 jam, pemanasan ini bertujuan untuk mensterilkan cawan dari zat
pengotor, setelah dipanaskan cawan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang dan
dicatat hasil penimbangannya. Setelah itu sampel dimasukan kedalam cawan, sedangkan sampel
tumbuhan ( Bunga, Daun, akar dan batang) dipotong kecil-kecil terlebih dahulu sebelum
dimasukan kedalam cawan, pemotongan sampel menjadi kecil-kecil ini agar sampel mudah
dimasukan kedalam cawan dan kadar air dalam sampel akan lebih cepat menguap ketika
pemanasan. Sampel dalam cawan ini kemudian dipanaskan pada suhu 105C selama 1 jam dan
juga ada yang di panaskan pada suhu 200C. sampel-sampel ini mengalami perubahan setelah
pemanasan pada suhu 105C maupun pada suhu 200C. Susu bubuk setelah pemanasan berubah
menjadi gosong dan hitam, hal ini karena salah satu unsur penyusun susu adalah karbohidrat.
Garam setelah pemanasan menjadi kering tetapi tidak gosong, hal ini karena garam merupakan
senyawa anorganik, meskipun kering tetapi tidak terbakar karena tidak banyak mengandung
unsur karbon. NaCl atau garam ini ikatannya kuat, sehingga sulit menggantikan ikatannya
dengan karbon. Sedangkan CaCo3 bila dipanaskan akan pecah menjadi serbuk yang lunak yaitu
kalsium oksida. Hal ini karena pada reaksi ini setiap molekul kalsium akan bergabung dengan
satu atom oksigen dan molekul lainnya berikatan dengan oksigen menghasilkan CO2 yang akan
terlepas ke udara sebagai gas karbon dioksida, dengan reaksi:

CaCo3 CaO + CO2

Adapun sampel tanah ketika dipanaskan menjadi kering, hal ini mengindikasikan bahwa unsur
penyusun tanah adalah zat anorganik. Lain hal nya dengan sampel tumbuhan, selain kering
sampel tumbuhan juga berubah warna menjadi kehitaman. Secara kimia ini dikarenakan senyawa
dalam sampel bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan karbon berwarna hitam. Ini
membuktikan bahwa pada sampel bagian tumbuhan lebih banyak zat organiknya yang mudah
terbakar.

Setelah dipanaskan pada suhu 105 C dan 200C, dari data yang diperoleh dapat dihitung kadar
air yang terdapat dalam sampel. Hasil perhitungan kadar air pada sampel berbeda-beda, hal ini
karena terdapat perbedaan bahan, pemanasan, dan suhu pemanasan sehingga kadar air dari
sampel berbeda-beda.

Pada identifikasi unsur aluminium pada tanah, dilakukan penambahan larutan NaOH 40%,
penambahan ini bertujuan untuk melarutkan zat organic dan anorganik. Karena zat anorganik
dapat larut dalam air dan pelarut organic, sedangkan zat organic hanya dapat larut dalam pelarut
organic. Penambahan NaOH akan membentuk Al(OH)3 yang bersifat amfoter ( bisa bersifat
asam jika direaksikan dengan basa kuat, dan bisa bersifat basa jika direaksikan dengan asam
kuat). Kemudian kedalam larutan ini ditambahkan H2SO4 dengan tujuan untuk menetralkan
campuran yang bersifat basa. Selain untuk menetralkan H2SO4 juga berfungi untuk
menghidrolisis senyawa kompleks dalam sampel sehingga lebih melarut. Penambahan H2SO4
dilakukan secara perlahan-lahan agar campuran tidak kelebihan asam. Setelah ditambahkan asam
sulfat pH menjadi netral yang diketahui dari pengukuran pH menggunakan indicator universal.
Kemudian dilakukan penyaringan terhadap sampel tanah ini. Dan filtratnya dibagi menjadi 2
bagian. Kemudian ditambahkan NaOH 1M dan NaOH 6M, penambahan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi Al3+ pada sampel. Al3+ dapat teridentifikasi dengan larutan NaOH yang
berkonsentrasi tinggi. Setelah ditambahkan NaOH didsar larutan terbentuk endapan. Hal ini
sesuai dengan persamaan reaksi:

Al3+ + NaOH Al(OH)3

Al(OH)3 + H2SO4 Al2SO4 + H2O

Al2SO4 + NaOH Al3+ + Na2SO4 + OH-

Selanjutnya adalah mengidentifikasi unsur Mg2+ pada sampel daun. Sampel daun yang telah
dipanaskan ditambahkan larutan HCL 6M agar melarutkan zat organic dan zat anorganik lalu
larutan diencerkan dengan air, pengenceran ini bertujuan untuk melarutkan zat anorganik,
karena zat anorganik dapat larut dalam air dan pelarut organic. Kemudian dikocok untuk
menghomogenkan campuran. Lalu campuran di saring, sehinggga didapat filtrate air daun.
Filtrate ini kemudian ditambahkan dengan NaOH yang bertujuan untuk menetralkan larutan
setelah diasamkan dengan HCl. Mg akan membentuk senyawa hidroksida yaitu Mg(OH)2. Lalu
ditambahkan larutan Na2SO4 dengan tujuan untuk menentukan kation anorganik Mg2+. Setelah
ditambahkan Na2SO4 terbentuk endapan putih dalam larutan yang mengindikasikan bahwa dalam
sampel daun ini mengandung Mg2+. Sesuai dengan reaksi:

Mg2+ + 2HCl 2 MgCl2 + 2H

MgCl2 + 2H+ + H2O MgCl2 + H2O

MgCl2 + NaOH Mg2+ + NaCl + H2O

Mg2+ + Na2SO4 MgSO4 + 2Na+


Kesimpulan

 Semakin tinggi suhu maka kadar air akan berkurang karena teruapkan.
 Zat anorganik tidak rusak oleh panas sebab ciri dari senyawa anorganik adalah memiliki
titik leleh dan titik didih yang tinggi, sehingga tahan dengan pemanasan.
 Pada sampel tanah mengandung Al3+ dan pada sampel daun mengandung Mg2+
 Pada suhu 105 C di dapatkan presentase kadar air yang hilang adalah sebagai berikut:
Tanah= 4.56% garam= 1 % CaCO3= 0.8% Susu bubuk = 3.2% bunga = 77.14% batang=
66.67% daun 74.8% akar= 66.67%.
 Pada suhu 200 C di dapatkan presentase kadar air yang hilang adalah sebagai berikut:
Tanah= 6.68% garam= 1.20 % CaCO3= 02% Susu bubuk = 27.2% bunga = -65.71%
batang= 61.11% daun 73.2% akar= 71.43.

Daftar Pustaka

Cotton, F. A. Wilkinson, G., dan Gaus, P.L. 1996. Basic Inorganic Chemistry. New York : Jhon
Wiley and sons.

Suhendar, Dede. 2015. Buku Panduaan Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: Fakultas Sains
dan Teknologi UIN SGD.

Svehla G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : P.T. Kalman Media
Pustaka.

Wikipedia. 2015. Senyawa anorganik. Https:// id.m.wikipedia.org/Senyawa Anorganik. Diakses


pada tanggal 21 september 2015

Wikipedia. Aluminium. https:// id.m.wikipedia.org/Aluminium. Diakses pada tanggal 21


september 2015

Anda mungkin juga menyukai