Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Korosi secara umum diartikan sebagai degradasi logam oleh reaksi kimia atau
elektrokimia dengan lingkungannya, lingkungan disini bisa termasuk atmosfer, fluida,
temperatur, tekanan dan tegangan. Jika kita membicarakan degradasi material, maka material
plastik akan mengalami interaksi kimia dengan sinar ultraviolet dari matahari. Semua material
mempunyai kecenderungan untuk kembali ke bentuk asalnya yaitu keadaan yang stabil, korosi
merupakan salah satu proses tersebut. Pada proses pemurnian logam, kita lihat kebanyakan logam
secara alami dalam keadaan teroksidasi, kecuali emas dan logam mulia seperti platina. Sehingga
bisa dikatakan bahwa keadaan yang stabil dari material, bila ia berada dalam keadaan teroksidasi
dan korosi adalah proses oksidasi. Tanpa perlindungan apapun, logam akan mengalami oksidasi
atau korosi. Karena korosi merupakan proses alami, maka perlu dipelajari bagaimana mencegah
dan mengontrol terjadinya korosi. Pada praktikum kali ini, kami akan mencoba menganalisis
salah satu proses korosi yang terjadi di alam. Dalam praktikum sel konsentrasi ini memiliki dua
tujuan yaitu mempelajari atau menganalisis adanya beda potensial antara 2 larutan yang memiliki
konsentrasi berbeda dan menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel konsentrasi. Adapun
beberapa peralatan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah beaker glass 1000 ml (3buah),
multitester (1buah), sel percobaan (1 set), dan jembatan garam (1buah). Bahan yang digunakan
pada pratikum ini adalah logam Cu dengan luas permukaan yang sama (2buah) dan larutan
CuSO4 0.5%,2%, dan 3.5% masing-masing sebanyak 500 ml. prosedur pada praktikum sel
konsentrasi ini yang pertama diawali dengan menyiapkan beaker glass yang telah diisi CuSO 4
0.5%,2% dan 3.5% sebanyak 500ml. celupkan masing-masing lempeng Cu pada kedua beaker
glass dengan dua larutan CuSO4 yang berbeda konsentrasinya. Kemudian mencelupkan jembatan
garam pada kedua beaker glass tersebut lalu menghubungkan masing-masing lempeng Cu ke
multitester seperti pada gambar percobaan, mencatat beda potensial yang terjadi dan mengulangi
langkah untuk pasangan konsentrasi yang berbeda pada larutan CuSO 4. Dalam percobaan
pertama antara larutan CuSO4 konsentrasi 0.5% dengan 3.5 % , didapatkan rata-rata voltase
sebesar 19.6 mV. Pada percobaan kedua yaitu dengan larutan CuSO 4 konsentrasi 0.5% dan 2%,
diperoleh rata-rata voltase sebesar 10.8 mV. Percobaan ketiga pada konsentrasi larutan CuSo4
sebesar 2% dan 3.5%, diperoleh data rata-rata voltase sebesar 9.4 mV. Dapat dilihat besar data
hasil rata-rata voltase semakin besar perbedaan konsentrasi larutan CuSO4 semakin besar juga
beda potensial pada multitester yang ditunjukan saat percobaan setelah dilakukan perhitungan
dengan persamaan nerst dengan diawali mencari molaritas pada tiap larutan CuSO 4. Pada
perhitungan percobaan pertama di peroleh sebesar 0.36515 V antara konsentrasi 0,5% dan 3,5%,
pada percobaan kedua diperoleh sebesar 0.35797 V antara konsentrasi 0,5% dan 2%, dan pada
percobaan ketiga diperoleh sebesar 0.34719 V antara konsentrasi 2% dan 3,5%. Namun, hal
tersebut dipengaruhi berbagai error. Misalnya dalam mencelupkan kedua batang elektroda. Luas
permukaan yang tercelup pada batang elektroda tidak sama di antara masing-masing larutan
konsentrasi. Hal lain yang mempengaruhi error adalah larutan konsentrasi yang sebelumnya telah
digunakan (tidak dalam keadaan baru) memiliki pengaruh pada hasil nya, Selain itu, hal penting
lainnya yang mempengaruhi hasil adalah penggunaan jembatan garam yang secara terus menerus
(tidak sekali pakai.) Hal-hal tersebut yang mebuat hasil pada percobaan kurang mendekati hal
yang seharusnya. Namun, kesimpulan pada praktikum kali ini adalah pada percobaan dengan
larutan CuSO4 konsentrasi 0,5% dengan 3,5% besar beda potensial adalah 19,6 mV. Pada
percobaan dengan larutan CuSO4 konsentrasi 0,5% dengan 2% besar beda potensial adalah 10,8
mV. Pada percobaan dengan larutan CuSO4 konsentrasi 2% dengan 3,5% besar beda potensial
adalah 9,4 mV. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin kecil perbedaan konsentrasi kedua
larutan maka semakin kecil juga perbedaan potensial antara kedua larutan tersebut. Semoga hasil
praktikum yang telah kami lakukan dapat berguna dan bermanfaat bagi kami maupun orang lain.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Korosi secara umum diartikan sebagai degradasi logam oleh reaksi kimia atau
elektrokimia dengan lingkungannya, lingkungan disini bisa termasuk atmosfer, fluida,
temperatur, tekanan dan tegangan. Jika kita membicarakan degradasi material, maka material
plastik akan mengalami interaksi kimia dengan sinar ultraviolet dari matahari.
Semua material mempunyai kecenderungan untuk kembali ke bentuk asalnya yaitu
keadaan yang stabil, korosi merupakan salah satu proses tersebut. Pada proses pemurnian logam,
kita lihat kebanyakan logam secara alami dalam keadaan teroksidasi, kecuali emas dan logam
mulia seperti platina. Sehingga bisa dikatakan bahwa keadaan yang stabil dari material, bila ia
berada dalam keadaan teroksidasi dan korosi adalah proses oksidasi. Tanpa perlindungan apapun,
logam akan mengalami oksidasi atau korosi. Karena korosi merupakan proses alami, maka perlu
dipelajari bagaimana mencegah dan mengontrol terjadinya korosi.
Ketika sebuah logam terkorosi, maka ketebalannya akan berkurang secara menyeluruh
atau setempat, sehingga akan mempengaruhi reliability (keandalan) dari struktur atau komponen
yang menggunakan logam tersebut. Jika ia sebuah independen struktur maka perlu diadakan
perbaikan, tapi kalau merupakan bagian dari proses produksi maka akan mempengaruhi
produktivitas dari pabrik. Kita dapat mulai mengontrol korosi dengan pemilihan bahan dan disain
yang tepat. Untuk melakukan hal tersebut kita harus mengetahui kondisi lingkungan dimana
korosi akan terjadi sehingga korosi dapat dihindari.
Adapun proses korosi yang terjadi, di samping oleh reaksi kimia biasa, maka yang lebih
umum adalah proses elektro kimia. Yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa udara
dengan sinar matahari, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai dan tanah yang berupa
tanah pertanian, tanah rawa, tanah kapur dan tanah berpasir/berbatu-batu. Korosi disebut juga
suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara langsung tidak termasuk produk teknik.
Studi dari korosi adalah sejenis usaha pengendalian kerusakan supaya serangannya
serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonomisnya, atau jangan ada logam jadi
rongsokan sebelum waktunya. Caranya adalah dengan pengendalian secara preventif supaya
menghambat serangan korosi. Cara ini lebih baik daripada memperbaiki secara represif yang
biayanya akan jauh lebih besar .
Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari material bahan,
lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering
disinggung adalah korosi pada logam.  
korosi celah sama sekali bukan masalah yang baru, seperti korosi dwilogam, para
perekayasa sering masih kurang menghayati pentingnya perancangan dan pemilihan bahan secara
tepat guna mendapatkan ketahanan yang memadai terhadap korosi. Maka dari itu kami ingin
melakukan praktikum korosi dengan mengetahui penyebab, akibat dan pengaruh yang
ditimbulkan oleh korosi sel konsentrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuktikan adanya beda potensial antara 2 larutan yang berbeda
konsentrasi?
2. Bagaimana proses terjadinya korosi akibat sel konsentrasi?

1.3 Tujuan Percobaan


1. Menunjukan adanya beda potensial antara 2 larutan yang berbeda konsentrasi.
2. Menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel konsentrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sel Elektrokimia


Sel elektrokimia dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua elektroda
yang terpisah minimal oleh satu macam fasa elektrolit. Umumnya diantara kedua elektroda
dalam sel elektrokimia tersebut terdapat perbedaan potensial yang terukur. Contoh sel
elektrokimia misalnya sel Galvani, sel Daniel, baterei. Penulisan notasi struktur suatu sel
elektrokimia mengikuti beberapa kaidah berikut :

Tabel II.1. Perbedaan Lambang Jembatan Garam


Lambang Fungsi
│ menunjukkan adanya perbedaan fasa

║ dipisahkan oleh suatu jembatan garam


, dua komponen yang berada dalam fasa yang sama.

Fasa teroksidasi dituliskan terlebih dulu, baru diikuti fasa tereduksi dengan notasi :
elektrode│larutan │larutan │elektrode (Endang, 2005).
Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu anoda, katoda
dan elektrolit. Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, elektroda adalah
konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non-logam dari sebuah
sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel
elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir
berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada sel galvani (baterai) maupun sel elektrolisis,
anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katoda merupakan elektroda yang
terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (baterai karbon-seng),
yang menjadi katoda adalah seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada
baterai alkalin, yang menjadi katoda adalah mangan dioksida (MnO2 ) (Riyanto, 2013).

II.2 Reduksi dan Oksidasi


Konsep reaksi oksidasi-reduksi atau dikenal dengan reaksi redoks adalah berdasarkan
pengikatan dan pelepasan oksigen, penyerahan dan penerimaan elektron serta peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi. Reaksi kimia yang melibatkan kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi oleh satu atau beberapa atom disebut sebagai reaksi oksidasi-reduksi atau dikenal
dengan reaksi redoks. Oksidasi merupakan zat yang kehilangan elektron, sedangkan reduksi
adalah zat yang menerima electron. Dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi-reduksi adalah reaksi
yang melibatkan transfer elektron. Elektron yang dilepaskan oleh zat yang mengalami oksidasi
akan diterima oleh zat yang mengalami reduksi. Dalam reaksi oksidasi-reduksi, harus terjadi
proses oksidasi dan reduksi. Dengan kata lain, jika salah satu zat mengalami oksidasi, maka zat
lain harus mengalami reduksi. Kita dapat membayangkan bahwa adanya zat yang mengalami
oksidasi merupakan awal terjadinya reaksi reduksi pada zat lain. Oleh karena itu, zat yang
dioksidasi disebut agen pereduksi dan zat yang direduksi disebut sebagai agen pengoksidasi. Pada
contoh reaksi oksidasi-reduksi, Zn (s) adalah agen pereduksi dan O2 (g) adalah agen
pengoksidasi (ITS, 2011).

II.3 Persamaan Nerst


Pada tahun 1889 Hermann Nernst Walther menunjukkan bahwa potensi untuk reaksi
elektrokimia dijelaskan oleh persamaan berikut.

Dalam persamaan Nernst, E adalah potensial sel pada saat tertentu dalam waktu, E o
adalah potensi sel ketika reaksi pada standar-negara kondisi, R adalah konstanta gas ideal dalam
satuan joule per mol, T adalah suhu dalam kelvin, n adalah jumlah mol elektron yang ditransfer
dalam persamaan seimbang untuk reaksi, F adalah muatan pada satu mol elektron, dan Q c adalah
hasil bagi reaksi pada saat itu dalam waktu. Dalam simbol ini menunjukkan logaritma natural,
yang adalah log terhadap basis e, dimana e adalah bilangan irasional sama dengan 2,71828 ...
Tiga istilah dalam persamaan Nernst adalah konstanta: R, T, dan F. Konstanta gas ideal adalah
8,314 J / mol-K. Suhu biasanya 25 o C Muatan pada satu mol elektron dapat dihitung dari
bilangan Avogadro dan muatan pada elektron tunggal.

Mensubstitusikan informasi ini ke dalam persamaan Nernst memberikan persamaan berikut.

o
Tiga istilah yang tersisa dalam persamaan ini adalah karakteristik dari suatu reaksi tertentu: n,
E, dan Q c.

Contoh: potensial standar-negara untuk sel Daniell adalah 1,10 V. Dua mol elektron yang
ditransfer dari logam seng untuk ion Cu 2 + dalam persamaan seimbang untuk reaksi ini, maka n
adalah 2 untuk sel ini. Karena kita tidak pernah mencakup konsentrasi padatan dalam kecerdasan
baik reaksi atau ekspresi konstanta kesetimbangan, Q c untuk reaksi ini adalah sama dengan
konsentrasi ion Zn 2 dibagi dengan konsentrasi ion Cu 2 +. +

Mengganti apa yang kita ketahui tentang sel Daniell ke dalam persamaan Nernst memberikan
hasil berikut, yang merupakan potensi sel untuk sel Daniell pada 25 o C pada setiap saat dalam
waktu.

Gambar di bawah menunjukkan plot potensi sel Daniell sebagai fungsi logaritma natural dari
hasil-bagi reaksi.
Gambar 2.1 Plot Potensi Daniell

Ketika kecerdasan reaksi sangat kecil, potensial sel adalah positif dan relatif besar. Hal ini
tidak mengherankan, karena reaksi ini jauh dari ekuilibrium dan kekuatan pendorong di belakang
reaksi harus relatif besar. Ketika kecerdasan reaksi yang sangat besar, potensial sel adalah
negatif. Ini berarti bahwa reaksi akan bergeser kembali ke arah reaktan untuk mencapai
ekuilibrium.

II.4 Korosi Sel Konsentrasi


Pengujian Immersi (pencelupan) dilakukan sebagai pembanding hasil laju korosi dengan
menggunakan metode potensiostat. Pada pengujian ini yang dicari adalah kehilangan berat
(weight loss) dalam variabel waktu 80, 120, 160, 200 dan 240 jam. Sama halnya dengan
pengujian potensiostat, uji immersi ini juga dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi larutan NaCl
yaitu 3 %, 4 % dan 5 %. Dari hasil pengujian didapatkan hubungan antara meningkatnya
Konsentrasi larutan dan lamanya proses pencelupan. Dalam variasi kosentrasi larutan, terdapat
fenomena dimana semakin naiknya konsentrasi maka menyebabkan laju korosi semakin
meningkat pula.
Grafik 2.1 Laju Korosi vs Waktu Pencelupan Plat M pada Konsentrasi 3%, 4% dan 5%

3
Laju Korosi

2 ,5
2
1 ,5 NaCl 3%
(mpy)

1
0 ,5 NaCl 4%
0 NaCl 5%
0 100 200 300
Waktu t/Jam

Dari grafik tersebut juga terjadi kecenderungan penurunan laju korosi seiring
bertambahnya waktu pencelupan. Hal ini disebabkan adanya passivasi yang terjadi pada
speseimen yg diuji. Passivasi adalah peristiwa dimana baja yang terkorosi akan membentuk
lapisan pelindung berupa oksida besi yang menyebabkan laju korosi menurun.

Note : Komposisi Plat M


Gambar 2.2 Komposisi Plat M
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Peralatan dan Bahan


III. 1 Alat-Alat Percobaan
1. Beaker glass 1000 ml 3 Buah
2. Multitester 1 Buah
3. Sel Percobaan 1 Set
4. Jembatan Garam 1 Buah
III. 2 Bahan-Bahan Percobaan
1. Logam Cu dengan luas permukaan yang sama 2 Buah
2. Larutan CuSO4 0,5%; 2%; 3,5% 500 ml/larutan

III. 2 Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan beaker glass yang telah diisi larutan CuSO 4 0,5%; 2%; 3,5%sebanyak 500
ml.
2. Mencelupkan masing-masing lempeng Cu pada kedua beaker glass yang berisi larutan
CuSO4 dengan konsentrasi yang berbeda.
3. Menghubungkan masing-masing lempeng Cu ke multitester seperti rangkaian pada
gambar.
4. Mencatat harga beda potensial yang terjadi.
5. Mengulangi langkah 2-4 untuk pasangan konsentrasi larutan yang lain

NaCl
3%

Gambar 3.1 Skema Percobaan


Fe
NaCl 3% Fe
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Data

Elektroda Larutan Konsentrasi Voltase (mV) Rata-rata Voltase (mV)

19,7

Cu CuSO4 0,5% - 3,5% 19,8 19,6

19,2

11,2

Cu CuSO4 0,5% - 2% 10.7 10,8

10,6

9,2

Cu CuSO4 2% - 3,5% 9,6 9,4

9,3

1. Perhitungan molaritas tiap larutan


 Larutan 0.5% CuSO4
m = 5 gr

Mr CuSO4 = 159,5 gr/mol

M = 0,031 = 6,2 x 10-5 M


500

 Larutan 2% CuSO4
m = 20 gr
Mr CuSO4 = 159,5 gr/mol

M = 0,125 =2,508 x 10-4 M


500

 Larutan 3.5% CuSO4


m = 35 gr

Mr CuSO4 = 159,5 gr/mol

m = 0,219 = 4,489x10-4 M
500
2. Persaman nerst

Oksidasi : Cu → Cu 2++ 2e-


Reduksi : Cu2++ 2e-→ Cu

1. Percobaan pertama

=Log
0,34 – 0,0592 M CuSO4 0.5%
2 M CuSO4 3.5 %

= 0,34 – (0.0296) x (-0.849)


= 0.36515 volt

2. Percobaan kedua

= 0,34 – 0,0592 Log M CuSO4 0.5%


2 M CuSO4 2 %

= 0,34 – (0.0296) x (-0.607)


= 0.35797 volt
3. Percobaan ketiga

= 0,34 – 0,0592 Log M CuSO4 2 %


2 M CuSO4 3.5 %

= 0,34 – (0.0296) x (-0.243)


= 0.34719 volt

IV.2 Pembahasan

Dalam praktikum sel konsentrasi ini memiliki dua tujuan yaitu mempelajari atau
menganalisis adanya beda potensial antara 2 larutan yang memiliki konsentrasi berbeda dan
menjelaskan proses terjadinya korosi akibat sel konsentrasi. Adapun beberapa peralatan yang
dibutuhkan pada praktikum ini adalah beaker glass 1000 ml (3buah), multitester (1buah), sel
percobaan (1 set), dan jembatan garam (1buah). Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah
logam Cu dengan luas permukaan yang sama (2buah) dan larutan CuSO4 0.5%,2%, dan 3.5%
masing-masing sebanyak 500 ml. prosedur pada praktikum sel konsentrasi ini yang pertama
diawali dengan menyiapkan beaker glass yang telah diisi CuSO4 0.5%,2% dan 3.5% sebanyak
500ml. celupkan masing-masing lempeng Cu pada kedua beaker glass dengan dua larutan CuSO4
yang berbeda konsentrasinya. Kemudian mencelupkan jembatan garam pada kedua beaker glass
tersebut lalu menghubungkan masing-masing lempeng Cu ke multitester seperti pada gambar
percobaan, mencatat beda potensial yang terjadi dan mengulangi langkah untuk pasangan
konsentrasi yang berbeda pada larutan CuSO4.

Dalam percobaan pertama antara larutan CuSO4 konsentrasi 0.5% dengan 3.5 % ,
didapatkan rata-rata voltase sebesar 19.6 mV. Pada percobaan kedua yaitu dengan larutan CuSO4
konsentrasi 0.5% dan 2%, diperoleh rata-rata voltase sebesar 10.8 mV. Percobaan ketiga pada
konsentrasi larutan CuSo4 sebesar 2% dan 3.5%, diperoleh data rata-rata voltase sebesar 9.4 mV.
Dapat dilihat besar data hasil rata-rata voltase semakin besar perbedaan konsentrasi larutan
CuSO4 semakin besar juga beapotensial pada multi tester yang ditunjukan saat percobaan setelah
dilakukan perhitungan dengan persamaan nerst dengan diawali mencari molaritas pada tiap
larutan CuSO4. Pada perhitungan percobaan pertama di peroleh sebesar 0.36515 V antara
konsentrasi 0,5% dan 3,5%, pada percobaan kedua diperoleh sebesar 0.35797 V antara
konsentrasi 0,5% dan 2%, dan pada percobaan ketiga diperoleh sebesar 0.34719 V antara
konsentrasi 2% dan 3,5%. Hasil perhitungan dengan data yang didapat saat percobaan jauh
berbeda, hal ini disebabkan karena adanya kesalahan/error saat percobaan, error yang terjadi
diantaranya karena jembatan garam yang rusak sehingga berpengaruh, permukaan elektroda yang
tercelup tidak sama pada larutan, dan larutan yang dipakai secara berulang-ulang. Hal tersebut
dapat mempengaruhi hasil dari percobaan. Dapat disimpulkan dari data yang diperoleh bahwa
semakin kecil perbedaan konsentrasi makasemkain kecil nilai beda potensial sehingga lebih
korosif jika perbedaan konsentrasi besar. Pada konsentrasi larutan besar maka akan banyak ion-
positif sehingga juga akan membutuhkan jumlah electron yang besar, electron akan berpindah
sehingga timbulnya arus listrik, semakin banyak electron yang berpindah maka arus juga semakin
besar.
Pada peristiwa timbulnya tegangan ini, elektroda dalam larutan lebih pekat akan bertindak
sebagai katoda (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektroda pada larutan lebih encer
bertindak sebagai anoda (tempat terjadinya reaksi oksidasi). Reaksi ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
Cu|Cu2+ (M) ||Cu2+ (M)| Cu
Pada keadaan ini, aliran ion positif dan elektron berjalan seimbang. Untuk menganalisa
secara teoritis, dilakukan perhitungan untuk menentukan besarnya beda potensial yang
ditimbulkan dari perbedaan konsentrasi elektrolit ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan analisa data yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada percobaan dengan larutan CuSO4 konsentrasi 0,5% dengan 3,5% besar beda
potensial adalah 19,6 mV
2. Pada percobaan dengan larutan CuSO4 konsentrasi 0,5% dengan 2% besar beda potensial
adalah 10,8 mV
3. Pada percobaan dengan larutan CuSO4 konsentrasi 2% dengan 3,5% besar beda potensial
adalah 9,4 mV
4. Dari data yang diperoleh maka semkain kecil beda konsentrasi maka semkain kecil nilai
bedaa potensial

V.2. Saran
Sebaiknya larutan yang digunakan pada percobaan tidak digunakan berkali-kali sehingga
hasil yang didapat pada percobaan akan lebih valid.

Daftar Pustaka
Murabbi, Abdul Latif, dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam terhadap Laju
Korosi dengan Metode Polarisasi dan Uji Kekerasan serta Uji Tekuk pada Plat Body Mobil.
Surabaya.Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
ITS.2011.elektrokimia.surabaya.ITSpress
Widjajanti,Endang.2005.elektrokimia.
www.fali.unsri.ac.id

Anda mungkin juga menyukai