PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaataan batubara sebagai sumber energi, telah mengubah dan
mengarahkan pola hidup manusia, mendatangkan keuntungan, serta mampu
menimbulkan
kegiatan
indutri-industri
baru
yang
bermanfaat
bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Fly Ash
Komponen
Bituminus
Subbituminus
Lignit
SiO2
20-60
40-60
15-45
Al2O3
5-35
20-30
10-25
Fe2O3
10-40
4-10
4-15
CaO
1-12
5-30
15-40
MgO
0-5
1-6
3-10
SO3
0-4
0-2
0-10
Na2O
0-4
0-2
0-10
K2O
0-3
0-4
0-4
LOI
0-15
0-3
0-5
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Abu Terbang dari Berbagai Jenis Batubara ( dalam %
berat )
Sumber : ASTM C618-92a (1994)
Keterangan
LOI
:
= Loss Of Ignition ( hilang terbakar )
Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis
II.2 Zeolit
zeolit dinyatakan sebagai oksida SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O dan
Fe2O3. Akan tetapi di alam tergantung pada komponen bahan induk dan
keadaan lingkungannya, maka perbandingan Si/Al dapat bervariasi, dan
juga unsur Na, Al, Si, sebahagian dapat disubstitusikan oleh unsur lain.
(Dana,1951)
Menurut Sastiano (1991) parameter kimia yang penting dari zeolit
adalah perbandingan Si/Al, yang menunjukkan persentase Si yang mengisi
di dalam tetrahedral, jumlah kation monovalen dan divalen, serta molekul
air yang terdapat didalam saluran kristal. Perbedaan kandungan atau
perbandingan Si/Al akan berpengaruh terhadap ketahanan zeolit terhadap
asam atau pemanasan. Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur
kristal sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar
(exchangeable cation). Jumlah molekul air menunjukkan jumlah poripori atau volume ruang kosong yang terbentuk bila unit sel kristal tersebut
dipanaskan.
Hingga kini sudah 40 jenis (species) mineral zeolit yang telah
diketahui. Dari jumlah tersebut, hanya 20 jenis saja yang diketahui
terdapat dalam bentuk sedimen, terutama dalam bentuk piroklastik. Nama
dan rumus kimia mineral zeolit yang terdapat dalam piroklastik (tufa)
tercantum dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Nama Mineral Zeolit dan Rumus Kimianya
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Mineral
Analsim
Kabasit
Klinoptilot
Erionit
Faujasit
Perrierit
Wairakit
Yugawaralit
Pillipsit
Epistilbit
Gismondin
Connardit
Harmotom
Natrolit
Scolecit
10
100 oC selama 2-48 jam. Hasil yang diperoleh adalah zeolit A yang
bercampur dengan kwarsa dan hidroksisodalit.
Zeolit sintetis dibuat dengan rekayasa yang sedemikian rupa
sehingga mendapatkan karakter yang sama dengan zeolit alam. Zeolit
sintetis sangat bergantung pada jumlah Al dan Si, sehingga ada 3
kelompok zeolit sintetis:
1. Zeolit sintetis dengan kadar Si rendah
Zeolit jenis ini banyak mengandung Al, berpori, mempunyai nilai
ekonomi tinggi karena efektif
untuk
besar. Volume porinya dapat mencapai 0,5 cm3 tiap cm3 volume zeolit.
2. Zeolit sintetis dengan kadar Si sedang
Jenis zeolit modernit mempunyai perbandingan Si/Al = 5 sangat
stabil, maka diusahakan membuat zeolit Y dengan perbandingan Si/Al =
1-3. Contoh zeolitsintetis jenis ini adalah zeolit omega.
3. Zeolit sintetis dengan kadar Si tinggi
Zeolit jenis ini sangat higroskopis dan menyerap molekul non polar
sehingga baik untuk digunakan sebagai katalisator asam untuk
hidrokarbon. Zeolit jenis ini misalnya zeolit ZSM-5, ZSM-11, ZSM-21,
ZSM-24.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1
III.2 Alat
III.2.1 RangkaianAlat
Pengaduk
Gelas Beker
Campuran Fly Ash dan NaOH
Gambar 3.1 Rangkaian alat
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Persiapan bahan (Penyeragaman Ukuran)
Melakukan Pengayakan terhadap Fly Ash dengan ukuran
-80 / + 100 mesh untuk mendapatkan keseragaman ukuran.
III.3.2 Membuat Larutan NaOH
Membuat larutan NaOH 2 M, 2.8 M, dan 3.5 M dari
padatan NaOH dan aquades.
12
13
Fly Ash
Larutan NaOH
2 M, 2.8 M, 3.5 M
Pengayakan
( -80 / +100 )
Pengeringan
T = 40-60 0C
Penyaringan
Zeolit Sintetis
Analisa*
14
Nilai Absorbansi
0.166
2,8
3,5
Waktu Rekombinasi
( hari )
2
3
5
7
10
2
3
5
7
10
2
3
5
7
10
Nilai Absorbansi
0.145
0.14
0.137
0.067
0.087
0.139
0.097
0.062
0.031
0.056
0.132
0.032
0.031
0.016
0.046
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa nilai absorbansi larutan methylen
blue 0.0045 gr/L sebelum di campur dengan fly ash adalah sebesar 0.166. Nilai
absorbansi larutan methylen blue yang sudah diadsorbsi dengan zeolit dengan
variasi konsentrasi NaOH dan waktu rekombinasi dapat dilihat pada Tabel 4.2
kolom terakhir.
15
Nilai Absorbansi
Konsentrasi NaOH 2M
10
12
Gambar 4.1 Grafik hubungan nilai absorbansi larutan methylen blue setelah
diadsorbsi dengan zeolit sintetis terhadap waktu rekombinasi
pada berbagai konsentrasi
Waktu rekombinasi mempengaruhi sifat atau karakter zeolit
sintetis. Semakin lama waktu rekombinasi maka nilai absorbansinya
semakin kecil atau daya serap zeolit sintetis semakin besar. Namun, setelah
waktu rekombinasi 7 hari nilai absorbansi larutan methylen blue setelah di
adsorpsi dengan zeolit meningkat, yang menandakan daya serap zeolit
sintetis mengecil. Hal ini disebabkan ketika waktu rekombinasi 7 hari poripori zeolit yang terbentuk sudah mencapai batasnya sehingga kemampan
untuk mengadsorpsi pun sudah maksimal, ini bisa terjadi dikarenakan masih
ada zat pengotor yang terkandung dalam fly ash.
16
Gambar 4.2 Perbandingan hasil analisa antara Fly Ash dengan Zeolit Sintetis
17
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Fly Ash Batubara yang berasal dari PLTU Paiton dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan zeolit.
2. Zeolit yang paling besar daya serapnya adalah zeolit dengan konsentrasi
NaOH 3.5 M dan waktu rekombinasi 7 hari, dengan nilai absorbansi
0.016.
V.2 Saran :
1. Untuk konsentrasi NaOH dapat di varisaikan.
2. Sebelum fly ash direkombinasikan dengan NaOH dilakukan reflluk guna
menghilangkan pengotor pada fly ash.
3. Untuk selanjutnya dapat di tambah variabel yaitu perbandingan berat
NaOH dengan Fly Ash.
4. Dalam analisa dapat di tambahkan analisa SEM (Scanning Electron
Microscopy ) untuk dapat melihat perbedaan struktur rangka dari abu
batubara dan zeolit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amrhein C, Haghnia GH, Kim TS, Mosher PA,Gagajena RC, Amanios T, Torre,
TDL. 1996, Synthesis and Properties of Zeolites from Coal Fly Ash,
Environ. Sci. Technol. 30(3):735-742.
Indonesia Power. 2002. PLTU Suralaya.
Lin CF & Hsi HC. 1995. Resources Recovery of Waste Fly Ash: Synthesis of
Zeolite-like Materials. Environ. Sci. Technol. 29(4):1109-1117.
Pratama Yoga. dkk. 2007. Coal fly ash conversion to zeolite for removal of
chromium and nickel from wastewaters.
Rakhmatullah, Dwi Karsa Agung, Gitandra Wiradini, Nugroho Pratomo Ariyanto,
Bambang Sunendar P., 2007, Pembuatan Adsorben dari Zeolit Alam
dengan Karakteristik Adsorption Properties untuk Kemurnian Bioetanol,
Program Studi Teknik Fisika, ITB.
Ratih Utari. http://www.organiksmakma3b30.blogspot.co.id/2013/04 diakses pada
tanggal 20 Juni jam 19.00 WIB.
Reynolds, Tom, D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Wadsworth Inc: California.
Ririn Dielovt. http://www.ririnddielovt.blogspot.com diakses pada tanggal 16
September 2014 jam 19.00 WIB.
Sarno,1983. Endapan Zeolit, Penggunaan dan sebarannya di Indonesia, Direktorat
Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
SciELO,http://www.scielo.org.ar/scielo.php?
pid=S032707932010000400005&script=sci_arttext diakses pada tanggal 7
Agustus 2015 jam 19.30 WIB.
Singer A & Berkgaut V. 1995. Cation Exchange Properties of Hydrothermal
Treated Coal Fly Ash. Environ. Sci. Technol. 27(7):1748-1753.Wang dkk.
2006. Journal of Hazardous Materials. (Online).
Sukandarurmidi. 2012 . Batubara dan Pemanfaatannya. Yogyakarta , Gadjah Mada
University Press.
20
Weber, W.J. 1972. Phisilochemistry processer for water quality control. A division
John Willey and Sons, New York.
21