Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


1. Mempelajari analisis Hardness dalam air.
2. Mengetahui logam penyebab Hardness dalam air.
3. Menganalisa kadar Ca2+ dan Mg2+ serta kesadahan total dalam air.
1.2. Landasan Teori
1.2.1. Study on the Removal of Water Hardness by Electrocoagulation
Technique

Pendahuluan
Kesadahan air menciptakan banyak masalah bagi
kehidupan dan industri. Kecuali kalsium dan magnesium, besi
mangan dan strontium dan beberapa jenis logam lainnya dapat
menyebabkan kesadahan air juga, tetapi jumlahnya dapat diabaikan
jika dibandingkan dengan jumlah kalsium dan magnesium.
Mengingat masalah kesadahan air, penghilangannya sangat penting.
Sumber alam utama kesadahan air adalah ion-ion logam polivalen
terlarut dari batuan sedimen, rembesan, dan limpasan dari tanah.
Kalsium dan magnesium, dua ion utama, yang terdapat banyak
dalam batuan sedimen, yang paling umum adalah batu gamping dan
batu kapur. Mereka juga konstituen mineral penting dari makanan,
total kesadahan air juga terbuat dari ion polivalen lainnya, seperti
alumminium, barium, besi, mangan, strontium dan seng.
Berbagai teknik fisikokimia untuk menghilangkan ion
metal dari air termasuk pengendapan secara kimia, adsorpsi,
pertukaran ion, ekstraksi dan proses membrane pun digunakan.
Rekomendasi WHO untuk kesadahan air minum adalah maksimum
500 mg/l kalsium karbonat. Dari teknologi berbeda yang
membutuhkan penambahan bahan kimia untuk melunakkan air,
1
adalah pengendapan secara kimia dan pertukaran ion dan yang tidak
membutuhkan penambahan zat kimia termasuk reverse osmosis,
dialysis elektro, nano-filtrasi, kristalisasi, destilasi dan evaporasi.
Elektrokoagulasi (EC) adalah sebuah metode elektrokimia yang
dikembangkan untuk mengatasi kelemahan dari teknologi
penanganan konvensial dan menghilangkan logam berat secara
efisien dari air yang terkontaminasi dan air limbah lingkungan.
Ini adalah metode yang sederhana, ampuh, dan harganya
murah, yang menggunakan pasokan sumber langsung diantara logam
elektroda yang tercelup dalam air tercemar, tanpa adanya
penambahan zat kimia, dan sekaligus mengurangi kadar lumpur
yang harus dibuang. EC telah berhasil menghilangkan berbagai jenis
polutan seperti zat organik, air limbah pewarna dan tekstil, logam
berat, limbah biodiesel, kesadahan, COD, anion penting seperti
nitrat, fluor, dan pospat.Penggunaan listrik untuk menangani air
pertama kali diusulkan di Inggris pada tahun 1889. Aplikasi dari
elektrolisis dalam benefisiasi mineral dipatenkan oleh Elmore pada
tahun 1904. Elektrokoagulasi (EC) dengan elektroda aluminium dan
besi dipatenkan di Amerika Serikat pada tahun 1909. Hal ini adalah
metode yang ramah lingkungan karena elektron adalah reagen utama
dan tidak memerlukan penambahan zat kimia.
Hal ini akan mengurangi sebagian besar lumpur dan
akhirnya menghilangkan beberapa zat kimia berbahaya yang
digunakan sebagai koagulan dalam metode penanganan limbah
konvensional, juga perlengkapan untuk penambahan zat kimia
terkurangi. Teknik EC dapat digunakan secara nyaman di daerah
pedesaan dimana tidak ada listrik, karena panel surya yang melekat
pada unit mungkin cukup untuk melaksanakan proses. Proses
elektrokoagulasi dioperasikan berdasarkan prinsip bahwa kation
diproduksi secara elektrik dari anoda besi atau aluminium yang
bertugas untuk peningkatan koagulasi kontaminan dari media air.
2
Gerak elektroforesis cenderung berkonsentrasi pada partikel
bermuatan negatif di daerah anoda dan partikel bermuatan positif di
daerah katoda. Penggunaan anoda logam biasanya untuk
memproduksi kation polivalen logam di daerah anoda.
Kation ini menetralkan partikel bermuatan negatif yang
bergerak menuju anoda dengan produksi kation polivalen dari
oksidasi anoda terpakai (Fe dan Al) dan gas elektrolisis seperti
Hidrogen terlibat di anoda dan oksigen di katoda. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari penghilangan sumber utama
dari kesadahan yaitu kalsium dan magnesium dari air menggunakan
sebuah reactor elektrokimia melingkar dengan elektroda aluminium
horizontal. Katoda terbuat dari plat aluminium horizontal sedangkan
anoda terbuat dari array tabung aluminium yang terpisah berada di
atas katoda dengan jarak yang lebih dekat dari itu. Kondisi umum
untuk penghilangan Ca2+ dan Mg2+ telah diteliti dalam kaitannya
dengan parameter berikut: waktu proses, konsentrasi awal ion
logam, kerapatan arus yang ditetapkan, konsentrasi elektrolit, pH
awal dari larutan dan kecepatan agitasi pengaduk mekanik.
Desain ini menawarkan manfaat berikut: bentuk heliks
meningkatkan luas permukaan anoda. Ketebalan kecil dari lembar
berlubang mengurangi titik IR. Gelembung H 2 yang berkembang
secara katodik tersebar secara merata diatas daerah penampang sel,
kemampuan mengambang gelembung H2 bertentangan dengan sel
vertical dimana H2 berubah dalam bentuk tirai disamping katoda
vertical, selain itu, ketebalan lapisan gelembung meningkat ke
elektroda vertical dengan akibat peningkatan resistensi sel dan
penyebaran yang tidak merata dan menempatkan anoda Al yang
melarut diatas katoda H2 mengarah ke perbaikan kondisi
pencampuran pada permukaan anoda berdasarkan konveksi makro
yang disebabkan oleh meningkatnya gelembung H2. Sebagai

3
akibatnya, polarisasi konsentrasi akan menurun pada anoda dan Al 2+
dan Al3+ akan tersebar secara merata dalam larutan air.

Percobaan
1. Pengaturan Eksperimen
Gambar 1.1. menunjukkan sel dan sirkuit listrik yang
digunakan dalam penelitian ini, sirkuit listrik terdiri dari power
supply 20V DC. Sel terdiri dari gelas 2 L. Katoda terdiri dari plat
Al berbentuk persegi yang mempunyai ukuran 9 x 9 cm dan
ditempatkan di bawah sel, bagian belakangnya di isolasi dengan
epoxy resin. Anoda terbuat dari array dari silinder horizontal
terpisah, masing-masing silinder memiliki panjang 1,8 cm dan
diameter 1,2 cm dan memiliki 17 total silinder dan silinder dalam
array berjarak 0,87 cm, volume cairan yang ditangani sebanyak
1 L. Silinder horizontal yang tetap di ujungnya untuk dua lembar
Al, katoda dan anoda diatur di posisi vertical lembar Al dan
bertindak sebagai pengumpan. Katoda dan anoda dipisahkan oleh
lembaran plastik berlubang selebar 1 mm, lubang kecil ini
memungkinkan ion H+ keluar sebagai gelembung dari katoda,
gelembung ini membuat pencampuran yang baik untuk larutan
yang meningkatkan laju perpindahan massa.

4
Gambar 1.1 Skema Diagram Reactor Elektrokoagulasi
Keterangan Gambar :
1. Anoda
2. Insulated Anoda Holder
3. Katoda
4. Insulated Katoda Holder
5. Lembar Plastik Berlubang
6. Level Larutan
7. Power Supply Digital 20V DC
8. Gelas 2 L
Zat Kimia yang Digunakan
a. Kalsium klorida (CaCl2.2H2O)
b. Magnesium klorida (MgCl2)
c. Natrium klorida (NaCl)
d. Asam sulfat (H2SO4 1 N)
e. Natrium hidroksida (NaOH 1 N)
Prosedur Elektrokoagulasi
Untuk setiap penggunaan 1 L larutan air sadah dicampur
dengan sesuai jumlah NaOH yang digunakan sebagai konduktor.
Sumber langsung biasanya diumpankan ke sistem dengan densitas
konstan, efek dari perlakuan elektrokoagulasi ditentukan oleh

5
analisa penggunaan adsorpsi atom dengan interval waktu berbeda.
Untuk mencapai pH yang diinginkan, asam sulfat 1 N atau NaOH 1
N digunakan. Sampel air sadah pada konsentrasi awal (250 ppm
sampai 1000 ppm) disiapkan dengan mencampur garam
CaCl2.2H2O dan MgCl2 dengan air suling.
25 mL sampel awal diambil dan setelah interval waktu
berikut (5, 15, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120) menit dengan pipet dari
tengah reactor diatas stirrer dan posisi ini dijaga tetap konstan
selama proses kemudian disaring dengan kertas saring dan
diencerkan sampai 100 mL agar sesuai untuk analisis adsorpsi
atom.
Elektroda dicuci sekali dengan HCl encer dan dengan air
suling tiga kali sebelum proses untuk penghilangan oksida.
Efisiensi dari penghilangan kesadahan (kalsium dan
magnesium) dihitung dengan:
ci−cf
Efisiensi Penghasilan (%) = x 100
ci

Dimana:
Ci : konsentrasi sampel awal (mg/L)
Cf : konsentrasi sampel akhir (mg/L)

Pembelajaran Variabel-variabel
a. Pengaruh waktu elektrolisis (5, 10, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120)
b. Pengaruh densitas (12,61; 25,23; 37,85; dan 50,46)
c. Pengaruh pH awal (3, 5, 7, 9 dan 10)
d. Pengaruh konsentrasi awal dari kalsium dan magnesium
 200 ppm Ca2+ dan 50 ppm Mg2+
 400 ppm Ca2+ dan 100 ppm Mg2+
 600 ppm Ca2+ dan 150 ppm Mg2+
 800 ppm Ca2+ dan 200 ppm Mg2+
e. Pengaruh konsentrasi NaOH (0,5; 1; 2 dan 3 g/L)
6
f. Pengaruh kecepatan agitasi (200; 250; 300 dan 350 rpm)

Hasil dan Pembahasan


Pengaruh Waktu Proses
Efisiensi penghilangan kalsium dan magnesium adalah fungsi
dari waktu elektrolisis. Efisiensi penghilangan kalsium dan
magnesium meningkat dengan meningkatnya waktu elektrolisis.
Tetapi, diluar waktu optimal elektrolisis, efisiensi penghilangan
menjadi konstan dan tidak meningkat dengan peningkatan waktu
elektrolisis. Pengaruh dari waktu pemrosesan pada efisiensi
penghilangan kalsium dan magnesium oleh proses elektrokoagulasi
ditunjukkan pada Gambar 1.2. dan 1.3. yang menunjukkan bahwa
persen penghilangan kalsium dan magnesium setelah 60 menit
adalah konstan dan tidak ada penghilangan. Hal itu terjadi karena
ion hidroksida dibentuk oleh pecahan anoda. Untuk densitas,
jumlah logam hidroksida meningkat dengan peningkatan waktu
elektrolisis. Untuk waktu elektrolisis yang lama, ada peningkatan
pembentukan gumpalan yang menyebabkan peningkatan efisiensi
penghilangan kalsium dan magnesium. Untuk peningkatan waktu
elektrolisis melebihi waktu elektrolisis optimal, efisiensi
penghilangan kalsium dan magnesium tidak meningkat karena
jumlah gumpalan tersedia untuk penghilangan kalsium dan
magnesium.

Pengaruh Densitas
Angka (3,3), (3,4), (3,5) dan (3,6) menunjukkan
pengaruh densitas, mulai dari (12,61-50,46 mA/cm2) pada efisiensi
penghapusan kalsium dan magnesium dari air keras oleh
elektrokoagulasi. Persentase penghapusan kalsium dan magnesium
pada 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50 ppm dari magnessium),
500 ppm (400 ppm Kalsium dan 100 ppm magnessium) masing-
masing, dipelajari dan efisiensi removal kekerasan maksimum
7
ditemukan menjadi 53,53 % kalsium dihapus dan 100 %
magnesium dihapus pada 40,81 mA/cm 2. Hal ini dapat diamati
bahwa, pada saat elektrokoagulasi yang sama dan di bawah kondisi
operasi yang sama, persentase penghapusan peningkatan kekerasan
dengan peningkatan kepadatan arus. Peningkatan ini mungkin
disebabkan karena peningkatan kepadatan arus akan meningkatkan
densitas gelembung sementara ukuran mereka menurunkan
pengapungan mereka akan meningkat, itu juga mengamati bahwa
agregasi dari gumpalan diinduksi sambil meningkatkan H 2
Evolusi, proporsionalitas langsung antara bidang arus searah dan
potensial elektrolisis yang menyiratkan lebih pelepasan ion
kalsium dan magnesium dan generasi demikian lebih kalsium dan
magnesium hidroksida yang diperlukan untuk membentuk
koagulan. Meningkatkan kepadatan arus meningkatkan laju
emulsifikasi dengan elektroforesis dan peningkatan Al 3+ konten
emulsi menurut hukum Faraday.

Pengaruh pH Awal Larutan

PH larutan tersebut adalah parameter operasional penting


dalam elektrokoagulasi. Penghapusan maksimum. Efisiensi
diperoleh pada solusi pH optimal untuk elemen tertentu.
Pengendapan unsur dimulai pada pH tertentu. Efisiensi removal
elemen berkurang dengan baik meningkatkan atau menurunkan pH
larutan dari pH optimum. PH adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kinerja angka proses elektrokimia (3,7), (3,8), (3,9)
dan (3.10) menunjukkan efek dari pH awal dari solusi pada
persentase penghapusan kekerasan pada 250 ppm (200 ppm
Kalsium dan 50 ppm Magnesium) dan 500 ppm (400 ppm Kalsium
dan 100 ppm Magnesium). Pengaruh pH dengan peningkatan pH,
tingkat kalsium dan magnesium peningkatan penghapusan karena

8
efek dari pH pada koagulan tergantung pada reaksi yang dihasilkan
pada kondisi yang berbeda.

• Dalam kondisi netral:



3 Al ( s ) +8 H 2 O ( l ) ❑ Al ( OH )2 ( s )+ 2 Al ( OH )3 +4 H 2( g)

• Dalam kondisi asam:



2 Al ( s ) +6 H 2 O ( l ) ❑ O2 ( g ) + Al ( OH )2 ( s ) + 4 H 2 (g)

• Dalam kondisi alkali:



2 Al ( s ) +6 H 2 O ( l ) ❑ 2 Al ( OH )3+3 H 2 O(l)

Di sini, Al(OH)3 dan Al(OH)2 menetap sementara, H2


bergerak ke atas dan menyebabkan flotasi. Sebagai reaksi
menunjukkan, dalam kondisi keasaman Al(OH)2 dan dalam
kondisi alkali Al(OH)3 diproduksi. Sejak Al(OH)3 memiliki berat
badan yang lebih tinggi dan kepadatan mengendap lebih cepat dan
memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Mereka lebih lanjut
melaporkan bahwa pH larutan sintetis setelah proses EC meningkat
dengan peningkatan waktu elektrolisis karena generasi dalam
proses EC.

Pengaruh Konsentrasi Kalsium dan Magnesium Awal

Untuk mengamati efek kalsium awal dan konsentrasi


magnesium pada kalsium dan magnesium efisiensi removal oleh
EC, percobaan dilakukan selama empat konsentrasi kalsium dan
magnesium yang berbeda seperti 250 ppm (200 ppm Kalsium dan
50 ppm Magnesium) 500 ppm (400 ppm Kalsium dan 100 ppm
Magnesium) 750 ppm (600 ppm Kalsium dan 150 ppm
Magnesium) dan 1000 ppm (800 ppm Kalsium dan 200 ppm
Magnesium) selama 60 menit dengan rapat arus konstan 30,91

9
A/m2. Gambar dan angka menunjukkan persentase penghapusan
kalsium dan magnesium untuk kalsium dan magnesium
konsentrasi awal yang berbeda. Sebagai hasil ditunjukkan, kalsium
dan magnesium penghapusan efisiensi menurun dengan
peningkatan kalsium awal dan konsentrasi magnesium. Misalnya
setelah 60 menit operasi, penghapusan kalsium menurun dari 50 %
menjadi 22,55 % pada konsentrasi kalsium meningkat 200-800
mg/L, dan juga setelah 60 menit penghapusan magnesium
penurunan dari 100 % menjadi 93,44 % pada konsentrasi
magnesium adalah meningkat dari 50 ppm hingga 200 ppm. Itu
karena fakta bahwa pada kepadatan arus konstan dan waktu,
jumlah yang sama dari kompleks aluminium hidroksida yang
dihasilkan di semua solusi. Akibatnya, jumlah yang sama flok akan
diproduksi dalam solusi. Akibatnya, gumpalan yang dihasilkan
pada konsentrasi kalsium dan magnesium yang tinggi tidak cukup
untuk menyerap semua molekul kalsium dan magnesium dari
solusi. Untuk konsentrasi rendah kalsium dan magnesium, jumlah
kompleks aluminium hidroksida lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah molekul kalsium dan magnesium. Oleh karena itu lebih
tinggi kalsium dan magnesium penghapusan diperoleh dalam
waktu cepat dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Maka di bawah kondisi operasi ini, lebih rendah adalah kalsium
dan magnesium konsentrasi yang lebih baik akan efisiensi
removal.

Pengaruh Konsentrasi Elektrolit

NaCl biasanya digunakan untuk meningkatkan


konduktivitas air atau limbah untuk diperlakukan. Kehadiran ion
klorida dalam larutan telah dilaporkan untuk mengurangi pasivasi
dari Al permukaan dan dengan demikian meningkatkan efisiensi
proses elektrokoagulasi. Angka menunjukkan pengaruh
10
konsentrasi NaCl, mulai dari (0,5 sampai 3 g/L), persentase
penghapusan Ca dan Mg pada 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50
ppm Magnesium) dan 500 ppm (400 ppm Kalsium dan 100 ppm
Magnesium) masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meningkatnya konsentrasi NaCl telah meningkatkan persentase
penghapusan Kalsium dan Magnesium. kondisi optimum dari
penelitian ini adalah NaCl = 1 g/L dengan mempertimbangkan
sedikit peningkatan persentase penghapusan melampaui 1 g/L.
Studi sebelumnya juga telah menunjukkan perilaku yang sama.

Pengaruh Kecepatan Agitasi

Agitasi membantu untuk mempertahankan kondisi seragam


dan menghindari pembentukan gradien konsentrasi dalam sel
elektrolisis sel itu dijalankan pertama tanpa diaduk ada
penghapusan tapi kurang dari penghapusan sementara ada
pengaduk. Kami menggunakan pengaduk mekanik dan kecepatan
disesuaikan pada 200 rpm, 250 rpm, 300 rpm dan 350 rpm.
Selanjutnya, agitasi dalam sel elektrolisis menanamkan kecepatan
untuk pergerakan ion yang dihasilkan. Dengan peningkatan agitasi
mempercepat kecepatan agitasi optimum, ada peningkatan dalam
kalsium dan magnesium penghapusan peningkatan penghapusan
efisiensi dari 200 rpm untuk mencapai penghapusan tertinggi pada
300 rpm kemudian mulai menurun pada 350 rpm. Angka
menunjukkan bahwa. Hal ini disebabkan fakta bahwa dengan
peningkatan mobilitas ion yang dihasilkan, gumpalan terbentuk
sebelumnya mengakibatkan peningkatan kalsium dan magnesium
efisiensi removal untuk waktu elektrolisis tertentu. Tapi dengan
lebih lanjut peningkatan kecepatan agitasi luar nilai optimum, ada
penurunan efisiensi kalsium dan magnesium penghapusan karena
kecepatan agitasi yang tinggi membuat gumpalan terdegradasi oleh

11
tabrakan satu sama lain. Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang mencapai hasil yang sama.

Pengaruh Konsumsi Energi, Konsumsi Aluminium dan Harga


Total

Kelayakan ekonomi elektrokoagulasi dibandingkan dengan


teknik lain, konsumsi konsumsi energi dan Al logam dihitung
sebagai berikut [22]:

Konsumsi energy

kWh EltEC
Kesadahan yang hilang =
g ( Co−Ct )V

Dimana

• E adalah tegangan sel (Volt)


• I adalah arus (A)
• TEC adalah waktu elektrokoagulasi (h)
• C 0 konsentrasi senyawa awal (mg / l)
• C t adalah konsentrasi pada waktu t (mg / l)
• V adalah volume diobati (L)
Jumlah logam aluminium dikonsumsi di elektrokoagulasi dihitung
dengan menggunakan hukum Faraday seperti yang ditunjukkan di
bawah ini:

Al
Konsumsi Al (g kesadahan yang hilang =
g
ltM
2 FV (Co−Ct)

Dimana :

12
• M adalah berat molekul Al (27 g / mol)
• Z adalah jumlah transfer elektron (Z Al = 3)
• F adalah Faraday konstanta (96.500 Columb)

Variasi konsumsi energi listrik dan konsumsi elektroda dengan


densitas arus, konsentrasi awal elektrolit, kalsium awal dan
magnessium konsentrasi dan agitasi kecepatan disajikan dalam
Angka biaya operasi selama air keras pengobatan proses termasuk
biaya listrik, bahan kimia dan biaya lumpur buruh pembuangan,
pemeliharaan dan peralatan. Dalam proses elektrokimia parameter
yang paling penting yang mempengaruhi biaya operasi adalah
biaya bahan elektroda dan energi listrik yang dikonsumsi. Jadi
barang-barang tersebut dihitung dalam penelitian ini untuk
menentukan biaya operasi:

Harga operasi = X energy konsumsi + Y elektroda konsumsi

Dimana

Energi konsumsi dan Elektroda konsumsi adalah jumlah


konsumsi per L dari diperlakukan harga satuan air, X dan Y,
diberikan untuk pasar Mesir, Mei 2015, adalah; Harga listrik 0,65
EGP / kWh, elektroda harga bahan 17.22EGP / Kg dari Al.

Pengaruh Rapat Arus

Gambar diselidiki, terlihat bahwa peningkatan kerapatan


arus menyebabkan peningkatan konsumsi energi. Dalam
kecenderungan yang sama dalam konsumsi energi, konsumsi
elektroda meningkat dengan meningkatkan kepadatan saat ini
karena peningkatan kepadatan arus memiliki lebih pembubaran
elektroda aluminium. Mereka meningkat dengan meningkatnya
kepadatan arus yang menghasilkan peningkatan total biaya operasi
tokoh EC.
13
NaCl Konsentrasi

Ketika menambahkan NaCl sebagai elektrolit ini membantu


dalam mengurangi angka konsumsi energi, yang kemudian
menyebabkan penurunan dari total biaya operasi angka dan studi
sebelumnya menunjukkan hasil yang sama.

Pengaruh pH

Gambar menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi energi


sebagai peningkatan solusi pH (dari asam ke dasar). Sementara,
penurunan konsumsi aluminium sebagai keasaman penurunan
solusi untuk mencapai nilai minimum di kisaran basa (pH = 10).
Total biaya EC meningkat dengan meningkatnya pH yang
mengikuti tren yang sama dengan angka konsumsi energi.

Pengaruh Konsentrasi Awal

Sebagai kalsium dan magnesium konsentrasi dalam larutan


meningkat menjadi 1000 ppm, konsumsi elektroda tidak meningkat
banyak, tetapi kalsium dan penghapusan magnesium efisiensi telah
terjadi, karena formasi banyak flok membantu untuk menyapu
kalsium dan magnesium dan ada tidak perlu sebanyak konsumsi
elektroda seperti sebelumnya. Hubungan antara konsumsi energi
listrik dan konsentrasi kalsium dan magnesium disajikan dalam
gambar. Namun, itu dapat disimpulkan bahwa total biaya operasi
juga menurun dengan meningkatnya konsentrasi kalsium dan
magnesium seperti yang ditunjukkan pada gambar.

14
Pengaruh Agitasi Kecepatan

Seperti yang terlihat pada gambar sebagai kecepatan


pengaduk peningkatan konsumsi energi penurunan hanya dari 200
rpm ke 250 rpm kemudian mulai meningkat lagi sementara
penurunan konsumsi aluminium sepanjang. biaya operasi terlihat
pada gambar menjadi sama dengan konsumsi energi mengikuti tren
yang sama sepanjang.

15
Gambar 1.2 Pengaruh Waktu Pemrosesan Persentase Penghapusan
Kalsium dan Magnesium (Kondisi Operasi: pH = 7,
Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 ᵒC dan Kecepatan
Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.3 Pengaruh Kerapatan Arus Persentase Penghapusan


Kalsium dan Magnesium (Kondisi Operasi: = 250 ppm
(200ppm Kalsium dan 50 ppm Dari Magnessium), pH =
7, NaCl Konsentrasi = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan
Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.4 Pengaruh Kerapatan Arus Persentase : Penghapusan Kalsium


dan Magnesium (Kondisi Operasi: Co = 500 ppm (400 ppm
Kalsium dan 100 ppm Magnessium), pH = 7, NaCl
konsentrasi = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan Pengadukan
= 200 rpm)
15
Gambar 1.5 Pengaruh pH Pada Persentase Penghapusan Kalsium dan
Magnesium (Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm
Kalsium dan 50 ppm Dari Magnessium), Densitas Arus =
37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan
Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.6 Pengaruh pH Pada Persentase Penghapusan Kalsium dan


Magnesium (Kondisi Operasi: Co = 500 ppm (400 ppm
Kalsium dan 100 ppm Magnessium), Densitas Arus =
37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan
Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

16
Gambar 1.7 Pengaruh pH Pada Persentase Penghapusan Kekerasan
(Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50
ppm Dari Magnessium), Densitas Arus = 31,91 mA/cm 2,
Konsentrasi NaCl = 1 mg/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan
Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.8 Pengaruh Kalsium Awal dan Konsentrasi Magnesium


Persentase Penghapusan Kalsium dan Magnesium
(Kondisi Operasi: pH = 7, Kepadatan Sekarang =
37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L. Suhu = 25 °C
dan Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

17
Gambar 1.9 Pengaruh Konsentrasi NaCl Persentase Penghapusan
Kekerasan (Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm
Kalsium dan 50 ppm Dari Magnessium), pH = 7,
Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm2 dan Suhu = 25 °C)

Gambar 1.10 Pengaruh Konsentrasi NaCl Persentase Penghapusan


Kekerasan (Kondisi Operasi: Co = 500 ppm (400 ppm
Kalsium dan 100 ppm Magnessium), pH = 7, Kepadatan
Arus = 37,85 mA/cm2 dan Suhu = 25 °C)

18
Gambar 1.11 Pengaruh Kecepatan Pengaduk Persentase Penghapusan
Kalsium dan Magnesium (Operasi Kondisi: Co = 250 ppm
(200 ppm Kalsium dan 50 ppm Dari Magnessium, pH = 7,
Kepadatan Arus = 39,91 mA/cm2 dan Suhu = 25 °C)

Gambar 1.12 Pengaruh Kerapatan Arus Pada Konsumsi Energi dan


Konsumsi Aluminium (Operasi Kondisi: Co = 250 ppm
(200 ppm Kalsium dan 50 ppm Dari Magnessium), pH = 7,
NaCl Konsentrasi = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan
Pengadukan = 200 rpm)

19
Gambar 1.13 Pengaruh Kerapatan Arus Total Biaya Operasi (Kondisi
Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50 ppm
Magnessium, pH = 7, NaCl Konsentrasi = 1 g/L, Suhu =
25 °C dan Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.14 Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Pada Konsumsi Energi


dan Konsumsi Aluminium (Kondisi Operasi: Co =
250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50 ppm Magnessium),
pH = 7, Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm 2, Suhu = 25 °C
dan Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

20
Gambar 1.15 Pengaruh Konsentrasi NaCl Pada Total Biaya Operasi
(Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50
ppm Magnessium), pH = 7, Kepadatan Arus = 37,85
mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan
Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.16 Pengaruh pH Pada Konsumsi Energi dan Konsumsi


Aluminium (Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm
Kalsium dan 50 ppm Magnessium), pH = 7, Kepadatan
Arus = 37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu =
25 °C dan Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

21
Gambar 1.17 Pengaruh pH Pada Total Biaya Operasi (Kondisi Operasi:
Co = 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50 ppm
Magnessium), pH = 7, Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm2,
Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan
Pengadukan = 200 rpm)

Gambar 1.18 Pengaruh Kalsium Awal dan Magnessium Pada Konumsi


Energi dan Konsumsi Aluminium (Kondisi Operasi: pH =
7, Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1
g/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan Pengadukan = 200 rpm)

22
Gambar 1.19 Pengaruh Kalsium Awal dan Konsentrasi Magnessium
Total Biaya Operasi (Kondisi Operasi: pH = 7,
2
Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm , Konsentrasi NaCl = 1
g/L, Suhu = 25 °C dan Kecepatan Pengadukan = 200
rpm)

Gambar 1.20 Pengaruh Kecepatan Pengaduk Pada Konsumsi Energi dan


Konsumsi Aluminium (Kondisi Operasi: Co = 250 ppm
(200 ppm Kalsium dan 50 ppm Magnessium), pH = 7,
Kepadatan Arus = 37,85 mA/cm2, Konsentrasi NaCl =
1 g/L, Suhu = 25 °C)

23
Gambar 1.21 Pengaruh Kecepatan Pengaduk Pada Total Biaya Operasi
(Kondisi Operasi: Co = 250 ppm (200 ppm Kalsium dan 50
ppm Magnessium), pH = 7, Kepadatan Arus = 37,85
mA/cm2, Konsentrasi NaCl = 1 g/L, Suhu = 25 °C)

Kesimpulan
Pengobatan elektrokimia dapat dicirikan sebagai proses
yang menggunakan alat-alat sederhana dan peralatan, waktu retensi
pendek dan operasi sederhana. Karakteristik ini membantu untuk
mengurangi biaya operasi dalam aplikasi scalable. Elektrokoagulasi
(EC) proses telah puast perhatian dibandingkan dengan pendekatan
lain yang menggunakan teknologi elektrokimia dan sekarang
dianggap salah satu teknik yang banyak digunakan untuk
pengolahan air sadah.
Efek dari parameter yang berbeda termasuk elekrolisis
waktu, awal kalsium dan magnesium konsentrasi, pH awal, NaCl
sebagai konsentrasi elektrolit dan kecepatan pengaduk dievaluasi.
Studi ini menemukan bahwa peningkatan penghapusan persentase
dengan bertambahnya waktu elektrolisis sampai penghapusan
mendekati konstan telah tercapai setelah 60 menit dan kemudian
waktu tidak memiliki signifikasi.
24
Perhitungan menunjukkan bahwa dengan
meningkatkan kerapatan arus, baik aluminium dan konsumsi daya
yang meningkat. Sebagai lawan, dengan meningkatkan konsentrasi
NaCl baik aluminium dan konsumsi energy menurun. Peningkatan
pH awal meningkatkan biaya operasi keseluruhan. Sementara,
menigkatkan konsentrasi larutan awal mengurangi biaya operasi
keseluruhan.

25
1.2.2. Air Sadah
Kesadahan adalah kandungan mineral-mineral tertentu di
dalam air. Umumnya ion kalsium dan magnesium dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi. Sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral
yang rendah. Selain ion kalsium, dan magnesium, penyebab
kesadahan total juga bisa merupakan Ion logam lain maupun garam-
garam bikarbonat dan s ulfat.
Air sadah tidak begitu berbahay untuk diminum, namun
dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun dirumah
tangga, dan air sadah yang bercampur dengan sabun dapat
membentuk gumpalan scum yang sukar di hilangkan. Dalam
industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk
mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya
digunakan berbagai zat kimia, atau pun dengan menggunakan resin
penukar ion.( Juna Sihombing, ST. MT. 2019. Hal : 28).

1.2.3. Karakteristik Air


Air menutup sekitar 70 % permukaan bumi, dengan jumlah
sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya
uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat disungai,
danau, air tanah (ground water), dan gunung es (glacier). Semua
badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui
siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh
senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC, air
berwujud cair. Suhu 0 oC merupakan titik beku freezingpoint)

26
dan suhu 100 oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa
sifat tersebuT, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk
hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau, dan
badan air yang yang lain akan berada dalam bentuk gas atau
padatan; sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi
ini, karena sekitar 60 % - 90 % bagian sel makhluk hidup adalah
air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki
sifat penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam
seketika.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap
air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang
besar. Sebalikya, proses perubahan uap air menjadi cairan
(kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Sifat ini juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan
berbagai jenis senyawa kimia. Sifat ini memungkinkan unsur
hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh
makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang
masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk
dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakn
sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar
(polutan) yang masuk ke badan air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan
dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika
tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika
membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es

27
memiliki nilai densitas yang lebih rendah daripada air (Hefni
Effendi, 2004).

1.2.4. Penanggulangan Air Sadah


Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan
ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan
biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion. Manfaat penentuan kesadahan
sementara dan kesadahan permanen yaitu untuk mengetahui tingkat
kesadahan air karena air sudah dapat menimbulkan kerak sehingga
dapat menyumbat pipa saluran air panas seperti radiator yang
digunakan dalam mesin-mesin pertanian.
Kesadahan dapat berupa kesadahan umum dan kesadahan
karbonta. Kesadahan lainnya adalah jenis kesadahan sementra dan
kesadahan tetap. Penangan kesadahan dapat dilakukan dengan
menggunakan reserve osmosis atau deioneser. Metode ion
termaksud dalam metode yang mahal. Penggulangan lain dapat
digunakan dengan melakukan ion exchanger (Juna Sihombing,
2019).

1.2.5. Pengolahan Air Sadah Menjadi Air Minum


Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan
setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan peraturan lain yang
berlaku seperti APHA (American Public Health Association atau
Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk
kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas
secara fisik, secara kimia, dan secara biologis. Kualitas secara fisik
meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.

28
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik dan anorganik, seperti lumpur dan buangan dari pemukiman
tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh.Dari segi
estetika, kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencernaan melalui buangan. Warna air berubah bergantung
kepada warna buangan yang memasuki badan air. Sedangkan dari
sifat pengendapannya, yang dapat menyebabkan kekeruhan dapat
berasal dari bahan-bahan yang mudah diendapkan dan bahan-bahan
yang sukar diendapkan. Air yang mengandung kekeruhan yang tinggi
akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih.
Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Kalaupun proses
penyaringan dapat dilakukan akan memerlukan biaya yang lebih
besar dan mungkin pula mahal. Hal lain yang tidak kalah pentingnya
adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk
didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba
yang tidak diharapkan.

Tentu saja dengan cara lain kekeruhan akan dapat dihilangkan.


Untuk bahan-bahan yang mudah diendapkan kekeruhan dihilangkan
dengan cara pengendapan (sedimentasi) ataupun filtrasi. Sedangkan
untuk bahan-bahan yang sukar diendapkan dapat dihilangkan dengan
cara filtrasi dan koagulasi yang kemudian dilanjutkan dengan cara
filtrasi dan sedimentasi. Ini dilakukan agar air yang keluar ialah air
bersih. PKoagulan adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk
proses pengendap tersebut.

Bau dan rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh
kehadiran organisme seperti mikrolage dan bakteri. Dari segi estetika,
air yang berbau, apalagi bau busuk seperti bau telur yang membusuk,
ataupun air yang berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak
dibenarkan oleh peraturan ketentuan yang berlaku. Selain itu, yang
berkaitan dengan warna pada air yang berasal dari buangan pabrik

29
ataupun buangan permukiman juga tidak dibenarkan untuk
dikonsumsi. Hal ini disebabkan di dalam warna terkandung senyawa
kimia yang besar kemungkinan akanmembahayakan kesehatan.

Pengaturan nilai pH diperkenankan sampai batas yang tidak


merugikan karena efeknya terhadap rasa, korosivitas, dan efisiensi
klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa yang bersifat toksin
dalam bentuk molekuler, tempat dissosiasinya senyawa-senyawa
tersebut dengan zat lain, dipengaruhi oleh nilai pH. Misalnya, logam
berat di dalam suasana asam akan lebih toksik/beracun kalau
dibandingkan pada suasana basa.

1. Cara Sederhana
Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah tangga yang
bersumber dari sungai, kolam, danau ataupun mata air, yang sudah
cukup, bahkan kadang-kandang berlimpah. Akan tetapi, air baku
terutama yang berasal dari air sungai maupun air danau,
kebanyakan sudah dikenai pencemar, khususnya pencemaran
domestik. Untuk mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin
keruh atau berwarna, banyak cara yang telah dilakukan oleh
penduduk setempat, mulai dari cara-cara yang sederhana sampai
cara yang ditingkatkan. Cara yang sangat sederhana yang banyak
dijumpai di pedesaan ialah air yang terkumpul sebelum disalurkan
ke jamban atau tempat lainnya yang memerlukan, ditampung
terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampungan. Penampungan
yang dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air
tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan sebagainya yang
terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut.

Cara pengolahan air dengan sistem bak penampungan ini


sangat baik dilakukan untuk air baku yang berasal dari sumber
mata air atau dari sungai yang langsung dari hutan atau

30
pegunungan yang masih kelihatan jernih. Kalau berasal dari danau,
apalagi dari sungai yang keruh, sulit untuk dilakukan. Karena
bahan-bahan terlarut di dalam air yang besar kemungkinan cukup
tinggi sehingga airnya kelihatan keruh, akan merupakan kendala
yang sulit diatasi. Untuk jenis air lainnya, misalnya yang berasal
dari danau atau sungai yang sudah dikenai pencemar, memerlukan
cara lain untuk pembersihannya.

2. Cara Saringan Pasir Lambat


Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah
0,2-0,5 m3/m2/jam, sedangkan pasir cepat 5-7 jam, serta diameter
efektif media pasirnya antara 0,15-0,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0
mm. kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat sangat
kecil sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung
dalam bilangan waktu minggu atau bulan.

Dengan ukuran efektif media pasir yang sedemikian kecil


bahan-bahan dalam bentuk suspense, termasuk koloid dan bakteri
akan tersangkut di lapisan atas saringan. Pembersihan saringan
dapat dilakukan dengan jalan mengeruk lapisan atas yang telah
kotor dan menggantikannya dengan lapisan pasir yang baru. Di
dalam proses penyaringan dengan saringan pasir lambat, parameter
yang paling penting adalah kecepatan penyaringan dan masa
operasi saringan yang didefinisikan sebagai selang waktu di antara
dua periode pembersihan yang diperlakukan.

Saringan paris lambat sangat efisien untuk menghilangkan


kekeruhan dalam air, baik kekeruhan yang diakibatkan oleh bahan-
bahan dalam tersuspensi yang mudah mengendap maupun bahan-
bahan berbentuk kolodial. Selain itu, pasir lambat juga sangat
efektif untuk pemisahan bakteri di dalam air.

3. Cara Koagulasi

31
Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan
seperti air sungai atau air saluran irigasi, ada yang dapat
dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan secara
langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara
tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua
cara tersebut disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya
dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi.

Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan


pengikatan partikel-partikel koloid secara bersama. Proses ini
menyangkut pembentukan flok yang mengadsorbsi dan mengikat
partikel-partikel koloid di dalam air sehingga membentuk flok
yang lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi
kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan
kimia yang umum digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al 2(SO4)3.
18 H2O) yang juga dikenal dengan nama tawas. Bahan ini paling
banyak diperguankan karena relatif murah dan mudah diperoleh di
pasaran.

4. Biofilter
Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam
menguraikan benda-benda organik dan anorganik yang terdapat di
dalam air buangan, sudah diketahui dan dimanfaatkan sejak lama.
Kehadirannya secara alami, terlihat pada air danau, selokan,
sungai, larutan ataupun pada tempat-tempat lain yang berair, serta
di daratan yang lembap.

Kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba tersebut, terdapat


pada tempat atau bejana pengolahan air buangan, seperti dalam
bentuk kolam oksidasi, kolam stabilisasi, trickling-filter.

Pada umumnya bentuk dan sifat kehidupan mikroban bebas, tidak


terikat oleh substrat ataupun oleh bagian dari jasad hidup lainnya.

32
Bahkan di dalam perkembangnya, ternyata jenis tanaman tinggi
(berbentuk pohon) dapat juga dipergunakan sebagai biofilter, atau
benda pengolah buangan yang terdiri jasad hidup seperti halnya
tanaman air ataupun tanaman lainnya.

Biofilter sebagai salah satu di dalam pengolahan buangan dengan


menggunakan tanaman memiliki mikroba rhizosfera mempunyai
kemampuan untuk menguraikan benda-benda organik ataupun
anorganik di sekitar akarnya, mempunyai kemampuan untuk:

a) Menurunkan nilai BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimia)


ataupun COD (Kebutuhan Oksigen Kimia) air buangan.
b) Meningkatkan nilai DO (Kelarutan Oksigen) air buangan.
c) Menguraikan benda-benda organik maupun anorganik di dalam
air buangan.
d) Reduksi terhadap beberapa jenis ion logam, seperti Na + dan
Mg2+ yang terkandung di dalam air payau.
e) Perubahan nilai pH pada air buangan.
f) Penurunan kandungan logam berat, khususnya dalam bentuk
Hg, Pd, dan Zn di dalam air buangan. (Unus, 2005)

33
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Beaker glass 500 mL : 2 buah
2. Beaker glass 100 mL : 2 buah
3. Kaca arloji : 2 buah
4. Pipet ukur 10 mL : 5 buah
5. Spatula : 2 buah
6. Gelas ukur 50 mL : 2 buah
7. Corong kaca : 3 buah
8. Erlenmeyer 200 mL : 3 buah
9. Erlenmeyer 100 mL : 6 buah
10. Buret 50 mL : 1 buah
11. Statif dan klem : 1 set
12. Pipet volum 50 mL : 1 buah
13. Pipet volum 25 mL : 2 buah
14. Bola hisap : 2 buah
15. Pipet tetes : 1 buah
16. Pipet ukur 1 mL : 2 buah
17. Pipet volum 10 mL : 1 buah
18. Stirrer : 1 unit
19. Magnetic Stirrer : 2 buah
20. Neraca analitik : 1 unit
21. Botol semprot : 1 buah

2.1.2. Bahan
1. Air Prima : 600 mL
2. Larutan CaCl2.2H2O : 1000 mL
3. Larutan MgSO4.7H2O : 1000 mL

34
4. Air Sungai Sebelum Filtrasi : 500 mL
5. Air Sungai Sesudah Filtrasi : 500 mL
6. KOH 50 % : 1000 mL
7. HONH2HCl 10 % : 1000 mL
8. NaOH 0,5 N : 500 mL
9. Aquadest : 1000 mL
10. Indikator Murexid : 4 gram
11. Larutan EDTA 0,01 M : 1000 mL
12. Larutan Buffer pH 10 : 250 mL
13. Indikator EBT : 100 gram
14. KCN 10 % : 1000 mL

2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Air Sadah serta Analisa Ca 2+ dan
Mg2+
2.1.1. Prosedur PerancanganAlat
1. Alat dan Bahan dipastikan dalam keadaan benar bersih.
2. Pada bagian dasar diletakkan kapas dan diatasnya diletakkan
batu, lalu diatasnya dibuat kapas.
3. Batu kerikil dimasukkan kedalam alat filtrasi, lalu
dimasukkan kapas sebagi sekat.
4. Arang diletakkan di lapisan berikutnya dan ditambahkan
kapas sebagai sekat.
5. Pasirsilika ditambahkan kedalam alat filtrasi, lalu
dimasukkan kapas sebagai penyekat.
6. Ijuk diletakkan merata kemudian diatasnya ditambahkan
kapas sebagai sekat.
7. Pasir silica ditambahkan kembali kedalam alat filtrasi, lalu
dimasukkan kapas sebagai penyekat.
8. Ijuk diletakkan merata kemudian diatasnya ditambahkan
kapas sebagai filter air saat dimasukkan.

35
Gambar 2.1 Perancangan Alat
2.2.2. Prosedur Pengolahan Air
a. Alat dan bahan disediakan.
b. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih sebanyak
3 kali.
c. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
2.2.3. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
a. Pembuatan Larutan KOH 50 %
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Kristal KOH ditimbang sebanyak 250 gram kedalam beaker
glass.
3. Kemudian KOH dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 ml
dalam beaker glass sampai larut semua.
4. Kemudian simpan larutan dalam botol
b. Hydroksi Amonium Chlorida (HONH2HCl)
c. Pembuatan Buffer pH 10
1. Alat dan bahan disediakan
2. Kristal NH4Cl ditimbang sebanyak 7,5 gram

36
3. Kemudian ditambahkan NH3(p) sebanyak 570 ml lalu, dilarutkan
menjadi 1 L dengan aquadest.

d. Pembuatan Larutan KCN 10%


1. Alat dan bahan disediakan.
2. Kristal KCN ditimbang sebanyak 10 gram kedalam beaker
glass
3. Kemudian KCN dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml.
4. Kemudian simpan larutan dalam botol
e. Larutan Indikator EBT 0,5%
1. 0,5 gram EBT dilarutkan dalam 10 ml methanol.
2. 0,5 gram HONH2HCI ditambahkan, disimpan dalam botol
plastik.
f. Larutan EDTA 0,01 M
1. Na2EDTA ditimbang 3,7224 gram yang telah dikeringkan
dalam ovenpada temperatur 80ºC dengan teliti.
2. Dilarutkan jadi 1 liter dengan aquadest.
g. Aktivasi Zeolite
1. Alat dan bahan disiapkan
2. HCl 37 % diukur sebanyak 17 ml, lalu dimasukkan kedalam
beaker glass 500 ml.
3. Zeolite ditimbang sebanyak 100 gr, lalu dimasukkan kedalam
HCl 37 %.
4. Campuran dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 500 ºC
selama 3 jam, zeolite yang telah diaktivasi dimasukkan ke
dalam desikator.
h. Pembuatan Larutan CaCl2.2H2O
1. Alat dan bahan disiapakan.
2. CaCl2.H2O ditimbang sebanyak 7,3150 gr.
3. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml, lalu
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.

37
i. Pembuatan Larutan MgSO4.7H2O
1. Alat dan bahan disiapkan
2. MgSO4.7H2O ditimbang sebanyak 5,2581 gr dengan kaca arloji.
3. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml, lalu
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.

2.2.4. Prosedur Kerja Analisa Ca2+ Dalam Air Sadah dan Sampel
a.Prosedur Kerja Analisa Ca2+ pada Air Sadah Sebelum Diagitasi
1. Air sadah dipipet ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 ml.
2. KOH 50 % ditambahkan sebanyak 4 ml.
3. Biarkan selama 5 menit sampai tercampur sempurna.
4. HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
5. NaOH 0,5 M ditambahkan sebanyak 2 ml.
6. Indikator murexid ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
7. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah muda menjadi larutan ungu.

Gambar 2.2. Air Sadah Sebelum Diagitasi

b.Prosedur Kerja Analisa Ca2+ pada Air Sadah Sebelum Diagitasi


1. Air sadah dipipet ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 ml.
2. Serbuk zeolite ditimbang sebanyak 0,5014 gram dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer yang berisi air sadah.
3. Larutan dalam erlenmeyer diagitasi selama 15 menit, kemudian
difiltrasi dengan menggunakan kertas saring.

38
4. Filtrat ditambahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 10 ml.
5. KOH 50 % ditambahkan sebanyak 4 ml.
6. Dibiarkan selama 5 menit sampai tercampur sempurna.
7. HONH2HCl 10 % ditambahkansebanyak 0,5 ml.
8. NaOH 0,5 M ditambahkan sebanyak 2 ml.
9. Indikator murexid ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
10. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah muda menjadi larutan ungu.

Gambar 2.3. Air Sadah Setelah Diagitasi

c. Prosedur Kerja Analisa Ca2+ pada Sampel


1. Air sungai sebelum difiltrasi dipipet ke dalam erlenmeyer
sebanyak 25 ml.
2. Aquadest ditambahkan sebanyak 50 ml.
3. KOH 50 % ditambahkan sebanyak 4 ml.
4. Dibiarkan selama 5 menit sampai tercampur sempurna.
5. HONH2HCl 10 % ditambahkansebanyak 0,5 ml.
6. Indikator murexid ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
7. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah muda menjadi larutan ungu.
8. Diulangi prosedur yang sama untuk sampel air sungai sesudah
filtrasi dan air prima.

39
Gambar 2.4. Sampel Air Sungai Sebelum dan Sesudah Filtrasi dan Air
Prima

2.2.5. Prosedur Kerja Analisa Mg2+ pada Air Sadah dan Sampel

a. Prosedur Kerja Analisa Mg2+ pada Air Sadah Sebelum Diagitasi


1. Air sadah dipipet kedalam erlenmeyer sebanyak 10 ml.
2. KCN 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
3. HONH2HCl 10 % ditambahkansebanyak 5 tetes.
4. Buffer pH 10 ditambahkan sebanyak 2 ml.
5. Indikator EBT ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
6. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah menjadi larutan biru.

Gambar 2.5. Air Sadah Sebelum Diagitasi

b. Prosedur Kerja Analisa Mg2+ pada Air Sadah Sesudah Diagitasi


1. Air sadah dipipet kedalam erlenmeyer sebanyak 10 ml.
2. Zeolit ditimbang sebanyak 0,5085 gram dengan menggunakan
neraca analitik dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.

40
3. Erlenmeyer diagitasi selama 15 menit dan disaring dengan
menggunakan kertas saring.
4. Filtrat yang disaring dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 10
ml.
5. KCN 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
6. HONH2HCl 10 % ditambahkan sebanyak 5 tetes.
7. Buffer pH 10 ditambahkan sebanyak 2 ml.
8. Indikator EBT ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
9. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah menjadi larutan biru.

Gambar 2.6. Air Sadah Setelah Diagitasi

c. Prosedur Kerja Analisa Mg2+ pada Sampel


1. Air sungai sebelum filtrasi dipipet kedalam Erlenmeyer
sebanyak 25 ml.
2. Aquadest ditambahkan sebanyak 50 ml.
3. KCN 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml.
4. HONH2HCl 10% ditambahkan sebanyak 5 tetes.
5. Buffer pH 10 ditambahkan sebanyak 2 ml.
6. Indikator EBT ditambahkan sebanyak 1/4 spatula.
7. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
perubahan dari larutan merah menjadi larutan biru.
8. Diulangi prosedur yang sama untuk sampel air sungai sesudah
filtrasi dan air prima.

41
Gambar 2.9. Air Sungai Sebelum dan Sesudah Filtrasi dan Air Prima

42
2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Air SadahSerta Analisa Ca 2+
dan Mg2+
a. Bagan Tahapan Pengolahan Air Serta Analisa Ca2+ dan Mg2+
Air Sungai Sebelum dan
Sesudah Filtrasi dan Air
Prima

Gambar 2.10. Bagan Tahapan Pengolahan Air serta Analisa dalam


Air

43
b. Bagan Tahapan Pengolahan Air Sadah Serta Analisa Ca 2+ dan
Mg2+

Air Sadah

Analisa Ca2+ dan Mg2+

Media Filter

Air Hasil
Filtrasi

Analisa Ca2+ dan Mg2+

Sesuai

Tidak SNI

Ya

Air Bersih

Gambar 2.11. Bagan Tahapan Pengolahan Air Sadah serta Analisa


dalam Air

46
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1. Data Pengamatan
3.1.1. Data Aktivasi Zeolit
Tabel 3.1. Aktivasi Zeolit

47
3.1.1. Data Pengamatan Ca2+
Tabel 3.2. Data Analisa Ca2+ dalam Sampel

Pengamatan Ca2+
1. Air sadah sebelum diagitasi
Air sadah + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Didiamkan
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak berwarna.
5 menit
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + NaOH 0,5 N Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak bewarna + Indikator Murexid Larutan merah
lembayung
Dititrasi
Larutan merah lembayung Larutan berwarna ungu.
EDTA 0 , 01 M
2. Air sadah sesudah diagitasi
Air sadah + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Didiamkan
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak berwarna.
5 menit
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + NaOH 0,5 N Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak bewarna + Indikator Murexid Larutan merah
lembayung

48
Dititrasi
Larutan merah lembayung Larutan berwarna ungu.
EDTA 0 , 01 M

3. Air sungai sebelum filtrasi


Air sungai sebelum filtrasi + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Didiamkan
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak berwarna.
5 menit
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + NaOH 0,5 N Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak bewarna + Indikator Murexid Larutan merah
lembayung
Dititrasi
Larutan merah lembayung Larutan berwarna ungu.
EDTA 0 , 01 M
4. Air sungai sesudah filtrasi
Air sungai sesudah filtrasi + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Didiamkan
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak berwarna.
5 menit
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + NaOH 0,5 N Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak bewarna + Indikator Murexid Larutan merah
lembayung
Dititrasi
Larutan merah lembayung Larutan berwarna ungu.
EDTA 0 , 01 M
5. Air prima
Air prima + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Didiamkan
Larutan tidak berwarna + KOH 50 % Larutan tidak
5 menit
berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + NaOH 0,5 N Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak bewarna + Indikator Murexid Larutan merah lembayung
Dititrasi
Larutan merah lembayung Larutan berwarna ungu.
EDTA 0 , 01 M

49
50
3.1.1. Data Pengamatan Mg2+
Tabel 3.3. Data Analisa Mg2+ dalam Sampel

Pengamatan Mg2+
1. Air sadah sebelum diagitasi
Air sadah + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + KCN 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak bewarna + Indikator EBT Larutan berwarna merah
Dititrasi
Larutan berwarna merah Larutan berwarna biru.
EDTA 0 , 01 M
2. Air sadah sesudah diagitasi
Air sadah + Zeolit Larutan keruh
Diagitasi
Larutan keruh Larutan keruh
15 menit
Disaring
Larutan keruh Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + KCN 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak bewarna + Indikator EBT Larutan berwarna merah

51
Dititrasi
Larutan berwarna merah Larutan berwarna biru gelap.
EDTA 0 , 01 M
3. Air sungai sebelum filtrasi
Air sungai sebelum filtrasi + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + KCN 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak bewarna + Indikator EBT Larutan berwarna merah
Dititrasi
Larutan berwarna merah Larutan berwarna biru gelap.
EDTA 0 , 01 M
4. Air sungai sesudah filtrasi
Air sungai sesudah filtrasi + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + KCN 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak bewarna + Indikator EBT Larutan berwarna merah
Dititrasi
Larutan berwarna merah Larutan berwarna biru.
EDTA 0 , 01 M
5. Air prima
Air prima + Aquadest Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + KCN 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10 % Larutan tidak berwarna.
Larutan tidak berwarna + Buffer pH 10 Larutan tidak berwarna
Larutan tidak bewarna + Indikator EBT Larutan berwarna merah
Dititrasi
Larutan berwarna merah Larutan berwarna biru gelap.
EDTA 0 , 01 M

3.2. Pengolahan Data


3.2.1. Perhitungan Reagen
a. Berat EDTA
g = M x BE x V
= 0,01 mol / l / l x 372,24 gr / mol x 1 l

52
= 3,7224 gr
b. Berat KCN10%
berat zat terlarut
% volume= x 100%
vol pelarut
gr
10 %= x 100%
100 ml
x = 10 gram

c. KOH 50%
berat zat terlarut
% volume= x 100%
vol pelarut
gr
50 %= x 100%
250 ml
x = 125 gram

3.2.2. Perhitungan Kadar Ca2+


1. Air Sadah Sebelum Diagitasi
ml
1000
2+
Ca (mg/L) =ax L x 0,4 mg/mL
v
ml
1000
= 7,6 ml x L x 0,4 mg/mL
10 mL
= 304 mg/L
2. Air Sadah Dengan Perlakuan Penambahan Zeolit
ml
1000
2+
Ca (mg/L) =ax L x 0,4
v
ml
1000
= 6,8 ml x L x 0,4 mg/mL
10 mL
= 272 mg/L
3. Air Sungai Sebelum Filtrasi

53
ml
1000
2+
Ca (mg/L) =ax L x 0,4
v
ml
1000
= 3,0 ml x L x 0,4 mg/mL
25 mL
= 48 mg/L
4. Air Sungai Sesudah Filtrasi
ml
1000
2+
Ca (mg/L) =ax L x 0,4
v
ml
1000
= 2,5 ml x L x 0,4 mg/mL
25 mL
= 40 mg/L
5. Air Prima
ml
1000
2+
Ca (mg/L) =ax L x 0,4
v
ml
1000
= 2,5 ml x L x 0,4 mg/mL
25 mL
= 40 mg/L

3.2.3. Perhitungan Kadar Mg2+


1. Air Sadah Tanpa Perlakuan Penambahan Zeolit
b a
Mg2+(mg/L) = - x 1000 ml/ L x 0,243 mg/mL
V Mg V Ca
9 , 4 ml 7 , 6 ml
= – x 1000 ml/L x 0,243 mg/mL
10 ml 10 ml
= 43,74 mg/L
2. Air Sadah Dengan Perlakuan Penambahan Zeolit
b a
Mg2+(mg/L) = - x 1000 ml/ L x 0,243 mg/mL
V Mg V Ca
8 ,3 ml 6 , 8 ml
= – x 1000 ml/L x 0,243 mg/mL
10 ml 10 ml

54
= 36,45 mg/L
3. Air Sungai Sebelum Filtrasi
b a
Mg2+(mg/L) = - x 1000 ml/ L x 0,243 mg/mL
V Mg V Ca
3 , 9 ml 3 ,0 ml
= – x 1000 ml/L x 0,243 mg/mL
25 ml 25 ml
= 8,748 mg/L

4. Air Sungai Sesudah Filtrasi


b a
Mg2+(mg/L) = - x 1000 ml/ L x 0,243 mg/mL
V Mg V Ca
3 , 4 ml 2 ,5 ml
= – x 1000 ml/L x 0,243 mg/mL
25 ml 25 ml
= 8,748 mg/L

5. Air Sungai Prima


b a
Mg2+(mg/L) = - x 1000 ml/ L x 0,243 mg/mL
V Mg V Ca
3 ,0 ml 2 ,5 ml
= – x 1000 ml/L x 0,243 mg/mL
25 ml 25 ml
= 4,86 mg/L
3.2.4. Perhitungan Total Hardness
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
ml
ml ×0 , 01 mmol ×1000 × 100 mg/mmol
Total Hardness = l
v
ml
2 ,9 mL × 0 , 01 mmol× 1000 ×100 mg/mmol
= l
25 mL
= 116 mg/L

2. Air Sungai Sesudah Filtrasi

55
ml
ml ×0 , 01 mmol ×1000 × 100 mg/mmol
Total Hardness = l
v
ml
2 , 4 mL × 0 , 01mmol ×1000 ×100 mg/mmol
= l
25 mL
= 96 mg/L

3. Air Prima
ml
ml ×0 , 01 mmol ×1000 × 100 mg/mmol
Total Hardness = l
v

ml
3 ,0 mL ×0 , 01 mmol× 1000 ×100 mg /mmol
= l
25 mL

= 120 mg/L

3.2.5. Perhitungan Persen Penurunan Ca2+ dan Mg2+


kadar Ca sebelum−kadar Ca setelah
% Penurunan Ca = x 100 %
kadar Ca sebelum
304 ppm−272 ppm
= x 100 %
304 ppm

= 10,52 %

kadar Mg sebelum−kadar Mg setelah


% Penurunan Mg = x 100 %
kadar Mg sebelum

47 , 74 ppm−36 , 45 ppm
= x 100 %
47 ,74 ppm

= 23,64 %

3.2.6. Reaksi
1. Reaksi Penetapan Kadar Ca2+

56
a. Ca2+ + 2KOH Ca(OH)2 + 2K+
Kalsium kalium kalsium kalium
Hidroksida hidroksida

b. Ca(OH)2 + 2HONH2HCl CaCl2 + 2NH3 + O2 + 2H2O


Kalsium Hidroksi Kalsium Amonia Oksigen Air
hidroksida klorida klorida

c. 2 CaCl2 + H2O(CH2)NH2CH2N CH2COOH2 H2O +


Kalsium klorida indikator murexid Air
Ca2(CH2) NH2CH2N CH2COOCl2 + 2H+
Larutan merah lembayung Hidrogen

d.

2.
Reaksi

Penetapan Kadar Mg2+


a. Mg2+ + 2KCN Mg(CN)2 + 2K+
Magnesium kaliumsianida magnesium sianidakalium
b. Mg(CN)2 + 2HONH2HCl MgCl2 +
Magnesium sianida hidroksi klorida magnesium klorida

57
2NH3 + 2HCN + O2
Amonia asam sianida oksigen

c. MgCl2 + Indikator EBT

d. MgCl2 + Indikator EBT + EDTA

58
BAB IV
PEMBAHASAN

Kesadahan air adalah kandungan mineral – mineral tertentu dalam


air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi,
sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain
ion kalsium dan magnesium, kesadahan air juga dapat disebabkan oleh ion
logam dan garam bikarbonat dan sulfat. Pada percobaan kali ini dilakukan
analisa kadar Ca dan Mg pada larutan MgSO 4.7H2O dan CaCl2.2H2O yang
mana dilakukan dua analisa yaitu pada sampel sebelum penambahan dan
setelah penambahan dengan zeolit. Hasil yang diperoleh adalah bahwa
kadar Ca2+ dan Mg2+ pada sampel dapat diturunkan menggunakan zeolite.
Hal ini dapat diketahui ada tidaknya kandungan Ca2+ dan Mg2+ pada air
adalah dengan mengetahui perubahahan warnanya setelah dan sebelum
titrasi. Adanya kadar Ca2+ dan Mg2+ pada air dapat dilihat dengan
terjadinya warna biru pada larutan setelah di titrasi dengan larutan EDTA
0,01 M.. Pada percobaan yang dilakukan maka dapat diketahui kandungan
Ca2+ dan Mg2+ didalam air semakin berkurang karena kandungan Ca 2+ dan
Mg2+ pun berkurang. Adapun kadar Ca2+ yang terkandung dalam sampel
setelah sebelum dan sesudah penambahan zeolit adalah 304 mg/L dan 272
mg/L. Sedangkan kadar Mg2+ yang terkandung dalam sampel setelah
sebelum dan sesudah penambahan zeolit adalah 47,74 mg/L dan 36,45
mg/L. Penurunan kadar Ca2+ dan Mg2+ yang diperoleh berdasarkan hasil
praktikum yaitu sebesar 10,52 % dan 23,64 %. Sedangkan pada kadar Ca 2+
pada sampel air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, dan air
Prima adalah 48 mg/L, 40 mg/L dan 40 mg/L. Dan kadar Mg 2+ pada
sampel air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, dan air Prima
adalah 8,748 mg/L, 8,748 mg/L dan 4,86 mg/L.

59
Berdasarkan nilai kesadahan yang diperbolehkan dalam air secara
SNI adalah 500 mg/L jika melebihi kesadahan maksimal maka dapat
menimbulkan beberapa resiko yang tidak diinginkan. Jadi untuk setiap
sampel yang digunakan yaitu Air sungai, baik yang ssesudah filtrasi
maupun dengan yang sebelum filtrasi masih memenuhi SNI 3553:2015
karena memiliki kadar kesadahan kurang dari 500 mg/L sehingga tidak
menimbulkan beberapa resiko yang tidak diinginkan, begitupun dengan
sampel air Prima (produk air minum) yang tentunya memiliki nilai
kesadahan yang rendah, maka menurut SNI 3553:2015 air ini tidak
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan karena memiliki kadar
kesadahan kurang dari 500 mg/L.

Selain itu juga, alat filtrasi yang telah dirancang dapat dibuktikan
menurunkan kadar kesadahan dari sampel air sungai yang digunakan yaitu
terbukti bahwa kadar Ca2+ pada air sungai sebelum filtrasi adalah 48
mg/L, dan setelah dilakukan filtrasi dengan menggunakan alat filtrasi yang
telah dirancang didapatkan kadar Ca2+ 40 mg/L. Tetapi tidak dengan kadar
Mg2+ baik air sungai sebelum filtrasi maupun yang sesudah kadar Mg 2+
yang diperoleh keduanya sebesar 8,748 mg/L dan dan tidak terjadi
penurunan walaupun dengan adanya perlakuan filtrasi.

60
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan analisa dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisa hardness pada sampel dan air sadah yang dilakuka dengan
metode titrasi kompleksometri yaitu metode analisis kuantitatif yaitu
pengukuran kadar logam dengan menggunakan senyawa
kompleks,reaksi ini antara logam dengan ligan.
2. Logam penyebab hardness dalam air yang telah diuji yaitu logam Ca 2+
dan Mg2+
3. Didapatkan kadar Ca2+ pada air sadah sebelum perlakuan penambahan
zeolit, air sadah sesudah perlakuan penambahan zeolit, air sungai
sebelum filtrasi, air sungai setelah filtrasi dan air Prima secara
berturut-turut yaitu 304 mg/L, 272 mg/L, 48 mg/L, 40 mg/L dan 40
mg/L. Kadar Mg2+ pada air sadah sebelum perlakuan penambahan
zeolit, air sadah sesudah perlakuan penambahan zeolit, air sungai
sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi dan air Prima secara
berturut-turut yaitu 47,74 mg/L, 36,45 mg/L, 8,748 mg/L, 8,748 mg/L
dan 4,86 mg/L. Total hardness pada analisa kadar Mg2+ pada air sungai
sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi dan air Prima secara
berturut-turut yaitu 116 mg/L, 96 mg/L, dan 120 mg/L. Pada
percobaan yang telah dilakukan maka didapat persen penurunan Ca 2+
yaitu 89,47% dan persen penurunan Mg2+ yaitu 76,35 %.
Alat filtrasi yang telah dirancang dapat dibuktikan menurunkan kadar
kesadahan dari sampel air sungai yang digunakan yaitu terbukti bahwa
kadar Ca2+ pada air sungai sebelum filtrasi adalah 48 mg/L, dan setelah
dilakukan filtrasi dengan menggunakan alat filtrasi yang telah
dirancang didapatkan kadar Ca2+ 40 mg/L. Tetapi tidak dengan kadar

61
Mg2+ baik air sungai sebelum filtrasi maupun yang sesudah kadar
Mg2+ yang diperoleh keduanya sebesar 8,748 mg/L dan dan tidak
terjadi penurunan walaupun dengan adanya perlakuan filtrasi.

5.1. Saran
Sebaiknya suatu air yang dimana nilai kesadahan maksimal
melebihi dari batas SNI yang telah ditentukan sebesar 500 mg/Lini berarti
tak layak untuk dugunkan, dimana pada sampel yang telah diuji nilai
kesadahannya tidak melebihi dari SNI.

62

Anda mungkin juga menyukai