Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN

LABORATORIUM PARASITOLOGI BALAI VETERINER


SUBANG
Identifikasi Parasit (Telur Cacing dan Protozoa) pada Feses sapi
dengan Metode Apung dan Sedimentasi

(No. Epid A 08220160)

I. Pendahuluan
Sampel berupa feses dengan no. Epid A 08220160
diterima oleh balai Veteriner subang pada tanggal 29 Maret
2022 sampel berasal dari sapi di kabupaten Bandung. Kemudian
sampel tersebut dilakukan uji apung dan sedimentasi di
Laboratorium parasitologi Balai Veteriner Subang.

II. Alat dan Bahan


- Timbangan - Sendok
- Cawan petri - Gelas ukur
- Sentrifus - Corning 15 ml dan 50 ml
- Beaker glass - Tabungan kerucut
- Saringan - Rak Tabung
- Mikroskop cahaya - Whitlock chamber
- Mikroskop stereo - Mikropipet
- Vortex - Object glass
- Cover glass - 2 Sampel feses
- Larutan gula - Aquadest
- Methylene Blue 1%
III. Metode
a. Persiapan Sampel
1. 3 gram feses ditimbang dan dimasukkan kedalam
corning sebanyak 50 ml.
2. Tambahkan air sebanyak 20 ml, lalu dihomogenkan
dengan vortex
3. Saring larutan feses dan dibuang hingga feses yang
tersisa
4. Tambahkan air hingga 45 ml, lalu dihomogenkan
menggunakan vortex.
5. Larutan feses kemudian dibagi menjadi dua yaitu : 15
ml pada tabung sentrifus untuk uji apung dan 30 ml
untuk sedimentasi.

b. Uji Apung
1. 15 ml sampel pada tabung sentrifus disentrifus pada
kecepatan 1500 rpm selama 2 menit, buang air dan
sisakan supernatant.
2. Masukan larutan gula 3-4ml, dihomogenkan dengan
vortex
3. ditambahkan kembali larutan gula hingga 15 ml,
dihomogenkan
4. larutan dipipet dan dimasukkan ke Whitlock Chamber
5. Ditambahkan larutan gula hingga cembung, letakan cover
glass selama 15 menit.
6. Cover glass ditempelkan pada object glass, diamati
dengan mikroskop
c. Uji Sedimentasi
1. Masukkan sisa 30 ml larutan sampel ke dalam tabung
kerucut
2. Tambahkan air hingga volumrn 250 ml, didiamkan
selama 5 menit, ulangi 2x
3. Cairan dibuang disisakan sekitar 10 ml, cairan dan
endapan
4. Tuang cairan dan endapan ke cawan putri
5. Ditambahkan 1 tetes methylene blue 1%
6. Dimati dengan mikroskop stereo
IV. Hasil dan Pembahasan
Pengujian yang dilakukan untuk identifikasi telur cacing dan
protozoa yaitu uji apung dan uji sedimentasi. Uji apung dilakukan
berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis antara telur cacing kelas
Nematoda dan Cestoda dengan larutan gula jenuh. Sementara itu, uji
sedimentasi dilakukan untuk mengidentifikasi cacing kelas Trematoda.
Beberapa jenis telur cacing yang berhasil diidentifikas, diantaranyaa telur
Monezia Sp., ptotozoa Eimiria Sp., dan Buxtonella Sp.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Kuantitatif dan kualitatif (Apung dan Sedimentasi)

Sampel Kuantitatif Kualitatif


Apung Sedimentasi Apung Sedimentasi
6 Monezia sp. - Monezia sp. -
Eimiria sp. Eimiria
7 Monezia sp. Buxtonella sp. Monezia sp. Buxtonella sp.
Eimiria sp. Eimiria sp.

Tabel 2. Telur per gram/ Egg Per Gram (EPG) pada Sampel Uji Apung
Sampel Kuantitatif
Telur Jumlah EPG Derajat Infeksi
6 Monezia sp. 112 3.360 Parah
Eimiria sp. 14 420 Sedang
7 Monezia sp. 89 2670 .Parah
Eimiria sp. 7 210 Sedang

Tabel 2. Telur per gram/ Egg Per Gram (EPG) pada Sampel Uji Apung

Sampel Kuantitatif
Telur Jumlah EPG Derajat Infeksi
7 Buxtonella sp. 1 0.5 Rendah

Gambar 1. Telur Monezia Sp pada sampel 6. Gambar 2. Telur Eimiria Sp. pada sampel 7

Pada perbesaran 30 x Pada perbesaran 30 x


Gambar 3. Buxtonella Sp. pada sampel 7

pada perbesaran 50x

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji sedimentasi dan uji apung secara kualitatif
dan kuantitatif, sampel feses yang diperoleh dari sapi 6-7 dengan no. Epid
A 08220160 mengalami infeksi campuran cacing Monezia Sp., ptotozoa
Eimiria Sp., dan Buxtonella Sp.
LAPORAN KEGIATAN
LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT
VETERINER BALAI VETERINER SUBANG
Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada Daging Ayam Pada Total
Plate Count Agar

(No. Epid A 08220351)

I. Pendahuluan
Sampel dengan nomor epidomiologi A 0822351, berupa
daging ayam utuh, yang diambil secara aktif dari PT Charoen
Pokphand Indonesia di desa cikasungka, Kecamatan
Cikancung, Kabupaten Bandung. Sampel diterima pada tanggal
01 April 2022, kemudian dibawa menuju Laboratorium
Kesmavet Balai Veteriner Subang untuk dilakukan pengujian
cemaran mikroba dengan menggunakan Uji Angka Lempeng
Total (ALT) yang ditujukan dalam rangka kegiatan survilens
dan kegiatan monitoring kesmavet.

II. Alat dan Bahan


- Cawan Petri
- Tabung reaksi
- Mikropippet single dan multi channel
- Mikrotips
- Bunsen
- Stomatcher
- Magnetic stirer dan stirrer incubator
- Vortex
- Larutan Buffered Pepton Water (BPW) 0,1 %
- air destilasi
- Plate Count Agar Medium
- sampel daging ayam sebanyak 5 sampel

III. Metode
1. Timbang sampel daging sebanyak 25 g lalu masukkan
kedalam wadah steril
2. Tambahkan 225 ml larutan BPW 0,1% steril kedalam
kantong steril yang berisi sampel
3. Homogenkan menggunakan stomatcher selama 1 menit
4. Pindahkan 1ml suspense pengenceran 10-1 tersebut dengan
pipet steril kedalam larutan 9ml BPW untuk mendapatkan
pengenceran 10-2
5. Buat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5 kedalam tabung
reaksi
6. Masukkan sebanyak 1 ml suspense dari setiap pengenceran
kedalam cawan petri secara duplo
7. Tambahkan 15 ml sampel dengan 20 ml PCA, lalu
dihomogenkan dengan membentuk angka 8
8. Inkubasikan pada temperature 34oC sampai dengan 36oC
selama 24 jam dengan meletakkan cawan petri pada posisi
terbalik dan hitung pada setiap pengenceran
IV. Hasil dan pembahasan

Berdsarkan hasil pemeriksaan uji cemaran mikroba pada


media Total Plate Count Agar (TPC), seluruh sampel daging
yang teridentifikasi dengan terbentuknya koloni (Gambar 1).
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah koloni 25 – 250.
Pada cawan dengan jumlah koloni yang kurang dari 25,
perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah koloni yang
ada pada cawan dengan pengenceran yang sama. Lalu dihitung
rata-rata jumlah koloni percawan dan dikalikan dengan faktor
pengenceran dan juga diberi tanda bintang dikarenakan diluar
jumlah koloni 25-250. Bila cawan tanpa koloni, jumlah TPC
adalah kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang digunakan
dan diberi tanda bintang (*). Bila berada dalam batas yang
sesuai, hitung jumlah masing-masing dari pengenceran lalu
dirata-ratakan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

Tabel 1. Hasil pengujian ALT daging ayam dengan media TPC

No Cawan Pengenceran Rata-Rata Keterangan


Petri 10-2 10-3 10-4 10-5 (CFU/ml)
1 A 1 1 0 0 50* < BMCM
B 0 0 0 0
2 A 4 1 0 0 200* < BMCM
B 0 0 0 0
3 A 3 0 0 0 150* < BMCM
B 0 0 0 0
4 A 1 1 0 0 100* < BMCM
B 1 0 0 0
5 A 0 0 0 0 100* < BMCM
B 0 0 0 0

Gambar 1. Pertumbuhan koloni bakterI pada Total Plate Count Agar pada sampel nomor 2
pengenceran 10-2

Tabel 3. Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan

Jenis Produk Hewan Parameter M


Daging segar, beku (karkas dan tanpa ALT 106 koloni/g
tulang), dan daging cincang

Susu Segar ALT 105 koloni/g

Hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa tingkat cemaran bakteri


pada daging ayam berada dibawah batas cemaran yang ditentukan oleh
SNI (No. 7388-2009), yang merekomendasikan batas maksimal cemaran
bakteri pada daging yaitu 1 x 106 CFU/ml. Angka tersebut menunjukkan
produksi daging ayam aman dikonsumsi. Pengujian Angka Lempeng Total
(ALT) pada media Total Plate Count Agar (TPC) dimaksudkkan untuk
menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat dalam produk pangan dengan
cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkkan pada media agar. ALT
didefinisikan sebagai jumlah Colony Forming Unit (CFU) bakteri pada
setiap gram atau setiap milliliter makanan.

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji cemaran mikroba dari total samppel yang
digunakan sebanyak 5 sampel dengan nomor epidemiologi A 0822351,
menunjukkan hasil cemaran bakteri pada daging ayam berada dibawah
batas cemaran bakteri yang ditentukan oleh SNI (No. 7388-2009), yang
merekomendasikan batas maksimal cemaran bakteri pada daging yaitu 1 x
106 CsFU/ml. Angka tersebut menunjukkan bahwa daging ayam aman
dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai