Anda di halaman 1dari 6

JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

KARAKTERISASI KATALIS ZEOLIT-Ni REGENERASI DAN TANPA REGENERASI


DALAM REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK

Astro Tadeus1*, Imelda H. Silalahi1, Endah Sayekti1, Aladin Sianipar2


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
2
Pusat Survei Geologi, Bandung,
*email: astro_chemistry@yahoo.co.id

ABSTRAK
Karakterisasi katalis zeolit-Ni dengan perlakuan regenerasi dan tanpa regenerasi dalam reaksi
perengkahan katalitik telah dilakukan. Tahapan-tahapan preparasi zeolit meliputi demineralisasi,
dealuminasi, dan aktivasi. Tahapan selanjutnya yaitu impregnasi zeolit dengan logam Ni, kalsinasi, dan
uji aktivitas katalis zeolit-Ni dengan menggunakan kembali katalis sebanyak tiga kali reaksi perengkahan
tanpa perlakuan regenerasi katalis (disebut A) dan menggunakan katalis yang diregenerasi (disebut B).
Perengkahan terhadap minyak jelantah sebagai umpan dilakukan pada suhu 310 – 320 0C dengan
rasio O/C (oil/catalyst)=4 selama 6 jam. Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) menunjukkan bahwa
kuarsa dan mordenit tidak mengalami perubahan struktur dan masih merupakan penyusun utama katalis
zeolit-Ni fresh, katalis bekas perengkahan ketiga tanpa perlakuan regenerasi (A-3), dan katalis bekas
dengan perlakuan regenerasi (B-3). Keasaman katalis A-3 menurun hingga 98,85 % dan katalis bekas
B-3 menurun hingga 84,35 %. Selanjutnya, luas permukaan spesifik katalis mengalami penurunan
hingga 43,14 % (A-3) dan 15,97 % (B-3). Namun, rerata jari pori meningkat dari 1,579 nm pada katalis
zeolit-Ni baru (fresh) menjadi 4,499 nm (A-3) dan 1,688 nm (B-3). Volume total pori katalis sebesar
9,181 x 10-2 cc/g (zeolit-Ni fresh); 1,487 x 10-1 cc/g (A-3); dan 8,247 x 10-2 cc/g (B-3).

Kata kunci: Karakterisasi, regenerasi, perengkahan, katalis

PENDAHULUAN (a = 18.13; b = 20.5; c = 7.52 Å) (Oprea et.al.,


2008). Struktur mordenit merupakan struktur
Perengkahan berkatalis (catalytic cracking) sangkar jenis Secondary Building Unit (SBU) 5-1
adalah suatu cara yang digunakan untuk dengan dua saluran utama yaitu, saluran
memecah hidrokarbon kompleks menjadi pertama yang dibatasi oleh 8 Oksigen (S-8R)
molekul yang lebih sederhana (Buchori dan dan saluran kedua yang dibatasi oleh 12 Oksigen
Widayat, 2009). Perengkahan berkatalis ini (S-12R) yang ditunjukkan pada Gambar 1.
dilakukan dengan menggunakan katalis pada
kondisi temperatur tertentu. Katalis yang
digunakan dalam proses perengkahan pada
umumnya adalah katalis logam yang dimodifikasi
dengan suatu bahan pengemban. Salah satu
bahan pengemban yang sering digunakan yaitu
zeolit. Adanya logam aktif pada zeolit (sistem
pengemban-logam) akan memperbesar luas
permukaan dan meningkatkan keasaman katalis
(Suyati dkk., 2009).
Zeolit merupakan suatu mineral dengan
struktur kristal aluminosilikat yang berbentuk Gambar 1. Struktur mordenit a) rongga pertama S-8R
ditempati oleh logam alkali dan b) rongga kedua S-12R
kerangka (framework) tiga dimensi. Zeolit lebih besar ditempati oleh molekul air (Suminta dan Las,
memiliki pori-pori, saluran dan mengandung ion- 2006).
ion logam seperti Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ serta
molekul air (Setiadi dan Pertiwi, 2007). Zeolit Penelitian tentang modifikasi suatu katalis
sebagai katalis memiliki ukuran pori tertentu. dalam sistem pengemban-logam telah banyak
Selektivitas zeolit terhadap suatu reaksi dilakukan guna meningkatkan aktivitas katalis.
disebabkan oleh ukuran pori zeolit yang hanya Septiansyah (2011) telah melakukan modifikasi
dapat dimasuki oleh molekul tertentu yang katalis dengan metode impregnasi terhadap
spesifik, yang disebut sebagai shape-selective logam Nikel (Ni) ke dalam zeolit jenis mordenit
catalysis (Tatsumi, 2004). Salah satu jenis zeolit sebagai pengemban, dan diperoleh kesimpulan
yaitu mordenit. Mordenit memiliki sistem kristal bahwa persentase Ni terbesar yang terserap ke
ortorombik dengan simetri grup ruang Cmcm dalam zeolit terjadi pada zeolit-Ni 0,2 M.

24
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

Penggunaan katalis dalam waktu tertentu METODE PENELITIAN


akan menyebabkan penurunan aktivitas.
Penurunan aktivitas katalis terjadi karena katalis Alat dan Bahan
mengalami deaktivasi. Deaktivasi ini diakibatkan Alat-alat yang digunakan pada penelitian
oleh pengotor (fouling), yaitu pembentukan ini adalah sebagai berikut : Gas Sorption
karbon atau kokas dalam proses perengkahan Analyzer (GSA) Quantachrome version 2.0,
(Trisunaryanti dkk., 2002). Kokas/residu karbon neraca analitik, oven, pH universal, piknometer,
mendeaktivasi katalis dengan meracuni situs- seperangkat alat gelas kimia standar,
situs aktif dan/atau mem-block pori-pori katalis. seperangkat alat refluks, tanur, viskometer
Kokas yang terbentuk dapat dihilangkan dengan Ostwald kapiler nomor 300, X-Ray
pembakaran pada 600 0C (Chen and Manos, Fluoroscence (XRF) Sequetial Analysis W-XRF
2004). Uniquant Thermoelectron Scientific, dan X-Ray
Hasil penelitian Trisunaryanti dan Difraction (XRD) PANalytical Philips.
Emmanuel (2009) menyatakan bahwa deposit Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah
kokas pada permukaan katalis CoO-MoO/ZnO- ammonium klorida (NH4Cl) 1 M, asam nitrat
zeolit alam aktif mengalami peningkatan seiring (HNO3) 8 M, natrium etilen diamin tetra asetat
dengan bertambahnya waktu penggunaan (Na2EDTA), natrium hidroksida (NaOH), dan
sehingga menyebabkan menurunnya aktivitas nikel klorida (NiCl2). Sampel yang digunakan
katalis. Salah satu faktor penyebab terbentuknya adalah batuan zeolit alam asal Bandung Selatan-
kokas yaitu keasaman total katalis. keasaman Jawa Barat dan minyak jelantah.
total katalis merupakan gabungan dari asam
Bronsted dan asan Lewis. Semakin tinggi Prosedur Kerja
keasaman katalis maka pembentukan kokas Preparasi Sampel (Silalahi dkk., 2012)
semakin cepat (Wang, 2007). Pembentukan Sampel dihancurkan hingga halus dan
asam Bronsted dan asam Lewis dapat dilihat diayak dengan ayakan 200 mesh. Sampel
pada Gambar 2. kemudian dicuci dengan akuabides hingga
mencapai pH pencuci (pH=6). Dikeringkan di
oven hingga kering pada suhu 110 0C selama 4
jam. Sampel yang telah kering kemudian
ditimbang. Sampel tersebut kemudian dianalisis
dengan X-Ray Fluoroscence (XRF).

Demineralisasi dengan EDTA 1M (Silalahi


dkk., 2012)
Sampel hasil pencucian kemudian dicuci
kembali dengan larutan EDTA 1 M. Pencucian
dilakukan dengan proses refluks pada suhu 80-
Gambar 2. Situs asam Bronsted dan asam Lewis pada
zeolit (Tatsumi, 2004). 90 0C selama 24 jam. Setelah direfluks, sampel
kemudian dicuci dengan akuabides hingga
Trisunaryanti dkk. (2002) menyatakan mencapai pH pencuci (pH=5). Dikeringkan di
bahwa katalis Cr-zeolit alam aktif yang telah oven pada suhu 110 0C selama 4 jam, setelah
terdeaktivasi mengalami peningkatan keasaman kering sampel kemudian ditimbang.
total katalis, volume total pori (VTP) dan luas
permukaan spesifik (LPS) tetapi rerata jejari pori Dealuminasi dengan Asam Nitrat (HNO3)
(RJP) menurun setelah katalis tersebut (Silalahi dkk., 2012)
diregenerasi. Hasil konversi metil isobutil keton Sampel yang telah dicuci dengan EDTA
(MIBK) meningkat dari 0,53 % pada katalis 1 M kemudian di-leaching dengan HNO3 8 M.
terdeaktivasi menjadi 4,61 % pada katalis Proses ini juga merupakan proses dealuminasi
teregenerasi. zeolit. Sampel zeolit ditimbang dan kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui direfluks pada suhu 80-90 0C selama 24 jam.
karakteristik zeolit-Ni regenerasi dan tanpa Setelah proses refluks selesai, sampel kemudian
regenerasi yang dikaji dalam proses dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH
perengkahan minyak jelantah. pencuci (pH=5). Dikeringkan di oven pada suhu
110 0C selama 4 jam dan ditimbang.

25
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

Aktivasi dengan Amonium Klorida (NH 4Cl) A dan B masing-masing dilakukan 3 kali
(Silalahi dkk., 2012) perengkahan. Pada perengkahan A, setelah
Sampel hasil dealuminasi diaktivasi perengkahan pertama (A-1) selesai, katalis
dengan menggunakan amonium klorida 1 M. bekas diambil dan dikeringkan pada suhu
Aktivasi dilakukan dengan cara direfluks pada 300-400 0C selama 4 jam kemudian ditimbang.
suhu 80-90 0C selama 24 jam. Setelah proses Pada perengkahan ketiga (A-3) dilakukan
refluks selesai, sampel kemudian dicuci dengan prosedur yang sama seperti perengkahan
akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=5). sebelumnya. Sedangkan pada perengkahan B,
Dikeringkan di oven pada suhu 110 0C selama 4 setelah perengkahan pertama (B-1) selesai,
jam, setelah kering sampel kemudian ditimbang. katalis bekas diambil dan dipanaskan pada suhu
Sampel hasil pencucian ini dianalisis dengan 600 0C selama 4 jam (proses regenerasi). Pada
X-Ray Fluoroscence (XRF). perengkahan ketiga (B-3) dilakukan prosedur
yang sama seperti perengkahan sebelumnya.
Pembuatan Katalis Zeolit-Ni (Silalahi dkk., Selanjutnya, katalis bekas pada perengkahan
2012) A-3 dan B-3 ditimbang dan dianalisis dengan
Katalis zeolit-Ni diperoleh dari impregnasi XRD (X-Ray Difraction), XRF (X-Ray
antara nikel korida (NiCl2) dengan zeolit dalam Fluoroscence), dan metode fisisorpsi.
media cair. Sampel zeolit ditimbang sebanyak
45 g dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berisikan 100 mL larutan NiCl2 0,2 M kemudian
direfluks pada suhu 80-90 0C selama 24 jam. Hasil analisis XRD memperlihatkan bahwa
Setelah proses refluks selesai, sampel kemudian mineral kuarsa dan mordenit merupakan
dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH penyusun utama katalis zeolit-Ni 0,2 M. Hal ini
pencuci (pH=5). Dikeringkan di oven pada suhu dapat ditunjukkan oleh puncak-puncak yaitu,
110 0C selama 4 jam, setelah sampel kering antara lain pada kuarsa 2θ = 20,82 (d = 4,26 Å)
kemudian sampel ditimbang untuk proses dengan intensitas sebesar 310,44 dan
berikutnya. 2θ = 26,60 (d = 3,35 Å) dengan intensitas yang
sangat tinggi yaitu sebesar 2495,29. Sedangkan
Kalsinasi Katalis (Silalahi dkk., 2012) pada mordenit ditunjukkan oleh puncak dengan
Proses kalsinasi dilakukan dengan 2θ = 9,73 (d = 9,07 Å) dengan intensitas sebesar
memasukkan katalis ke dalam cawan porselen. 76,08 dan 2θ = 27,72 (d = 3,21 Å) dengan
Kemudian dipanaskan di dalam tanur pada suhu intensitas sebesar 477,04.
500-600 0C selama 2-3 jam. Waktu kalsinasi Gambar 3 menunjukkan bahwa kuarsa dan
dihitung setelah mencapai suhu konstan. Sampel mordenit tidak mengalami perubahan yang
hasil kalsinasi ini selanjutnya dianalisis dengan signifikan dan masih merupakan penyusun
X-Ray Difraction (XRD), X-Ray Fluoroscence utama katalis zeolit-Ni 0,2 M meskipun telah
(XRF) dan metode fisisorpsi. mengalami perlakuan 3 kali perengkahan, baik
katalis A-3 maupun katalis B-3. Struktur ketiga
Uji Deaktivasi dan Regenerasi Katalis Zeolit- katalis tidak mengalami perubahan struktur
Ni mineral kuarsa. Hal ini dapat dilihat dari jarak
Minyak jelantah sebanyak 40 g bersama dasar (d-spacing) untuk mineral kuarsa yang
dengan katalis zeolit-Ni sebanyak 10 g tidak mengalami perubahan. Perubahan yang
dicampurkan dalam suatu labu destilasi terjadi hanya terlihat pada intensitas puncak.
selanjutnya dipanaskan pada temperatur 310- Intensitas tertinggi pada masing-masing d = 3,34
320 0C dalam labu destilasi yang telah Å puncak mineral kuarsa pada katalis zeolit-Ni
dihubungkan dengan kondensor. Uap minyak 0,2 M, katalis B-3, dan katalis A-3 berturut-turut
jelantah yang telah direngkahkan oleh zeolit-Ni yaitu sebesar 2495,29; 2426,74; dan 2399,05.
kemudian didinginkan melewati kondensor, Hal ini dapat terjadi karena pada katalis A-3,
sehingga uap tersebut terkondensasi. Reaksi pembentukan kokas yang terjadi selama proses
dihentikan ketika komposisi minyak dalam labu perengkahan berlangsung terdispersi
pemanas sudah habis atau sudah tidak dipermukaan maupun di dalam pori-pori zeolit
mengeluarkan uap cair. sehingga katalis mengalami deaktivasi dan
Perengkahan katalitik minyak jelantah menurunkan intensitas relatif puncak-puncak dari
menggunakan katalis zeolit-Ni dibagi menjadi 2, zeolit, tetapi tidak menyebabkan perubahan
yaitu perengkahan tanpa perlakuan regenerasi struktur zeolit sebagai katalis perengkahan.
katalis (disebut A) dan perengkahan dengan
perlakuan regenerasi (disebut B). Perengkahan

26
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

Intensitas difraksi sinar-X menunjukkan Data pada Tabel 1 juga menunjukkan


kesempurnaan kristal dan keteraturan susunan bahwa tahapan-tahapan dari preparasi zeolit
atom dalam kristal. Intensitas puncak mordenit di dengan demineralisasi, dealuminasi hingga
2θ = 27,72 dengan d511 untuk zeolit-Ni 0,2 M, aktivasi dapat meningkatkan rasio SiO 2/Al2O3
katalis B-3, dan katalis A-3 mengalami dari 6,12 (rasio SiO2/Al2O3 pada zeolit alam)
perubahan intensitas, yaitu untuk katalis zeolit-Ni menjadi 12,44 (setelah diaktivasi dengan NH4Cl).
0,2 M sebesar 477,04, katalis A-3 sebesar Rasio SiO2/Al2O3 katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis
307,82, dan katalis B-3 sebesar 252,96. A-3, dan katalis B-3 tidak mengalami perubahan
Intensitas
yang signifikan, meskipun katalis telah digunakan
Q
dalam perengkahan sebanyak tiga kali. Hal ini
Katalis Zeolit-Ni 0,2 M
membuktikan bahwa struktur katalis tidak rusak
Keterangan:
Q = Quartz
(berdasarkan hasil XRD). Perbandingan
MOR = Mordenite SiO2/Al2O3 mempengaruhi aktivitas katalis,
semakin tinggi rasio SiO2/Al2O3 maka semakin
tinggi stabilitas termal dan kekuatan asam serta
diperoleh sifat asam yang lebih besar dari
semula.
Hasil XRF menunjukkan bahwa kadar
MOR
MOR
Q Q logam-logam alkali dan alkali tanah seperti Na,
Q Q
MOR
MOR
Q
QQ K, Mg, dan Ca setelah diaktivasi dengan NH 4Cl
MOR MOR
mengalami penurunan secara signifikan berturut-
Q turut, yaitu 70,76 %; 26,15 %; 94,5 %; dan 91,94
Katalis A-3
%. Penurunan kadar juga terjadi pada logam Fe
yaitu sebesar 89,93 %. Adapun data komposisi
logam-logam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) pada


zeolit alam, zeolit aktivasi zeolit-NH4Cl, zeolit-Ni 0,2 M,
katalis A-3, dan katalis B-3 hasil analisis XRF.
Komponen Sampel
MOR
Zeolit Zeolit- Zeolit-Ni
Q (%) A-3 B-3
Q MOR
Q Alam NH4Cl 0,2M
Q
MOR
Q Q Q SiO2 68,81 81,98 83,98 73,61 84,40
MOR
MOR MOR Al2O3 11,25 6,59 6,71 6,14 7,02
Q
Katalis B-3 Tabel 2. Komposisi logam-logam pada katalis hasil analisis
XRF.
Komponen Sampel
Zeolit Zeolit- Zeolit- A-3 B-3
(%)
Alam NH4Cl Ni 0,2M
K 2,18 1,61 1,32 1,25 1,40
Ca 1,75 0,141 0,152 0,231 0,250
Fe 0,849 0,0855 0,0202 0,0706 0,105
Mg 0,603 0,0332 0,0615 0,139 -
Q MOR
MOR
Q Q Na 0,725 0,212 0,182 2,04 -
Q
MOR Q Q Q Ni - - 0,045 0,061 0,268
MOR MOR MOR

Luas permukaan spesifik (LPS), volume


2θ total pori (VTP), rerata jari pori (RJP), dan
keasaman katalis memegang peranan penting
Gambar 3. Difraktogram katalis Ni-zeolit 0,2 M; katalis A-3;
dan katalis B-3 pada zeolit sebagai katalis perengkahan. Luas
permukaan spesifik (LPS), volume total pori
Berdasarkan hasil X-Ray Fluoroscense (VTP), dan rerata jari pori (RJP) dapat dianalisa
(XRF) pada Tabel 1, rasio silika alumina dengan uji adsorpsi-desorpsi gas N2
(SiO2/Al2O3) dari keempat sampel tersebut menggunakan persamaan Brunaurer, Emmet
masing-masing yaitu, untuk zeolit alam = 6,12; dan Teller (BET). Adapun hasil analisa GSA
zeolit-NH4Cl = 12,44; zeolit-Ni 0,2 M = 12,52; untuk katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis A-3, dan
katalis A-3 = 11,99; dan katalis B-3 = 12,02. katalis B-3 dapat dilihat pada Tabel 3.

27
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

Tabel 3. Hasil pengukuran Luas Permukaan Spesifik (LPS), katalis A-3 mengalami deaktivasi akibat
Volume Total Pori (VTP), dan Rerata Jari Pori (RJP) pada terbentuknya kokas yang menutupi situs-situs
Katalis zeolit-Ni 0,2 M, Katalis A-3, dan Katalis B-3.
LPS VTP RJP asam aktif dipermukaan maupun di dalam pori-
Katalis 2 -02 pori zeolit. Katalis B-3 memiliki keasaman total
(m /g) (10 cc/g) (nm)
Zeolit-Ni 0,2 M 116,233 9,181 1,579 lebih kecil 6 kali lipat katalis zeolit-Ni 0,2 M.
A-3 66,089 14,87 4,499 Penurunan keasaman dari zeolit-Ni ke katalis B-3
B-3 97,676 8,247 1,688 lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan
keasaman dari zeolit-Ni ke katalis A-3. Hal ini
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa LPS terjadi karena proses regenerasi katalis
tertinggi terjadi pada katalis zeolit-Ni 0,2 M (penghilangan kokas) pada katalis B-3. Secara
sebesar 116,233 m 2/g. Setelah katalis digunakan visual, pembentukan kokas dapat dilihat dari
dan menjadi katalis bekas tanpa regenerasi perubahan warna katalis fresh dari warna putih
(A-3), katalis tersebut mengalami penurunan LPS menjadi hitam setelah reaksi perengkahan.
menjadi 66,089 m2/g. Sedangkan katalis bekas
yang telah diregenerasi (B-3) memiliki LPS SIMPULAN
sebesar 97,676 m 2/g. Penurunan LPS pada
katalis A-3 terjadi akibat pembentukan kokas dan Berdasarkan hasil penelitian dapat
terdispersi kepermukaan katalis. Terdispersinya disimpulkan bahwa mordenit dan kuarsa yang
kokas ini mengakibatkan situs-situs aktif katalis merupakan penyusun utama katalis zeolit-Ni
dan pori-pori yang kecil tertutup sehingga katalis baru (fresh), katalis regenerasi (B-3), dan tanpa
mengalami deaktivasi (Trisunaryanti dan regenerasi (A-3) tidak mengalami perubahan
Emmanuel, 2009). struktur. Keasaman katalis setelah digunakan
Data pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa sebanyak 3 kali perengkahan mengalami
rerata jari pori (RJP) katalis A-3 lebih besar penurunan sebesar 98,85 % (A-3) dan 84,35 %
dibandingkan dengan katalis B-3 dan katalis (B-3), luas permukaan spesifik katalis menurun
zeolit-Ni 0,2 M. Data RJP ini dapat menjelaskan hingga 43,14 % (A-3) dan 15,97 % (B-3).
bahwa selektifitas katalis menurun seiring Namun, rerata jari pori meningkat dari 1,579 nm
bertambahnya RJP. Oleh karena itu, katalis pada katalis zeolit-Ni baru (fresh) menjadi 4,499
zeolit-Ni 0,2 M fresh lebih selektif dari katalis A-3 nm (A-3) dan 1,688 nm (B-3). Volume total pori
dan katalis B-3. pada zeolit-Ni baru (fresh) sebesar 9,181 x 10-2
Keasaman total merupakan jumlah dari cc/g, katalis A-3 sebesar 1,487 x 10-1 cc/g, dan
situs asam Lewis dan situs asam Bronsted pada pada katalis B-3 sebesar 8,247 x 10-2 cc/g.
katalis. Keasaman total katalis juga memegang
peranan penting dari suatu katalis perengkahan. UCAPAN TERIMA KASIH
Katalis yang memiliki keasaman yang besar
memberikan kontribusi yang besar juga pada Terima kasih kepada pihak DIT.
pembentukan produk perengkahan. Situs asam LITABMAS, DIKTI yang telah menyediakan dana
Bronsted maupun situs asam Lewis pada katalis penelitian ini.
berperan dalam proses hidrogenasi (adanya
pemutusan ikatan rangkap dari reaktan) dan DAFTAR PUSTAKA
terbentuknya karbokation yang reaktif.
Keasaman total katalis dapat dianalisis dengan Buchori, L dan Widayat., 2009, Pembuatan
FTIR-adsorpsi basa Piridin. Keasaman total Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
ketiga katalis ini dapat dilihat pada Tabel 4. dengan Proses Catalytic Cracking,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Tabel 4. Keasaman total katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis A-3,
dan katalis B-3. 2009, Jurusan Kimia Fakultas Teknik
Asam Asam Total UNDIP, Semarang.
No Katalis
Lewis Bronsted (mmol/g) Chen, S and Manos, G., 2004, Study of Coke
1 Zeolit-Ni 0,2M 0,139 0,123 0,262 and Coke Precursors During Catalytic
2 A-3 0,002 0,001 0,003 Cracking of n-hexane and 1-hexene Over
3 B-3 0,026 0,0015 0,041
Ultrastable Y Zeolite, Catalysis Letters,
96:195.
Tabel 4 memperlihatkan adanya Septiansyah, I., 2011, Preparasi, karakterisasi
penurunan keasaman total katalis setelah dan Uji Performa Katalis Zeolit-Ni dalam
digunakan dalam perengkahan katalitik. Perengkahan Katalitik Minyak Jelantah,
Keasaman total katalis A-3 jauh lebih kecil 87 kali Universitas Tanjungpura, Pontianak,
lipat katalis zeolit-Ni 0,2 M. Hal ini terjadi karena (Skripsi).

28
JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 24-29 ISSN 2303-1077

Oprea, C., Popcescu, V., and Birghila, S., 2008,


New Studies About the Modified
Mordenites, Romania Journal Physics,
53(1-2):231-239.
Setiadi dan Pertiwi, A., 2007, Preparasi dan
Karakterisasi Zeolit Alam untuk Konversi
Senyawa ABE menjadi Hidrokarbon,
Prosiding Konggres dan Simposium
Nasional Kedua MKICS 2007 ISSN: 0216-
4183, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.
Silalahi, I.H., Sianipar, A., Sayekti, E., dan
Septiansyah, S. I., 2012, Pengaruh
Distribusi Pori Katalis Zeolit-Ni Terhadap
Selektivitas Perengkahan Katalitik Minyak
Jelantah, Prosiding Semirata BKS PTN B
MIPA, ISBN 978-602-9115-28-4 :69-73.
Suminta, S., dan Las, T., 2006, Penghalusan
struktur Sangkar Kristal Mordenit dan
Klinoptilolit Alam dengan Metode Rietveld,
Indonesian Journal of Materials Science,
7(2):73-78.
Suyati, L., Nuryanto, R., dan Sulistyorini, H.,
2009, Perengkahan Produk Cair Hasil
Pirolisis Sabut Kelapa dengan
Menggunakan Katalis Zeolit Alam dan
Ni/Zeolit pada Suhu 400 oC, Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia,
Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia
FMIPA, Universitas Diponegoro.
Tatsumi, T., 2004, Zeolites: Catalysis,
Encyclopedia of Supramolecular
Chemistry, 1: 1, 1610-1616, Yokohama
National University, Yokohama, Japan.
Trisunaryanti, W and Emmanuel, I., 2009,
Preparation, Characterization, Activity,
Deactivation, and Regeneration Tests of
CoO-MoO/ZnO and CoO-MoO/ZnO-
Activated Zeolite Catalysts for the
Hydrogen Production from Fusel Oil,
Indonesian Journal Chemistry, 9(3):361-
368.
Trisunaryanti, W., Triyono., dan Taufiyanti, F.,
2002, Deaktivasi dan Regenerasi Katalis
Cr/Zeolit Alam Aktif untuk Proses Konversi
Metil Isobutil Keton, Gama Sains IV (2).
Wang, B., 2007, Zeolite Deactivation During
Hydrocarbon Reactions: Characterisation
of Coke Precursors and Acidity, Product
Distribution, a Thesis Submitted for the
Degree of Doctor of Philosophy of the
University College London, London.

29

Anda mungkin juga menyukai